Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan yang amat penting dalam mengembangkan dan
meningkat kualitas serta menentukan arah bagi masa depan manusia, bahkan kualitas dan
masa depan bangsa. Tanpa melalui proses pendidikan yang baik, sulit kiranya bagi seseorang
untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Pendidikan diharapkan
dapat memberikan perubahan ke arah yang lebih baik terhadap manusia itu sendiri.
Potensi siswa dapat berkembang karena guru mempunyai peran penting dalam proses
pelaksanaan pendidikan, interaksi antara guru dan anak didik menuju peserta didik yang lebih
kompeten adalah tuntutan utama. Seiring perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi
guru dituntut untuk lebih cerdas dan kreatif dalam menyampaikan atau menyajikan materi
pembelajaran. Seorang guru harus mampu membuat media pembelajaran yang kreatif,
inovatif, menarik bagi peserta didik dan dapat menimbulkan rasa keingintahuan yang besar
dari diri peserta didik.
Arsyad (2007:15) menyatakan bahwa Dalam suatu proses belajar mengajar, dua
unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Bertolak dari
sinilah kenapa media pembelajaran sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, dengan
menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, diharapkan akan dapat
membangkitkan motivasi, dan rangsangan belajar, serta membawa pengaruh psikologis
terhadap peserta didik, sehingga peserta didik menjadi lebih mengerti tentang materi yang
diajarkan melalui media pembelajaran yang digunakan yang sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran.
Media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Melalui
media proses pembelajaran bisa lebih menarik dan menyenangkan (joyfull learning),
misalnya siswa yang memiliki ketertarikan terhadap warna maka dapat diberikan media
dengan warna yang menarik. Aspek penting lainnya penggunaan media adalah membantu
memperjelas pesan pembelajaran. Informasi yang disampaikan secara lisan terkadang tidak
dipahami sepenuhnya oleh siswa, terlebih apabila guru kurang cakap dalam menjelaskan
materi. Disinilah peran media, sebagai alat bantu memperjelas pesan pembelajaran.
Untuk mendukung pendidikan dan pembelajaran yang baik terdapat beberapa aspek
yang menjadi pertimbangan dalam kelangsungan proses pembelajaran, diantaranya yaitu
melakukan identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa, perumusan tujuan, perumusan
16
materi, perumusan alat pengukur keberhasilan, serta melakukan perbaikan terhadap apa yang
telah dilaksanakan. Terdapat banyak model pembelajaran yang bisa diterapkan untuk
menerapkan aspek-aspek pembelajaran.
Diantara model pembelajaran yang ada, maka model pembelajaran ASSURE dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran. Model ASSURE adalah pedoman langkah-langkah
perencanaan untuk memilih dan memanfaatkan media (Heinich, Molenda, Russel, dan
Smaldino, 2002). Berikut akan di bahas mengenai perancangan media pembelajaran dengan
model ASSURE dilengkapi dengan teori yang mendukung.
B. Tujuan
Merujuk kepada latar belakang yang di paparkan sebelumnya maka terdapat beberapa
tujuan penulisan makalah ini yaitu;
1. Untuk memberikan penjelasan tentang model pembelajaran ASSURE
2. Untuk memberikan penjelasan bagaimana sistematika penerapan model ASSURE
3. Untuk merancang pelaksanaan pembelajaran dengan model ASSURE menggunakan
media pembelajaran yang disesuaikan dengan analisis kebutuhan
17
BAB II
PEMBAHASAN
1. Model ASSURE
A. Pengertian Model ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model untuk merancang pengajaran yang efektif
yang dirancang dimulai dengan menganalisis minat siswa, penyajian materi, malibatkan
siswa dalam praktek dengan umpan balik, menilai pemahaman mereka dan memberikan
kegiatan tindak lanjut yang relevan (Smaldino, 2012). Dengan model ASSURE ini guru bisa
merancang pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran dengan lebih baik,
karena meliputi semua hal yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran.
Model pemebelajaran ini lebih berorientasi kepada pemanfaatan
media
dan
teknologi
dalam
menciptakan
proses
dan
aktivitas
18
Sedangkan untuk analisis sikap dan ketertarikkan dapat dilihat dengan melakukan
perbincangan dan mengamati perilaku siswa. Ketertatikan siswa terhadap mata pelajaran
memang berbeda-beda, karenanya dibutuhkan penggunaan media yang tepat , begitu juga
halnya dengan pengalaman mereka.
b. Kecakapan dasar spesifik
Sebagaimana yang diungkapkan Dick &Carey (2001) dalam Smaldino (2012)
penelitian mengungkapkan bahwa pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya tentang
suatu objek tertentu mempengaruhi bagaimana dan apa yang mereka bisa pelajari lebih
banyak daripada yang dilakukan sifat psikologi apa pun. Karena itulah penting bagi guru
untuk menganalisis kecakapan dasar spesifik melalui sarana formal dan informal. Misalnya
melalui pelaksanaan ujian masuk, untuk melihat kemmapuan prasyarat siswa, yang
dibutuhkan untuk mengikuti pembelajaran. Dengan mengidentifikasi kompetensi dasar
spesifik siswa guru bisa menyesuaikan dengan jenis tujuan, sehingga guru bisa memberikan
perbaikan sebelum masuk mata pelajaran.
c. Gaya belajar
Gaya belajar merupakan serangkaian sifat psikologis yang menetukan bagaimana siswa
merasa, berinteraksi, dan merespons secara emosional lingkungan belajarnya. Menurut
Gardner (Smaldino, 2012) setiap anak memiliki kecerdasan dan cara belajar yang berbeda
beda, karenanya guru haruslah mempertimbangkan gaya belajar siswa. Dengan memahami:
Kekuatan dan preferensi konseptual, dimana setiap siswa punya gerbang sensorik
(visual, audiotori, jasmani dan kinestetik yang berbeda yang mempengaruhi
keterlibatan belajarnya.
Kebiasaan memproses informasi /gaya pikiran, menurut Butler (Smaldino, 2012) ada
4 cara pemprosesan informasi, yaitu pelajar berurutan konkret, pelajar acak konkret,
pelajar berurutan abstrak, pelajar acak abstrak.
Motivasi, Menurut Keller (1987) dalam Smaldino (2012) ada 4 aspek motivasi yaitu
model ARCS yang perlu diperhatikan guru, yaitu Perhatian (attention), Relevansi
(Relevance), Percaya diri (Confidence), dan kepuasan (satisfaction).
Faktor fisiologis , terkait dengan perbedaan gender, kesehatan dan kondisi lingkungan
yang mempengaruhi pembelajaran.
Penilaian gaya belajar, menurut Dunn (1992) dalam Smaldino (2012) mengembangkan
sekumpulan instrumen standar untuk menilai gaya belajar dan preferensi lingkungan para pelajar.
Semua ini perlu dipertimbangkan oleh guru, agar guru bisa menyesuaikan pembelajarannya
dengan lebih baik, sesuai dengan gaya belajar siswa dan memenuhi kebutuhan individual siswa.
19
Audience, yakni sasaran tujuan, guru perlu menentukan dengan jelas sasaran dari
2)
3)
pembelajaran.
Condition (Kondisi), yakni suatu kondisi dimana siswa akan bekerja dan belajar,
4)
yang kemudian dinilai oleh guru, misalnya buku, lembar kerja, dll.
Degree (tingkat), yakni tujuan mengindikasikan standar/kriteria penilaian satu
pembelajaran.
20
siswa, dan memberikan kepuasan (Satisfaction) bagi siswa atas apa yang telah mereka
pelajari.
b. Memilih teknologi dan media,
Memilih teknologi dan media, memang bukanlah hal yang mudah. Seperti yang diungkapkan
Mc Alpine&Weston, 1994 dalam Smaldino (2012) para sarjana sepakat bahwa memilih
teknologi dan media yang sesuai bisa menjadi tugas yang rumit- mempertimbangkan
kumpulan sumber daya yang tersedia, keberagaman para pelajar dan tujuan spesifik yang
harus dicapai. Rubrik seleksi dilengkapi prosedur yang sistematis untuk menilai kualitas
teknologi dan media yang spesifik. Setiap rubrik terdiri dari sekumpulan kriteria seleksi yang
konsisten, dan kriteria untuk teknologi dan media yang dirancang.untuk mencapai tujuan
belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Ada beberapa kriteria rubrik seleksi (Smaldino,
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
2012)yaitu :
Selaras dengan standar, hasil dan tujuan
Informasi yang terbaru dan akurat
Bahasa yang sesuai usia
Tingkat ketertarikan dan keterlibatan
Kualitas teknik
Mudah digunakan (baik oleh guru dan siswa)
Bebas bias
Panduan pengguna dan arahan.
21
Pada saat materi yang tersedia tidak mendukung, dan sulit untuk mengubah materi yang ada,
maka guru juga dapat menrancang materi baru sesuai dengan mata pelajaran dan tujuan
pembelajaran. kuncinya adalah kita harus memperhatikan kebutuhan dan tujuan belajar siswa
kita.
4. Menggunakan Teknologi , Media dan Materi (Use Tecnhnology, Media and Materials)
Untuk merencanakan penggunaan teknologi, media dan materi, kita dapat melakukan
proses 5P yaitu:
Pratinjau teknologi, media dan materi, ini perlu dilakukan karena tujuannnya adalah
untuk memilih bagian yang langsung selaras dengan mata pelajaran yang kita ajarkan,
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Meninjau materi secara menyeluruh tidak
hanya membuat kita menggunakan sumber daya secara maksimal, tetapi juga
membatasi siswa untuk tidak mengkases materi/konten yang tidak pantas, dari
berbagai media dan sumber belajar lainnya.
Menyiapkan teknologi , media dan materi, langkah pertama adalah mengumpulkan
semua perlengkapan yang dibutuhkan, menentukan urutan penggunaannya, dan
menentukan tindakan yang akan dilakukan pada tiap materi, menyimpan daftar materi
lingkungan belajar yang baik untuk siswa, seperti pengaturan tempat duduknya, dll.
Menyiapkan pelajar, untuk melaksanakan pembelajaran dengan efektif, guru perlu
menyiapkan pelajarnya untuk menerima pelajaran, untuk itu guru perlu melakukan
appersepsi
mengenai konten mata pelajaran, keterkkaitan mata pelajaran dengan topik yang
dipelajari, memotivasi siswa, dan isyarat yang mengarahkan perhatian pada aspek
spesifik mata pelajaran.
Menyediakan pengalaman belajar, yang disesuaikan dnegan pengalaman belajar
yang dipilih, pengalaman belajar yang berpusat pada guru, maka akan melibatkan
presentasi, demonstrasi, latihan dan praktek dan tutorial.
5. Mengembangkan Partisipasi Pelajar (Require Learner Participations)
Pembelajaran di masa depan menghendaki pelajar tidak hanya sebatas memahami
informasi, melainkan memiliki pengalaman dan praktek menerapkan, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi. Hal ini sesuai dengan gagasan konstruktivis, dimana belajar
22
dibangun dengan pengalaman autentik yang relevan, dan siswa menerima umpan balik,
sehingga mereka mengetahui pencapaian tujuan belajarnya dan berusaha meningkatkan
kinerjanya.
a. Latihan, untuk mencapai tujuan belajarnya siswa haruslah berpartisipasi aktif melalui
praktek langsung dengan teknologi dan kemampuan baru, untuk produktivitas, komunikasi,
penelitian, dan penyelesaian masalah/pengambilan keputusan.
Teknologi sebagai perkakas teknologi, untuk menggunakan teknologi dan media
sebagai sarana yang membutuhkan partisipasi siswa adalah dengan penggunaan
perangkat produktivitas. Karena ini dapat
Umpan balik, umpan balik, bisa dari guru, ataupun para siswa dalam kelompoknya, dari
komputer ataupun diri mereka sendiri, umpan balik penting bagi siswa untuk melakukan
perbaikan.
23
tujuan belajar, pembelajaran dengan tujuan kemampuan kognitif, dapat menggunakan tes
tertulis, namun untuk tujuan pemprosesan informasi dan penampilan sikap, maka digunakan
penilaian autentik dan komprehensif. Penilaian autentik yaitu dimana siswa menggunakan
proses sesuai dengan konten dan kemampuan yang sedang dipelajari dan sesuai kegunaan
konten di dunia nyata. Penilaian ini digunakan untuk penilaian kinerja, produk tunggal, unit,
atau portofolio. Sedangkan untuk penilaian komprehensif dapat menggunakan rubrik yakni
sekumpulan kriteria penilaian yang digunakan untuk mengukur/menilai produk/kinerja
siswa(Smaldino, 2012). Rubrik terdiri dari tiga komponen ; kriteria kinerja, skala penilaian,
dan tingkat dari deskriptor kinerja.
b. Penilaian portofolio, untuk menilai kemampuan siswa untuk membuat produk nyata yang
menggambarkan pencapaian mereka terkait dengan analisis, sintesis dan evaluasi.(Smalldino,
2012). Kuncinya adalah siswa harus merefleksi sendiri pembelajarannnya sesuai dengan
produk protofolio. Portofolio ini ada yang tradisional dan elekronik.
c. Mengevaluasi dan merevisi Strategi, Teknologi dan Media.
Ini perlu dilakukan untuk melihat keefektifan strategi , teknologi, dan media yang
digunakan, melihat pencapaian tujuan pembelajaran, sesuai dengan minat siswa, memenuhi
kebutuhan siswa, dll. Untuk menilainya, bisa dengan meminta pendapat siswa, melalui
diskusi dan wawancara.
1) Evaluasi guru, ini sangat penting agar memberikan umpan balik yang bermanfaat bagi
guru. Ada 4 evaluasi guru, yakni melalui diri sendiri, siswa, rekan ataupun administator.
2)
Revisi strategi, teknologi dan media, Ini merupakan tahapan terakhir, kita perlu melihat
24
2. Multiple Intelligence
A. Pengertian Multiple Intelligence (Kecerdasan Majemuk)
Multiple Intelligence adalah teori kecerdasan majemuk yang dipaparkan Prof. Howard
Gardner. Multiple intelligence atau kecerdasan majemuk pada dasarnya adalah sebuah konsep
yang menunjukkan kepada kita bahwa potensi anak-anak kita, khususnya jika dikaitkan
dengan kecerdasan,ternyata banyak sekali. Memahami multiple intelligence bukanlah untuk
membuat anak-anak kita menjadi hebat. Namun,konsep tersebut, paling tidak dapat
membantu kita untuk memahami bahwa anak-anak kita itu menyimpan potensi yang luar
biasa.
Pengertian dari kecerdasan menurut Howard Gardner adalah suatu kemampuan untuk
memecahkan masalah dan menciptakan produk yang mempunyai nilai budaya atau suatu
kumpulan kemampuan atau ketrampilan yang dapat ditumbuhkembangkan. Sedangkan
multiple intelegence (kecerdasan majemuk) adalah kecerdasan yang dimiliki oleh tiap
individu lebih dari satu macam. Menurut Howard Gardner setiap individu delapan jenis
kecerdasan di dalam dirinya,yang disebut kecerdasan majemuk (multiple intelligence).
Prestasi seseorang ditentukan juga oleh tingkat kecerdasannya (Inteligensi). Walaupun
mereka memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan orang tuanya memberi
kesempatan seluas-luasnya untuk meningkatkan prestasinya, tetapi kecerdasan mereka yang
terbatas tidak memungkinkannya untuk mencapai keunggulan. Tingkat Kecerdasan
(Intelegensi) bawaan ditentukan baik oleh bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan
dari orang tuanya) maupun oleh faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan
pendidikan yang pernah diperoleh seseorang; terutama tahun-tahun pertama dari kehidupan
mempunyai dampak kuat terhadap kecerdasan seseorang). Secara umum intelegensi dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk berpikir abstrak
2. Untuk menangkap hubungan-hubungan dan untuk belajar
3. Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru
B. Konsep Multiple Intelligence (Kecerdasan Majemuk)
Konsep multiple intelligence diperkenalkan oleh Prof. Howard Gardner, yaitu
seorang psikolog dan profesor utama di Cognition and Education, Harvard Graduate School
of Education dan juga profesor di bidang Neurologi, Boston University School of Medicine.
25
Konsep ini memiliki esensi bahwa setiap orang adalah unik, setiap orang perlu menyadari dan
mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya. Setiap siswa
berbeda karena mempunyai kombinasi kecerdasan yang berlainan.
Konsep multiple intelligence menurut Gardner (1983) dalam bukunya Frame or
Mind : The Theory of Multiple Intelligences ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki
setiap individu. Delapan jenis kecerdasan ini,setiap individu mengakses informasi yang akan
masuk ke dalam dirinya. Dalam bukunya,Thomas Amstrong (2002) juga menyebutkan
kecerdasan tersebut merupakan modalitas untuk melejitkan kemampuan tiap siswa dan
menjadikan mereka sebagai sang juara,karena pada dasarnya setiap anak cerdas.
Kecerdasan majemuk menurut Howard Gardner ada delapan macam,yaitu :
1. Kecerdasan Linguistik (Word Smart)
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif,baik
secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti
kata,suara,ritme,dan intonasi dari kata yang diucapkan. Termasuk kemampuan untuk
mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi.
2. Kecerdasan Logika Matematika (Logic Smart)
Kecerdasan logika matematika adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia
mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk
akal). Ia suka angka,urutan,logika,dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan,ia mampu
melakukan proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif artinya cara
berpikir dari hal-hal yang besar kepada hal-hal yang kecil. Proses berpikir induktif artinya
cara berpikir dari hal-hal yang kecil kepada hal-hal yang besar.
3. Kecerdasan Kinestetik/Fisik (Body Smart)
Kecerdasan kinestetik/fisik adalah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara trampil
untuk mengungkapkan ide,pemikiran,dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi kemampuan
fisik dalam bidang koordinasi,keseimbangan,daya tahan,kekuatan, kelenturan,dan kecepatan.
4. Kecerdasan Visual Spasial (Picture Smart)
Kecerdasan visual spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan
spasial secara akurat (cermat). Visual artinya gambar. Spasial yaitu hal-hal yang berkenaan
dengan
ruang
atau
tempat.
Kecerdasan
ini
melibatkan
kesadaran
akan
26
interpersonal
adalah
kemampuan
untuk
mengamati
dan
mengerti
maksud,motivasi,dan perasaan orang lain. Peka pada ekspresi wajah,suara,dan gerakan tubuh
orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi.
Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain,mengerti dunia orang
lain,mengerti pandangan,sikap orang lain,dan umumnya dapat memimpin kelompok.
7. Kecerdasan Musikal (Music Smart)
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan,
mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi
kepekaan terhadap ritme, melodi, dan timbredari musik yang didengar. Musik mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kemampuan matematika dan ilmu sains
dalam diri seseorang. Telah diteliti ditemukan bahwa anak dari orang belanda, jepang, dan
hongaria mempunyai prestasi tertinggi di dunia. Saat diteliti lebih mendalam ternyata ketiga
Negara ini memasukkan unsure ini ke dalam kurikulum mereka. Selain itu musik juga dapat
menciptakan suasana yang rileks namun waspada, dapat membangkitkan semangat,
merangsang kreativitas, kepekaan dan kemampuan berfikir. Belajar dangan menggunakan
musik yang tepat akan sangat membantu kita dalam meningkatkan daya ingat.
8 Kecerdasan Naturalis (Nature Smart)
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan,
dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di alam maupun lingkungan. Intinya
adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman,hewan, dan bagian lain dari alam
semesta.
27
Dari penelitian para ahli psikologi,selain delapan macam kecerdasan yang telah
dikemukakan di atas,masih ditemukan lagi dua kecerdasan yang dapat dimiliki oleh anak.
Kecerdasan yang merupakan multiple intelligence yang ke sembilan dan ke sepuluh tersebut
yaitu :
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan untuk menempatkan diri dalam jagat raya yang
luas,jauh tak terhingga dan menghubungkannya dengan kehidupan selanjutnya (kematian).
Kecerdasan ini melibatkan kemampuan manusia dalam menjawab berbagai macam persoalan
terdalam tentang eksistensi atau keberadaan manusia. Para ahli filsafat (Filosof) merupakan
salah satu bukti kecerdasan ini, diantaranya adalah Plato, Sokrates, Immanuel Kant, Ibnu
Sina, Ibnu Rusyd. Mereka berpikir dan memikirkan tentang eksistensi manusia dan alam.
10. Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang menyangkut kemampuan manusia mengenal
Tuhannya, meyakini keberadaan dan keEsaan Tuhan, serta melakukan segala apa yang
diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarangNya. Dalam menjalani kehidupan ia tidak
akan putus harapan, karena ada Tuhan tempat bergantung segala sesuatu, dalam keadaan
bahagia, ada Tuhan tempat dia melantunkan puja dan puji syukur. Kecerdasan ini akan
membentuk jiwa dan pribadi yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,
masayarakat dan negaranya.
Membacakan cerita
28
Bermain peran
Bermain peran
Bermain drama
Berolahraga
Membuat prakarya
29
Mengajak anak bermain alat musik,baik alat musik sungguhan maupun alat musik
buatan sendiri
30
Diskografi,yaitu mencari lagu atau lirik potongan lagu yang berhubungan dengan
topik tertentu
Meminta anak-anak untuk mengarang sebuah lagu sederhana baik mengganti syairnya
saja maupun dengan melodinya
Memelihara hewan atau membawa hewan ke kelas dan anak-anak diminta untuk
mengamatinya
Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan Spiritual
31
3.
Multi Representasi
Menurut Carl Angell dkk. (2007) multi representasi adalah model yang
mempresentasi ulang konsep yang sama dalam beberapa format yang berbeda-beda.
David Rosengrant dkk. (2007) mengatakan bahwa representasi adalah sesuatu yang
dapat disimbolkan atau simbol pada suatu obyek ataupun proses. Mereka
menambahkan bahwa dalam fisika representasi bisa berupa kata, gambar, diagram,
grafik, simulasi komputer, persamaan matematika dan sebagainya. Selanjutnya Carl
Angell dkk. (2007) dalam jurnalnya yang berjudul Multiple Representations As a
Framework for a Modelling Approach to Physics Education (Multi Representasi
sebagai Kerangka Model Pendekatan Pendidikan Fisika) berpendapat bahwa metode
multi representasi (representasi ganda) harus menjadi strategi utama dalam
pembelajaran fisika. Hal ini didasarkan pada dua argumen. Argumen pertama,
pembelajaran fisika di sekolah seharusnya merefleksikan model pembelajaran yang
mengarahkan
pada proses
pengenalan
produk
siswa
dioperasionalisasikan
sebagai
kemampuan
dalam
32
representasi membuat pemodelan ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih utama
dibandingkan dengan pendekatan lainnya.
Dalam fisika representasi bisa berupa kata, gambar, diagram, grafik, simulasi komputer,
persamaan matematika dan sebagainya. Berdasarkan pembahasan diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam fisika ada beberapa format representasi yang dapat dimunculkan, yaitu:
a. Deskripsi verbal; untuk memberikan definisi dari suatu konsep.
b. Gambar/diagram; penggambaran/visualisasi suatu konsep agar lebih jelas.
c. Grafik; penjelasan panjang dari suatu konsep.
d. Matematik; untuk menyelesaikan persoalan kuantitatif.
2. Multi representasi dapat diajarkan dengan menggunakan pendekatan lebih dari satu (Kohl,
2007). Artinya, kita dapat menerapkan atau mengkombinasikan multi representasi dengan
strategi maupun model pembelajaran lainnya.
3. Temuan Kohl (2008) mengungkapkan bahwa para ahli dan para pemula ternyata memiliki
persamaan dalam beberapa hal ketika menggunakan multi representasi. Hal ini
mengindikasikan bahwa pengguna multi representasi tidak harus untuk orang yang sudah
menguasai multi representasi saja, melainkan orang yang baru belajar pun boleh
menggunakan multi representasi untuk memecahkan masalah. Dengan catatan orang yang
baru belajar harus banyak belajar lebih banyak daripada orang yang telah ahli dalam
menggunakan multi representasi.
4. Multi representasi dapat membantu mempelajari konsep dan mengatasi permasalahan,
membantu memecahkan masalah, serta membantu menyikapi masalah (Rosengrant, 2007).
Jika kita tarik pada area yang lebih luas, yaitu berkenaan dengan kehidupan sehari-hari,
ternyata multi representasi dapat dipandang sebagai alat untuk memecahkan suatu masalah
dengan berbagai sisi pemecahan. Tentu saja ini adalah sebuah kemampuan yang sangat
diperlukan dan mutlak ada pada setiap orang. Oleh karena itu wajar jika Angell dkk. (2007)
merekomendasikan pembelajaran multi representasi dijadikan sebagai bagian dari kurikulum
fisika lanjutan.
33
Berpikir adalah aktifitas mencurahkan daya pikir untuk maksud tertentu. Berpikir adalah
identitas yang memisahkan status kemanusiaan manusia dengan lainnya. Karenanya
sejauhmana manusia pantas disebut manusia dapat dibedakan dengan sejauhmana pula ia
menggunakan pikirannya. Al-Insan huwa al-Hayawanun Nathiq.
Dalam dunia pendidikan berpikir merupakan bagian dari ranah kognitif, dimana dalam hirarki
Bloom terdiri dari tingkatan-tingkatan. Bloom mengkalisifikan ranah kognitif ke dalam enam
tingkatan: (1) pengetahuan (knowledge); (2) pemahaman (comprehension); (3) penerapan
(application); (4) mengalisis (analysis); (5) mensintesakan (synthesis); dan (6) menilai
(evaluation). Keenam tingkatan ini merupakan rangkaian tingkatan berpikir manusia.
Berdasarkan tingkatan tersebut, maka dapat diketahui bahwa berpikir untuk mengetahui
merupakan tingkatan berpikir yang paling bawah (lower) sedangkan tingkatan berpikir paling
tertinggi (higher) adalah menilai.
Merujuk definisi dalam Wikipedia Indonesia, berpikir tingkat tinggi adalah a concept of
Education reform based on learning taxonomies such as Blooms Taxonomy. The idea is that
some types of learning require more cognitive processing than others, but also have more
generalized benefits. In Blooms taxonomy, for example, skills involving analysis, evaluation
and synthesis (creation of new knowledge) are thought to be of a higher order, requiring
different learning and teaching methods, than the learning of facts and concepts. Higher
order thinking involves the learning of complex judgmental skills such as critical thinking
and problem solving. Higher order thinking is more difficult to learn or teach but also more
valuable because such skills are more likely to be usable in novel situations (i.e., situations
other than those in which the skill was learned). Dari definisi tersebut maka dapat diketahui
bahwa berpikir tingkat tinggi membutuhkan berbagai langkah-langkah pembelajaran dan
pengajaran yang berbeda dengan hanya sekedar mempelajari fakta dan konsep semata. Dalam
berpikir tingkat tinggi meliputi aktivitas pembelajaran terhadap keterampilan dalam
memutuskan hal-hal yang bersifat kompleks semisal berpikir kritis dan berpikir dalam
memecahkan masalah. Meski memang berpikir tingkat tinggi sulit untuk dipelajari dan
diajarkan, namun kegunaannya sudah tidak diragukan lagi.
Alice Thomas dan Glenda menyatakan bahwa berpikir tingkat tinggi adalah berpikir pada
tingkat lebih tinggi daripada sekedar menghafalkan fakta atau mengatakan sesuatu kepada
seseorang persis seperti sesuatu itu diceritakan kepada kita. Pada saat seseorang
menghafalkan dan menyampaikan kembali informasi tersebut tanpa harus memikirkannya,
34
disebut memori hafalan (rote memory). Orang tersebut tak berbeda dengan robot, bahkan ia
melakukan apapun yang diprogram dilakukannya, sehingga ia juga tidak dapat berpikir untuk
dirinya sendiri. Berpikir tingkat tinggi secara singkat dapat dikatakan sebagai pencapaian
berpikir kepada pemikiran tingkat tinggi dari sekedar pengulangan fakta-fakta. Berpikir
tingkat tinggi mengharuskan kita melakukan sesuatu atas fakta-fakta. Kita harus
memahamnya, menghubungkan satu sama lainnya, mengkategorikan, memanipulasi,
menempatkannya bersama-sama dengan cara-cara baru, dan menerapkannya dalam mencari
solusi baru terhadap persoalan-persoalan baru.
Bagi sebagian orang berpikir tingkat tinggi dapat dilakukan dengan mudahnya, tetapi bagi
oranglain belum tentu dapat dilakukan. Meski demikian bukan berarti berpikir tingkat tinggi
tidak dapat dipelajari. Alison menyatakan bahwa seperti halnya keterampilan pada umumnya,
berpikir tingkat tinggi dapat dipelajari oleh setiap orang. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa
berpikir tingkat tinggi dalam praktiknya bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi baik pada
anak-anak maupun orang dewasa dapat berkembang. Langkah paling awal yang dapat
dilakukan adalah dengan mengenal dan mempelajari apa berpikir tingkat tinggi itu?
Berkenaan dengan berpikir tingkat tinggi, ada beberapa fakta singkat yang perlu diketahui
sebagai berikut:
1. Tidak ada seorang di dunia ini yang mampu berpikir sempurna sama seperti halnya
taka da seorangpun yang memiliki kekuatan berpikir yang buruk sepanjang waktunya.
Keterampilan seseorang dalam menggunakan daya pikir sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor dan kondisi. Dengan demikian orang yang dipandang pandai dan
pinter mungkin saja dapat berpikir lebih buruk daripada orang yang paling bodoh
tetapi berada pada tempat yang cocok. Fakta ini juga menunjukkan bahwa di dunia ini
tidak ada orang yang benar-benar paling pinter dan tidak ada orang yang bodoh sama
sekali.
2. Menghafal sesuatu tidak sama dengan memikirkan sesuatu. Menghapalkan
merupakan aktifitas dalam merekam sesuatu apa adanya, tak kurang dan tak lebih.
Sedangkan memikirkan sesuatu berarti mempergunakan daya pikirnya dalam rangka
mengetahui, memahami, membandingkan, menerapkan dan menilai sesuatu tersebut.
Dalam menghapal aktivitas pikir bersifat lebih sederhana dibandingkan dengan
memikirkan. Mengingat pacar tentu berbeda dengan memikirkan pacar!
35
3. Kita dapat mengingat sesuatu dengan tanpa memahaminya. Salah satu kelebihan
manusia adalah kemampuan manusia dalam merekam apapun yang didengar, dilihat
dan dirasakannya apalagi pada saat proses perekaman tersebut terdapat kesan yang
memperkuat, meski kadang apa yang kita dengar, kita lihat dan kita rasakan itu tidak
pernah kita mengerti. Misalnya ketika anak TK diwajibkan menghapalkan satu
persatu butir-butir Pancasila, mereka mampu menghapalnya dengan fasih meski
kadang tidak tahu artinya. Seperti mimpi, kita merasakan apa yang terjadi dalam
mimpi seolah-olah nyata meski kadang kita sendiri tiak pernah dapat memahaminya.
4. Berpikir dilakukan dalam dua bentuk: kata dan gambar. Kata maupun gambar adalah
simbol-simbol yang mendorong otak manusia untuk mengingat dan menyelami
maknanya dalam kegiatan berpikir. Kata merupakan simbol dari apa yang kita dengar
dan kita baca, sedangkan gambar merepresentasikan dari apa yang kita lihat dan kita
bayangkan.
5. Ada tiga jenis utama intelijen dan kemampuan berpikir: analitis, kreatif dan praktis.
Berpikir analisis disebut juga berpikir kritis. Ciri khusus berpikir analisis adalah
melibatkan proses berpikir logis dan penalaran termasuk keterampilan seperti
perbandingan, klasifikasi, pengurutan, penyebab/efek, pola, anyaman, analogi,
penalaran deduktif dan induktif, peramalan, perencanaan, hyphothesizing, dan
critiquing. Berpikir kreatif adalah proses berpikir yang melibatkan menciptakan
sesuatu yang baru atau asli. Ini melibatkan keterampilan fleksibilitas, orisinalitas,
kefasihan, elaborasi, brainstorming, modifikasi, citra, pemikiran asosiatif, atribut
daftar, berpikir metaforis, membuat hubungan. Tujuan dari berpikir kreatif adalah
merangsang rasa ingin tahu dan menampakkan perbedaan. Inti dari berpikir praktis,
sebagaimana dikemukakan Edward De Bono adalah bagaimana pikiran itu bekerja,
bukan bagaimana seorang filosof berpikir bahwa sesuatu itu dapat bekerja.
6. Ketiga kecerdasan dan cara berpikir (analitic, kreatif dan praktis) berguna dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam kenyataannya kita terpaku terhadap salah satu cara
berpikir saja. Dalam kondisi dan keadaan tertentu, kita lebih banyak menggunakan
cara berpikir analitis ketimbang lainnya. Dalam kondisi lainnya berpikir kreatif lebih
dituntur oleh kita, sedangkan dalam kondisi tertentu pula kita lebih memilih untuk
berpikir secara praktis.
36
berpikir kritis
d. berpikir kreatif
(Presseisen dalam Costa, 1985).
Dalam pembentukan sistem konseptual proses berpikir tingkat tinggi yang biasa
digunakan adalah berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis sangat diperlukan pada
zaman perkembangan IPTEK sekarang ini, sebab saat ini selain hasil-hasil IPTEK
yang dapat dinikmati, ternyata timbul beberapa dampak yang membuat masalah bagi
37
38
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon
pembawaan, pemaksaan, atau kondisi sementara (seperti lelah, mabuk, perangsang dan
sebagainya).
Adapun jenis-jenis teori belajar yaitu :
1. Teori Belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang
menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2. Teori Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap
teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki
perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya
mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang
baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi
diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne.
Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel
menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap
belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu
jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat
diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
39
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah,
mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat
langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu
mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan
aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
4. Teori Belajar Humanistik
Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses
balajar dianggap berhasil jika seorang pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam
teori ini adalah sebagai fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan
motivasi,kesadaran mengenai makna kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman
belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa
berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.
5. Teori Belajar Gestalt
Menurut pandangan teori gestalt seseorng memperoleh pengetahuan melaui sensasi
atau informasi dengan melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusunya
kembali dalam struktur yang sederhana sehungga lebih mudah dipahami.
Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :
a.
b.
c.
d.
40
Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang
memperoleh penguatan(reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang
dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena
hukuman (punishment). Dalam kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi belajar,
penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh siswatelah belajar untuk
mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura,
1986 dan Wielkeiwicks, 1995).
7. Teori Belajar Sosial
Dalam dasawarsa terakhir, penganut teori konstruktivisme memperluas fokus
tradisionalnya pada pembelajaran individual ke dimensi pembelajaran kolaboratif dan sosial.
Konstruktivisme sosial bisa dipandang sebagai perpaduan antara aspek-aspek dari karya
Piaget dengan karya Bruner dan karya Vygotsky. Istilah Konstruktivisme komunal dikenalkan
oleh Bryn Holmes di tahun 2001. Dalam model ini, "siswa tidak hanya mengikuti
pembelajaran seperti halnya air mengalir melalui saringan namun membiarkan mereka
membentuk dirinya." Dalam perkembangannya muncullah istilah Teori Belajar Sosial dari
para pakar pendidikan.
Pijakan awal teori belajar
pengamatannya terhadap perilaku orang lain. Pakar yang paling banyak melakukan riset teori
belajar sosial adalah Albert Bandura dan Bernard Weiner.
Meskipun classical dan operant conditioning dalam hal-hal tertentu masih merupakan
tipe penting dari belajar, namun orang belajar tentang sebagian besar apa yang ia ketahui
melalui observasi (pengamatan). Belajar melalui pengamatan berbeda dari classical dan
operant conditioning karena tidak membutuhkan pengalaman personal langsung dengan
stimuli, penguatan kembali, maupun hukuman.
Belajar
sederhana melibatkan pengamatan perilaku orang lain, yang disebut model, dan kemudian
meniru perilaku model tersebut.
Baik anak-anak maupun orang dewasa belajar banyak hal dari pengamatan dan imitasi
(peniruan) ini. Anak muda belajar bahasa, keterampilan sosial, kebiasaan, ketakutan, dan
banyak perilaku lain dengan mengamati orang tuanya atau anak yang lebih dewasa. Banyak
orang belajar akademik, atletik, dan keterampilan musik dengan mengamati dan kemudian
menirukan gueunya. Menurut psikolog Amerika Serikat kelahiran Kanada Albert Bandura,
pelopor dalam studi tentang belajar melalui pengamatan, tipe belajar ini memainkan peran
41
yang penting dalam perkembangan kepribadian anak. Bandura menemukan bukti bahwa
belajar sifat-sifat seperti keindustrian, keramahan, pengendalian diri, keagresivan, dan
ketidak sabaran sebagian dari meniru orang tua, anggota keluarga lain, dan teman-temannya.
6.
42
Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan
berbasis aktivitas.
Strategi pembelajaran mandiri
Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk
membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri.
b.Model pembelajaran
Secara umum istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman melakukan suatu kegiatan. Sedangkan pembelajaran merupakan upaya
untuk meningkatkan proses belajar. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
termasuk buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain . Jadi, model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu
kegiatan untuk mendukung proses belajar mengajar. (Trianto, 2011:22)
Inquiry Training
Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan atau pemeriksaan,
penyelidikan.
Model pembelajaran Inquiry Training telah dikembangkan oleh Suchman untuk mengajarkan
siswa tentang proses dalam meneliti dan menjelaskan fenomena asing. Model Inquiry
Training melibatkan siswa dalam versi-versi kecil tentang jenis-jenis prosedur yang
digunakan oleh para sarjana untuk mengolah pengetahuan dan menghasilkan prinsip-prinsip.
Model Inquiry Training mencoba mengajarkan siswa keterampilan dan bahasa penelitian
ilmiah. Saat mengidentifikasi unsur-unsur proses penelitian,Suchman membentuk menjadi
model intruksional yang kemudian kita kenal dengan Inquiry Training (Joyce dkk, 2011:200)
Menurut Joyce dkk (2011: 202-209), tujuan umum Inquiry Training adalah membantu
siswa mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang mampu untuk
meningkatkan pertanyaan-pertanyaan dan pencarian jawaban yang terpendam dari rasa
keingintahuan. Model pembelajran Inquiry Training dimulai dengan menyajikan kejadian
yang sedikit membingungkan (puzzling event) pada siswa. Suchman percaya bahwa para
individu yang dihadapkan pada situasi semacam ini secara alamiah akan termotivasi untuk
menyelesaikannya. Model pembelajaran Inquiry Training membawa siswa pada sikap dan
43
prinsip bahwa semua pengetahuan bersifat tidak pasti. Dengan demikian, model Inquiry
Training mengikuti teori Suchman adalah sebagai berikut: (1) Siswa yang sedang
menghadapi persoalan kebingungan secara alami meneliti atau mencari tahu jawaban dari
kebingungannya. (2) Siswa sadar dan belajar menganalisis strategi-strategi berpikirnya. (3)
Strategi-strategi baru bisa diajarkan langsung dan dapat ditambahkan pada strategi yang telah
dimiliki siswa sebelumnya. (4) Penelitian kooperatif dapat memperkaya pemikiran dan
membantu siswa belajar tentang pengetahuan yang selalu berkembang, dan menghargai solusi
alternatif.
Model Pembelajaran Latihan Inkuiri (Joyce dkk,2003) dalam Ridwan A. Sani
(2013:116), model pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif belajar menemukan
penyelesaian masalah. Latihan inkuiri memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan keingintahuannya dan melakukan eksplorasi menyelidiki suatu fenomena.
Latihan inkuiri dimulai dengan situasi teka-teki dan peserta dan peserta didik dimotivasi
untuk menyelidiki permasalahan. Permasalahan diberikan oleh guru dan dirancang
sedemikian untuk memotivasi peserta didik untuk belajar. Pertanyaan dirancang
menggunakan metode inkuiri Suchman yang dijawab: YA atau TIDAK.
Menurut Joyce dkk dalam (Trianto 2011: 170) menyatakan, bahwa teori Suchman dijabarkan
sebagai berikut: (1) Mengajak siswa membayangkan seakan-akan dalam kondisi yang
sebenarnya. (2) Mengidentifikasi komponen-komponen yang berada disekeliling kondisi
tersebut. (3) Merumuskan permasalahan dan membuat hipotesis pada kondisi tersebut. (4)
Memperoleh data dari kondisi tersebut dengan membuat pertanyaan dan jawabannya ya
atau tidak. (5) Membuat kesimpulan dari data-data yang diperolehnya.
Tabel Sintaks Model Inquiry Training
Fase
1. Menghadapkan pada masalah
2. Pengumpulan data-verivikasi
3. Pengumpulan data-eksperimen
4. Mengolah, mempormulasikan
Perilaku Guru
Menjelaskan prosedur-prosedur penelitian
Menjelaskan perbedaaan peristiwa
Memverifikasi objek dan kondisinya
Memverifikasi peristiwa dari keadaan
permasalahan
Memisahkan variabel-variabel yang relevan
Menghipotesiskan (serta menguji) hubungan
kausal sebab-akibat
Memformulasikan aturan dan penjelasan
suatu Penjelasan
5. Analisis proses penelitian
Menganalisis
strategi
penelitian
dan
44
1. Tahap pertama, guru menyajikan situasi permasalahan dan menjelaskan prosedurprosedur penelitian pada siswa atau objek-objek dan prosedur pertanyaan Ya/ Tidak.
Rumusan tentang perbedaan-perbedaan, juga
pengetahuan atau pemikiran yang memadai meskipun strateginya dapat didasarkan pada
masalah-masalah sederhana yang berubah-ubah yang tidak membutuhkan banyak
pengetahuan yang mendalam. Tentu saja, tujuan akhirnya adalah memberikan siswa
pengalaman dalam mengkonstruksi pengetahuan baru.
2. Tahap kedua, verivikasi, merupakan proses dimana siswa mengumpulkan informasi
tentang suatu peristiwa yang dilihat atau dialami.
3. Tahap ketiga,
siswa memperkenalkan elemen-elemen
permasalahan untuk mengetahui mungkinkah terjadi hal lain ketika pada penelitian
mereka diujicoba dengan cara yang berbeda.
4. Tahap empat, guru meminta siswa mengelolah data dan merumuskan suatu penjelasan.
Beberapa siswa memiliki kesulitan dalam membuat lompatan intelektual antara
memahami informasi yang telah mereka kumpulkan dengan membangun penjelasan
yang jelas mengenai informasi itu.
5. Tahap kelima, siswa diminta untuk menganalisis pola penelitian mereka. Mereka
mungkin menentukan pertanyaan-pertanyaan yang sangat efektif, cara-cara bertanya
yang produktif dan tidak atau jenis informasi yang mereka butuhkan dan mereka
peroleh. Tahap ini penting seandainya kita ingin membuat proses penelitian sebagai
suatu kesadaran dan mulai mencoba untuk mengembangkan secara sistematis.
c. Media Pembelajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya
pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. Para
guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan
tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan
tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan
bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang
diharapkan.
Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat
mengembangkan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan
keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut
belum tersedia.
45
Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang media pengajaran, yang
meliputi (Hamalik, 1994 : 6) :
Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar
Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
Seluk-beluk proses belajar
Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan
Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran
Pemilihan dan penggunaan media pendidikan
Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan;
Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran;
Usaha inovasi dalam media pendidikan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada
umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.
Manfaat Media Dalam Pembelajaran
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode
mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah
satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang
sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam
memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang
diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran
termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu
fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut
mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh
guru.
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar
interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan
efisien. Tetapi secara lebh khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci
Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam
pembelajaran yaitu :
Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
46
Golongan Media
Audio
II
Cetak
III
Audio-cetak
IV
Proyeksi visual
Overhead transparansi
diam
47
Proyeksi Audio
visual diam
VI
Visual gerak
VII
Film bisu
Audio Visual gerak, film
gerak bersuara, video/VCD,
televisi
VIII
Obyek fisik
IX
Manusia dan
lingkungan
X
Komputer
CAI (Pembelajaran
berbantuan komputer), CBI
(Pembelajaran berbasis
komputer).[7]
48
Salah satu factor utama yang menyebabkan perbedaan diantara peserta didik dalam
mengikuti proses pembelajaran adalah gaya belajar yang mereka miliki. Gaya belajar peserta
didik cukup beragam.
Terdapat tiga macam gaya belajar yang dimiliki peserta didik, yaitu:
1) Gaya belajar visual (melihat) yaitu dengan lebih banyak melihat seperti membaca,
2) Gaya belajar audio (mendengarkan), yaitu belajar akan lebih bermakna oleh peserta didik jika
pelajarannya tersebut didengarkan dengan serius,
3) Gaya belajar kinestetik (melakukan), yaitu pelajaran akan lebih mudah dipahami oleh peserta
didik jika dia sudah mempraktekkan sendiri.
Mengingat peserta didik kelas X ini secara psikologis mengalami masa puberitas,
sehingga mereka mempunyai pola/gaya belajar yang berbeda-beda, namun pada umumnya
mereka selalu ingin diperhatikan. Dengan usia ini mereka masih senang bermain, sehingga ini
juga mempengaruhi pembelajaran, karena itu, guru perlu merancang pembelajaran yang
sesuai dengan perbedaan individual peserta didik ini, dan memenuhi kebutuhan peserta didik,
sehingga pembelajaran memberikan hasil yang memuaskan bagi peserta didik.
B.
sekitar
lingkungan fisik.
Indikator Pencapaian Kompetensi :
1.
2.
3.
4.
5.
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapa menganalisis pengaruh kalor
benda,wujud benda, dan menganalisis perpindahan kalor dengan cara konduksi, konveksi dan
49
pembelajaran.
Memilih Teknologi dan Media
Teknologi dan media yang dipilih pada rancangan pembelajaran kelas X ini adalah dengan
menggunakan teknologi dan media komputer (Audio visual), dengan menampilkan media
animasi flash untuk simulasi praktikum pada materi. Untuk memproyeksikannya guru
memilih menggunakan LCD dan proyektor, sehingga peserta didik dapat melihat dengan
jelas, apa yang harus mereka pelajari dan lakukan.
Memilih Materi
Sebelum melakukan pembelajaran dipersiapkan materi yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Pemilihan materi yang akan digunakan untuk pembelajaran Fisika kelas X ini
adalah dengan menggabungkan beberapa materi yang relevan dari berbagai sumber.
D.
50
51
umpan balik terhadap pekerjaan peserta didik, dan juga juga dari teman-teman mereka,
sehingga ini membantu mereka menguasai pelajaran dan memiliki keterampilan
menggunakan komputer.
F.
52
Ghofir, Abdul. 2012. Desain Pembelajaran: Konsep, Model dan Aplikasinya dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran, Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Masnur Muslich. 2007. KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Prawiradilaga, Dewi Salma. 2007. Prinsip Disain Pembelajaram, Jakarta: Kencana
Roestiyah H.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Shearer, C.B. 2004. Multiple Intelligences After 20 years. Teachers College Record.
Smaldino, Sharon. Lowter, Deborah. Russel, James D. 2011. Teknologi Pembelajaran dan
Media untuk Belajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Syaiful Bahri Djamarah dkk,. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Wina Sanjana. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Hamruni. 2009. Strategi Dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan. Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.
DAFTAR ISI
Daftar
Isi..i
Bab 1
53
A. Latar
Belakang.1
B. Tujuan
..2
Bab II
1. Model Assure...3
2. Multiple Intelligence......10
3. Multi Representasi.....16
4. Higher Order Thinking...18
5. Teori Belajar...22
6. Strategi, Model, dan Media Pembelajaran.26
7. Penerapan Model Assure....33
8. RPP37
9. LKS49
Daftar
..51
Pustaka..