Vous êtes sur la page 1sur 25

APORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR ANALISIS KESADAHAN

AIR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR
ANALISIS KESADAHAN AIR
(B-2)
Disusun Oleh :
Nama

: Wahyu Hermansyah

NIM

: 10/296704/TK/36197

Jurusan

: Teknik Geologi

Asisten

: Anggi Pratiwi

Hari / Tanggal

: Senin / 22 Novemberber 2010

LABORATORIUM KIMIA DASAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010
PERCOBAAN B-2
ANALISIS KESADAHAN AIR
A. Tujuan Percobaan
1.

Mempelajari penyebab dan pengaruh air sadah.

2.

Menentukan kesadahan sampel air.

B.

Dasar Teori

B.1 Air Sadah: Air yang mengandung ion Ca2+ dan atau ion Mg2+. Kesadahan air adalah
kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium

(Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar
mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain
ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun
garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air
adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air
sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang
lebih kompleks adalah melalui titrasi. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per
volume (w/v) dari CaCO3.
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa masalah.
Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa dan keran.
Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur
sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air
yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan
kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun dengan menggunakan resin penukar
ion. Air sadah digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan jenis anion yang iikat oleh kation (Ca2+,
Mg2+). Yaitu:
a. Air sadah sementara
Mengandung garam hidrokarbonat seperti Ca(HCO3)2 dan atau Mg(HCO3)2.
1. Air sadah sementara dapat dihilangkan kesadahannya dengan cara memanaskan air tersebut
sehingga garam karbonatnya mengendap, reaksinya:
Ca(HCO3)2 (aq) CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
Mg (HCO3)2 (aq) MgCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
2. Selain dengan memanaskan air, sadah sementara juga dapat dihilangkan kesadahannya dengan
mereaksikan larutan yang mengandung Ca(HCO3)2 atau Mg (HCO3)2 dengan kapur (Ca(OH)2):
Ca(HCO3)2 (aq) + Ca(OH)2 (aq) > 2CaCO3 (s) + 2H2O (l)
b. Air sadah tetap
Mengandung garam sulfat (CaSO4 atau MgSO4) terkadang juga mengandung garam klorida
(CaCl2 atau MgCl2). Air sadah tetap dapat dihilangkan kesadahannya menggunakan cara:
1.
Mereaksikan dengan soda Na2CO3 dan kapur Ca(OH)2, supaya terbentuk endapan
garam karbonat dan atau hidroksida:
CaSO4 (aq) + Na2CO3 (aq) > CaCO3 (s) +Na2SO4 (aq)
2.
Proses Zeolit Dengan natrium zeolit (suatu silikat) maka kedudukan akan digantikan
ion kalsium dan ion magnesium atau kalsium zeolit.

B.2 Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion
kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana
titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksireaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang
kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Titrasi kompleksometri
juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya
kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas,
dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut
penggunaan EDTA. Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat.
B.3 EBT dan EDTA
B.3.1 Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator kompleksometri yang merupakan bagian dari
titrasi pengompleksian contohnya proses determinasi kesadahan air. Di dalamnya bentuk
protonated Eriochrome Black T berwarna biru. Lalu berubah menjadi merah ketika membentuk
komplek dengan kalsium, magnesium atau ion logam lain. Nama lain dari Eriochrome Black T
adalah,Solochrome Black T atau EBT (Anonima,2010).
Suatu kelemahan Eriochrome Black T adalah larutannya tidak stabil. Bila disimpan akan terjadi
penguraian secara lambat,sehingga setelah jangka waktu tertentu indikator tidak berfungsi lagi.
Sebagai gantinya dapat diganti dengan indikator Calmagite.Indikator ini stabil dan dalam
kebanyakan sifatnya sama dengan Erio T (Harjadi,1993).
B.3.2 EDTA adalah singkatan dari Ethylene Diamine Tetra Acid, yaitu asam amino yang
dibentuk dari protein makanan. Zat ini sangat kuat menarik ion logam berat (termasuk kalsium)
dalam jaringan tubuh dan melarutkannya, untuk kemudian dibuang melalui urine. EDTA
sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat
kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang
mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom
nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul.
C. Metode Percobaan
A. Alat dan Bahan:
A.1 Alat
1.

Sebuah Gelas Piala berukuran 250 ml

2.

Tiga buah erlenmeyer berukuran 125 ml

3.

Sebuah pipet gondok berukuran 20 ml

4.

Sebuah pipet gondok berukuran 1 ml

5.

Sebuah corong

6.

Sebuah buret berukuran 50 ml

7.

Sebuah pipet pump berukuran 25 ml

8.

Dua buah pipet tetes

A.2 Bahan
1.

Larutan Na2H2Y.2H2O atau larutan Na2EDTA

2.

Larutan standar Ca2+ 0.0005 M

3.

Larutan buffer pH 10,0

4.

Sampel air (Akuades)

5.

Indikator EBT

B.

Prosedur Kerja

B.1. Prosedur kerja standarisasi 0,01 m larutan etilaniamin tetraasetat:


1.
Buret disiapkan untuk dilakukan titrasi, kemudian buret dibilas menggunakan Na2EDTA
dan diisi dengan Na2EDTA hingga skala 0
2.
Digunakan pipet gondok untuk mengambil 20 ml larutan standar Ca2+ dan dimasukkan ke
dalam erlenmeyer 125 ml, kemudian ditambahkan 1 ml larutan buffer pH 10.0dan 2 tetes
indikator EBT. Disiapkan 3 erlenmeyer untuk 3 sampel larutan.
3.
Larutan di dalam erlenmeyer dititrasi menggunakan Na2EDTA secara perlahan hingga
mendekati titik terakhir kemudian diturunkan laju penambahan titran pada saat terjadi perubahan
warna menjadi biru langit secara permanen
4.

Dicatat volume titran yang digunakan

5.

Titrasi pengambilan standart Ca2+ diulangi untuk larutan sampel yang kedua dan ketiga

B.2. Prosedur kerja analisis sampel air


1.
Buret disiapkan untuk dilakukan titrasi, kemudian buret dibilas menggunakan Na2EDTA
dan diisi dengan Na2EDTA hingga skala 0

2.
Digunakan pipet gondok untuk mengambil 20 ml sampel air dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 125 ml, kemudian ditambahkan 1 ml larutan buffer pH 10.0dan 2 tetes indikator
EBT. Disiapkan 3 erlenmeyer untuk 3 sampel larutan.
3.
Larutan di dalam erlenmeyer dititrasi menggunakan Na2EDTA secara perlahan hingga
mendekati titik terakhir kemudian diturunkan laju penambahan titran pada saat terjadi perubahan
warna menjadi biru langit secara permanen
4.

Dicatat volume titran yang digunakan

5.

Titrasi pengambilan sampel air diulangi untuk larutan sampel yang kedua dan ketiga

C.

Skema alat:

keterangan:
1.statif
2.klem
3.buret
4.erlenmeyer
Sumber gambar:

D.

Hasi Percobaan dan hasil perhitungan

D.1 Hasil Percobaaan Standarisasi Larutan Na2 EDTA


No.
Uraian
Perc. 1
Perc. 2
Perc. 3
1
Volume larutan standar Ca2+ (ml)
20

20
20
2
Konsentrasi larutan standar Ca2+ (mol/L) (Molar)
0,0005
0,0005
0,0005
3
Mol Ca2+ = mol Na2H2Y (mol)
10-5
10-5
10-5
4
Pembacaan buret, akhir (ml)
48
30,.5
27,5
5
Pembacaan buret, awal (ml)
50
33
30,5
6

Volume titran Na2H2Y (ml)


2
2,5
3
7
Molaritas larutan Na2H2Y (mol/L)
5 . 10-3
4. 10-3
3,33. 10-3
8
Molaritas rerata larutan Na2H2Y (mol/L)
4,11. 10-3
4,11. 10-3
4,11. 10-3
D.2 Hasil Percobaan Analis Sampel Air
No.
Uraian
Perc. 1
Perc. 2
Perc. 3
1
Volume sampel air (ml)
20

20
20
2
Pembacaan buret, akhir (ml)
44,8
39,3
33, 8
3
Pembacaan buret, awal (ml)
50
44,8
39,3
4
Volume titran Na2H2Y (ml)
5,2
5,5
5,5
5
Mol ion sadah, Ca2+ = mol Na2H2Y (mol)
2,14 . 10-5
2,26 . 10-5
2,26 . 10-5
6

Massa CaCO3 ekuivalen (gram)


2,14 . 10-3
2,26 . 10-3
2,26 . 10-3
7
ppm CaCO3 (mg CaCO3 / L sampel)
107
113
113
8
ppm CaCO3 rerata (mg/ L)
111
111
111
D.3 Hasil Perhitungan Standarisasi Larutan Na2 EDTA
PERCOBAAN
Ca2+
Na EDTA
M
M
V (L)
M
V (L)

RATA RATA
I
0,0005
2.10-2
5.10-3
2.10-3
4,11. 10-3
II
0,0005
2.10-2
4. 10-3
2,5.10-3
III
0,0005
2.10-2
3.33 10-3
3.10-3
D.4 Hasil Perhitungan Analisis Sampel Air ( Kandungan Ca2+ Dalam Air )
Diketahui: Mr CaCO3 = 100 gram / mol
PERCOBAAN
Na2EDTA
SAMPEL AIR
Molaritas Ion Sadah (mol)

MASSA CaCO3 (gram)


PPM CaCO3 (mg/L)
M rata-rata
V( ml )
V( liter (L))
I
4,11. 10-3
5,2
2.10-2
2,14 . 10-5
2,14 . 10-3
107
II
4,11. 10-3
5,5
2.10-2
2,26 . 10-5
2,26 . 10-3
113
III
4,11. 10-3
5,5
2.10-2

2,26 . 10-5
2,26 . 10-3
113
PPM RATA-RATA
111 mg/L
E.
a.

Pembahasan
Perlakuan

Percobaan ini dilakukan dengan tujuan agar kita dapat menetukan kesadahan suatu sampel air.
Yang menyebabkan kesadahan suatu air adalah karena adanya garam kalsium dan magnesium
serta besi pada suatu larutan.
Pada percobaan pertama, melakukan standarisasi larutan Na2H2Y2 dengan menggunkan larutan
standar Ca2+. Yang dimaksud dengan larutan standar adalah larutan yang telah diketahui nilai
molaritasnya sehingga dapat menstandarisasi larutan yang belum diketahui nilai molaritasnya.
Karena bentuk awal dari larutan standar Ca2+ berbentuk butiran, sehingga dapat dihitung
molaritasnya dengan menggunakan konsep molaritas. Dalam percobaan kali ini mengunakan
metode titrasi, yaitu cara penetuan konsentrasi suatu larurtan dengan volume tertentu dengan
menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara
pasti. Titran yang digunakan adalah Na2EDTA dan akan berdisiosasi menjadi ion Na+ dan
H2Y2-. Pada kali ini akan dilakukan 3 kali percobaan.
Pada percobaan ini, Ca2+ memiliki molaritas sebesar 0,005M dan volume larutan 0,02 liter.
Molaritas dan volume larutan telah diketahui karena larutan ini merupakan larutan standar. Pada
percobaan ini, digunakan indikator, yaitu indikator EBT. Indikator yang mampu berikatan secara
kompleks dengan ion Ca2+ dan Mg2+. Indikator warna yang digunakan adalah perubahan warna
ungu menjadi warna biru cerah.
b. Fungsi tiap-tiap penambahan:
Titrasi Na2EDTA menggunakan indikator EBT dan penyangga dengan pH 10. Tujuan awalnya
untuk memelihara agar pH tetap yang disebabkan ketika ion hidrogen lepas pada proses titrasi
yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan pH dalam titrasi kompleksiometri. Kedua
mencegah terbentunya endapan logam hidroksida, dengan demikian,penyangga itu dapat
bertindak sebagai zat pembentuk kompleks tambahan
c.

Reaksi dan Fenomena:

Jika titran Na2EDTA ditambahkan pada analitik, maka akan terjadi reaksi pembentukan
kompleks dengan ion Ca2+ seperti berikut:

Ca2+ (aq) + H2Y2- (aq) > (CaY)2- (aq) + 2H+ (aq)


Indikator EBT berwarna biru langit dalam larutan tetapi membentuk kompleks merah anggur (Ca
EBT)2+ (aq)
Ca2+ (aq) + EBT (aq) > (Ca EBT)2+ (aq)
Sebelum titran H2Y2- ditambahkan untuk analisa, analit berwarna merah anggur karena ion
kompleks (Ca EBT)2+ (aq). Jika H2Y2- mengkompleks semua Ca2+ bebas dari sampel air
maka kompleks merah anggur (Ca EBT)2+ terdisosiasi dari warna merah anggur berubah
menjadi biru langit dari indikator EBT. Dan titik akhir dicapai, semua ion sadah telah
terkompleksikan dengan H2Y2(Ca EBT)2+ (aq) + H2Y2- (aq) > CaY(aq) + 2H+ (aq) + EBT(aq)
Jika titran H2Y2- ditambahkan pada analit, maka akan terjadi reaksi pembentukan kompleks
dengan ion Ca2+ dan Mg2+seperti berikut:
Ca2+ (aq) + H2Y2- (aq) > (CaY)2- (aq) + 2H+ (aq)
Mg2+ (aq) + H2Y2- (aq) > (MgY)2- (aq) + 2H+ (aq)
Indikator EBT berwarna biru langit dalam larutan tetapi membentuk kompleks merah anggur
(Mg EBT)2+ (aq)
Mg 2+ (aq) + EBT (aq) > (Mg EBT)2+ (aq)
Jika H2Y2- mengkompleks semua Ca2+ dan Mg2+ bebas dari sampel air maka kompleks
merah anggur (Ca EBT)2+ terdisosiasi dari warna merah anggur berubah menjadi biru langit
dari indikator EBT. Dan titik akhir dicapai, semua ion sadah telah terkompleksikan dengan
H2Y2(Mg EBT)2+ (aq) + H2Y2- (aq) > MgY(aq) + 2H+ (aq) + EBT(aq)
d.

Toleransi hasil dengan standar ion sadah yang diizinkan

Dari hasil data yang telah diperoleh, terdapat hasil yang berbeda-beda. Pada percobaan pertama
terdapat volume 2 x 10-3 L dengan molaritas sebesar 5 x.10-3 M, sedangkan pada percobaan
kedua, terdapat volume sebesar 2,5 x 10-3 L dengan molaritas sebesar 4 x 10-3 M, dan pada
percobaan terakhir mengenai standarisasi larutan Na2EDTA ini didapat volume 3 x 10-3 L
sehingga menghasilkan konsentrasi sebesar 3,33 x 10-3 M. Dapat kita lihat, bahwa penentuan
momentum pada saat terjadinya perubahan warna menjadi biru cerah adalah faktor yang sangat
penting. Beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan dalam menetukan konsentrasi standar
pada larutan Na2EDTA, terutama saat melakukan proses titrasi larutan, seperti :

v Dalam prosedur bekerja, terjadi kekurang telitian dalam proses pengukuran, penimbangan,
serta dalam proses pengambilan larutan menggunakan pipet memberikan sedikit pengaruh
terhadap volume yang diukur.
v Pembacaan buret tidak konstan dan buret yang bocor mempengaruhi volume Na2EDTA yang
dititrasi sehingga membuat konsentrasi dari Na2EDTA semakin besar.
v Di dalam prosedur, proses titrasi dilakukan secara perlahan-lahan, namun dalam pelaksaannya
tidak dilakukan secara perlahan, sehingga pengukuran volume Na2EDTA saat terjadi perubahan
warna indikator tidak akurat. Karena semakin banyak larutan yang dititrasi oleh larutan ini, maka
semakin besar pula molaritasnya.
v Penginterpretasian perubahan warna setiap individu berbeda-beda. Momentum terjadinya
perubahan warna pun berbeda-beda, sehingga terjadi kekurang telitian dalam melihat warna yang
menjadi biru.
Dalam praktikum kali ini, dilakukan beberapa kali percobaan. Dari percobaan tersebut
menghasilkan data yang berbeda-beda, namun percobaan tersebut dilakukan dengan prosedur
yang sama, sehingga untuk menentukan besarnya konsentrasi larutan Na2EDTA dapat di ambil
nilai rata-ratanya dengan menggunakan rumus M1 + M2 + M3, konsentrasi standar larutan
Na2EDTA sebesar 4,11 x 10-3 M.
3
Konsentrasi Na2EDTA inilah yang akan kita pergunakan dari hasil standarisasi menggunakan
larutan Ca2+. Dalam perhitungan mengenai titrasi ini, dalam menentukan konsentrasinya
digunakan rumus sbb :
MCa2+ x VCa2+ = MNa2EDTA x VNa2EDTA
Karena mol Ca2+ =sama dengan mol Na2EDTA, sehingga terjadi proses disosiasi dan pelepasan
ion natrium dan H2Y2- untuk berikatan dengan ion sadah, yaitu ion Ca2+.
Pada percobaan selanjutnya, yaitu menganailisis kesadahan air dengan menggunakan metode
yang sma yaitu titrasi, dengan titran yang berupa larutan Na2EDTA terhadap sampel air yang
diduga mengandung kesadahan air oleh zat kapur CaCO3 yang memiliki ion Ca2+ sebagai ion
penyebab kesadahan pada sampel air. Untuk mencapai titik ekivalen atau saat dimana titran
bereaksi dengan sampel air secara sempurna, terjadi prubahan warna indikatorndari merah
anggur menjadi biru langit. Indikator pada percobaan kali ini menggunakan indikator yang sama
pada saat percobaan sebelumnya, yaitu indikator EBT. Indikator EBT adalah indikator yang
mampu membentuk secara kompleks dengan ion Ca2+ dan Mg2+, namun lebih berikatan kuat
dengan ion Mg2+ dibandingkan Ca2+. Indikator EBT berwarna biru langit dalam larutan namun
membentuk kompleks merah anggur. Hal itu terjadi karena ketika H2Y2- mengalami reaksi
dengan ion sadah Ca2+ dan mengkompleks, maka Mg2+ yang berikatan lebih banyak
dibandingkan Ca2+ ini mengalami disosiasi dan mengubah warna merah anggur menjadi biru
langit dari indikator EBT, dan bila titik ekivalen tercapai, semua ion sadah telah terkomplekskan
melalui ion H2Y2-, sehingga untuk membuat indikator EBT bekerja, sampel air harus
mengandung Mg2+, meskipun hanya sedikit.

Pada percobaan ini, untuk menetukan kesadahan air yang terjadi, kita telah mendapatkan
molaritas Na2EDTA yang bernilai 4,11 x 10-3 M dan volume sampel air 0,02 L. Pada percobaan
pertama, volume Na2EDTA dititrasi pada sampel air, dan mencapai titik ekivalen pada saat
volumenya 5,2 x 10-3 L. Ketika mencapai titik ekivalen, ion H2Y2- bereaksi dengan ion sadah
dan membentuk ion kompleks yang stabil, sehingga didapat reaksi :
Ca2+(aq) + H2Y2-(aq) CaY2-(aq) + 2H+(aq)
Pada reaksi tersebut, dengan menggunakn prinsip mol, jumlah mol ion sadah dalam smpel air
dapat dihitung dengan perbandingan stoikiometri 1 : 1, sehingga dapat disimpulkan :
mol Na2EDTA = mol H2Y2- = mol Ca2+
MH2Y2- x VH2Y2- = MCa2+ x VCa2+
Dengan menggunkan rumus tersebut, kita dapat menghitung konsentrasi pada Ca2+ sesuai
dengan hasil pengamatan yang telah kita lakukan, seperti halnya percobaan pertama yang
mendapatkan molaritas sebesar 4,33 x 10-2 M. Pada percobaan kedua, volume saat mencapai
titik ekivalen adalah 5 x 10-3 L. Setelah dilakukan hitungan, molaritas dari Ca2+ adalah 4,33 x
10-3 M.
Dalam hal ini kembali terjadi perbedaan antara masing-masing percobaan dengan menggunakn
prosedur atau langkah-langkah yang sama. Perbedaan dalam menentukan konsentrasi yang kita
lakukan adalah wajar terutama dalam proses titrasi ini, sebagai contoh :
v Titrasi yang dilakukan secara perlahan-lahan, namun apabila dilakukan dengan cepat akan
mengurangi keakuratan data, dapat terjadi kesalahan dalam pengukuran volume Na2EDTA saat
terjadi perubahan warna indikator yang berakibat data mulai manjauhi nilai akurat.
v Kekurang telitian dalam cara pengerjaan, baik pengukuran, penimbangan, maupun proses
pengambilan larutan menggunakan pipet memiliki pengaruh terhadap volume yang diukur.
v Pembacaan skala buret yang tidak konstan. Dalam hal ini mempengaruhi volume Na2EDTA
yang dititrasi serta proses kebocoran buret yang bisa terjadi.
v Pengintepretasian mengenai perubahan warna indikator pada sampel air, karena setiap tetes
pada titran mempengaruhi momentum perubahan warna setiap waktunya, sehingga dapat terjadi
kekurang telitian dalam melihat warna yang telah berubah menjadi biru dengan pencapaian pada
titik ekivalen yang kita cari.
Setelah mendapatkan konsentrasi dari ion Ca2+ dalam sampel air, kemudian kita akan
menentukan nilai PPM dari sampel air atau menentukan nilai dari kesadahan pada sampel air
yang akan kita tentukan sebarapa besar nilai kesadahannya. PPM memiliki satuan mg CaCO3/L
atau dapat kita masukkan ke dalam rumus :
PPM CaCO3 = massa CaCO3 (mg)

Volume sampel air (L)


Dari masing-masing percobaan melalui perhitungan atas rumus diatas, karena konsentrasi pada
CaCO3 yang sama dengan konsentrasi Ca2+ melalui perbandingan koefisien memiliki perbedaan
setiap percobaan, sehingga kita juga memiliki nilai PPM yang berbeda-beda pada saat
melakukan percobaa tersebut. Dalam penentuan massa CaCO3, kita menggunakan rumus :
Molaritas CaCO3 = mol CaCO3
Volume CaCO3
Mol CaCO3 = massa CaCO3
Mr CaCO3
Dengan nilai Mr CaCO3 adalah 100 gram/ mol
Pada setiap percobaan, percobaan 1 memiliki massa sebesar 2,14 mg, percobaan 2 memilki
massa sebesar 2,26 mg, dan percobaan 3 memilki massa sebesar 2,26 mg. Dalam hal ini,
mengakibatkan nilai PPM masing-masing pecobaan berbeda-beda dengan ketentuan nilai
masing-masing PPM yaitu :

PPM1 CaCO3 adalah 107 mg/l

PPM2 CaCO3 adalah 113 mg/l

PPM3 CaCO3 adalah 113 mg/l

Sehingga dapat dicari nilai rata-rata dari kesua perhitungan diatas, yaitu :
PPM rata-rata = PPM1 CaCO3 + PPM2 CaCO3
2
Dari hasil tersebut, didapatkan nilai PPM rata-rata dengan sampel air yang telah ditentukan
sebesar 111 ppm. Kita dapat membandingkan dengan klasifikasi air sadah dari tabel yang ada
pada buku panduan praktikum bahwa sampel air ini memilki klasifikasi kesadahan karena nilai
dari PPM terakhir adalah 100 200 ppm, sehingga sampel air tersebut memiliki nilai kesadahan
yang cukup tinggiKesimpulan:
Dari percobaan yang telah kita lakukan, kita dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Nilai dari kesadahan air pada sempel air dipengaruhi kandungan garam yang terlarut dari
ion ion sadah seperti Ca2+, Mg2+, dan Fe2+, serta sedikit dipengaruhi oleh CO2 yang bebas
dan jumlah NaCl yang besar sehingga hal ini dapat meningkatkan kesadahan air. Pada percobaan
kali ini, larutan Na2 EDTA distandarisasi oleh larutan Ca2+ dalam penentuan konsentrasi.

2.
Indikator warna eirokom hitam T ( EBT ) merupakan indikator yang sesuai dalam
penggunaan pengukuran kesadahan air dikarenakan indikator ini membentuk kompleks dengan
ion Ca2+ dan Mg2+, sehingga trayek warna yang digunakan ialah perubahan warna ungu
( merah anggur ) ke biru langit.
3. Titran Na2 EDTA beraksi dengan Ion Ca2+ dan Mg2+. Larutan berubah menjadi biru yaitu
warna asli EBT membentuk kompleks dengan metal yang menjadi titik akhir dari titrasi.
4.
Pengaruh yang ditimbulkan oleh air sadah adalah menyebabkan pengendapan mineral
(penyumbatan saluran pipa dan keran) , pemborosan sabun dalam rumah tangga karena ion sadah
akan membentuk senyawa yang tidak larut dengan sabun serta membentuk gumpalan scum yang
sulit dihilangkan. Selain tu, zat-zat atau bahan kimia yang terkandung di dalam air misalnya Ca,
Mg, CaCO3 yang melebihi standart kualitas tidak baik untuk dikonsumsi oleh orang dengan
fungsi ginjal yang kurang baik, karena akan menyebabkan pembentukkan batu pada saluran
kencing. Kebiasaan minum juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi pembentukan
batu saluran kencing. Orang yang banyak mengkonsumsi air dengan kandungan kapur tinggi
akan menjadi predisposisi pembentukan batu saluran kencing, maka air yang digunakan manusia
tidak boleh lebih dari 200 mg/L CaCO3.
5.
Setelah mengikuti praktikum dengan sempel air yang telah ditentukan, kita mendapat
bahwa tingkat kesadahan air tersebut tergolong cukup tinggi dengan nilai PPM rata rata
sebesar 111 mg/L PPM.

Laporan Praktikum Analisis Kesadahan Air

1. Tujuan
a. Mempelajari penyebab dan pengaruh air sadah
b. Menentukan kesadahan sampel air

2. Dasar Teori
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks
(ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana

titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksireaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang
kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Titrasi kompleksometri
juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya
kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas,
dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut
penggunaan EDTA. Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat(Chang,2003)
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa
masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa dan
keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah yang
bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri,
kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk
menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun dengan
menggunakan resin penukar ion. Air sadah digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan jenis anion
yang iikat oleh kation (Ca2+, Mg2+), yaitu:
a. Air sadah sementara
Mengandung

garam

hidrokarbonat

seperti

Ca(HCO3)2 dan

atau

Mg(HCO3)2.

1. Air sadah sementara dapat dihilangkan kesadahannya dengan cara memanaskan


air

tersebut

reaksinya:

sehingga

garam

karbonatnya

mengendap,

Ca(HCO3)2 (aq) CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)


Mg (HCO3)2 (aq) MgCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)

2. Selain dengan memanaskan air, sadah sementara juga dapat dihilangkan


kesadahannya dengan mereaksikan larutan yang mengandung Ca(HCO3)2 atau
Mg (HCO3)2 dengan kapur (Ca(OH)2):
Ca(HCO3)2 (aq) + Ca(OH)2 (aq) > 2CaCO3 (s) + 2H2O (l)
b. Air sadah tetap

Mengandung garam sulfat (CaSO4 atau MgSO4) terkadang juga mengandung garam
klorida (CaCl2 atau MgCl2). Air sadah tetap dapat dihilangkan kesadahannya menggunakan
cara:
1. Mereaksikan dengan soda Na2CO3 dan kapur Ca(OH)2, supaya terbentuk
endapan garam karbonat dan atau hidroksida:
CaSO4 (aq) + Na2CO3 (aq) > CaCO3 (s) +Na2SO4 (aq)
2. Proses Zeolit Dengan natrium zeolit (suatu silikat) maka kedudukan akan digantikan ion kalsium
dan ion magnesium atau kalsium zeolit(Fardiaz,1992).
Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator kompleksometri yang merupakan bagian dari
pengompleksian,contohnya proses determinasi kesadahan air. Di dalam bentuk protonate EBT
berwarna biru. Lalu berubah menjadi warna merah ketika membentuk komplek dengan
kalsium,magnesium,

dan

ion

logam

lainnya.

Nama

lain

dari

Eriochrome

Black T adalah,Solochrome Black T atau EBT. Suatu kelemahan EBT adalah larutannya tidak stabil.
Bila disimpan akan terjadi penguraian secara lambat,sehingga setelah jangka waktu tertentu indikator
tidak berfungsi lagi. Sebagai gantinya dapat diganti dengan indikator Calmagite Indikator ini stabil dan
dalam kebanyakan sifatnya sama dengan Erio T (Harjadi,1993).
EDTA adalah singkatan dari Ethylene Diamine Tetra Acid, yaitu asam amino yang
dibentuk dari protein makanan. Zat ini sangat kuat menarik ion logam berat (termasuk kalsium)
dalam jaringan tubuh dan melarutkannya, untuk kemudian dibuang melalui urine. EDTA
sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat
kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang
mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom
nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul.

Struktur 1.2 EDTA

Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut mengandung baik donor elektron dari atom
oksigen maupun donor dari atom nitrogen sehingga dapat menghasilkan khelat bercincin sampai
dengan enam secara serempak (Khopkar, 1990).

3. Alat
Alat yang digunakan,yaitu gelas piala atau gelas beker 100 ml yang berfungsi untuk tempat
larutan, erlenmeyer 100/125 ml yang berfungsi untuk tempat zat yang akan dititrasikan, pipet
gondok 20 ml yang berfungsi pada larutan yang akan diambil dengan volume 20 ml, pipet
gondok 1 ml berfungsi pada larutan yang akan diambil dengan volume 1 ml,pipet tetes yang
berfungsi sama untuk mengambil larutan, corong gelas yang berfungsi untuk membantu
memasukan larutan ke dalam tempat yang lubangnya kecil atau sempit, dan buret 50 ml yang
digunakan untuk titrasi.
4. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum,yaitu NaEDTA 0,0005 M,standar Ca2+ 0,0001 M,Buffer
ph 10, indikator EBT,dan sampel air.
5. Cara Kerja

Standarisasi 0,005 M larutan Dinatrium Etilendiamintetra Asetat, Na2H2Y (Na2EDTA)


Buret diisi dengan larutan Dinatrium Etilendiamintetra Asetat (Na2EDTA) 0.005 M.
Kemudian 20 ml larutan standar Ca2+ 0,0005 M diambil dengan pipet gondok,lalu dimasukkan
ke dalam erlenmeter 125 ml. Ditambahkan 1 ml larutan buffer pH 10 dan ditetesi 2 tetes
indikator EBT. Disiapkan tiga larutan standar Ca2+. Larutan standar Ca2+ yang ditritasi dengan
titran Na2H2Y secara perlahan-lahan hingga berubah warna menjadi biru langit secara permanen.
Percobaan ini diulangi tiga kali.

Analisis Sampel Air


20 ml sampel air diambil dengan pipet gondok berukuran 20 ml, lalu dimasukkan ke
dalam erlenmeyer 125 ml. Kemudian ditambahkan 1 ml lautan buffer pH 10 dan ditetesi 2 tetes

indikator EBT. Larutan Na2H2Y dititrasikan secara perlahan-lahan hingga warnanya berubah
seperti warna biru langit secara permanen. Lalu percobaan ini diulangi tiga kali.
6. Hasil
a.

Standarisasi larutan Na2EDTA 0,005 M


No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Uraian

Percb. 1

Percb.2

Percb.
3

2+

Volume larutan standar Ca (mL)


Konsentrasi larutan standar Ca2+ (M)
Pembacaan buret,akhir (mL)
Pembacaan buret,awal (mL)
Volume titran/Na2EDTA
Molaritas Na2EDTA (mol/L)
Molaritas rata-rata (mol/L)

20
0,0005
2
0
2
0,005

20
0,0005
4,2
2
2,2
0,0045
0,0046

20
0,0005
6,6
4,2
2,4
0,0042

Percb. 1

Percb.2

Percb.

20
5,4
0
5,4
0,025

20
10,4
5,4
5,0
0,023

20
15,8
10,4
5,4
0,025

125

115

125

b. Analisis sampel air


No

c.

Uraian

.
1.
2.
3.
4.
5.

Volume sampel air (mL)


Pembacaan buret,akhir (mL)
Pembacaan buret,awal (mL)
Volume titran/Na2EDTA
Mol Na2EDTA=mol ion sadah, Ca2+

6.

dan Mg+
Konsentrasi CaCO3 mg CaCO3 /L

7.

sampel(ppm)
Konsentrasi CaCO3 rata-rata (ppm)

121,67

Tingkat kesadahan
Kesadahan (ppm CaCO3)
< 15
15-50
100-200
>200

7. Pembahasan

Klasifikasi kesadahan
Sangat rendah
Rendah
Tinggi
Sangat tinggi

Pada percobaan kali ini mengunakan metode titrasi, yaitu cara penetuan konsentrasi suatu
larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Titran yang digunakan adalah Na 2EDTA
dan akan berdisiosasi menjadi ion Na+ dan H2Y2 . Pada percobaan ini, Ca2+ memiliki molaritas
sebesar 0,005M dan volume larutan 0,02 liter. Molaritas dan volume larutan telah diketahui
karena larutan ini merupakan larutan standar .Pada percobaan ini juga ditambahkan buffer ph
10,Na2EDTA, dan EBT. Adanya penambahan tersebut agar pHnya tetap atau tidak berubahubah..Pada pH larutan dapat mengalami perubahan dengan adanya ion hidrogen yang lepas pada
saat titrasi. Dengan adanya pH dan EBT dapat mencegah terbentuknya endapan logam
hidroksida. Dilakukan standarisasi dengan menggunakan larutan standar Ca2+. Larutan standar
adalah larutan yang sudah diketahui nilai molaritasnya sehingga dapat menstandarisasi larutan
lain yang belum diketahui nilai molaritasnya. Jadi dengan melakukan standarisasi pada
percobaan ini untuk mengetahui nilai molaritas pada larutan yang belum diketahui nilai
molaritasnya. Pada percobaan ini juga dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali, pengulangan
ini untuk menganalisa hasilnya. Hasil satu percobaan belum tentu signifikan. Pengulangan
tersebut untuk mengetahui data atau hasil itu signifikan atau tidaknya. Dalam proses titrasi ini
terjadi perubahan warna, karena adanya indikator EBT yang mampu berikatan dengan ion Ca2+
dan Mg2+. Adanya indikator ini yang dicampurkan sampel air atau pada saat melakukan
standarisasi larutan Na2EDTA 0,0005 M akan mengalami perubahan warna dan terjadi titik akhir
titrasi. Titik akhir titrasi itu terjadi pada saat perubahan warna dan terjadi titik ekivalen.
Percobaan dengan menstandarisasi larutan Na2EDTA dengan tiga kali percobaan. Pada
percobaan ini untuk mencari nilai molaritas dari suatu larutan yang belum diketahui nilai
molaritasnya dengan bantuan larutan standar Ca2+ . Volume larutan standar Ca2+ sebesar 20 ml
yang kemudian dititrasikan. Di dapat volume titran yang pertama 0,002 L dengan molaritas
sebesar 0,005 mol/L, sedangkan yang kedua volume titran sebesar 0,0022 L dengan molaritas
0,0045 mol/L. Lalu yang ketiga dengan volume titran 0,0024 L dengan molaritas 0,0042 mol/L.
Diperoleh pula molaritas rata-rata sebesar 0,0046 mol/L. Dari ketiga data tersebut mempunyai
hasil yang berbeda,hal ini dikarenakan pada saat melalukan titrasi yang seharusnya dilakukan
dengan perlahan-lahan,tetapi jika diperlakuan dengan cepat atau tidak perlahan-lahan dalam
mentitrasikan suatu larutan akan mempengaruhi volume titran. Adapun faktor lain,yaitu pada
saat pengambilan larutan tidak tepat pada pengukuran dan dalam melihat angka tidak tepat, hal

tersebut juga dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Pada perubahan warna yang ditritasikan
menjadi biru cerah,kurang teliti dalam melihat perubahan warna. Perubahan warna yang berbeda
itu dapat mempengaruhi hasil dari volume hingga molaritasnya. Penambahan indikator atau
buffer pH 10 yang berlebih juga akan mempengaruhi hasil yang akan diperoleh.
Pada percobaan analisis sampel air untuk mengetahui tingkat kesadahan air. Dengan
volume sampel air yang digunakan 20 ml. Percobaan yang kedua ini juga diulangi tiga kali.
Didapatkan volume titran yang pertama sebesar 5,4 ml,sehingga diperoleh mol ion sadah Ca2+
dan Mg2+ sebesar 0,025 mmol,serta konsentrasinya yang didapat sebesar 125 ppm, pada
percobaan yang kedua volume titrannya 5,0 ml, sehingga diperoleh mol ion sadah Ca 2+ dan Mg2+
sebesar 0,023 mmol,serta konsentrasinya sebesar 115 ppm, dan percobaan yang ketiga hasilnya
sama seperti percobaan pertama yang konsentrasinya sebesar 125 ppm. Dari ketiga data tersebut
diperoleh konsentrasi rata-rata sebesar 121,67 ppm. Jika dilihat pada tabel tingkat kesadahan,
121,67 ppm termasuk tingkat kesadahan yang tinggi. Dari percobaan ini yang mengalami
perubahan warna yang sama menjadi biru cerah atau biru langit, tetapi hasil yang didapat tidak
sama satu dengan yang lain. Hal ini terdapat faktor yang mempengaruhi,yaitu pada saat
melakukan titrasi yang seharusnya perlahan-lahan, pada saat pengambilan larutan yang tidak
tetap atau lebih sedikit dari batas pengukuran juga dapat mempengaruhi hasilnya, dan pada saat
membac buret yang tidak tepat juga akan mempengaruhi hasil yang didapat. Pada penetesan pH
10 atau indikator EBT yang berlebih juga akan mempengaruhi volumenya dan warnanya pun
akan berbeda dengan satu tetes indikator dengan dua tetes indikator.
Untuk reaksi yang terjadi, Sebelum titran H2Y2- ditambahkan untuk analisa, analit
berwarna merah anggur karena ion kompleks (Ca EBT) 2+ (aq). Jika H2Y2- mengkompleks
semua Ca2+bebas dari sampel air maka kompleks merah anggur (Ca EBT) 2+ terdisosiasi dari
warna merah anggur berubah menjadi biru langit dari indikator EBT. Dan titik akhir dicapai,
semua ion sadah telah terkompleksikan dengan H2Y2(Ca EBT)2+ (aq) + H2Y2- (aq) > CaY(aq) + 2H+ (aq) + EBT(aq)
Jika titran H2Y2- ditambahkan pada analit, maka akan terjadi reaksi pembentukan
kompleks dengan ion Ca2+ dan Mg2+seperti berikut:
Ca2+ (aq) + H2Y2- (aq)

(CaY)2- (aq) + 2H+ (aq)

Mg2+ (aq) + H2Y2- (aq)

(MgY)2- (aq) + 2H+ (aq)

Indikator EBT berwarna biru langit dalam larutan tetapi membentuk kompleks merah
anggur (Mg EBT)2+ (aq)
Mg 2+ (aq) + EBT (aq) > (Mg EBT)2+ (aq)
Jika H2Y2- mengkompleks semua Ca2+ dan Mg2+ bebas dari sampel air maka kompleks
merah anggur (Ca EBT)2+ terdisosiasi dari warna merah anggur berubah menjadi biru langit
dari indikator EBT. Dan titik akhir dicapai, semua ion sadah telah terkompleksikan dengan H2Y2(Mg EBT)2+ (aq) + H2Y2- (aq)

MgY(aq) + 2H+ (aq) + EBT(aq)

8. Kesimpulan
1) Kesadahan yang dipengaruhi adanya kandungan garam yang terlarut dari ion-ion sadah seperti
Ca2+,Mg2+,Fe2+.
2) Konsentrasi CaCO3 rata-rata sebesar 121,67 ppm, tingkat kesadahannya tinggi.

9. Pengesahan
Yogyakarta,.... Desember 2012
Mengetahui,
Asisten

(Oktavian Ira W.)

Praktikan

(Dyah Ayu L.)

10. Daftar Pustaka


Chang, Rymond.2003. Edisi Ketiga. Kimia Dasar. Jakarta.Erlangga.
Fardiaz, srikandi.1992.Polusi Air dan Udara.Yogyakarta.Kanisius.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta.PT Gramedia.
Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Penerjemah : A. Saptorahardjo, UI-Prees,
Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi