Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alkohol adalah salah satu dari sekelompok senyawa organik yang
dibentuk dari hidrokarbon-hidrokarbon oleh pertukaran satu atau lebih gugus
hidroksil dengan atom-atom hidrogen dalam jumlah yang sama; istilah ini
meluas untuk berbagai hasil pertukaran yang bereaksi netral dan mengandung
satu atau lebih gugus alkohol.
Intoksikasi alkohol terjadi bila seseorang menghabiskan sejumlah besar
minuman keras dalam jangka waktu singkat. Keracunan alkohol juga sering
terjadi pada percobaan bunuh diri dengan meminum produk-produk rumah
tangga yang mengandung etanol, isopropanol, atau metanol.
Setelah penyakit jantung dan kanker, gangguan berhubungan dengan
alkohol merupakan masalah kesehatan nomor 3 terbesar di Amerika Serikat
sekarang ini. Kira-kira 35-45% dari semua orang dewasa di Amerika Serikat
sekurang-kurangnya pernah mengalami episode masalah yang berhubungan
dengan alkohol yang bersifat sementara, biasanya berupa suatu episode
amnestik akibat alkohol ( misalnya tidak sadar), mengendarai kendaraan
bermotor saat terintoksikasi, atau bolos kerja atau kurang belajar karena
minum yang berlebihan.
Penggunaan alkohol dan gangguan berhubungan dengan kira-kira 50
persen dari semua pembunuhan dan 25 persen dari semua bunuh diri.
Penyalahgunaan alkohol menurunkan harapan hidup 10 tahun. Alkohol
memimpin dari semua zat lain dalam kematian yang berhubungan dengan zat.
1.2 Rumusan Masalah
1 Apa pengertian keracunan, alkohol, dan intoksikasi alkohol ?
2 Apa etiologi dari intoksikasi alkohol ?
3 Apa efek fisiologi dari alkohol ?
4 Bagaimana patofisiologi dari intoksikasi alkohol ?
5 Bagaimana manifestasi klinis intoksikasi alkohol?
6 Apa komplikasi dari intoksikasi alkohol ?
7 Bagaimana pemeriksaan penunjang intoksikasi alkohol ?
8 Bagaimana penatalaksanaan pada intoksikasi alkohol?
1.3 Tujuan Masalah
1 Mengetahui pengertian keracunan, alkohol, intoksikasi alkohol.

2
3
4
5
6
7
8

Mengetahui etiologi dari intoksikasi alkohol.


Mengetahui efek fisiologi dari alkohol.
Mengetahui patofisiologi dar intoksikasi alkohol.
Mengetahui manifestasi klinis intoksikasi alkohol.
Mengetahui komplikasi dari intoksikasi alkohol.
Mengetahui pemeriksaan penunjang intoksikasi alkohol.
Mengetahui penatalaksanaan intoksikasi alkohol.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
2.1.1 Keracunan
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat ke dalam tubuh yang
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan
kematian. Semua zat dapat menjadi racun bila diberikan dalam dosis yang

tidak seharusnya. Berbeda dengan alergi, keracunan memiliki gejala yang


bervariasi dan harus ditindaki dengan cepat dan tepat karena penanganan
yang kurang tepat tidak menutup kemungkinan hanya akan memperparah
keracunan yang dialami penderita.
Intoksikasi akut sering dikaitkan dengan tingkat dosis zat yang
digunakan (dose-dependent), individu dengan kondisi organic tertentu
yang mendasari (misalnya insufisiensi ginjal atau hati) yang dalam dosis
kecil dapat menyebabkan efek intoksikasi berat yang tidak proporsional.
2.1.2 Alkohol
Dalam ilmu kimia alkohol atau alkanol adalah istilah yang umum
untuk senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat
pada atom karbon dimana atom karbon itu sendiri juga terikat pada atom
hidrogen atau atom karbon yang lain. Etil alkohol juga disebut sebagai
etanol merupakan bentuk alkohol yang umum, sering kali disebut alkohol
minuman. Rumus kimia untuk etanol adalah CH3-CH2-OH. Dari semua
jenis alkohol yang diketahui dalam ilmu kimia, etanol merupakan satusatunya yang digunakan dalam batas tertentu oleh manusia untuk berbagai
maksud dan tujuan (sebagian besar alkohol lainnya terlalu toksik untuk
diminum).
Ada 3 golongan minuman beralkohol, yaitu :

Golongan A : kadar etanol 1 5 % , misalnya bir dan lain lain.

Golongan B : kadar etanol 5 20 %, misalnya berbagai jenis minuman


anggur.

Golongan C : kadar etanol 20 45%, misalnya whiskey, vodka, TKW,


manson, House dan lain lain.

2.1.3 Keracunan Alkohol


Intoksikasi alkohol akut (DSM-IV) adalah apabila seseorang
meminum alkohol dalam waktu singkat, dan menimbulkan efek seperti
perubahan tingkah laku, perubahan tanda vital dan risiko untuk gangguan
kesehatan dan kematian.

Seseorang dikatakan menderita intoksikasi alkohol apabila jumlah


dari alkohol yang dikonsumsinya mengakibatkan abnormalitas fisik dan
tingkah laku. Dengan kata lain, terjadi gangguan pada kemampuan fisik
dan mental seseorang. Tanda lain dari gangguan fisik dan mental adalah
kadar alkohol yang dapat diukur dalam darah.
Pada otak, alkohol mempengaruhi kinerja reseptor neurotransmitter
sehingga mengakibatkan :
1.

peningkatan produksi norepinephrine dan dopamine

2.

penurunan transmisi acetylcholine

3.

peningkatan transmissi GABA

4.

peningkatan produksi beta-endorphin di hypothalamus

2.2 ETIOLOGI
2.2.1 Riwayat Masa Kanak-kanak
Beberapa faktor telah teridentifikasi dalam riwayat masa kanak-kanak
dari seseorang yang memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol.
Anak-anak beresiko yang memiliki gangguan berhubungan dengan
alkohol yaitu jika satu atau lebih orang tuanya adalah pengguna alkohol.
Pada riwayat masa kanak-kanak terdapat gangguan defisit-atensi /
hiperaktivitas atau gangguan konduksi atau keduanya yang meningkatkan
resiko anak untuk memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol pada
masa dewasanya. Gangguan kepribadian khususnya gangguan kepribadian
antisosial juga merupakan predisposisi seseorang kepada suatu gangguan
berhubungan dengan alkohol.
2.2.2 Faktor Psikoanalisis
Teori psikoanalisis tentang gangguan berhubungan dengan alkohol
telah dipusatkan pada hipotesis superego yang sangat bersifat menghukum
dan fiksasi pada stadium oral dari perkembangan psikoseksual.
Menurut teori psikoanalisis, orang dengan superego yang keras yang
bersifat menghukum diri sendiri berpaling ke alkohol sebagai cara
menghilangkan stres bawah sadar mereka. Kecemasan pada orang yang
terfiksasi pada stadium oral mungkin diturunkan dengan menggunakan zat
seperti alkohol melalui mulutnya. Beberapa dokter psikiatrik

psikodinamika menggambarkan kepribadian umum dari seseorang dengan


gangguan berhubungan dengan alkohol adalah pemalu, terisolasi, tidak
sabar, iritabel, penuh kecemasan, hipersensitif, dan terrepresi secara
seksual.
Aforisme psikoanalisis yang umum adalah bahwa superego dapat larut
dalam alkohol. Pada tingkat yang kurang teoritis, alkohol dapat
disalahgunakan oleh beberapa orang sebagai cara untuk menurunkan
ketegangan, kecemasan, dan berbagai jenis penyakit psikis. Konsumsi
alkohol pada beberapa orang juga menyebabkan rasa kekuatan dan
meningkatnya harga diri.
2.2.3 Faktor Sosial dan Kultural
Beberapa lingkungan sosial menyebabkan minum yang berlebihan.
Asrama perguruan tinggi dan basis militer adalah dua contoh lingkungan
dimana minum berlebihan dipandang normal dan prilaku yang diharapkan
secara sosial. Sekarang ini, perguruan tinggi dan universitas mencoba
mendidik mahasiswanya tentang resiko kesehatan dari minum alkohol
yang berlebihan.
2.2.4 Faktor Prilaku dan Pelajaran
Sama seperti faktor kultural, faktor prilaku dan pelajaran juga dapat
mempengaruhi kebiasaan minum, demikian juga kebiasaan di dalam
keluarga, khususnya kebiasaan minum pada orang tua dapat
mempengaruhi kebiasaan minum. Tetapi beberapa bukti menunjukkan
bahwa, walaupun kebiasaan minum pada keluarga memang mempengaruhi
kebiasaan minum pada anak-anaknya, kebiasaan minum pada keluarga
kurang langsung berhubungan dengan perkembangan gangguan
berhubungan dengan alkohol seperti yang dianggap sebelumnya, walaupun
hal tersebut memang memiliki peranan penting.
Dari sudut pandang prilaku, ditekankan pada aspek pendorong positif
dari alkohol, alkohol yang dapat menimbulkan perasaan sehat dan euforia
pada seseorang. Selain itu, konsumsi alkohol dapat menurunkan rasa takut
dan kecemasan yang dapat mendorong seseorang untuk minum lebih
lanjut.
2.2.5 Faktor Genetika dan Biologi Lainnya
5

Data yang kuat menyatakan adanya suatu komponen genetika pada


sekurangnya suatu bentuk gangguan berhubungan dengan alkohol. Lakilaki lebih banyak menggunakan alkohol daripada wanita. Banyak
penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan sanak saudara tingkat
pertama yang terpengaruh oleh gangguan berhubungan dengan alkohol
adalah 3-4 kali lebih mungkin memiliki gangguan berhubungan dengan
alkohol daripada orang yang tidak memiliki sanak saudara tingkat pertama
yang terpengaruh dengan alkohol.
2.3 EFEK FISIOLOGI DARI ALKOHOL
Efek pada otak
1. Biokimiawi
Teori yang telah lama menunjukkan bahwa efek biokimiawi alkohol
terjadi pada membran neuron. Sejumlah hipotesis mendukung bahwa alkohol
akan menimbulkan efek karena ikatannya dengan membran yang
menyebabkan meningkatnya fluiditas membran pada penggunaan jangka
pendek. Tetapi, pada penggunaan jangka panjang teori menyatakan bahwa
membran akan menjadi kaku. Fluiditas membran penting untuk dapat
berfungsi sebagai reseptor, saluran ion, dan protein fungsional pada membran
lainnya secara normal. Secara spesifik, suatu penelitian menunjukkan bahwa
efektivitas saluran alkohol yang berhubungan dengan reseptor asetilkolin
nikotinik, serotonin (5-hydroxytryptamine) tipe 3 (5-HT3) dan GABA tipe A
(GABA A) diperkuat oleh alkohol, sedangkan aktivitas saluran ion yang
berhubungan dengan reseptor glutamat dan saluran kalsium gerbang voltasi
(voltage-gated calcium channel) yang yang akan di inhibisi.
Efek prilaku
Hasil akhir aktivitas molekular adalah bahwa alkohol memiliki fungsi
depresan yang sangat mirip dengan barbiturat dan benzodiazepin. Pada
konsentrasi 0,05% alkohol didalam darah, maka pikiran, pertimbangan, dan
pengendalian akan mengalami kemunduran dan sering kali terputus. Pada
konsentrasi 0,1 aksi motorik akan canggung. Pada konsentrasi 0,2% fungsi
seluruh daerah motorik menjadi terdepresi, bagian otak yang mengontrol
6

prilaku emosional juga terpengaruhi. Pada konsentrasi 0,3% seseorang


biasanya mengalami konfusi dan dapat menjadi stupor. Pada konsentrasi 0,40,5% dapat terjadi koma. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, pusat primitif di
otak yang mengontrol pernapasan dan kecepatan denyut jantung akan
terpengaruhi dan dapat terjadi kematian.
Efek fisiologis lain
1. Hati
Efek dari penggunaan alkohol yang utama adalah terjadinya
kerusakan hati. Penggunaan alkohol walaupun dalam jangka waktu yang
pendek dapat menyebabkan akumulasi lemak dan protein yang dapat
menimbulkan perlemakan hati (fatty liver) yang pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya pembesaran hati.
2. Sistem gastrointestinal
Meminum alkohol dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan terjadinya esofagitis, gastritis, aklorhidria, dan ulkus
lambung. Perkembangan menjadi varises esofagus dapat menyertai pada
seseorang dengan penyalahgunaan alkohol yang berat, pecahnya varises
esofagus merupakan suatu kegawatdaruratan medis yang sering
menyebabkan perdarahan bahkan kematian. Kadang-kadang juga dapat
terjadi gangguan pada usus, pankreatitis, insufisiensi pankreas, dan kanker
pankreas. Asupan alkohol yang banyak dapat mengganggu proses
pencernaan dan absorbsi makanan yang normal. Sebagai akibatnya
makanan yang dikonsumsi dalam penyerapannya menjadi tidak adekuat.
3. Sistem tubuh lain
Asupan alkohol yang signifikan dihubungkan dengan meningkatnya
tekanan darah, disregulasi lipoprotein dan trigliserida serta meningkatkan
terjadinya infark miokardium dan penyakit serebrovaskular. Bukti-bukti
telah menunjukkan bahwa alkohol dapat merugikan sistem hemopoetik
dan dapat meningkatkan insidensi kanker, khususnya kanker otak, leher,
esofagus, lambung, hati, kolon, dan paru-paru. Intoksikasi akut juga dapat

menyebabkan hipoglikemia, yang jika tidak cepat terdeteksi akan


menyebabkan kematian mendadak pada orang yang terintoksikasi.
2.4 PATOFISIOLOGI
Karakteristik rasa dan bau berbagai minuman yang mengandung
alkohol tergantung kepada metode pembuatannya, yang menghasilkan
berbagai senyawa dalam hasil akhirnya. Senyawa tersebut termasuk metanol,
butanol, aldehida, fenol, tannins, dan sejumlah kecil berbagai logam.
Walaupun senyawa ini dapat menyebabkan suatu efek psikoaktif yang
berbeda pada berbagai minuman yang mengandung alkohol, perbedaan
tersebut dalam efeknya adalah minimal dibandingkan dengan efek etanol itu
sendiri.
Kira-kira 10% alkohol yang dikonsumsi diabsorpsi di lambung, dan
sisanya di usus kecil. Konsentrasi puncak alkohol didalam darah dicapai
dalam waktu 30-90 menit, biasanya dalam 45-60 menit, tergantung apakah
alkohol diminum saat lambung kosong, yang meningkatkan absorbsi atau
diminum bersama makanan yang memperlambat absorbsi.
Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak dalam darah juga
merupakan suatu faktor selama alkohol dikonsumsi, waktu yang singkat
menurunkan waktu untuk mencapai konsentrasi puncak. Absorbsi paling
cepat 15-30% (kemurnian -30 sampai -60).
Tubuh memiliki alat pelindung terhadap masuknya alkohol. Sebagai
contoh, jika konsentrasi alkohol menjadi terlalu tinggi didalam lambung,
mukus akan disekresikan dan katup pilorik ditutup, hal tersebut akan
memperlambat absorbsi dan menghalangi alkohol masuk ke usus kecil. Jadi,
sejumlah besar alkohol dapat tetap tidak terabsorbsi didalam lambung selama
berjam-jam. Selain itu, pilorospasme sering kali menyebabkan mual dan
muntah.
Jika alkohol telah diabsorbsi ke dalam aliran darah, alkohol
didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Jaringan yang mengandung
proporsi air yang tinggi memiliki konsentrasi alkohol yang tinggi. Efek
intoksikasi menjadi lebih besar jika konsentrasi alkohol didalam darah tinggi.

Kira-kira 90% alkohol yang diabsorbsi dimetabolisme di hati, sisanya


dieksresikan tanpa diubah oleh ginjal dan paru-paru. Kecepatan oksidasi di
hati konstan dan tidak tergantung pada kebutuhan energi tubuh. Tubuh
mampu memetabolisme kira-kira 15 mg/dl setiap jam dengan rentan berkisar
antara 10-34 mg/dl per jamnya.
Alkohol dimetabolisme dengan bantuan 2 enzim yaitu alkohol
dehidrogenase (ADH) dan aldehida dehidrogenase. ADH mengkatalisasi
konversi alkohol menjadi asetilaldehida yang merupakan senyawa toksik.
Aldehida dehidrogenase mengkatalisasi konversi asetaldehida menjadi asam
asetat. Aldehida dehidrogenase diinhibisi oleh disulfiram ( An-tabuse), yang
sering digunakan dalam pengobatan gangguan terkait alkohol.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada wanita memiliki ADH
yang lebih rendah dari pada laki-laki, yang mungkin menyebabkan wanita
cenderung menjadi lebih terintoksikasi dibanding laki-laki setelah minum
alkohol dalam jumlah yang sama. Penurunan fungsi enzim yang
memetabolisme alkohol akan menyebabkan mudahnya seseorang terjadi
intoksikasi alkohol dan gejala toksik.

PATHWAY

2.5 MANIFESTASI KLINIS


Efek dari alkohol bervariasi tergantung individual. Hal ini yang
menyebabkan tanda dan gejala intoksikasi dapat berbeda pada setiap orang.
Beberapa faktor yang menyebabkan variasi dalam tanda dan gejala
intoksikasi:

Riwayat meminum alkohol sebelumnya


Penggunaan obat obatan secara bersamaan
Kondisi medis
Bau alkohol dari pernafasan
Konsentrasi alkohol dalam darah

Tanda dan gejala keracunan alkohol :

10

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pusing, seperti mau pingsan


Muntah-muntah
Serangan jantung
Nafas yang lambat atau tidak seperti biasa
Kulit tubuh membiru
Hipotermia
Tidak sadarkan diri (sudah parah)

Intoksikasi alkohol akut dapat dikenali dengan gejala-gejala :

ataksia dan bicara cadel/tak jelas


emosi labil dan disinhibisi
napas berbau alkohol
mood yang bervariasi

Gejala klinis sehubungan dengan overdosis alkohol dapat meliputi:

penurunan kesadaran, stupor atau koma


perubahan status mental
kulit dingin dan lembab, suhu tubuh rendah
Intoksikasi etanol, etilen glikol, dietilen glikol, propilen glikol dan

ketoasidosis alkoholik dapat menyebabkan hiperosmolalitas dan asidosis


metabolik. Intoksikasi isopropanol biasanya berhubungan dengan
hiperosmolal saja. Metanol memberikan efek peningkatan serum osmolal
yang lebih hebat, diikuti oleh etanol, isopropanol, etilen glikol, propilen
glikol dan dietilen glikol.
Serum osmolalitas normal 285-290 mOsm/L. osmolalitas dapat dihitung
dengan persamaan: Serum osmolalitas (mOsm/L) = 2 x Na+ + blood urea
nitrogen (mg/dL)/2,8 + glukosa (mg/dL)/18. Osmolal gap (Osm) dapat
ditentukan dengan mengurangi calculated serum osmolality dari measured
serum osmolality (Osm = Measured osmolality Calculated osmolality).
Osmolal gap dapat ditemukan pada beberapa gangguan lain yang dianggap
sebagai diagnosis banding dari intoksikasi terkait alkohol, seperti
ketoasidosis, asidosis laktat, gagal ginjal, dan pasien critically ill dengan
hiponatremia, tetapi osmolal gap nya adalah 15-20 mOsm/L. Osmolal gap >
20 mOsm/L menunjukkan akumulasi salah satu jenis alkohol pada darah,
tetapi tidak ditemukannya peningkatan osmolal gap tidak menyingkirkan
intoksikasi terkait alkohol.
11

2.6KOMPLIKASI
Alkohol dapat mengiritasi perut dan menyebabkan muntah. Alkohol juga
dapat mengganggu refleks muntah. Selain itu ada resiko secara tidak sengaja
menghirup muntahan ke paru-paru, hal ini akan menyebabkan gangguan
pernafasan yang fatal. Muntahan yang banyak juga berakibat pada dehidrasi.
Selain itu juga menyebabkan henti fungsi jantung yang menuju pada
kematian.
Komplikasi akut pada intoksikasi atau overdosis :

paralisis pernapasan, biasanya bila muntahan masuk saluran pernapasan

obstructive sleep apnoea

aritmia jantung fatal ketika kadar alkohol darah lebih dari 0,4 mg/ml

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan alkohol dalam plasma.
Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya intoksikasi alkohol
(keracunan alkohol) dan dilakukan untuk kepentingan medis dan
hukum. Peningkatan alkohol darah melebihi 100 mg/dl tergolong
dalam intoksikasi alkohol sedang berat dan dapat terjadi pada
peminum alkohol kronis, sirosis hati, malnutrisi, kekurangan
asam folat, pankreatitis akut (radang pankreas), gastritis
(radang lambung), dan hipo-glikemia (rendahnya kadar gula
dalam darah).

2. Tes laboratorium
Kadar gamma-glutamiyl transpeptidase meningkat pada kira-kira 80% dari
semua pasien dengan gangguan berhubungan dengan alkohol, dan volume
korpuskular rata-rata (MCV; mean corpuscular volume) meningkat kirakira 60%. Hasil tes laboratorium lain yang mungkin berhubungan dengan
gangguan berhubungan dengan alkohol adalah asam urat, trigliserida,
glutamat oksaloasetat transaminase serum (SGOT) atau aspartat
aminotransferase (AST), dan glutamatpiruvat transaminase (SGPT) atau
alanin aminotransferase (ALT).

12

3. Hematologi : MCV meningkat, defisiensi besi.


4. Trigliserida sering meninggi.
5. Enzim hati : g-GT dan aminotransferase meninggi.
2.8 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan umum pada pasien intokikasi alkohol
1. Penatalaksaan emergensi dan supportif
a. Jaga jalan nafas dan bantuan ventilasi apabila diperlukan.
b. Penatalaksanaan koma dan kejang apabila ditemukan.
c. Atasi asidosis metabolik dengan sodium bikarbonat intravena. Koreksi
asidosis harus berdassarkan analisa gas darah.
2. Obat spesifik dan antidotum
a. Etanol ; terapi etanol diindikasikan pada pasien dengan adanya riwayat
meminum metanol.
b. Folic acid ; dapat meningkatkan konversi formate menjadi
karbondioksida dan air. Dosis yang dianjurkan 50 mg IV setiap 4 jam.
c. Fomepizole (4-methylpyrazole) ; menginhibisi alkohol dehidrogenese
dan mencegah metabolisme metanol.
3. Dekontaminasi ; dilakukan kumbah lambung.
4. Menigkatkan eliminasi
Hemodialisis secara cepat dapat membersihkan methanol (waktu paruh
berkurang menjadi 3-6 jam) dan formate. Indikasi untuk dialisis apabila
dicurigai keracunan methanol dengan asidosis metabolik, osmolalitas gap
>10 mOsm/L, pengukuran konsentrasi methanol darah >40 mg/dL

13

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama

:-

Umur

:-.

Jenis kelamin

:-

Pendidikan

:-

Agama

:-

Suku / Bangsa

:-

Status perkawinan : Alamat

:-

Tgl masuk RS

:-

Tgl pengkajian

:-

Nomor register

:-

Dignosa medis

:-

B. Identitas Penanggung Jawab.


Nama

:-

Umur

:-

Jenis kelamin

:-

Pendidikan

:-

14

Pekerjaan

:-

Agama

:-

Alamat

:-

C. Pola
1. Aktifitas dan istirahat
Gejala : Keletihan,kelemahan,malaise
Tanda : Kelemahan,hiporefleksi
2. Sirkulasi
Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi,hipotensi (pada kasus

berat)

,aritmia jantung,pucat, sianosis,keringat banyak.


3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih,distensi vesika urinaria,bising usus
menurun,kerusakan ginjal.
Tanda : Perubahan warna urin contoh kuning pekat,merah,coklat
4. Makanan Cairan
Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia,nyeri uluhati
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban,berkeringat banyak
5. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala,penglihatan kabur,midriasis,miosis,pupil
mengecil,kram otot/kejang
Tanda : Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi kehilangan memori,
penurunan tingkat kesadaran (azotemia), koma, syok.
6. Nyaman/ nyeri
Gejala : Nyeri tubuh,sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah
7. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek,depresi napas,hipoksia
Tanda : Takipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, kusmaul, batuk
produktif
8. Keamanan
Gejala : Penurunan tingkat kesadaran, koma, syok, asidemia
9. Penyuluhan/pembelajaran
15

Gejala : Riwayat terpapar toksin(obat,racun),obat nefrotik penggunaan


berulang Contoh : Keracunan kokain dan amfetamin serta derivatnya.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan
2. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera kimia
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan depresi pernapasan
Tujuan : Mempertahankan pola napas tetap efektif
Kriteria Hasil :
-

Mendemonstrasikan status sirkulasi


Mendemonstrasikan kemampuan kognitif

Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Berikan O2 sesuai anjuran dokter
3. Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen(ventilator) dan lakukan
suction.
4. Berikan kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan memberikan
asuhan keperawatan individual
2. Risiko Cedera berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x jam pasien tidak
menunjukkan tanda-tanda cedera .
Kriteria Hasil :
-

Klien terbebas dari cedera


Klien mampu untuk mencegah dari cedera
Klien mampu mengenali status kesehatan

Intervensi :
1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien.
2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik
dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien.
3. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.
16

4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera kimia


Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 1xjam nyeri
dapat teratasi dengan kriteria hasil.
Kriteria Hasil :
-

Mampu mengontrol nyeri


Mampu mengenali nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

Intervensi :
1. Kaji nyeri dengan melihat PQRST
2. Monitor TTV
3. Berikan terapi dan mengajarkan klien relaksasi nafas dalam.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
keseimbangan asupan nutrisi mencukupi pemenuhan kebutuhan
metabolic.
Kriteria hasil :
- Adanya peningkatan berat badan
- Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Intervensi :
1.
2.
3.
4.

Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)


Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
Monitor mual muntah

6. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan dehidrasi dapat teratasi .
Kriteria Hasil :
- Tekanan darah 120-140/90 mmHg, nadi 60-100 x/menit, suhu tubuh
-

36-38 C.
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi .
Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembap.

Intervensi :
1. Monitor TTV
2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat .
3. Monitor status hidrasi ( kelembapan membrane mukosa, nadi akurat,
tekanan darah ortostatik ).
17

4. Kolaborasi pemberian cairan IV

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Alkohol adalah salah satu dari sekelompok senyawa organik yang
dibentuk dari hidrokarbon-hidrokarbon oleh pertukaran satu atau lebih gugus
hidroksil dengan atom-atom hidrogen dalam jumlah yang sama; istilah ini

18

meluas untuk berbagai hasil pertukaran yang bereaksi netral dan mengandung
satu atau lebih gugus alkohol.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat ke dalam tubuh yang
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan
kematian.
Intoksikasi alkohol akut (DSM-IV) adalah apabila seseorang meminum
alkohol dalam waktu singkat, dan menimbulkan efek seperti perubahan
tingkah laku, perubahan tanda vital dan risiko untuk gangguan kesehatan dan
kematian.
4.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi
makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4. Hak cipta


American Psyciatric Association, Washington 1994.1
Katz K D, Sakamoto K M, Pinsky M R. Organophosphate Toxicity. Medscape
eMedicine, 2011.
Available on: http://emedicine.medscape.com/article/167726-overview. Accessed:
4th May 2011.

19

Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I,
edisi IV. 2006. Pusat Penerbitan ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Page 214-16
Ooi S, Manning P. Guide to Essentials in Emergency Medicine. Singapore:
McGrawHill, 2004. Page: 369-71
Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, edisi 3, jilid I,
1999, hal : 434 437.
MM Panggabean, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV, jilid 1, Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006, hal : 1513 1514.
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2007

20

Vous aimerez peut-être aussi