Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian merupakan sektor yang sangat penting dan menjadi
salah satu fokus pemerintah untuk mencapai kesejahteraan rakyat. Indonesia
adalah sebuah negara yang berpotensi untuk menjadi negara industri, hal ini
ditunjang dengan adanya struktur perekonomian yang mengalami perubahan
kemajuan yang drastis karena pesatnya pertumbuhan gugus industri dan
UKM. Sektor UKM merupakan sektor yang penting untuk diberdayakan,
karena
terdapat
beberapa
indikator
yang
menjelaskan
pentingnya
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Manajemen Mutu ini adalah sebagai berikut:
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Spesifikasi Produk
Kerupuk merupakan salah satu makanan ringan yang sangat digemari
oleh masyarakat Indonesia dan sering dijadikan sebagai pelengkap berbagai
sajian makanan atau sebagai lauk pauk. Sehingga dapat dikatakan kerupuk
merupakan makanan yang tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat untuk
dikonsumsi, maka produksi kerupuk harus tetap berjalan agar kebutuhan
konsumen tetap terpenuhi (Syafriyudin dan Dwi, 2009).
Kerupuk rambak ada 2 macam yaitu kerupuk rambak tapioka dan
kerupuk rambak kulit. Kerupuk rambak merupakan kerupuk yang terbuat dari
bahan dasar tepung tapioka, tepung terigu dan bumbu-bumbu. Permukaan
kerupuk rambak tapioka kasar. Untuk kerupuk rambak kulit bahan bakunya
terdiri dari kulit sapi yang ditambah dengan bumbu-bumbu masakan
(Wahyono, 2002).
Kerupuk rambak kulit bahan dasarnya bisa dari kulit sapi, kulit
kambing ataupun kulit kerbau. Tapi yang paling baik apabila dibuat dari kulit
sapi. Untuk menghilangkan bulu sapi, kulit sapi haus direndam dalam drum
air kapur (gamping) selama 2 hari 2 malam (Rohaendi, 2009).
Kerupuk kulit atau krecek atau biasa disebut sebagai rambak, krupuk
ini terbuat dari kulit sapi. Teksturnya agak keras dan padat. Amat berminyak
karena memiliki kadar lemak yang tinggi. Aroma dan rasanya khas, serta
kenyal apabila terendam air panas. Untuk hasil yang lebih baik krupuk ini
sebaiknya dijemur terlebih dahulu. Setelah itu digoreng sebanyak 2 kali
supaya tidak mudah melempem atau liat (Tim Dapur Demedia, 2009).
Kerupuk kulit adalah produk makanan ringan, dibuat dari kulit sapi
(Bos Indicus), atau kerbau (Bos Bubalus) melalui tahap proses pembuangan
bulu, pengambangan kulit, perebusan, pengeringan dan diatur untuk kerupuk
kulit mentah atau dilanjutkan penggorengan untuk kerupuk kulit siap
dikonsumsi. Syarat mutu kerupuk kulit menurut SNI 01-4308-1996 adalah
sebagai berikut.
Tabel 2.1 Syarat Mutu Kerupuk Kulit
No.
Kriteria Uji
Satuan
Persyaratan Mutu
Mentah
Siap Dikonsumsi
1.
1.1
1.2
1.3
1.4
2.
Keadaan:
Bau
Rasa
Warna
Tekstur
Keutuhan
Benda-benda asing,
3.
serangga dan potonganpotongannya
4.
Air
5.
Abu tanpa garam
Asam lemak bebas
6.
(dihitung sebagai asam
laurat)
7.
Cemaran logam
7.1 Timbal (Pb)
7.2 Tembaga (Cu)
7.3 Seng (Zn) (Cl)
7.4 Timah (Sn)
7.5 Raksa (Hg)
8
Arsen (As)
9
Cemaran mikroba:
9.1 Angka lempeng total
9.2 Coliform
9.3 salmonella
(BSN, 1996)
%(b/b)
Normal
Khas
Normal
Reyah
min. 95
Normal
Khas
Normal
Reyah
min. 90
%(b/b)
%(b/b)
maks. 8
maks. 1
maks. 6
maks. 1
%(b/b)
maks. 1,0
maks. 0,5
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
maks. 2,0
maks. 20,0
maks. 40,0
maks. 40,0
maks. 0,03
maks. 1,0
maks. 2,0
maks. 20,0
maks. 40,0
maks. 40,0
maks. 0,03
maks. 1,0
koloni/g
APM/g
koloni/g
maks. 5 x 104
<3
Negatif
maks. 5 x 104
<3
Negatif
Setelah bulu-bulu dikerik bersih, kulit sapi diolah secara khusus dan
rumit menjadi kerupuk. Di pulau Jawa disebut krupuk rambak, di Sumatera
Barat dikeal sebagai krupuk jangek untuk sambal goreng rambak atau krecek,
pelengkap hidangan gudeg Jogja, biasanya dipakai rambak bentuk dadu 3 cm.
Tapi berbentuk lembaran tebal kurang lebih 1 cm, tekstur lebih kenyal dan
renyah (Boga, 2010).
Pebuatan kerupuk rambak kulit sangat mudah dilakukan dan tidak
memerlukan bahan yang mahal. Proses pembuatan kerupuk kulit pada
umumnya pertama adalah pemilihan kulit. Sebagai bahan baku kulit yg
diguakan harus dari kulit ternak yang sehat, bukan yang sakit. Kulit yang
digunakan bersih dan tidak busuk. Tahap kedua, pencucian (washing) untuk
membersihkan sisa kotoran yang masih menempel. Tahap ketiga, perendaman
jika kulit berasal dari kulit awetan atau kulit kering. Perendaman dilakukan
5
selama 24 jam dalam air bersih supaya kulit kering menjadi basah seperti kulit
segar. Tahap keempat, pengapuran (liming) kulit direndam dalam larutan
kapur tohor (Ca(OH)2) supaya kulit membengkak, lapisan epidermis dan bulu
mudah dihilangkan serta untuk meningkatkan daya kembang dan kerenyahan
kerupuk rambak. Tahap kelima, buang kapur (deliming) dengan cara mencuci
kulit dengan air mengalir supaya sisa kapur hilang.
Tahap keenam, pengerokan bulu. Tahap ketujuh, perebusan (boiling)
pada suhu dan waktu tertentu sesuai jenis kulit supaya kulit matang. Tahap
kedelapan, pemotongan kulit sesuai selera. Tahap selanjutnya, perendaman
dalam bumbu umumnya bumbu yang digunakan adalah garam dan bawang
putih. Kemudian, dilakukan proses penjemuran dibawah sinar matahari
sampai kering. Kemudian, proses penggorengan. Penggorengan dilakukan 2
tahap, yaitu dengan minyak yang tidak terlalu panas (suhu 80oC) kemudian
dimasukkan dalam minyak yang panas (suhu 100 oC) sampai kerupuk rambak
kulit mengembang dengan sempurna. Proses terakhir adalah pengemasan
dalam kantong plastik sera pemasaran (Amertaningtyas, 2013).
B. Spesifikasi Bahan Baku (Utama dan Pendukung)
1. Kulit Sapi
Menurut SNI No 06-2736-1992 kulit sapi mentah basah merupakan
kulit yang diperoleh dari hasil ternak sapi, kulit tersebut telah dipisahkan
dari seluruh bagian dagingnya, baik yang segar maupun yang digarami.
Sedangkan kulit sapi mentah kering menurut SNI 06-0206-1987 yaitu
bagian dari kulit sapi yang telah diawetkan melalui penjemuran
sedemikian rupa sehingga kadar air kulit tersebut menjadi kurang dari
batas minimum air diperlukan untuk hidup dan timbuhnya bakteri
pembusuk.
Syarat mutu kulit sapi mentah basah menurut SNI 06-27361992 mempunyai tiga kriteria yaitu mutu I dengan syarat berbau khas kulit
sapi cerah bersih, tidak ada cacat (lubang-lubang, penebalan kulit).
Kandungan airnya
sedangkan
pada
kulit
mentah
segar
maksimum
66%
dengan syarat berbau khas kulit sapi, cerah, bersih, cukup elastis, terdapat
sedikit cacat diluar daerah punggung (croupon) dan bulu tidak rontok.
Kandungan airnya pada kulit mentah segar maksimum 66% sedangkan
pada kulit mentah bergaram maksimum 25 %. Mutu kulit III dengan
syarat berbau khas kulit sapi, warna tidak cerah, kurang elastis, tidak
utuh/banyak sekali cacat dan ada kerontokan bulu. Kandungan airnya
pada kulit mentah segar maksimum 66% sedangkan pada kulit mentah
bergaram maksimum 25% (Saputra, 2012).
2. Garam
Garam adalah bahan yang sangat penting dalam pengawetan bahan
pangan, yang berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme.
Garam sebagai penghambat selektif karena adanya proses plasmolysis.
Mekanisme plasmolysis cairan dalam sel mikroba keluar menuju larutan
garam yyang konsentrasinya lebih pekat, cairan garam masuk ke dalam sel
sehingga mengakibatkan sel mengkerut dan mati. Garam yang digunakan
dalam pembuatan olahan pangan harus memenuhi standar yang berlaku.
Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kualitas hasil olahan pangan produk
kulit sapi. Standar yang digunakan di Indonesia yaitu Standar Nasional
Indonesia (SNI). Menurut SNI No. 01-4076-1999 tentang kriteria garam
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Jenis Uji
Satuan
Syarat
Mutu I
Mutu II
7
Natrium chlorida
(NaCl)
2.
Air
3.
Iodium sebagai KIO3
4.
Oksida besi (Fe2O3)
Kalsium dan
5.
magnesium sebagai Ca
6.
Sulfat (SO4)
Bagian yang tak larut
7.
dalam air
Logam-logam
8.
berbahaya (Pb, Hg, Cu
dan As)
9.
Warna
10. Rasa
11. Bau
(Saputra, 2012)
1.
Min. 94,7%
Min. 94,4%
Maks. 5%
40 ppm 25%
100 ppm
Maks. 10%
Negatif
100 ppm
Maks. 1%
Maks. 2%
%(b/b)
Maks. 2%
Maks. 2%
Maks. 0,5%
Maks. 1%
%(b/b)
Negatif
Negatif
%(b/b)
%(b/b)
mg/kg
Putih
Asin
Tidak berbau
Putih
Asin
Tidak berbau
3. Minyak Goreng
Pengertian minyak goreng menurut SNI 01-3741-2013 adalah
bahan pangan dengan komposisi utama trigliserida berasal dari bahan
nabati kecuali kelapa sawit, dengan atau tanpa perubahan kimiawi,
termasuk hidrogenasi, pendinginan dan telah melalui proses rafinasi/
pemurnian yang digunakan untuk menggoreng.
Persyaratan
1.1
1.2
Bau
Normal
Warna
Nomal
Kadar air dan bahan
%(b/b)
Maks 0,15
2.
menguap
3.
Bilangan asam
mg KOH/g
Maks 0,6
4.
Bilangan peroksida
mek O2/kg
Maks 10
5.
Minyak pelikan
Negatif
Asam linolenat (C18:3)
%
Maks 2
6.
dalam komposisi asam
lemak minyak
7.
Cemaran logam :
7.1 Kadmium (Cd)
mg/kg
Maks 0,2
7.2 Timbal (Pb)
mg/kg
Maks 0,1
7.3 Timah (Sn)
mg/kg
Maks 40,0/250,0*
7.4 Merkuri (Hg)
mg/kg
Maks 0,05
8
Cemaran Arsen (As)
mg/kg
Maks 0,1
CATATAN: - Pengambilan contoh dalam bentuk kemasan di pabrik
-* dalam kemasan kaleng
(BSN, 2013)
C. Spesifikasi Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu adalah penggunaan teknik-teknik dan aktivitasaktivitas untuk mencapai, mempertahankan dan meningkatkan mutu suatu
produk atau jasa. Pengendalian mutu juga dapat dikatakan yaitu proses
pengaturan secara standar yang telah ditentukan, dan melakukan tindakan
tertentu jika terdapat perbedaan. Maksud dari kebanyakan pengukuran mutu
ini adalah menentukan dan mengevaluasi tingkatan dimana produk atau jasa
mendekati keinginan atau harapn dari konsumen (Kencana, 2009).
Six sigma merupakan metode peningkatan kualitas maupun proses
dengan menggunakan peralatan (tools) yang terstruktur dan pengukuran secara
statistik. Mula-mula metode ini diterapkan oleh Motorolla pada tahun 1985
dan berhasil mendatangkan keuntungan besar bagi perusahaan tersebut.
Perusahaan yang memiliki kemampuan proses baik mampu menghasilkan
produk cacat sedikit bahkan zero defect atau tidak ada produk cacat sama
sekali. Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas produk suatu perusahaan
perlu diketahui terlebih dahulu kemampuan proses perusahaan sekarang.
Output dari kemampuan proses perusahaan sekarang akan menjadi tolak ukur
dalam melakukan upaya pengendalian dan peningkatan kualitas pada masa
BAB III
METODOLOGI
10
data
sekunder
dari
sumber-sumber
yang
dapat
Manajemen Mutu.
Kunjungan unit usaha kecil dan menengah.
Penetapan CTQ.
Penentuan kapabilitas sigma.
Pelaporan hasil analisis dalam bentuk dokumen Manajemen Mutu.
BAB IV
PEMBAHASAN
11
Jika memakai kulit sapi betina maka harus diolah berkali-kali. Selain itu, kulit
sapi jantan yang digunakan memiliki berat minimal 50 kg.
Awal mula berdirinya usaha rambak kulit sapi milik Bapak Wirjo
Dihardjo mulai tahun 1947 ini turun-temurun dari keluarga ke keluarga
sebelumnya dan sudah berjalan selama 78 tahun sampai sekarang. Produk
rambak kulit sapi ini dipasarkan di rumah, di toko oleh-oleh daerah Solo, dan
disetorkan di daerah-daerah luar kota di seluruh Indonesia seperti Sulawesi.
Pengiriman rambak di luar kota biasanya dalam bentuk rambak yang masih
setengah matang dan dikemas menggunakan plastik polypropylene (PP) serta
kardus sebagai kemasan sekunder.
Industri kecil menengah kerupuk rambak kulit sapi ini dipimpin oleh
Bapak Wirjo Dihardjo. Karyawan yang bekerja di usaha kerupuk rambak kulit
sapi tersebut ada 3 orang pegawai yang semuanya laki-laki. Jam kerja mulai
pukul 08.00 sampai 17.00 WIB. Pemasaran, pendistribusian dan pengontrolan
kegiatan produksi ditangani sendiri oleh pemilik usaha kerupuk rambak kulit,
sehingga belum ada manajemen organisasi yang jelas dan terstruktur dengan
baik. Kerupuk Rambak Petis S. Wirjodihardjo mematok harga Rp 164.000,per kg untuk rambak petis dan Rp 170.000,- per kg untuk rambak setengah
matang. Bagi yang membeli sekedar untuk oleh-oleh, Pak Wirjo menyediakan
rambak menggunakan kemasan 250 gram dengan petis seharga Rp 41.000,-.
12
Penirisan
Penggorengan dalam minyak panas (160-180oC) hingga
matang dan mengembang
Pendinginan
13
Berikut penjelasan proses pembuatan rambak kulit sapi secara singkat adalah
sebagai berikut:
a. Lembaran kulit
sapi
dipotong
menjadi
beberapa
bagian
untuk
d. Kulit sapi direbus selama 1 jam untuk melunakkan kulit sehingga tekstur
kulit menjadi empuk.
e. Kemudian kulit sapi dipotong secara manual menggunakan pisau tajam
berbentuk persegi panjang dengan ukuran 1 x 3 cm.
f. Kemudian potongan kulit sapi tersebut dijemur di bawah sinar matahari
selama 3 hari hingga benar-benar kering.
g. Setelah penjemuran, kemudian potongan kulit sapi tersebut diungkep
dalam minyak goreng untuk melunakkan kulit sehingga garam dapat
meresap, selanjutnya air garam dan minyak goreng untuk mengeringkan
kulit hingga kering.
h. Penirisan dilakukan dengan tampah besar hingga kering (tidak terdapat
i.
j.
mengembang.
Setelah digoreng rambak kulit sapi didinginkan, disortir kemudian
dikemas dengan kemasan plastik PP.
Menurut SNI-1996, kerupuk rambak kulit adalah produk makanan
ringan yang dibuat dari kulit sapi atau kerbau melalui tahap proses
pembuangan bulu, pembersihan kulit, perebusan, pengeringan, perendaman
dengan bumbu untuk kerupuk rambak kulit mentah dan dilanjutkan dengan
penggorengan untuk kerupuk rambak kulit siap konsumsi.
Tahapan proses pembuatan rambak kulit sapi di industri Pak Wirjo
adalah pemilihan kulit sapi sebagai bahan baku utama (harus dari kulit dari
sapi jantan, sehat, bukan dari ternak yang sakit, kulit bersih dan tidak busuk).
Lembaran kulit sapi mentah dipotong menjadi beberapa bagian. Kemudian
direndam pada air hangat hingga bulu pada kulit sapi terlepas semua dimana
proses ini untuk memudahkan proses menghilangkan rambut pada kulit sapi.
Bulu kulit sapi dikerok dengan menggunakan pisau sampai bersih dan dicuci
dengan air hingga bersih kemudian direbus selama 1 jam. Setelah itu, kulit
sapi diangkat dan dipotong dengan bentuk persegi berukuran 1 x 3 cm.
Kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama kurang lebih 3 hari. Proses
penjemuran bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam kulit sapi. Apabila
kulit tidak dijemur sampai kering maka dapat membuat rambak tidak
15
Tindakan
Persamaan
= (langkah 3)/
Hasil
Perhitungan
Rambak Kulit
83
20
0,24
16
(langkah 2)
= 20/83
=1 - (langkah 4)
=1 - 0,24
= Banyak
karakteristik
CTQ
=(langkah 5)/
(langkah 6)
=0,76/13
=(langkah
7)*1000000
=0,058*1000000
-
0,76
13
0,058
58000
3.0-3.1
Kapabilitas
sigma adalah
3.1
Keterangan:
CTQ:
1. Kualitas bahan baku
2. Ukuran produk jadi setelah penggorengan tidak konsisten
3. Pembersihan bulu sapi kurang maksimal
4. Suhu perendaman air hangat kurang optimal
5. Proses pengungkepan kurang optimal
6. Pekerja yang kurang kompeten
7. Sanitasi alat, tempat dan pekerja kurang terjaga
8. Rak yang digunakan untuk menjemur tidak bersih
9. Cuaca dan lama penjemuran
10. Perlunya alat pengering, proses penjemuran dilakukan pada ruang terbuka
sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi dari luar
11. Pada proses penggorengan, minyak tidak pernah diganti dan jika sudah
tinggal sedikit hanya ditambahkan saja
12. Besar kecilnya api saat penggorengan
13. Penggorengan terlalu lama
Six Sigma menggunakan alat statistik untuk mengidentifikasi beberapa
faktor vital. Siklus DMAIC merupakan proses kunci untuk peningkatan secara
kontinyu menuju target Six Sigma. DMAIC dilakukan secara sistematik
berdasarkan ilmu pengetahuan dan fakta (systematic, scientific, and fact
based). Berikut ini adalah tahapan dalam siklus DMAIC dan langkah-langkah
yang harus dilaksanakan pada setiap tahap.
Langkah-langkah Implementasi Proyek Peningkatan Kualitas Six Sigma
17
analisis
atau
kapabilitas
proses.
Analisis
kapabilitas
proses
akan
19
= 20
= 1-0,24 = 0,76
5. CTQ
= 13
7. DPMO
= 0,058*1000000
= 0,24
= 0,058
= 58000
8. Konversi DPMO ke nilai sigma
= 3.0 3.1
9. Kapabilitas sigma
= 3.1
20
Material
Bahan baku
sulit di dapat
Cuaca
Man
Kurangnya jumlah
tenaga kerja
Kelelahan
Api kurang
panas
Kurangnya
pengetahuan
Kurangnya
keterampilan
Kerenyahan
rambak kulit
Pengeringan
kurang maksimal
juga
untuk
pengawetan,
memerlukan waktu selama dua hari, bila cuaca cerah dan sekitar 4-5 hari
bila cuaca kurang cerah. Dari proses pengeringan ini, dihasilkan kerupuk
mentah dengan kadar air sekitar 14 % atau kerupuk mentah yang mudah
dipatahkan (Koswara. 2009).
3. Penggorengan
Pada proses penggorengan, tidak dilakukan penggantian minyak.
Minyak selalu ditambahkan secara kontinyu hingga proses penggorengan
selesai dan suhu pada saat penggorengan tidak stabil sehingga
menyebabkan kerenyahan pada rambak tidak merata. Setelah proses
penggorengan (penirisan), jika penirisan tidak optimal maka produk masih
mengandung minyak dan produk akan cepat tengik. Menggoreng adalah
suatu proses untuk memasak bahan pangan dengan menggunakan lemak
atau minyak pangan. Metode yang dipilih dalam proses penggorengan
akan berperan penting karena menurut Robertson (1967), proses
penggorengan dipengaruhi oleh sistem dan bahan wajan penggoreng, jenis
minyak goreng, dan stabilitas serta struktur bahan yang digoreng. Kerupuk
digoreng sebanyak 7-10 keping setiap penggorengan, dalam 500-700 ml
minyak goreng yang telah panas bersuhu antara 180-190oC.
22
23
matang.
Pisau tajam, untuk mengiris atau memotong kulit sapi.
Tampah persegi, digunakan untuk menjemur irisan rambak.
Wajan, digunakan untuk menggoreng rambak.
Sotil, digunakan untuk mengaduk dan membalik rambak pada saat
digoreng
9. Pisau dan gunting: berfungsi untuk memitong karak sesuai dengan ukuran.
10. Tampah besar: berfungsi untuk meletakkan karak yang akan dikeringkan
dan dijemur di bawah sinar matahari.
11. Tatakan penjemur, digunakan sebagai tempat peletakan tampah persegi
dalam proses penjemuran potongan kulit sapi.
Langkah keenam: Control
Pemimpin harus melakukan pengecekan atau control terhapat setiap
tahap proses yang dilakukan atau ikut dalam kegiatan produksi, sehingga
dapat meningkatkan kualitas produksi. Dengan meningkatnya kualitas dari
produk yang dihasilkan maka kepuasan konsumen atau permintaan konsumen
dapat dipenuhi. Terdapat 3 hal yang harus dilakukan dalam proses control
yaitu melakukan validasi terhadap sistem pengukuran, menentukan kapabilitas
proses yang dicapai dan menerapkan rencana pengendalian agar kualitas
produk dapat dipertahankan atau ditingkatkan kualitasnya yang sesuai dengan
keinginan konsumen.
Dalam melakukan validasi terhadap sistem pengukuran maka control
atau pengecekan ukuran bahan tambahan yang digunakan selama proses
pembuatan rambak kulit sapi dimana ukuran dan ketebalan dari rambak kulit
sapi yang dihasilkan yaitu 8,5 x 3,5 cm. Selain itu, juga melakukan kontrol
24
harus
melakukan
standarisasi
antara
lain
adalah
dilakukan sesuai dengan prosedur. Agar produk karak yang dihasilkan dapat
memiliki mutu yang baik sehingga tidak harus melakukan pengeluaran biaya
yang terlalu banyak dengan melakukan produksi ulang produk-produk yang
cacat.
Langkah kedelapan: Integrate
Dalam setiap usaha pastinya akan menentukan langkah-langkahnya
untuk berproduksi secara optimal. Sebaiknya menggunakan cara PDCA (Plan,
Do, Check, Act). Sebelum melangkah ke konsumen pastinya perusahan
merencanakan langkah-langkah yang telah ditelah disepakati tentunya
mengacu pada kebutuhan konsumen. Setelah merencanakan segala sesuatunya
dengan baik, perusahaan merealisasikan atau melakukan langkah-langkah
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Setelah melangkah terjun ke
konsumen tentunya perusahaan punya data atau hasil langsung dari konsumen
yang nantinya akan dicek atau diproses ulang kembali oleh perusahaan begitu
seterusnya, sebagai acuan untuk selalu memperbaiki produk. Berikut ini
adalah tahapan dalam siklus PDCA dan langkah-langkah yang harus
dilaksanakan pada setiap tahap proses:
Action
PLAN
MENENTUKAN
TUJUAN DAN
MENGAMBIL TINDAKAN
YANG TEPAT
SASARAN
MENETAPKAN METODE
UNTUK MENCAPAI
TUJUAN
MENYELENGGARAKAN
PENDIDIKAN DAN LATIHAN
MEMERIKASA AKIBAT
PELAKSANAAN
CHECK
MELAKSANAKAN
PEKERJAAN
DO
26
2. Measure (M)
Measure merupakan langkah operasional kedua dalam program
peningkatan kualitas Six Sigma, terdapat beberapa hal pokok yang harus
dilakukan yaitu:
a. Melakukan dan mengembangkan rencana pengumpulan data yang
dapat dilakukan pada tingkat proses, dan/atau output.
b. Mengukur kinerja sekarang (current performance) untuk ditetapkan
sebagai baseline kinerja pada awal proyek Six Sigma.
3. Analyze (A)
Merupakan langkah operasional ketiga dalam program peningkatan
kualitas Six Sigma. Langkah ini mulai masuk kedalam hal-hal detail,
meningkatkan
pemahaman
terhadap
proses
dan
masalah,
serta
27
28
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari pengamatan kunjungan di UKM
Rambak Petis S. Wirjodiharjo ini adalah sebagai berikut:
1. Six sigma adalah suatu metode atau teknik pengendalian dan peningkatan
kualitas dramatik yang merupakan terobosan baru dalam bidang
manajemen kualitas.
2. Proses dalam pembuatan rambak ini adalah perendaman dalam air hangat,
pembersihan bulu dan pencucian kulit sapi, perebusan, pemotongan,
penjemuran, pengungkepan, penirisan, penggorengan, pendinginan dan
pengemasan.
3. Unit transaksi yang dikerjakan melalui proses adalah 83 buah.
4. Banyak unit transaksi yang OK adalah 20 buah.
5. Banyaknya CTQ potensial yang dapat mengakibatkan kecacatan yaitu 13
(kualitas bahan baku, ukuran produk jadi, pembersihan bulu sapi, suhu
perendaman air hangat, pengungkepan, pekerja yang kurang kompeten,
sanitasi alat, tempat dan pekerja, rak untuk menjemur, cuaca dan lama
penjemuran, perlunya alat pengering, minyak tidak pernah diganti pada
proses penggorengan, besar kecilnya api saat penggorengan dan
penggorengan terlalu lama).
6. Tingkat cacat (kesalahan) per kerupuk rambak kulit sapiteristik CTQ
adalah 0,74.
29
2.
3.
4.
5.
6.
7.
30
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Rico dan Y.M Kinley Aritonang. 2013. Model Penerapan Program Six
Sigma pada PT X. Seminar Nasional V Manajemen dan Rekayasa
Kualitas.
Amertaningtyas, Dedes. 2013. Pengolahan Kerupuk Rambak Kulit di
Indonesia. Jurnal Ilmu Peternakan 21 (3): 18-29.
Badan Standarisasi Nasional. 1996. SNI 01-4308-1996 tentang Kerupuk Kulit.
Badan Standarisasi Nasional. 2013. SNI 3741:2013 tentang Minyak Goreng.
Boga, Yasa. 2010. Koleksi 120 Resep Masakan Sapi. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Kencana, Rudi. 2009. Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengendalian Minyak
Sawit dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) pada PTP.
Nusantara IV PKS Adolina. Karya Akhir Sarjana Sains Universitas
Sumatera Utara.
Koswara, Sutrisno. 2009. Pengolahan Aneka Kerupuk. Ebookpangan.
Robertson, CJ. 1967. The Practice of Deep Fat Frying. Journal of Food
Technology, (1) :34-36.
Rohaendi, Dedi. 2011. Memproduksi Kerupuk Sangrai. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Spautra, Anggazani. 2012. Konsep Pengendalian Mutu dan Hazard Analysis
Critical Control Point (HACCP) dalam Proses Pembuatan Rambak Kulit
Sapi. Laporan Tugas Akhir Teknologi Hasil Pertanian Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Syafriyudin dan Dwi Prasetyo Purwanto. 2009. Oven Pengering Kerupuk
Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535 Menggunakan Pemanas Pada
Industri Rumah Tangga. Jurnal Teknologi 2 (1): 70-79.
31
Tim Dapur Demedia. 2009. Aneka Masakan Jawa Klasik. DeMedia Pustaka.
Jakarta.
Wahyono, Rudi dan Marzuki. 2002. Pembuatan Aneka Kerupuk. Penebar
Swadaya. Jakarta.
32