Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan
diketahui memiliki pulau sekitar 17.508 buah. Dari
seluruh pulau tersebut, lima pulau terbesar yang
telah umum diketahui yaitu Pulau Jawa, Pulau
Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan
Pulau Papua merupakan tempat tinggal sebagian
besar rakyat Indonesia. Selain ke lima pulau besar
tersebut, Indonesia masih memiliki Pulau Bali yang
merupakan pulau yang sangat terkenal tidak hanya
di Indonesia namun juga di manca negara. Hal
TINJAUAN PUSTAKA
Kajian pustaka dalam makalah ini berupa
hasil kajian yang telah dilakukan terkait
kerentanan pantai dan gelombang badai, dimana
dari hasil kajian tersebut juga dijadikan sebagai
referensi input paramater dalam analisis spasial
potensi bahaya.
Proyeksi Kenaikan Muka Air Laut
SLR akibat pemanasan global merupakan
salah satu parameter yang memberikan kontribusi
sangat signifikan di daerah pantai (Ewing, 2009),
dimana SLR merupakan salah satu faktor yang
mempercepat laju erosi, merubah garis pantai, dan
memperluas area genangan di sepanjang daerah
pantai (Latief, 2010). Selain itu, ketika kenaikan
muka air laut dan kenaikan temperatur laut
melebihi batas normal dari kemampuan biota laut
untuk beradaptasi maka dampak dari kenaikan
tersebut dapat merusak akosistem laut dan
ekosistem pantai (Latief, 2010).
Gambar 1. proyeksi SLR sampai 2100 a) data pengamatan pasang surut Benoa
b) Distribusi SLR data altimetri (sumber: Latief, 2010)
METODOLOGI
Analisis spasial dalam kajian ini dilakukan
dengan cara menetapkan zona dengan
penetapan
potensi
bahaya,
langkah
pengerjaannya, yaitu menggabungkan peta
dasar dan parameter bahaya dapat dilihat pada
Gambar
2.
Pengolahan
data
meliputi,
penggunaan peta dasar dengan skala 1: 200:000
yang selanjutnya akan dibuat sebagai peta
tematik berupa peta spatial potensi bahaya
akibat kondisi ekstrem. Selanjutnya analisis data
akan kondisi hidro-oseanografi yang meliputi
pasang surut, angin dan gelombang yang
merupakan rekaman data dari beberapa instansi
terkait dan terakhir adalah analisis data kondisi
ekstrem yang berpotensi terjadi di Pulau Bali
-0.7
0.1
-1.2
-0.5
0.8
-1.3
0.1
0.4
-2.1
0.5
0.5
-1.1
-0.4
AMJ 1988-AMJ1989
-1.9
0.1
-0.1
-0.7
0.2
-1.6
0.4
-0.5
ASO 2007-AMJ2008
-1.4
0.2
-0.1
-0.6
-0.3
0.04
-0.1
0.13
-0.13
3.46
7.55
100
3.16
7.27
50
2.85
6.97
25
2.54
6.65
10
2.13
6.19
1.84
5.78
1.54
5.43
1.30
5.08
Anomali (mm)
Sep-05
BENOA
PRIGI
El Nino Lemah 2009
El Nino Moderat 2006-2007
Jan-07
Jun-08
Okt-09
Feb-11
Waktu
Potensi Bahaya
Gelombang Angin
Gelombang Angin
(ekstrim)
La Nina
Gelombang Badai
Akumulasi
Skenario
1+2+4
1 (eksisting)
1+3+5
1+3+5+6+7
3(ekstrim)
LAMBAR
2012
2030
SKENARIO
1
2
3
1
2
3
1
3.12
4.03
4.51
3.12
4.03
4.87
2
2.12
2.05
1.99
2.12
2.05
2.01
Denpasar
3
1.26
1.32
1.57
1.26
1.32
3.69
4
0.42
2.80
1.52
0.42
2.80
1.46
5
1.76
0.24
0.65
2.52
0.51
0.84
1
15.60
19.47
22.21
15.60
19.47
24.84
5
5.49
1.33
8.10
7.45
1.67
2.48
2012
2030
SKENARIO
1
2
3
1
2
3
1
11.78
13.77
15.21
11.78
13.77
16.55
Karangasem
2
3
5.41
2.99
5.55
3.51
4.98
3.14
5.41
2.99
5.55
3.51
4.64
4.04
4
1.36
2.41
2.18
1.36
2.41
1.84
5
2.52
0.25
1.75
3.46
0.56
1.65
keterangan:
1
2
3
4
5
sangat tinggi
tinggi
moderat
rendah
sangat rendah
1
20.67
27.23
32.55
20.67
27.23
37.26
2
18.79
18.66
16.66
18.79
18.66
15.81
Buleleng
3
9.77
11.41
10.37
9.77
11.41
12.56
4
4.43
7.98
7.96
4.43
7.98
4.54
5
8.32
2.70
4.68
11.36
2.60
6.95
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan, parameter
bahaya yang dimasukan sebagai input dalam
simulasi, adalah Proyeksi SLR yang pertambhannya
mencapai 3.5 mm/tahun sampai 8.0 mm/tahun.
Setelah itu, kejadian storm tide akibat badai
dengan tinggi maksimum di Bali sebesar 14.7 cm.
Kemudian, anomali elevasi muka air perairan di
Bali pada perioda la nina dengan kenaikan muka
air sekitar 25 cm. Faktor yang mempengaruhi
kuantifikasi luas level bahaya adalah profil
topografi, waktu, dan akumulasi parameter bahaya.
Hasil simulasi skenario 1 menunjukan
Kabupaten Buleleng adalah kabupaten terluas
dengan potensi level sangat tinggi yang mencapai
20.67 km2, sedangkan area terkecil di Kabupaten
Denpasar memiliki luas area 3.12 km2. Skenario 3
menunjukan kondisi ekstrim, dimana dalam
skenario tersebut menghasilkan penambahan luas
area bahaya di Kabupaten Buleleng 32.55 km2 dan
di Kabupaten Denpasar 4.51 km2.
Area potensi bahaya cenderung bertambah
pada tahun 2030. Hal ini diperlihatkan dari hasil
simulasi skenario 1, dimana Kabupaten Buleleng
memiliki luas area bahaya level sangat tinggi
sekitar 20.67 km2, sedangkan Kabupaten Denpasar
3.12 km2. Hasil simulasi skenario 3 Kabupaten
Buleleng memiliki luas area sangat tinggi sekitar
37.26 km2, sedangkan Kabupaten Denpasar dapat
mencapai 4.87 km2.
DAFTAR PUSTAKA
BKBPPM Provinsi Bali (Badan Kesatuan Bangsa,
Politik, dan Perlindungan Masyarakat
Provinsi Bali)., 2010. Data Kejadian
Bencana Provinsi Bali 2010. Pusdalops PB
Provinsi Bali.
BKBPPM Provinsi Bali (Badan Kesatuan Bangsa,
Politik, dan Perlindungan Masyarakat
Provinsi Bali)., 2011. Data Kejadian
Bencana Provinsi Bali 2011. Pusdalops PB
Provinsi Bali.
BMKG., 2010. PREDIKSI LA NINA OLEH INSTITUSI
INTERNASIONAL DAN BMKG (UPDATE 1
NOPEMBER 2010). Indonesia. (diakses dari:
http://www.bmg.go.id/share/dokumen/up
date_nino_011110.pdf).
BPBD Kabupaten Buleleng., 2012. Laporan Data
Bencana. Pemerintah Daerah, Bali.
Ewing, L., 2010. Sea Level Rise: Major Implications to
Coastal
Engineering
and
Coastal
Management."In Hand book of Coastal
Engineering". World Scientific Publishing
Co. Pte. Ltd., USA.