Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
mempunyai mutu tinggi jika kekuatan tekannya 30 MPa. Tahun 1960 l970 an, kriterianya naik menjadi 40 MPa. Saat ini beton dikatakan sebagai
beton mutu tinggi jika kekuatan tekannya di atas 50 MPa, dan di atas 80
MPa adalah beton mutu sangat tinggi. Dua dekade terakhir ini klasifikasi
mengenai beton mutu tinggi dengan kekuatan tekan silinder beton (fc') =
600-1000 kg/cm2. Menurut Besari (2003) dalarn Mulyono, T., (2003) beton
dengan kekuatan tekan 80 MPa telah banyak digunakan untuk bagunan
tinggi seperti di Chicago, Seatlle dan lainnya.
Banyak parameter yang mempengaruhi kekuatan tekan beton, di antaranya
adalah kualitas bahan-bahan penyusunnya, rasio air-semen yang rendah dan
kepadatan
yang
belum
pernah
digunakan
untuk
penelitian
Rumusan Masalah
1. Apa pengaruh penggunaan sika viscocrete-10 dan sika fume terhadap
workability (kemudahan pengerjaan beton)
2. Apa pengaruh penambahan sika viscocrete 10 dan sika fume terhadap kuat
tekan dan tarik belah beton
1.3.
Tujuan Penelitian
Penelitian pembuatan beton dengan kuat tekan tinggi dengan admixture berupa
sika viscocrete 10 dan sika fume ini dilakukan dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan sika viscocrete 10 dan sika fume
terhadap workability (kemudahan pengerjaan beton)
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan sika viscocrete10 kadar 0,6%;
0,7%; 0,8%; 0,9%; 1,0% dan sika fume kadar 0% dan 7% terhadap kuat
tekan dan tarik belah beton
1.4.
Manfaat Penelitian
Batasan Masalah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Beton mutu tinggi
Menurut Supartono (1998) dalam Mulyono, T., (2003), saat ini beton
dikategorikan beton mutu tinggi jika kekuatan tekannya di atas 50 Mpa dan di atas
80 Mpa adalah beton mutu sangat tinggi. Menurut Sudarmoko ( 1997) dalam
Media Teknik No.2 Tahun XlX , pada awalnya beton mutu tinggi didapat dari
campuran beton normal dengan penggunaan slump yang rendah dan jumlah
semen yang banyak, hal ini dapat mengakibatkan penambahan kekuatan beton.
Semakin besar f a.s semakin rendah kuat tekannya, tetapi jika f a.s kurang dari
0,35 akan mengakibatkan sulit dalam pengerjaannya, sehingga kekuatan yang
timbul justru lebih rendah karena betonnya kurang padat. Pengaruh agregat
terhadap kekuatan beton tidak begitu besar karena pada umumnya kekuatan
agregat lebih tinggi dari pada pastanya. Namun demikian bila dikehendaki beton
kekuatan tinggi, diperlukan juga agregat yang baik agar kekuatannya tidak lebih
rendah dari pastanya. Sifat agregat paling berpengaruh terhadap kekuatan beton
adalah kekasaran permukaan dan ukuran butir maksimum, karena menambah
gesekan antara pasta semen dan pennukaan butir-butir agregat. Semakin besar
ukuran maksimum agregat yang dipakai juga akan menambah kekuatan betonnya.
Hal tersebut karena pada pemakaian butir agregat besar menyebabkan pemakaian
pasta yang lebih sedikit berarti pori sedikit pula. Namun karena butirnya besar
mengakibatkan luas permukaan lebih sempit sehingga berakibat lekatan antara
pasta semen dan agregat kurang kuat, maka ukuran maksimum butit agregat kasar
beton kuat tekan tinggi dipakai 20 mm.
Menurut Murdock, L.J., (1979), perkembangan teknologi yang semakin maju
menunjang dihasilkannya bahan tambah (kimia) yang berupa superplasticizer.
Bahan tambah ini mempunyai pengaruh dalam meningkatkan workability beton
sampai pada tingkat yang cukup besar. Bahan-bahan ini menghasilkan beton
mengalir (flow concrete) tanpa terjadinya pemisahan yang tidak diinginkan. Pada
altematif lain, bahan ini dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan tekan
beton, karena memungkinkan pengurangan kadar air guna mempertahankan
kelecakan. Superplasticizer yang disediakan dalam bentuk cairan, dapat
dipandang sebagai bahan kimia yang meningkatkan penampilan dari plasticizer
biasa. Karena sifat mengalir yang diberikan oleh superplasticizer kepada beton,
maka bahan ini berguna untuk pencetakan beton ditempat-tempat yang sulit,
seperti tempat yang terdapat penulangan padat.
Beberapa peneliti yang telah melakukan studi terhadap bahan-bahan tambah untuk
menghasilkan beton dengan kekuatan tekan maksimum diantaranya adalah
Bakkara, J.O., (2003) meneliti tentang penggunaan viscocrete pada campuran
adukan beton dengan f.a.s 0,3 dihasilkan kuat tekan maksimum pada umur 7 hari
sebesar 58,9 Mpa tercapai pada benda uji dengan kadar air 50 persen dan kadar
viscocrete 1 persen. Pada umur 28 hari kuat tekan maksimum sebesar 67,9 Mpa
tercapai pada benda uji dengan kadar air 65 persen dan kadar viscocrete 0,75
persen. Untuk beton umur 28 hari dengan slump sama dengan nol dihasilkan kuat
tekan maksimum sebesar 84,08 Mpa pada benda uji dengan kadar air 75 persen
dan viscocrete kadar 1 persen.
Dharmawan, A.A., (2003) meneliti tentang penggunaan viscocrete 5 pada
campuran adukan beton dengan f.a.s 0,35. Dari basil pengujian kuat tekan umur 7
hari diperoleh kuat tekan rata-rata beton normal 40,76 MPa, kuat tekan rata-rata
tertinggi dicapai oleh beton dengan pemakaian air 65% dan kadar sika viscocrete
5 sebesar 0,5% (65% vc=0,5%) dengan kuat tekan rata-rata 45 Mpa, meningkat
4,24 Mpa dari beton normal (meningkat 10,40%), sedangkan kuat tekan rata-rata
terendah sebesar 23,94 MPa dicapai oleh beton dengan pemakaian air 75%
dengan kadar sika viscocrete 5 sebesar 1% (75% vc=l %) mengalami penurunan
16,82 MPa dari beton normal (turun 41,27%).
Pada pengujian kuat tekan umur 28 hari diperoleh kuat tekan rata-rata beton
normal sebesar 42,50 MPa, kuat tekan rata-rata tertinggi dicapai oleh beton
dengan pemakaian air 75% dengan kadar sika viscocrete 5 sebesar 0,5% (75%
vc=0,5%) dengan kuat tekan rata-rata sebesar 55,09 MPa, meningkat 12,59 MPa
dari beton normal (meningkat 29,62%), sedangkan kuat tekan rata-rata terendah
sebesar 34,65 MPa dicapai oleh beton dengan pemakaian air 75% dengan kadar
sika viscocrete 5 sebesar 1% (75% vc=l%) mengalami penurunan 7,85 MPa dari
beton nonnal (turun 18,47%).
Pada pengujian kuat tekan umur 28 hari pada adukan beton yang telah kehilangan
nilai slam kuat tekan rata-rata beton nonnal sebesar 43,78 MPa dan merupakan
kuat tekan rata-rata terendah, sedangkan kuat tekan rata-rata tertinggi dicapai oleh
beton dengan pemakaian air 65% dengan kadar sika viscocrete 5 sebesar 1% (65%
vc=1%) dengan kuat tekan rata-rata 59,48 MPa meningkat 15,7 MPa dari beton
nonnal (meningkat 35,86%).
Maynina, S., (1997) meneliti tentang pengaruh jenis pemadatan pada adukan
beton 1:2:3 dengan si/ika fume dan 1:1,5:2,5 terhadap penneabilitas dan kuat
tekan beton. Dihasilkan kekuatan tekan beton maksimum dengan pemadatan
memakai tongkat pada umur 28 hari sebesar 59,796 Mpa dengan kadar silikafume
12%, sedangkan pemadatan dengan meja getar dihasilkan kekuatan tekan
maksimum sebesar 59,27 Mpa dengan kadar silikafume 12%.
Penambahan silika fume dapat meningkatkan kuat tekan beton. Untuk
penambahan silika fume 12% terjadi peningkatan kuat tekan sampai 54,31% pada
pemadatan dengan tongkat, dan 61,529% pada pemadatan dengan meja getar.
Nilai 12% ini belum menunjukkan nilai yang optimum dilihat dari nilai kuat tekan
yang dihasilkan. Penambahan silika fume yang optimum menurut derajat
peningkatan kuat tekannya adalah sebesar 6%.
Transijaya, A., (2000) meneliti tentang pengaruh abu sekam padi dan silika fume
pada beton, dengan rawatan keras metode moist curing dan steam curing untuk
mendukung beton kuat tekan tinggi. Kuat tekan rata-rata beton nonnal pada umur
3 hari dengan rawatan keras steam curing mencapai optimum pada suhu 80C
sebesar 41,79 MPa sedangkan dengan rawatan moist curing sebesar 28 MPa. Kuat
tekan tertinggi dicapai pada umur 28 hari pada rawatan keras moist curing sebesar
79,13 MPa untuk kadar silika fume 15% dan sebesar 60,64 MPa untuk kadar abu
sekam padi 15%. Sedangkan pada rawatan keras steam curing mencapai optimum
pada kadar 15% dengan suhu 60C sebesar 54,78 MPa untuk silika fume dan
kadar 15% dengan suhu 60C sebesar 54,23 MPa untuk abu sekam padi.
Kuat tekan beton dengan rawatan keras steam curing pada umur 28 hari
kekuatannya masih lebih rendah dari rawatan keras moist curing pada umur yang
sama, yakni terjadi kenaikan sebesar 111,82% pada abu sekam dan 144,45% pada
silika fume.
Indra, P.R., (2003) meneliti tentang pengaruh lama dan suhu pada metode rawatan
keras steam curing terhadap kuat tekan pada beton dengan bahan tambah silica
fume. Kuat tekan rata-rata beton dengan bahan tambah silica fume pada umur 1
hari dengan rawatan keras high-pressure steam curing selama 3 jam pada suhu
130C sebesar 30.25 MPa dan lebih tinggi daripada kuat tekan rata-rata yang
dihasilkan dengan suhu 110C dan 120C.
Kuat tekan rata-rata beton dengan bahan tambah silicafume pada umur 1 hari
dengan rawatan keras high-pressure steam curing selama 5 jam pada suhu 120C
sebesar 34,17 MPa dan lebih tinggi daripada kuat tekan rata-rata yang dihasilkan
dengan suhu 110C dan l 30C.
Kuat tekan rata-rata beton dengan bahan tambah silica fume pada umur 3 hari
dengan rawatan keras high-pressure steam curing selama 3 jam pada suhu 130C
sebesar 34,58 MPa dan lebih tinggi daripada kuat tekan rata-rata yang dihasilkan
dengan suhu l l 0C dan 120C.
Kuat tekan rata-rata beton dengan bahan tambah silica fume pada umur 3 hari
dengan rawatan keras high-pressure steam curing selama 5 jam pada suhu 120C
sebesar 38,34 MPa dan lebih tinggi daripada kuat tekan rata-rata yang
dihasilkan dengan suhu 110C dan l 30C.
High-pressure steam curing selama 5 jam menghasilkan kuat tekan rata-rata yang
lebih tinggi daripada beton dengan high-pressure steam curing selama 3 jam.
Wuryanto, L.E., (1997) meneliti tentang pengaruh bahan tambah Rheomac SF /
000-MB-SF terhadap beton kuat tekan tinggi dengan agregat normal. Dari hasil
penelitian temyata kuat tekan beton dengan bahan lokal agregat batu kali dapat
dibuat mencapai kuat tekan sangat tinggi dengan bahan tambah Rheobuild 1000
dan Rheomac SF 1000-MB-SF.
Penelitian dengan rasio agregat semen 3.5 diperoleh kadar optimum pada bahan
tambah 10%, dengan kuat tekan mencapai 86,437 MPa. Pada rasio agregat semen
3.0 kuat tekan tertinggi pada kadar bahan tambahan 15% mencapai 95,698 MPa.
Pembuatan beton mutu tinggi dapat dibuat dengan cara pelaksanaan relatif sama
dengan pembuatan beton normal dengan ditambahkan silica fume dan
superplasticizer sebagai pendukungnya. Beton dengan bahan tambah silica fume
dan superplasticizer potensial altematif untuk pembuatan beton mutu tinggi.
Berdasarkan jenis bahan tambah yang digunakan untuk mendapatkan kuat tekan
beton maksimum yang hasilnya seperti rincian di atas menjadi acuan untuk
dilakukannya penelitian menggunakan bahan tambah yang belum digunakan
untuk penelitian sebelumnya, yaitu gabungan antara superplasticizer yang berupa
sika viscocrete-10 dan sikafume dengan berbagai variasi/campuran.
2.2 Bahan-Bahan Penyusun Beton
Bahan-bahan dasar beton adalah: Semen portland, air, agregat (pasir dan kerikil),
yang setelah dicampur merata (wamanya seragam) menghasilkan suatu campuran
yang plastis (antara cair dan padat) sehingga dapat dituang ke dalam cetakan
untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan setelah menjadi keras/padat.
A. Semen portland
Menurut (PUBI-1982) semen yang digunakan untuk bahan beton adalah Semen
port/and, berupa semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis
dengan gips sebagai bahan tambahan. Menurut (Tjokrodimuljo, K.1996), fungsi
semen secara umum adalah untuk merekatkan butiran-butiran agregat agar
terjadi suatu massa yang kompak/padat, walaupun semen hanya kira kira mengisi
10%-30% dari volume beton.
Menurut Tjokrodimuljo, K., (1996), semen portland dibuat dari bahan utama
limestone yang mengandung kalsium oksida (CaO), dan lempung yang
mengandung silika dioksida (Si02), serta alumunium oksida (AI203). Kandungan
silikat dan aluminat pada semen merupakan unsur utama pembentuk semen yang
mana apabila bereaksi dengan air akan menjadi media perekat. Media perekat ini
kemudian akan memadat dan membentuk massa yang keras. Proses hidrasi terjadi
bila semen bersentuhan dengan air. Proses ini berlangsung dalam 2 arah,
maksudnya hasil hidrasi mengendap dibagian luar dan inti semen yang belum
terhidrasi dibagian dalam secara bertahap terhidrasi.
Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan mengubah prosentase
4 (empat) komponen utama semen dapat menghasilkan beberapa jenis semen
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pemakaian. Menurut Standar Industri
Indonesia (SII 0031-81) semen port land dibagi menjadi lima jenis, yaitu:
a. Jenis I, semen portland untuk penggunaan umum dan tidak memerlukan
persyaratan khusus.
b. Jenis II, semen port/and yang dalam penggunaannya mf!merlukan
ketahanan terhadap pengaruh sulfa dan panas hidrasi sedang.
c. Jenis III, semen port/and yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan awal dan panas hidrasi tinggi.
d. Jenis IV, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas
hidrasi minimum.
e. Jenis V, semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan
sangat tahan terhadap sulfat.
B. Air
Tjokrodimuljo, K., (1996) menjelaskan bahwa air merupakan salah satu bahan
yang penting dalam pembuatan beton karena dapat menentukan mutu dalam
campuran beton. Fungsi air pada campuran beton adalah untuk membantu reaksi
Semakin baik gradasi alami dari suatu bahan agregat, makin kurang pula
pengolahan yang dibutuhkan dalam bentuk pemecahan serta penyaringan. Makin
sedikit jumlah dari butiran-butiran agregat yang pipih, tajam dan panjang, maka
makin baik sifat pengerjaan beton. Semakin keras agregat, maka berat jenisnya
makin tinggi, daya serap makin rendah, dan beton yang dihasilkan makin kuat
serta awet.
Menurut (PUBI 1982), pasir beton untuk bahan konstruksi sebaiknya dipilih yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Pasir beton harus bersih. Bila diuji memakai larutan pencuci khusus,
tinggi endapan pasir yang kelihatan dibandingkan dengan tinggi seluruh
endapan tidak kurang dari 70%.
b) Kandungan yang lewat ayakan 0.063 mm tidak lebih dari 5% berat
(kadar lumpur).
c) Angka kehalusan finness modulus terletak antara 2.200-3.200 bila diuji
memakai rangkaian dengan mata ayakan berukuran berturut-turut 0.160,
0.315, 0.630, 1.250, 2.500, 5 dan 10 mm dengan fraksi yang lewat
ayakan 0.300 mm minimal 15% berat.
d) Pasir tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat mengurangi
mutu beton. Untuk itu bila direndam dalam larutan 3% NaOH, cairan di
atas endapan tidak boleh lebih gelap dari wama larutan pembanding.
e) Kekekalan terhadap larutan Na2S04 atau MgS04: Terhadap larutan
Na2S04, fraksi yang hancur tidak lebih dari 12% berat. Terhadap
larutan MgS04, fraksi yang hancur tidak lebih dari 10% berat.
f) Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi, reaksi pasir terhadap
alkali harus negatif
Menurut Mindess dan Young, (1981), untuk mendapatkan komposisi campuran
adukan beton yang tepat, maka sifat-sifat agregat yang perlu diperhatikan adalah
bentuk dan tekstur permukaan, gradasi butiran, kadar air, berat jenis dan berat
satuan.
a. Bentuk dan tekstur permukaan
Menurut Mather dalam Tjokrodimuljo, K., (1996) menyatakan bahwa bentuk
butiran ditentukan oleh dua sifat yang tidak saling tergantung, yaitu kebulatan dan
sperikal. Kebulatan dapat didefinisikan secara numerik sebagai rasio antara jarijari rata-rata dari sudut Iengkung ujung atau sudut butir dan jari-jari maksimum
antara Iuas bidang permukaan butir dan volume butir. Nilai rasio ini berhubungan
dengan panjang ketiga sumbu pokok butiran agregat.
Menurut Tjokrodimuljo, K., (1996), sifat bentuk dan tekstur permukaan dari butirbutir agregat sebenarnya belurn terdefinisikan dengan jelas, sehingga sifat-sifat
tersebut sulit diukur dengan baik dan pengaruhnya terhadap beton juga sulit
diperiksa dan diteliti. Berdasarkan bentuk butiran agregat dapat dibedakan
menjadi: agregat bulat, bulat sebagian, bersudut dan pipih.
Agregat bulat mempunyai rongga udara minimal 33% yang berarti mempunyai
rasio luas permukaan volume kecil, sehingga hanya memerlukan pasta semen
yang sedikit, namun ikatan antar butir-butimya kurang kuat sehingga lekatannya
lemah. Ik:atan antar butir-butir lebih baik daripada agregat bulat namun belum
cukup untuk dibuat beton mutu tinggi. Agregat bersudut mempunyai rongga
berkisar antara 38%-40%. Ikatan antar butir-butimya baik, pasta yang dibutuhkan
lebih banyak untuk membuat adukan beton dapat dikerjakan, namun baik untuk
beton mutu tinggi. Kepipihan atau kepanjangan butir agregat berpengaruh jelek
terhadap daya tahan/keawetan .beton karena agregat ini cenderung berkedudukan
pada bidang rata air (horizontal), sehingga terdapat rongga di bawahnya.
Tekstur permukaan adalah suatu sifat permukaan yang tergantung pada ukuran
apakah permukaan butir termasuk halus atau kasar, mengkilap atau kusam dan
macam dari bentuk kekasaran. Tekstur pennukaan butiran agregat dapat dibedakan
menjadi sangat halus (glossy), halus, granuler, kasar, berkristal
(crystalline),
kekuatan tarik maupun kekuatan lentur beton, oleh karena menambah gesekan
antara pasta semen dan permukaan butir-butir agregat.
b. Gradasi butiran
tambah harus memenuhi ketentuan yang diberikan oleh SNI. Untuk bahan tambah
yang merupakan bahan tambah kimia harus memenuhi syarat yang diberikan
dalam ASTM C.494, "Standard Spesification For Chemical Admixture For
Concrete.
Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi ( Chemical Admixture)
dan bahan tambah yang bersifat mineral (additive). Bahan tambah admixture
ditambahkan saat pengadukan dan atau saat pelaksanaan pengecoran (placing)
sedangkan bahan tambah aditif yaitu yang bersifat mineral ditambahkan saat
pengadukan dilaksanakan.
Bahan tambah ini biasanya merupakan bahan tambah kimia yang dimaksudkan
lebih banyak mengubah perilaku beton saat pelaksanaan pekerjaan jadi dapat
dikatakan bahwa bahan tambah kimia (Chemical Admixture ) Iebih banyak
digunakan untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan. Bahan tambah aditif
merupakan bahan tambah yang lebih banyak bersifat penyemenan, jadi bahan
tambah aditif lebih banyak digunakan untuk perbaikan kinerja kekuatannya.
Pengaruh bahan tambah pada adukan beton antara Iain:
a)
kelecakan beton akan lebih baik,
b)
mengatur faktor air semen,
c)
dapat mengurangi penggunaan semen,
d)
mencegah segregasi dan bleeding, konsistensi
yang telah
ditetapkan dan juga untuk memperlambat waktu pengikatan beton.
e)
Bahan tambah Type E adalah bahan tambahan yang
digunakan untuk mengurangi jumlah air campuran untuk menghasilkan
heton sesuai dengan konsistensi yang telah di tetapkan untuk pengikatan
serta menambah kekuatan awal yang tinggi.
f)Bahan tambah Type F adalah bahan tambahan yang digunakan
untuk rnengurangi jumlah pemakaian air campuran sebesar 12% untuk
lebih menghasilkan beton sesuai dengan konsistensi yang telah
ditetapkan.
g)
Bahan tambah Type G adalah bahan tambahan yang digunakan
untuk mengurangi jumlah air campuran sebesar 12% atau lebih untuk
menghasilkan beton sesuai dengan konsistensi yang telah di tetapkan dan
sangat
halus
dengan luas
pennukaan sekitar 20 m2/gram, terdiri dari bola dengan diameter sekitar 0,15
micron (0,00015 mm) dan dengan kadar 85-95 % silikon dioxide (SI02), Silica
fume dapat menjadi pengisi (filler) yang sangat efisien dan merupakan pozzolan
yang sangat reaktif dalam beton. Sebagai material pozzolan, silica fume akan
merubah struktur dari pasta semen secara drastis, selama fase pengikatan pada
proses hidrasi. SI02 akan bereaksi dengan calsium hydrokside yang tidak berguna
menjadi calsium silikat hydrate yang berguna.
Sebagai pengisi, Silica fume mudah menyebar di antara sekeliling butiran semen
pada waktu campuran beton baru dibuat untuk menggantikan air yang terdapat
pada ruang-ruang kosong. Pada campuran beton normal ruang-ruang kosong
tersebut terisi air yang terjebak oleh partikel-partikel semen. Jadi dapat
disimpulkan bahwa sebagai pengisi, Silica fume dapat digunakan untuk
menggantikan air yang terdapat pada ruang-ruang kosong dalam campuran beton,
Oleh karena itu dengan rapatnya ikatan dan pori-pori beton yang semakin kecil,
diharapkan kuat tekannya akan meningkat dan sifat tembus aimya juga akan
berkurang.
Penggunaan silica fume juga berperan dalam peningkatan kuat tekan beton. Hal
tersebut disebabkan akibat reaksi karena sifat pozolannya. Menurut (Neville, A.M.
1975), penambahan pozolan dapat mencegah pengurangan kekuatan pasta semen
pada temperatur tinggi, karena silika aktif dalam pozolan dan kalsium hidroksida
(Ca(OH)2) menghasilkan kalsium silikat hidrat (C-S-H). Reaksi kimia antar
pozolan dan semen disajikan sebagai berikut:
2C3S + 6H20 C3S2H3 + 3Ca(OH)2
2C3S + 4H20 C3S2H3 + Ca(OH)i
Kemudian Ca(OH)2 bereaksi dengan Si02 pada silicafume,
Ca(OH)2 + Si02
C3S2H3
Kapur bebas (Ca(OH)2) keluar dari beton melewati pipa kapiler (pori) beton
perlahan-lahan, kemudian berikatan dengan silica amorph membentuk C-S-H
besifat padat dan keras, seerta akan mengisi pori kapiler sehingga beton akan lebih
padat, kedap air, dan mutu lebih tinggi.
Sebagai pozolan, silica fume dapat mengbindarkan bilangnya kekuatan pasta
pada peningkatan temperatur. Suatu reaksi padat berlangsung antara silica yang
reaktif didalam pozolan dan kalsium bodroksida, dan akan membentuk mineralmineral yang stabil. Menurut Hansen (1976), pada
temperatur
lebib tingg
pozolan juga bereaksi dengan produk hidrasi untuk membentuk produk dengan
kekuatan lebih tinggi pada temperatur diatas 1200C.
Jadi dapat disimpulkan babwa dua unsur pertama C3S dan C2S dari reaksi kimia
diatas merupakan bagian yang paling dominan dalam memberikan sifat
semen. Dengan basil hidrasi C3S akan membebaskan kalsium bidroksida
sebanyak hampir 3 kali dari yang dibebaskan C2S. Pada tahapan bidrasi, pasta
semen terdiri dari gel (butiran yang sangat halus basil bidrasi, kalsium
biJroksida, air dan beberapa senyawa yang lain) karena proses bidrasi pada
semen portland sangat kompleks, tidak semua reaksi dapat diketabui secara rinci.
Kristal-kristal dari berbagai senyawa yang dihasilkan membentuk suatu rangkaian
3 dimensi yang saling merekat secara acak dan kemudian sedikit demi scdikil
mengisi ruangan yang mula-mula ditempati air, lalu menjadi kaku dan muncullah
suatu kekuatan yang selanjutnya mengeras menjadi benda yang padat dan kuat.
Peningkatan kekuatan beton dari beton normal sampai beton mutu tinggi
diakibatkan oleh tiga pengarub, yaitu pengaruh pengurangan air ( water reducing),
pengaruh penyatuan ( inherent eject), dan pengaruh sebagai pengisi.
Dari
penelitian yang dilakukan Goldman dan Bentur, 1989 (dalam Kusuma, 1992),
dapat disimpulkan babwa pengaruh silica fume sebagai pengisi untuk
memperkecil porositas pada beton mutu tinggi tidak banyak mempengaruhi
kekuatan mortar atau beton, tetapi pengaruh penyatuan tersebut yang akan
mempengaruhi kekuatan beton. Peng_arub penyatuan berupa lekatan ( bonding)
pada daerah transisi (transition zone) sangat penting artinya pada beton mutu
sangat tinggi.
Daerah transisi adalah daerah yang terletak di antara partikel agregat yang besar
dengan pasta semen. Meskipun material pada daerah transisi terdiri dari
material-materal yang sama dengan pasta semen, tetapi struktur dan sifat-sifat dari
daerah transisi sangat berbeda dengan struktur dan sifat-sifat semen. Karena itu
daerah transisi sebaiknya dianggap sebagai suatu material yang lain dari
keseluruhan pasta beton.
Berdasarkan pemyataan yang diberikan Maso, 1980 dalam Kusuma, ( 1992),
beberapa pengertian tentang karakteristik struktural daerah transisi dapat
diperoleh dengan mengikuti rangkaian dari perkembangan beton itu sendiri mulai
dari pada saat beton dituangkan dalam cetakan. Dalam beton basah yang
dipadatkan, terbentuk lapisan air (waterfilm) yang mengelilingi agregat kasar. Hal
ini mengakibatkan pada bagian ini, faktor air semennya lebih tinggi dibanding
faktor air semen pada mortar. Selanjutnya seperti pada pasta semen, kalsium sulfat
hidro.ksida dan ion aluminat mulai terbentuk dengan terurainya komponen dari
kalsium aluminat dan kalsium sulfat yang membentuk ettringite dan kalsium
hidroksida. Disebabkan oleh f a.s. yang tinggi, maka produk kristalisasi yang
terdapat di sekitar agregat kasar terdiri dari kristal-kristal yang relatif lebih besar,
sehingga akan membentuk suatu rangkaian (frame work) yang lebih porous
dibandingkan kristal yang ada pada pasta semen.
2. Sika Viscocrete-10
Sika Viscocrete-10 merupakan generasi terbaru dari plasticiser untuk beton dan
mortar yang cocok untuk produksi beton precast dan beton readymix. Bahan
tambah ini didistribusikan oleh PT Sika Nusa Pratama. Kegunaan dari Sika
viscocrete-10 antara lain:
a) mengurangi pemakaian air dalam pencampur dalam jumlah yang cukup
besar (sampai dengan 40%) pada campuran beton.
b) menghasilkan beton yang mengalir (flow concrete) tanpa terjadinya
pemisahan yang tidak diinginkan.
c) dengan menggunakan sika viscocrete-10 beton akan mempunyai
kemampuan untuk memadat sendiri (self compacting) tanpa adanya
pemadatan.
d) meningkatkan kemampuan susut dan rangkak pada beton.
e) meningkatkan kemampuan kedap air pada beton.
Sika viscocrete-10 digunakan untuk beberapa tipe beton:
a) beton precast,
b) beton readymix,
c) beton dengan kemampuan selfcompacting,
d) beton dengan pengurangan air tertinggi (sampai dengan 40o/o),
e) beton mutu tinggi,
f) beton dengan kadar air minimum,
g) produksi beton dengan jumlah yang banyak,
h) beton kedap air.
Data teknis sika viscocrete-10:
a) Bentuk
: Cairan kental dengan warna coklat !cekuningan
b) Komposisi kimia
: Asam polycarboxylate
c) Berat jenis
: 1.05 0.05 kg/ltr
d) Kadar keasamam
: 7 0.5
Penggunaan sika viscocrete-1 0 dengan cara menambahkan pada air yang telah
terukur sesuai dengan pcrhit ungan mix design kemud ian menuangkannya ke
dalam
mixer
concrete.
Untuk
kegunaan
pengurangan
arr
optimum
dipengaruhi oleh hidrasi semen. Ikatan terjadi pada periode transisi antara keadaan
cair dan keadaan kaku. Waktu untuk mencapai tahapan ini disebut sebagai waktu
ikatan (setting time). Waktu ini dihitung sejak air dicampur dengan semen.
Mindess dan Young, (1981) membagi waktu ikatan menjadi 2 (dua), yaitu waktu
ikatan awal ( initial set) yang merupakan periode waktu dari pencampuran semen
dan air sampai saat kehilangan sifat keplastisannya dan waktu ikatan akhir (final
set) yaitu periode waktu sampai saat menjadi massa yang keras. Untuk
beton normal biasanya initial set terjadi dalam 2-4 jam dan final set terjadi dalam
waktu 5-8 jam.
Dijelaskan Mindess dan Young, (1981), manfaat yang dapat diambil dengan
diketahuinya waktu ikatan adalah:
a)
membantu pengaturan waktu pengadukan beton,
b)
membantu perencanaan jadwal penyelesaian pekerjaan,
c)
petunjuk efektifitas dari berbagai variasi tingkatan jika digunakan
bahan tambah.
Pada pengujian ini, untuk mengetahui waktu ikatan digunakan alat vikat, yang
meliputi jarum Vikat berdiameter 1 mm, beban 300 gram, cincin ebonite dengan
diameter atas 80 mm dan diameter bawah 90 mm
2.5.
ujungnya.
Bagian bawah berdiameter 200 mm. adapun bagian atas berdiameter 100
mm, dan tinggi 300 mm
b. Tongkat baja dengan diameter 16 mm dan panjang 600 mm. bagian ujung
baja ini dibulatkan.
2.6.
karakteristik, kekuatan
beton
baik
beton
bertulang
maupun
tidak
bertulang
pasti
tarikan maka kekuatan daya tekan menjadi penting pada praktek, pengujian ini
merupakan pedoman rencana struktural lebih didasarkan pada kekuatan tekan
2.7.
Faktor air semen (f a.s) merupakan suatu perbandingan antara jumlah air dan
jumlah semen yang digunakan dalam suatu campuran beton. Menurut
Tjokrodimuljo, K., (1996), faktor air semen sangat berpengaruh terhadap kuat
tekan beton yang dihasilkan, hubungan antara faktor air semen dengan kuat tekan
beton secara umum dapat ditulis dengan rumus yang diusulkan Duff Abrams
(1919) sebagai berikut:
fc' =
A
B 1.5 x
............................................................(2.2)
dimana:
fc '= kuat tekan beton
X= faktor air semen (fas)
A, B= konstanta
Persamaan 2.2 di atas menjelaskan bahwa semakin rendah nilai faktor air semen
maka akan semakin tinggi kuat tekan betonnya, namun kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa pada suatu nilai faktor air semen tertentu semakin rendah
nilai faktor air semennya maka akan semakin rendah pula kuat tekan betonnya.
Hal ini terjadi karena apabila nilai faktor air semen terlalu rendah maka adukan
beton akan sulit untuk dipadatkan.
2.8.
Dalam penguj1an kuat tarik belah, digunakan silinder beton dengan diameter 75
mm dan tinggi 150 mm. Silinder beton ini diletakkan secara horisontal kemudian
beban tekan P dikenakan secara merata dalam arah diameter disepanjang benda uji
hingga silinder beton terbelah. Besarny kuat tarik belah (fc,) adalah sebagai
berikut:
fct = 2P/DL
...........................................................................(2.3)
dimana:
P
= beban tekan maksimum yang terjadi, Kg L= tinggi silinder, cm
D
= diameter silinder. cm
Menurut ACI (American Concrete Institute ), ada hubungan antara kuat tekan dan
kuat tarik beton adalah sebagai berikut:
fc, = 0.5561 fc ' ................................................................................. (2.4)
Sedangkan menurut SK SNI T-15-1991-13 hubungan kekuatan tarik dcngan
kckuatan tckan bcton adalah scbagai bcrikut:
fc,= 0.55 fc ' .......................................................................................(2.5)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
meliputi pengujian agregat, pencetakan beton, perawatan dan pengujian kuat tekan
betonnya.
Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2016 yang meliputi masa persiapan
sampai pada waktu pengujian kuat tekan beton
3.2. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan antara lain:
1. Semen
Bahan pengikat menggunakan semen Gresik jenis I dalam kemasan 50 kg
2. Batu pecah
Batu pecah yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Wareng,
Nanggolan, Kulon Progo
3. Pasir
Pasir yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Bebeng, Kali Adem
4. Air
Air yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Laboratorium di
Laboratorium Struktur Pusat Antar Universitas (PAU) Ilmu Teknik
Universitas Gadjah Mada. Pemeriksaan air yang dilakukan secara visual,
yakni jika air tersebut jernih, tidak berwarna dan tidak berasa, dimana hal
tersebut masih memenuhi syarat sebagai air minum
5. Sika Viscocrete 10 dan Sika Fume
Kedua bahan tambah ini diperoleh dari PT Sika Nusa Pratama yang berkantor
di daerah Ngestiharjo Yogyakarta
3.3. Instrumen dan Alat Penelitian
Peralatan dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian disini adalah untuk peralatan ukur yang digunakan dalam
proses penelitian dalam pengujian kuat tekan beton, diantaranya:
a. Mesin uji tekan merk Controls, Milano-Itali dengan satuan pembacaan dalam
skala kN, dengan kapasitas maksimum 2000 kN
b. Mesinn uji tekan belah merk Murayama Seisakusho LTP dengan satuan
pembacaan dalam kg
c. Kaliper (jangka sorong) panjang 30 mm
2. Alat Penelitian
a. Ayakan diameter 4,75; 2,4; 0,6; 0,3 dan 0,15 mm untuk mengayak pasir yang
akan digunakan untuk pembuatan beton
b. Ayakan diameter 20; 19; 9,5; 4,75; 2,4; 0,6; 0,3 dan 0,15 untuk mengayak
batu pecah yang akan digunakan untuk pembuatan beton
c. Timbangan kapasitas 2 kg
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
3, 7, 28
3, 7, 28
3, 7, 28
Sika viscocrete-10
(%)
0
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
(buah)
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
66
Jumlah
Rincian jumlah benda masing-masing variasi untuk uji tarik belah (ukuran benda
uji silinder 75 mm x 150 mm) dapat dilihat pada Tabel 3.2
28
28
28
Jumlah
Sika viscocrete-10
(%)
0
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
(buah)
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
22
W0
W 2+W 0W 1
.................................................................................
W3
W 2+W 0W 1
.................................................................................
W 0W 3
x 100
W3
............................................................................(3.3)
(3.1)
BJKering
(3.2)
Kadar Air
W 2W 1
V
............................................................................
(3.4)
W 1W 2
x 100
W1
............................................................................(3.5)
sesuai
sika
dan
P/A
...........................................(3.6)
dengan :
fc '= kuat tekan beton, Mpa
P = gaya tekan pada beton, N
A = luas penampang, mm2
e) Tahap Pengujian Kuat Tarik Belah.
Dalam pengujian kuat tarik belah, digunak.an silinder beton dengan
diameter 75 mm dan tinggi 150 mm. Pengujian kuat tarik belah dilakukan
pada umur 28 hari dengan jalan mengeluarkan beton dari rendaman