Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Laporan Kasus
Oleh:
Devi Chintya Kumalasari
NIM 112011101013
HALAMAN SAMPUL..............................................................................
ii
1.1 Definisi..................................................................................................
1.2 Epidemiologi.........................................................................................
1.3 Etiologi..................................................................................................
1.6 Klasifikasi.............................................................................................
16
19
1.9 Komplikasi............................................................................................
24
1.10 Prognosis.............................................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
26
27
27
2.2 Anamnesis.............................................................................................
27
28
31
32
2.6 Penatalaksanaan....................................................................................
32
33
2.8 Prognosis...............................................................................................
34
melipat dari facies anterior rektum ke dinding posterior vesika urinaria, pada
tempat itu peritoneum membentuk lantai kantung rektovesikalis. Pada anak lakilaki peritoneum membentang ke inferior hingga dasar prostat. Pada wanita,
peritoneum melipat ke rektum menuju ke fornix posterior vagina dan pada tempat
tersebut peritoneum membentuk lantai kantung rektouterina (kavitas Douglasi).
Pada pria dan wanita, peritoneum melipat ke lateralis dari rektum membentuk
fossa pararektalis pada tiap sisi rektum dibagian 1/3 superiornya. Fossa
pararektalis memungkinkan rektum untuk menggelembung (Susan, 2008).
b. Vaskularisasi rektum
Percabangan arteri iliaca comunis membentuk arteri iliaka interna dan
arteri iliaka eksterna. Cabang arteri iliaka interna menyuplai darah kehampir
seluruh struktur pelvis. Arteri rektalis superior yang merupakan kelanjutan dari
arteri mesenterika inferior memasok darah ke rektum bagian tengah dan rektum
distal, dan arteri rektalis inferior mengatur perdarahan bagian distal rektum. Darah
dari rektum disalurkan kembali melalui vena rektalis superior, vena rektalis
media, vena rektalis inferior. Kira-kira setinggi vertebra S-3, a.rektalis superior
membagi diri dalam dua cabang yang menuruni tiap sisi rektum. Dua a.rektalis
media merupakan cabang-cabang a. iliaka interna yang memasok rektum pars
media dan inferior. Dua a. Rektalis inferior, cabang-cabang a. Pudendi interna
yang memasok pars inferior rekti dan kanalis analis. Aliran vena rektum dialirkan
melalui v. Rektalis superior, media dan inferior (Susan, 2008).
Sphincter Ani
Sphinter Ani
tahun
S2-S4.
m. sphincter externus.
Fisiologi Fungsi Sphincter Ani
Anak-anak dengan MAR letak tinggi, jumlah
mekanisme kerjanya.
M. levator ani merupakan otot yang berbentuk
Sistem
parasimpatis,
memberikan
operasi
menggunakan
pendekatan
ischiococcygeus,ileococcygeus,pubococcygeus
dan
menyebabkan
Innervasi
motoric
dan
kecacatan
pada
muskulus
akibat
hipomotolitas
segmen
inkontinesia.
berkontraksi
maksimal.
Ketika
tekanan
intraluminal,
yang
Penghambatan
reflex
rectoanal
dari
sel-sel
ganglion
pleksus
externus kontraksi,
sebagaimana
dibuktikan
oleh
ke
sekum
dalam
keadaan
cair.
1.6. KLASIFIKASI
Klasifikasi Malformasi Anorektal menurut Derbew dan Levitt (2009) :
Tabel 1.2 Klasifikasi MAR pada Pria dan Wanita
Pria
Wanita
10
Fistula perineum
Fistula perineum
Fistula rektouretra
Fistula vestibular
Bulbar
Kloaka persisten
Prostatik
3 cm saluran umum
Atresia rektum
Atresia rektum
Defek kompleks
Defek kompleks
11
Rectourethral fistula
a. Bulbar
b. Prostatic
12
13
Vagina fistula : mekonium tampak keluar dari vagina. Evakuasi feses bisa
tidak lancar.
a. Low
b. high
14
5.
15
6.
16
17
18
bisa melalui fistula atau tag kulit yang menonjol (Bucket Handle). MAR ini
biasanya dilakukan anoplasty perineum baik melalui pendekatan posterior
sagittal atau melalui dilatator. MAR letak lebih tinggi pada pemeriksaan
ditandai dengan bagian bawah yang sangat datar (Flat Bottom), mekonium
dalam urin, atau udara di kandung kemih. MAR letak tinggi memerlukan
kolostomi pada masa neonatus dan perbaikan definitif pada usia 3 bulan
dengan syarat berat badan cukup dan tidak ada kelainan organ lainnya
(Kliegman et al, 2007).
b. Algoritma perempuan
secara
memadai
dievaluasi
dan
adanya
hydrocolpos
telah
20
21
pullthrough,
tapi
metode
ini
banyak
menimbulkan
inkontinensia feses dan prolaps mukosa usus yang lebih tinggi. Pena dan defries
pada tahun 1982 memperkenalkan metode operasi dengan pendekatan postero
sagital anorectoplasty, yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter eksternus
dan muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rectum dan
pemotongan fistel (Oldham et al, 2004).
22
23
UKURAN
1 - 4 bulan
#12
4 - 12 bulan
#13
8 - 12 bulan
#14
1 - 3 tahun
#15
3 - 12 tahun
#16
> 12 tahun
#17
24
Frekuensi
Dilatasi
tiap 1 hari
tiap 3 hari
tiap 1 minggu
tiap 1 minggu
tiap 1 bulan
Kalibrasi anus tercapai dan orang tua mengatakan mudah mengejan serta
tidak ada rasa nyeri bila dilakukan 2 kali sehari selama 3-4 minggu merupakan
indikasi tutup kolostomi, secara bertahap frekuensi diturunkan (Levitt dan Pena,
2007).
Pada kasus fistula rektouretral, kateter foley dipasang hingga 5-7 hari.
Sedangkan pada kasus kloaka persisten, kateter foley dipasang hingga 10-14 hari.
Drainase suprapubik diindikasikan pada pasien persisten kloaka dengan saluran
lebih dari 3 cm. Antibiotik intravena diberikan selama 2-3 hari, dan antibiotik
topikal berupa salep dapat digunakan pada luka (Levitt dan Pena, 2007).
Dilatasi anus dimulai 2 minggu setelah operasi. Untuk pertama kali
dilakukan oleh ahli bedah, kemudian dilatasi dua kali sehari dilakukan oleh
petugas kesehatan ataupun keluarga. Setiap minggu lebar dilator ditambah 1 mm
tercapai ukuran yang diinginkan. Dilatasi harus dilanjutkan dua kali sehari sampai
dilator dapat lewat dengan mudah. Kemudian dilatasi dilakukan sekali sehari
selama sebulan diikuti dengan dua kali seminggu pada bulan berikutnya, sekali
seminggu dalam 1 bulan kemudian dan terakhir sekali sebulan selama tiga bulan.
Setelah ukuran yang diinginkan tercapai, dilakukan penutupan kolostomi .
Kolostomi ditutup jika luka operasi pembentukan anus sudah sembuh dan businasi
ukuran 13 dan 14 mudah masuk (Levitt dan Pena, 2007).
1.9. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pasca operasi banyak disebabkan oleh karena
kegagalan menentukan letak kolostomi, persiapan operasi yang tidak adekuat,
25
Infeksi
Neurogenic Bladder
Inkontinensia
Obstruksi
b. Late Complications
1.10.
Stricture urethra
Prolaps usus
Megasigmoid
PROGNOSIS
Prognosis bergantung dari fungsi klinis. Dengan khusus dinilai
26
DAFTAR PUSTAKA
Arensman, Robert M. 2000. Pediatric Surgery. Texas USA : Landes Biscience
Derbew, M. Levitt, MA. 2009. Newborn Management of Anorectal Malformation.
Surgery in Africa : 1-14.
Kliegman, R.M., Behrman, R.M., Jenson, H.B., dan Stanton, B.F. 2007. Nelson
Textbook of Pediatrics. Philadelphia : Saunders, An Imprit of Elsevier.
Levitt MA, Pena A. 2007. Anorectal malformations. Orphanet Journal of Rare
Diseases, 2:33.
Oldham, K.T., Colombani,P.M., Foglia, R.P., dan Skinner, M.A. 2005. Principles
and Practice of Pediatric Surgery. New York : Lippincot Williams dan
Wilkins.
Sadler, T.W. 2006. Embriologi Kedokteran Langman Edisi ke 10. Jakarta : EGC.
27
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 1 hari
Pekerjaan
:-
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Alamat
: Andongsari, Jember
: 09.44.14
Tgl. MRS
2.2. ANAMNESIS
Jumat, 02 Oktober 2015, jam 15.00 WIB (H3 MRS)
Keluhan Utama
28
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien.
Riwayat Pengobatan :
Pasien langsung mendapat perawatan di RSD dr Soebandi Jember.
2.3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran
: Allert
Tanda Vital
Frekuensi jantung
Frekuensi pernafasan
Suhu aksila
: 36,30 C
: normocephal
Rambut
UUB
Mata
Hidung
Telinga
29
Mulut
: sianosis (-), darah (-), kering (+), bibir pecah-pecah (-), mukosa
normal kemerahan, deviasi lidah (-), pembesaran lidah (-)
Leher:
Bentuk
: Simetris
: Pembesaran (-)
Tonsil
Kaku kuduk
: (-)
Thoraks:
Cor:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: redup
Batas kanan atas : ICS II parasternal line dextra
Batas kanan bawah : ICS IV parasternal line dextra
Batas kiri atas
: ICS II parasternal line sinistra
Batas kiri bawah : ICS V midclavicula line sinistra
Auskultasi
Pulmo:
Ventral
Dorsal
Dextra
I : simetris, retraksi(-)
P : fremitus raba (+) dbn
P : Sonor
A :Ves + ;Rh - ; Wh I : simetris, retraksi (-)
P : fremitus raba (+) dbn
P : Sonor
A :Ves + ;Rh - ; Wh -
Abdomen:
30
Sinistra
I : simetris, retraksi (-)
P : fremitus raba (+) dbn
P : Sonor
A :Ves + ;Rh - ; Wh I : simetris, retraksi (-)
P : fremitus raba (+) dbn
P : Sonor
A :Ves + ;Rh - ; Wh -
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: Hipertimpani
Palpasi
Ekstremitas:
Superior
- Akral hangat
- Oedem
- Sianosis
- Atrofi
- Hemiparesis
Inferior
- Akral hangat
- Oedem
- Sianosis
- Atrofi
- Hemiparesis
: +/+
: -/: -/: -/: -/: +/+
: -/: -/: -/: -/-
Status Lokalis:
Regio Perianal
Inspeksi: Terdapat Anal Dimple, feses (-), laserasi (-), fistula (-)
31
Gambar 2.2. Foto Cross Lateral Table menunjukkan jarak antara udara dalam lumen
usus dengan timah > 1 cm
2. Hasil Laboraturium
Jenis Pemeriksaan
Hematologi
1. Hemoglobin
2. Lekosit
3. Hematokrit
4. Trombosit
Faal Hati
1. Bilirubin Direk
2. Bilirubin Total
3. Albumin
Gula Darah
1. Glukosa Sewaktu
Tanggal 29-09-15
Tanggal 30-09-15
Nilai Normal
Satuan
20.2
19.9
56.4
238
14.5 - 22.5
5.0 - 21.0
45 - 67
150 - 450
gr/dl
109/L
%
109/L
0.60
7.78
3.7
0.2 - 0.4
< 1.2
3.4 - 4.8
mg/dl
mg/dl
gr/dl
< 200
mg/dl
188
32
Rectal atresia
2.
Hirschsprungs disease
3.
2.6. PENATALAKSANAAN
Diagnostik :
1. Foto cross lateral table dengan knee-chest position
2. Darah lengkap, bilirubin, gula darah
Monitoring :
Tanda vital, lingkar abdomen, muntah, BAB, ikterik
Medikamentosa :
1. Infus D10 1/5 NS 10 tpm
2. Injeksi ampicilin sulbactam 100 mg diberikan 2 kali dalam sehari
3. Pasang OGT
4. Pasang DC dengan NGT no 3.5
5. Pro sigmoidectomy
Diet :
Puasa
Edukasi :
1. Menjelaskan tentang penyakit atau kelainan yang diderita : penyebab,
perjalanan penyakit, perawatan, dan prognosis.
2. Edukasi dan informed consent pada keluarga pasien mengenai
penatalakasanaan seanjutnya yang akan dilakukan.
33
2.7. FOLLOW UP
KU : lemah
Kes : allert
TTV: HR: 144x/menit, RR: 52 x/menit, Suhu: 35,7C, SpO2: 99%
K/L: a/i/c/d: -/+/-/Thx: Cor: S1S2 tunggal
Pulmo: Ves +/+, Rh -/-,Wh -/Abd: cembung, BU +, timpani, soepel
Ext: AH dikeempat ext, tidak ada oedema dikeempat ext
Status Lokalis:
Regio Abdominal: I : BAB (+) pada colostomy bag, rembesan darah post op (-)
A : bising usus (+) menurun
P : tympani
A
P
34
KU : cukup
Kes : allert
TTV: HR: 128x/menit, RR: 52 x/menit, Suhu: 36,7C, SpO2: 97%
K/L: a/i/c/d: -/-/-/Thx: Cor: S1S2 tunggal
Pulmo: Ves +/+, Rh -/-,Wh -/Abd: cembung, BU +, timpani, soepel
Ext: AH dikeempat ext, tidak ada oedema dikeempat ext
Status Lokalis:
Regio Abdominal: I : BAB (+) pada colostomy bag, rembesan darah post op (-), pus (-)
A : bising usus (+) normal
P : tympani
A
P
2.8. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
35