Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB II
KARAKTERISTIK RESERVOIR
Secara garis besar bumi ini terdiri dari tiga lapisan utama yaitu kulit bumi
(crust), selubung bumi (mantle) dan inti bumi (core). Kulit bumi adalah bagian
terluar dari bumi. Ketebalan dari kulit bumi bervariasi, tetapi umumnya kulit bumi
di bawah suatu daratan (continent) lebih tebal dari yang terdapat di bawah suatu
lautan. Dibawah suatu daratan ketebalan kulit bumi umumnya sekitar 35
kilometer sedangkan dibawah lautan hanya sekitar 5 kilometer. Batuan yang
terdapat pada lapisan ini adalah batuan keras yang mempunyai density sekitar 2.7
3 gr/cm3.
Gambar 2.1
Susunan lapisan bumi12)
Dibawah kulit bumi terdapat suatu lapisan tebal yang disebut selubung bumi
(mantel) yang diperkirakan mempunyai ketebalan sekitar 2900 km. Bagian teratas
dari selubung bumi juga merupakan batuan keras.
Bagian terdalam dari bumi adalah inti bumi (core) yang mempunyai ketebalan
sekitar 3450 kilometer. Lapisan ini mempunyai temperatur dan tekanan yang
sangat tinggi sehingga lapisan ini berupa lelehan yang sangat panas yang
diperkirakan mempunyai densitas 10.5 11.5 gr/cm3. Diperkirakan temperatur
pada pusat bumi dapat mencapai 60000F.
Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa litosfer sebenarnya bukan merupakan
permukaan yang utuh, tetapi terdiri dari sejumlah lempeng-lempeng tipis dan
kaku. Lempeng-lempeng tersebut merupakan bentangan batuan setebal 64-145 km
Air Juvenil (Juvenile water) merupakan air baru yang berasal dari magma
batuan utama dan yang sebelumnya bukan merupakan bagian dari lithosfer.
Air magmatik (magmatic water) merupakan air yang berasal dari magma saat
magma menggabungkan air meteorik dari sirkulasi yang dalam atau air dari
bahan-bahan/material-material pengendapan.
Air meteorik (meteorik water) merupakan air yang terakhir terlihat dalam
sirkulasi atmosfer.
Air purba (connate water) merupakan air fosil yang telah keluar dari
hubungan dengan atmosfer untuk periode geologi yang panjang. Air tertutup
oleh formasi batuan yang dalam.
ada dalam reservoir. Air yang diinjeksikan merupakan air yang berasal dari
kegiatan produksi baik dari pembangkit tenaga listrik maupun kegiatan sumur.
Cara tersebut sudah banyak dilakukan pada lapangan-lapangan panasbumi,
termasuk di Indonesia.
2.1.2 Sumber Panas
Berfungsi sebagai sebagai pemanas air akuifer yang nantinya akan menjadi
uap. Energi panas tersebut akan diserap oleh fluida dan kemudian diproduksikan
sebagai uap.
Sumber panas utama pada lapangan hidrotermal adalah intrusi magma yang
terdapat pada zona seismik dimana terjadi benturan atau pemisahan antara
beberapa lempeng. Kemungkinan lain dari sumber panas tersebut antara lain :
1. Konsentrasi radioaktif lokal yang tinggi pada batuan kerak bumi.
2. Reaksi kimia eksotermik.
3. Panas gesekan karena perbedaan gerak massa batuan yang saling bergeser
pada patahan-patahan geologi.
4. Panas laten yang dilepaskan pada saat pengkristalan atau pemadatan
batuan yang cair.
5. Masuknya gas-gas magmatik yang panas ke dalam akuifer melalui
rekahan-rekahan pada bed rock.
Bed rock biasanya adalah bagian utama batuan basaltik kerak bumi dan sangat
tebal (2-5 km). Lapisan yang tebal ini menghasilkan tekanan litostatik yang
berakibat batuan menjadi impermeabel, terutama pada arah horizontal. Meskipun
demikian
patahan-patahan
vertikal
atau
hampir
vertikal
sangat
kecil
kemungkinannya bertahan dibawah pengaruh tekanan gas magmatic dan uap yang
sangat besar dan bergerak ke permukaan dari suatu kedalaman yang cukup besar.
Sumber panas lain adalah batuan yang kaya akan mineral radioaktif, dimana
panas yang terjadi berasal dari proses pembusukan mineral radioaktif tersebut.
Mineral tersebut sewaktu bebas mengeluarkan panas sehingga mampu
melelehkan batuan disekitarnya, dimana dalam perkembangan selanjutnya akan
terbentuk massa magma yang baru. Secara teoritis zat radioaktif akan berkurang
pada kedalaman yang jauh ke dalam bumi. Ada istilah yang erat hubungannya
dengan suhu dan kedalaman, yaitu landaian panasbumi normal (geothermal
gradient) merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan bertambah
besarnya suhu apabila kita turun hingga kedalaman tertentu, yaitu 30C / 100 m.
2.1.3 Batuan Reservoir
Batuan reservoir berfungsi sebagai media transfer panas yang berasal dari
magma, penampung air yang telah terpanasi atau uap yang telah terbentuk akibat
proses pemanasan. Sehingga sesuai dengan fungsinya batuan ini harus
mempunyai porositas dan permeabilitas yang besar.
Porositas di daerah ini berupa rekahan rekahan yang timbul akibat proses
geologi. Ruang penyimpanan air panas dan uap dalam reservoir berupa rongga
rongga atau pori-pori yang terdapat dalam rekahan rekahan batuan yang
mempengaruhi densitas.
Bahan lepas gunung api (pyroclastic) dihasilkan oleh serangkaian proses yang
berkaitan dengan letusan gunung api (Schmid, 1981). Istilah lain yang sering
dijumpai adalah bahan hamburan (ejacta) yang merupakan keratan batuan yang
dikeluarkan pada saat terjadinya letusan gunung api. Berdasarkan asal mulanya
bahan hamburan dibedakan menjadi bahan juvenil, bahan tambahan, dan bahan
asing.
Bahan juvenil adalah bahan yang langsung dikeluarkan dari magma, terdiri
dari padatan dari suatu cairan yang mendingin dan kristal (pyrogenic crystal).
Bahan tambahan adalah bahan hamburan yang berasal dari letusan sebelumnya,
dari gunung yang sama (gunung api tua). Sedangkan bahan asing merupakan
bahan hamburan yang berasal dari batuan non gunung api atau bahan dasar,
sehingga mempunyai komposisi yang beragam.
Cap rock adalah suatu lapisan yang impermeabel, berfungsi sebagai penahan
keluarnya panas fluida ke atmosfer dan mempertahankan temperatur dan tekanan
reservoir, sehingga fluida yang berada di bawahnya mengalami sirkulasi secara
konveksi karena air yang mendidih bergerak ke atas akan lebih jauh dari sumber
panas maka akan segera mengembun kembali dan bergerak kembali ke bawah dan
begitu seterusnya hingga terjadi arus konveksi.
Lapisan impermeabel dapat terjadi secara alamiah pada proses geologi. Cap
rock yang terbentuk dengan sendirinya ini disebut self-sealing, karena proses
kimia yaitu pengendapan mineral-mineral dari larutannya, terutama silika dan
alterasi hidrotermal batuan-batuan permukaan yang menghasilkan kaolinisasi.
Batuan penutup biasanya berupa sedimen vulkanik dan tersementasi oleh material
halus seperti debu vulkanis sehingga mempunyai permeabilitas kecil.
Batuan penutup dapat dibedakan menjadi dua, yaitu batuan penutup terbuka
dan tertutup. Batuan penutup terbuka umumnya menutupi reservoir air hangat
dengan tekanan yang rendah dimana fluida di permukaan tidak mencapai boiling
point sehingga kurang ekonomis untuk dieksploitasikan. Sedangkan batuan
penutup tertutup, yaitu batuan yang bersistem aquifer confined dan bertekanan
tinggi dimana water table sejajar dengan water table recharge area. System ini
akan sangat baik bila temperatur reservoirnya tinggi dan pada area ini sangat
ekonomis untuk dieksploitasikan.
2.2 Karakteristik Batuan Reservoir
2.2.1 Jenis batuan
Batuan pada reservoir panasbumi umumnya adalah batuan beku kristalin,
batuan metamorf, dan batuan debu vulkanik cair, namun menelaah batuan lain
seperti batuan sedimen juga perlu dan berguna untuk studi geologi selanjutnya.
2.2.1.1 Batuan Beku
Batuan beku atau igneous rock adalah batuan yang terbentuk dari proses
pembekuan magma di bawah permukaan bumi atau hasil lava di permukaan bumi.
Menurut Turner dan Verhoogen (1960), F.F Ground (1947), dan Takeda (1970),
magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang berpijar dan terbentuk
secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500 2.500 0C dan bersifat mobile
(dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam rangka
magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2,
klorine, fluorine, iron, sulfur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas
magama, dan non-volatile yang merupakan pembentuk mineral yang lazim
dijmpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan
bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan
peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat
(magma), oleh N. L. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan nama
Bowens Reaction Series.
Gambar 2.2
Bowens Reaction Series10)
Diagram Bowen sebelah kiri, mewakili mineral-mineral mafik dan yang
pertama kali terbentuk adalah olivin pada temperatur yang sangat tinggi (12000C)
dengan proporsi besi-magnesium dan silikon adalah 2:1 dan membentuk
komposisi (Fe2Mg).2SiO4. Tetapi jika magma jenuh oleh SiO2, maka piroksen
yang pertama kali terbentuk, dengan perbandingan antara besi- magnesium
10
Tekstur
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineralmineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa
gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan beku
umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting yaitu :
a. Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan
untuk menunjukan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak
berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan
pembentukan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung
11
12
13
Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (massif), sedangkan strukturstruktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan
(fracture) dan pembekuan magma.
3. Komposisi mineral
Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku cukup dengan
mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral
sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua : mineral
felsik (mineral yang berwarna terang) dan mineral mafik (mineral yang
berwarna gelap).
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan
SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang
berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar
klasifikasinya.
1.
14
15
16
ferromagnesian
oleh
magma
dan
biasa
disebut
sebagai
17
18
19
keterangan :
v
= viskositas fluida, cp
20
kecepatan alir fluida (kecepatan flux) berbanding lurus dengan k/, dimana
didalam teknik perminyakan dikenal dengan mobilitas rasio.
Permeabilitas dapat memiliki harga yang berbeda pada arah sumbu-x dan arah
sumbu-z. Biasanya permeabilitas pada sumbu-x (horizontal) memiliki harga yang
lebih besar dari permeabilitas pada arah sumbu-z (vertikal). Sistem reservoir
dengan harga permeabilitas horizontal dan vertikal yang berbeda didefinisikan
sebagai sistem reservoir anisentropik, sebaliknya bila permeabilitas horizontal
sama dengan vertikal disebut sistem reservoir isentropik. Sistem reservoir
panasbumi biasanya merupakan sistem reservoir yang anisentropik.
Harga permeabilitas vertikal dalam sistem reservoir panasbumi umumnya
adalah 10-14 m2 dan untuk permeabilitas horizontal biasanya sepuluh kali lebih
besar dari permeabilitas vertikal (1darcy = 10-12 m2).
Fluida dalam reservoir panasbumi seringkali merupakan campuran air dan
uap, sehingga dikenal dengan istilah permeabilitas relatif air (k rl) dan
permeabilitas relatif uap (krv). Kedua besaran ini menggambarkan suatu bukti
bahwa fasa tersebut saling mempengaruhi satu sama lain, selama kedua fasa fluida
tersebut mengalir melalui media berpori. Bentuk pasti kurva k rl dan krv pada
reservoir panasbumi tidak diketahui, tetapi kedua parameter tersebut dianggap
fungsi dari saturasi cairan. Keterkaitan fasa ini merupakan hal yang sangat penting
dalam membicarakan aliran fluida dua fasa di dalam media berpori. Pada kondisi
saturasi cairan rendah, air tidak bergerak dan uap yang mengalir. Persamaan
umum yang digunakan untuk penentuan kedua besaran diatas adalah persamaan
Corey yaitu :
...........................................................................(2.3)
................................................(2.4)
keterangan :
........................................(2.5)
Slr = saturasi air tersisa pada media berpori (fasa air tidak bergerak)
Svr = saturasi uap tersisa pada media berpori (fasa uap tidak bergerak)
21
Gambar 2.3
Hubungan Krl dan Krv Dengan Saturasi Cairan (Edward, L.M, 1998)12)
2.2.3.3 Densitas
Densitas batuan adalah perbandingan antara berat batuan dengan volume dari
batuan tersebut. Densitas berpengaruh terhadap pengaruh panas yang dikandung,
dimana terdapat panas yang dikandung, dimana terdapat hubungan berbanding
lurus diantaranya, semakin besar harga densitas semakin besar pula panas yang
dikandung oleh batuan. Densitas batuan pada lapangan panasbumi umumnya
sangat besar dibanding daerah non- vulkanik.
2.2.3.4 Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang ada antara
permukaan dua fluida yang tidak tercampur (cairan-cairan atau cairan-gas)
22
Gambar 2.4
Grafik Hubungan Densitas Air dan Uap Terhadap Tekanan1)
Besarnya tekanan kapiler dipengaruhi oleh tegangan permukaan, sudut kontak
antara uapairzat padat dan jari-jari kelengkungan pori.
Pengaruh tekanan kapiler dalam sistem reservoir antara lain adalah :
1.
2.
23
kapiler.
2. Sedangkan besarnya gaya dorong ke bawah adalah r2hg(w-s).
Gambar 2.5
Tekanan dalam Pipa Kapiler8)
Pada kesetimbangan yang tercapai kemudian, gaya ke atas akan sama dengan
gaya ke bawah yang menahannya yaitu gaya berat cairan. Secara matematis dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
2 r AT r 2 h g ( w s ) ..................................(2-6)
atau :
h
2 AT
r ( w s ) g
........................................................(2-7)
keterangan :
h
24
Dengan memperlihatkan permukaan fasa uap dan air dalam pipa kapiler maka
akan terdapat perbedaan tekanan yang dikenal dengan tekanan kapiler (P c).
Besarnya Pc sama dengan selisih antara tekanan fasa air dengan tekanan fasa uap,
sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
Pc = Ps Pw = (s - w) g h ............................................. (2-8)
Tekanan kapiler dinyatakan berdasarkan sudut kontak dalam hubungan
sebagai berikut :
Pc
2 cos
...................................................................(2-9)
r
Keterangan :
Pc = tekanan kapiler
Menurut Plateau, tekanan kapiler merupakan fungsi tegangan antar muka dan
jari-jari lengkungan bidang antar muka, dan dapat dinyatakan dengan persamaan :
1
1
R
R
1
2
P c
..........................................................(2-10)
Keterangan :
R1 dan R2
....................... (2-11)
Rm
rt
R1 R 2
25
2.2.3.5 Saturasi
Saturasi merupakan fraksi fluida yang menempati pori-pori batuan reservoir.
Pada waktu sistem mengandung fasa cair dan uap dalam keadaan setimbang,
maka kedua fasa tersebut akan terjenuhi. Dalam keadaan demikian sifat tekanan
dan temperatur tidak dapat berdiri sendiri. Hubungan tekanan dan temperature
pada kondisi saturasi, masing-masing fasa tunggal. Ketika tekanan dan
temperature ini diplotkan maka akan diperoleh suatu kurva saturasi, kurva itu
akan berakhir pada titik-titik kritis karena densitas dari fasa uap dan fasa cair
adalah sama dengan keadaan fluida dua fasa tidak terdapat.
Secara matematis untuk saturasi masing-masing fasa dapat dihitung sebagai
berikut :
Sl
s x hs h
...........................................(2.12)
w x h hw x s x hs h
S v 1 Sl
....................................................................... (2.13)
Sv
Vuap x100%
................................................................(2.14)
Vpori
Sl
Vair x100%
Vpori
.............................................................. (2.15)
keterangan :
Sv
Sl
hs
hw
26
dalam pori-pori batuan, sedangkan untuk tekanan luar (external stress) disebabkan
oleh overburden pressure yang berasal dari batuan dan fluida pengisi yang berada
diatasnya.
Kompresibilitas batuan dapat dibedakan menjadi :
1. Kompresibilitas matrik batuan, cr
2. Kompresibilitas bulk batuan, cb
3. Kompresibilitas pori-pori, cp
2.2.4 Sifat Thermodinamika Batuan
Batuan memiliki sifat ketermodinamikaan. Sifat-sifat tersebut adalah
konduktivitas panas dan panas spesifik batuan.
2.2.4.1 Konduktivitas Panas
Kodukstivitas panas suatu batuan merupakan parameter yang menyatakan
besarnya kemampuan batuan tersebut untuk menghantarkan panas dengan cara
konduksi apabila pada batuan tersebut ada perbedaan temperatur (gradien
temperatur).
Satuan
dari
parameter
ini
adalah
((energi/waktu/luas)
..............................................................................(2.17)
Dimana Q adalah laju aliran panas, (dT/dz) adalah gradien temperatur.
2.2.4.2 Panas Spesifik Batuan (Cp)
27
28
29
d. Pemanasan
Untuk menentukan jenis air berdasarkan kandungannya digunakan segitiga
gigenbach. Secara skematis, struktur geokimia sistem panasbumi type silicic
seperti Taupo Volcanic Zone digambarkan pada Gambar2.6.
Gambar 2.6
Penampang Skematik Dasar Dan Struktur Geokimia dari Sistem Panasbumi
type silicic7)
Gambar 2.7
Segitiga Gigenbach7)
Gambar 2.8
30
2.3.1.3 Gas
Chloride
Acid Sulfate
Bicarbonate
PH 200C
8.0
1.8
7.0
Na
1070
398
102
6.2
31
Cl
1770
<2
30
SO4
26
1047
96
HCO3
76
8492
SiO3
338
151
190
31
Selain air dan uap yang dihasilkan oleh suatu sumur panasbumi, terdapat pula
adanya unsur-unsur penyerta (impuritis) di dalamnya. Unsur-unsur penyerta
tersebut pada umumnya berupa gas, baik yang condensable maupun noncondensable.
Gas-gas utama dalam sistem panasbumi adalah karbondioksida (CO2) dan
hidrogen sulfida (H2S) dengan sebagian kecil amonia (NH3), hidrogen (H2),
metana (CH4) dan nitrogen (N2). Ada juga unsur penjejak (tracer) seperti helium
(He), argon (Ar), dan oksigen (O2). Dalam beberapa kasus juga dijumpai neon,
xenon, krypton, dan raksa sebagai elemen-elemen uap pada kondisi temperatur
tinggi. Beberapa sistem temperatur tinggi mengandung boron dalam fasa uap.
Komposisi dari gas-gas tersebut diukur di permukaan berdasarkan analisa uap
yang berasal dari air formasi.
Proporsi dari berbagai gas yangada dalam fluida panasbumi mencerminkan
tipe-tipe batuan dan area. Gas-gas yang terkandung dalam fluida panasbumi dapat
berasal dari berbagai sumber, seperti :
a. CO2 diperoleh dari reaksi-reaksi batuan dan mineral karbonat, batuan sedimen
non karbonat, zat-zat organik dalam sedimen, dari zat terlarut dalam air
meteorik atau sebagian dari sumber magamatik.
b. Sulfur dalam kebanyakan sistem panasbumi sebagian besar berada dalam
bentuk sulfida, dan terlarut dalam fluida sebagai H2S. Kebanyakan H2S berasal
dari magma, tetapi pada beberapa sistem khususnya pada batuan sedimen,
sulfida terbentuk dari batuan.
c. Konsentrasi CH4 yang tinggi berasal dari batuan sedimen di permukaan yang
mengandung zat organik.
d. NH3 dihasilkan oleh reaksi kimia antara batuan dan air pada temperatur tinggi.
e. N2 berasal dari atmosfera yang terlarut dalam air meteorik (meteoric recharge
water), namunbisa juga berasal dari magma.
2.3.2 Sifat Fisik Fluida Reservoir
2.3.2.1 Densitas
Densitas fluida adalah berat per volume dari kondisi fisik fluida reservoir
panasbumi. Satuan parameter ini adalah kg/m3. Meskipun pada garis saturasi, uap
dan air hadir bersama tetapi rapat massanya berbeda. Hal ini dapat dilihat pada
32
gambar 2.9 rapat massa antara air dan uap akan sama pada saat terciptanya
tekanan dan temperatur kritis. Rapat massa / densitas antara air dan uap akan sama
pada saat tercapainya tekanan dan temperatur kritis. Densitas campuran air dan
uap dapat dihitung berdasarkan :
= v Sv + 1S1.......................................................................(2.18)
dimana = rapat massa campuran
Densitas air (l) dan uap (v) tergantung dari besarnya tekanan dan temperatur
dimana harganya ditentukan dari harga volume spesifik. Sebagai contoh pada
tabel dibawah ini diberikan harga densitas air dan uap pada beberapa tekanan dan
temperatur.
Tabel 2.3
Harga densitas pada beberapa harga tekanan dan temperatur12)
Tekanan (bar)
1.01325
Temperatur (0C)
l (kg/m3)
v (kg/m3)
100
957.9
0.05977
10
179.9
886.7
5.144
20
212.9
849.8
10.043
30
233.8
822.2
15.004
30
250
14.164*)
*)
Hubungan densitas air dan tekanan pada temperatur dan tekanan saturasi adalah :
Gambar 2.9
Hubungan Densitas Air dan Uap Sebagai Fungsi Dari Tekanan Terhadap
Tekanan Pada Kurva Saturasi1)
2.3.2.2 Spesifik Volume
33
Volume spesifik suatu fasa fluida adalah perbandingan antara volume dengan
massa dari fasa fluida tersebut. Volume spesifik mempunyai dimensi satuan
m3/kg, dimana dimensi tersebut merupakan fungsi kebalikan dari densitas. Dari
volume spesifik dapat ditentukan besarnya ditentukan besarnya densitas pada
temperatur saturasi. Volume spesifik air (l) dan uap (v) tergantung dari besarnya
tekanan dan temperatur dimana harganya dapat dilihat pada tabel uap (steam
table).
Tabel 2.4
Harga Spesifik Volume pada Beberapa Harga Tekanan dan Temperatur8)
Tekanan (bar)
1.01325
10
20
30
30
Temperatur (0C)
100
179.9
212.9
233.8
250
l (kg/m3)
0.1044
0.11278
0.11768
0.12163
-
v (kg/m3)
1.673
0.1944
0.09957
0.0706
0.0706
*)
2.3.2.3 Viskositas
Viskositas adalah ukuran keengganan suatu fluida untuk mengalir atau
merupakan parameter ukuran kekentalan suatu fluida (dalam hal ini air dan uap).
Secara umum viskositas dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, namun
temperatur akan lebih dominan pengaruhnya dari pada tekanan. Oleh karena itu
viskositas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Viskositas Dinamis
Viskositas dinamis uap (s), dan air (w), pada umumnya tergantung pada
temperatur dan hanya sedikit bervariasi terhadap tekanan. Satuan viskositas
yang umum adalah Pascal second (Pa.s), Kg/m.s, dan N.s/m 2. Tabel 2.5.
menunjukkan contoh harga viskositas dinamis pada temperatur saturasi,
sedangkan Gambar 2.10. memperlihatkan grafik viskositas uap dan air
terhadap temperatur.
Tabel 2.5.
Harga Viskositas Dinamis Pada Temperatur Saturasi 1)
T oC
w.106 (Pa.s)
s.106 (Pa.s)
w, m2/s
s, m2/s
34
100
150
200
300
283
180
134
90
12.0
13.9
15.7
19.8
0.295
0.196
0.155
0.127
20.2
5.47
2.00
0.427
2. Viskositas Kinematis
Viskositas kinematis uap (s), dan viskositas kinematis air (w) adalah
viskositas dinamis masing-masing fasa dibagi densitasnya. Secara empiris
dinyatakan sebagai:
= /
......................................................................................
(2.22)
Gambar 2.10
Viskositas Air dan Uap vs Temperatur1)
Berdasarkan fasanya, viskositas fluida panasbumi dapat dibedakan menjadi
dua yaitu :
1) Viskositas Fasa Cair
Viskositas cair dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, juga dipengaruhi
oleh unsur-unsur kimia terlarut, seperti NaCl, KCl, dan CaCl 2. Viskositas air
35
Keterangan :
s = viskositas saturasi uap, lb/ft s.
P = tekanan, psia
T = temperatur, 0F
Dalam satuan internasional, persamaan di atas dapat dituliskan sebagai
berikut (pada tekanan 3.4 sampai 17.2 MPa) :
..(2.22)
Pada persamaan tersebut, s dapat dinyatakan dalam satuan cp, P dalam
satuan 1000 Pa, dan T dalam 0C.
b. Viskositas Superheated
Viskositas superheated terjadi apabila temperatue data pengukuran lebih
besar dari temperatur aslinya. Besarnya harga viskositas superheated dapat
dihitung menggunakan persamaan :
. .(2.23)
........................................................(2.24)
Keterangan :
s = viskositas uap kering, poise
t
= T-1 , 0K-1
P = tekanan, kg/cm2
a
= 6.36
= 2.31 x 10-3
= 3.89 x 10-2
m = 1340
36
= 5.476 x 10-3
0,776
................................................. (2.25)
Tabel 2.6
Densitas Air dan Uap pada Tekanan dan Temperatur Saturasi 1)
37
temperatur 30oC dengan tegangan permukaan air pada temperatur 30oC, yang
secara matematis dapat dituliskan dalam persamaan :
30
w 1
w30
............................................................ (2.27)
= saturasi liquid
Sv
= saturasi uap
Tabel 2.7
Distribusi Tekanan dan Temperatur Saturasi1)
Tekanan (bar)
1,0
1,01325
20,0
100,0
200,0
221,2
Temperatur (oC)
99,6
100,0
212,4
311,0
365,7
374,15
38
Gambar 2.11.
Hubungan Temperatur Saturasi Terhadap Tekanan 1)
2.3.3
dQ
dT
Jika kapasitas panas ini dibagi dengan satuan massa maka diperoleh spesific heat.
Kapasitas panas garam-garam padat seperti sodium chloride adalah 0,2
kJ/kg.0C dibandingkan terhadap air yang mempunyai kapasitas panas 1,0 kJ/kg. 0C
dalam larutan encer, atom-atom garam terionisasi tersebar dan tiap-tiap ion
dikelilingi oleh molekul air. Kapasitas panas larutan encer diperkirakan dengan
mengasumsikan bahwa kapasitas panas larutan garam diabaikan. Jadi brine yang
mengandung 10 % berat garam akan mempunyai kapasitas panas 0,0 kJ/kg. 0C
39
sedangkan 20 % berat larutan akan mempunyai kapasitas panas 0,8 kJ/kg.0C yang
menurut persamaan :
Cb = Cw (1 Wt/100).............................................................(2.31)
keterangan :
Cb
Cw
Wt
Jika tidak ada pengaruh panas pada garam terlarut dalam air maka
kapasitas panas akan diperoleh dengan menambahkan jumlah perkalian berat
dengan kapasitas panas tiap komponen, sehingga persamaan menjadi :
Cb = Cw (1 Wt/100) + (CiWi/100) ..................................(2.32)
keterangan :
Ci
Wi
KCl
: C2
CaCl : C3
Karena heat capacity dari garam padat mendekati harga 0,2 terutama untuk
perbandingan Na/K 10 : 1 maka heat capacity untuk brine didapatkan dari total
padatan terlarut, yaitu :
Cb = (1 Wt/100) + 0,002 Wt ...............................................(2.33)
2.3.3.2 Energi Dalam dan Enthalpi
Intenal energy atau energi dalam (U) adalah ukuran jumlah total panas yang
disimpan dalam material per unit massa (Uv, Ul). Sedangkan enthalpi adalah
penjumlahan dari internal energi dengan kerja yang tersimpan dalam material
akibat adanya tekanan (hv, hl).
hv = Uv + (P/v) ...................................................................... (2.34)
hl = Ul + (P/l) ....................................................................... (2.35)
40
Keduanya mempunyai satuan yang sama, yaitu energi per massa (J/kg, kJ/kg).
Harga enthalpi untuk uap adalah enthalpi air dijumlahkan dengan panas latent
penguapan (hlv). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.8, yaitu harga enthalpi air dan
uap pada tekanan saturasi. Dalam bentuk diagram fasa terlihat pada Gambar
2.12.
2.3.3.3 Entropi
Entropi adalah perbandingan panas yang ditransfer selama proses reversible
dengan temperature absolute. Sedangkan secara matematis entropi didefinisikan
sebagai :
dQ
rev .......................................................................(2.36)
T
dS
dS
...............................................................(2.37)
Tabel 2.8
Harga Enthalpi pada Tekanan Saturasi 1)
41
Gambar 2.12
Tekanan vs Enthalpi dari air 5)
Entropi dapat dihubungkan dengan hukum kedua thermodinamika yaitu:
1. Tidak ada satupun alat yang dapat dioperasikan untuk mengubah panas yang
diserap oleh suatu sistem menjadi kerja seluruhnya.
2. Tidak mungkin ada sembarang proses yang dapat memindahkan panas dari
suatu temperature ke temperatur lain yang lebih tinggi.
Maka dapat dikatakan bahwa setiap proses pada suatu sistem yang terisolir
(kontrol volume) entropinya akan selalu bertambah atau tetap. Dari kenyataan
bahwa panas yang diserap oleh suatu sistem tidak dapat dirubah seluruhnya
42
menjadi kerja mekanik pada suatu proses melingkar. Dan ini berarti ada panas
yang terbuang ke selilingnya secara percuma.
2.3.3.4
Flowing Enthalpy
hf
hl .Qml hv .Qmv
.............................................................. (2.39)
Qml Qmv
keterangan :
vl,vv = kecepatan darcy (untuk air dan uap), m/kg
Qm
43
Gambar 2.13
Flowing Enthalpi vs Saturasi Uap 1)
2.4.1 Tekanan Reservoir
Tekanan reservoir adalah tekanan yang diberikan oleh fluida yang mengisi
rongga reservoir, baik uap, air ataupun gas. Tekanan ini juga sering disebut
tekanan formasi. Tekanan reservoir ini disebabkan oleh tekanan overburden dan
tekanan hidrostatik.
44
Tekanan overburden merupakan berat dari berbagai jenis batuan dan fluida
yang berada di dalam pori. Beban tersebut mengakibatkan tekanan pada batuan
yang ada di bawahnya. Secara umum tekanan overburden meningkat sebanding
dengan kedalaman. Tekanan hidrostatik disebabkan oleh kolom fluida yang ada
dalam formasi. Tekanan ini dapat dihitung dengan rumus :
Ph = 0,0052 h ......................................................................(2.40)
keterangan :
Ph
: tekanan hidrostatik,psi
Gambar 2.14
Kondisi Air pada Tekanan dan Temperatur Reservoir 5)
Gradien tekanan hidrostatik ini dipengaruhi oleh padatan-padatan terlarut
(misal garam) dan gas yang ada dalam kolom fluida serta oleh gradien temperatur.
45
...............................................................(2.41)
46
keterangan :
Td
Ta
: temperatur permukaan, F
Gtf
: kedalaman, ft.
47
3. Berdasarkan enthalpi
4. Berdasarkan temperatur.
5. Berdasarkan fluida
2.5.1 Berdasarkan Sumber Panas
Berdasarkan sumber panasnya, reservoir panasbumi dibagi menjadi :
geopressured system, hydrothermal system, magmatic system dan hot dry rock
system.
2.5.1.1 Sistem Hidrothermal
Sistem ini terdiri dari air dan atau uap bertemperatur tinggi yang tersimpan
dalam batuan permeabel dan porous. Akibat sirkulasi secara konveksi, air dan atau
uap akan mengalir melalui patahan-patahan atau rekahan dan tertrans-portasikan
ke dekat permukaan, dimana gaya yang menyebabkan aliran ini adalah gaya
apungan (buoyancy) gravitasi karena perbedaan densitas.
Hot water system biasanya ditemukan pada daerah-daerah yang berbatuan
sedimen permeabel dan batuan vulkanik, dan umumnya batuannya adalah granit.
Indikasi sistim ini diketahui dengan melihat aktivitas vulkanik yang masih muda,
kemudian aliran panas secara konduksi.
A.J. Ellis dan W.A.J. Mahon (1977) mengklasifikasikan hydrothermal
system menjadi :
1. Cyclic system
2. Geopressure system
2.5.1.1.1 Cyclic system
Aquifer ini berasal dari air meteorik selama periode yang panjang pada
kedalaman formasi mengalami pemanasan dan keluar kepermukaan. Cyclic
system harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Adanya formasi batuan yang menjamin sirkulasi air pada kedalaman
tertentu.
b. Adanya sumber panas.
48
mendekati
49
akan diperoleh sumber panas dengan temperatur antara 650 - 1200 oC. Teknologi
untuk menentukan lokasi, pengeboran dan memproduksikan cadangan belum
dikembangkan.
2.5.1.4 Sistem Hot Dry Rock
Sistem ini tidak mengandung air namun dapat diusahakan untuk produksi
dengan kualitas yang baik. Pada sistem ini panas diambil dari batuan kristalin
yang permeabilitasnya rendah yang disebut dengan hot dry rock Gambar 2.15
menerangkan skema dari sistem Hot Dry Rock. Panas ini menyebabkan terjadinya
gradien geothermal sebesar 2 oC/100 m. Temperatur bumi atau gradien
geothermal ini akan naik terhadap kedalaman. Namun teknologi yang ada
sekarang belum mampu untuk mengeksploitasi sistem ini.
Gambar 2.15
Skema Sistem Hot Dry Rock 5)
2.5.2 Berdasarkan Fasa Fluida
Berdasarkan jumlah fasanya, reservoir panasbumi dapat dikelompokkan
menjadi reservoir satu fasa dan dua fasa. Klasifikasi reservoir panasbumi
50
berdasarkan fasa fluida yang dihasilkan dapat dibagi menjadi : liquid dominated
system, vapor dominated system dan superheated system.
2.5.2.1 Reservoir Satu Fasa
Reservoir ini mempunyai temperatur di bawah 250 oC dengan tekanan tidak
terlalu tinggi karena reservoir ini sebagian tidak mempunyai cap rock yang dapat
menahan temperatur dan tekanan serta air dari luar, sebagian lagi mempunyai cap
rock namun air panas menjadi turun temperaturnya. Sehingga reservoir satu fasa
(liquid system) dapat dibagi menjadi dua yaitu : sistem air hangat (warm water
system) dan sistem air panas (hot water system).
2.5.2.1.1 Sistem Air Hangat (warm water system)
Temperatur berkisar antara 90 - 180 oC, pendidihan tidak akan terjadi sampai
dieksploitasi. Penggunaannya untuk keperluan non-elektrik. Contoh sistem ini
adalah di Tianjin (RRC) dan Waiwera (Selandia Baru).
2.5.2.1.2 Sistem Air Panas (hot water system)
Fluida reservoir ini berupa air panas secara keseluruhan akan tetapi
pendidihan terjadi setelah eksploitasi secara ekstensif. Temperaturnya berkisar
antara 200 - 250 oC. Temperatur tersebut kadang-kadang terjadi pendidihan yang
disebabkan kandungan gas di reservoir yang bersangkutan. Contoh sistem ini
adalah di Achuachapan, Salton Sea dan Krafla.
2.5.2.1.3 Superheated Steam
Fasa sistem ini dalam reservoir uapnya berupa uap panas lanjut dan didalam
diagram fasa sistem ini berada pada titik D dan E (Gambar 2.16.)
Pada titik D uap telah melampaui titik kritis baik tekanan maupun
temperaturnya dan jika diproduksikan maka takanannya akan turun dan uap akan
menjadi uap kering jenuh yang bercampur dengan uap superheated.
51
Gambar 2.16.
Diagram Tekanan dan Temperatur Untuk Air Murni 7)
2.5.2.2 Reservoir Dua Fasa
Reservoir sistem dua fasa berisi campuran air dan uap. Apabila produksi air
lebih banyak daripada uap disebut liquid dominated system, apabila sebaliknya
disebut vapour dominated system.
2.5.2.2.1 Liquid Dominated System
Pada sistem ini uap yang keluar adalah uap basah. Uap ini dihasilkan oleh
proses flashing pada saat tekanan turun dalam sumur ataupun dalam reservoir.
Dalam reservoir dua fasa bagian terdalam terdapat lapisan cairan panas pada
keadaan netral. Temperatur bervariasi antara 220 300 oC. Oleh karena itu untuk
sistem ini fluida reservoir masih berwujud air panas, seperti pada Gambar 2.16.
52
Gambar 2.17
Kondisi Tekanan dan Temperatur Reservoir Liquid Dominated 12)
2.5.3 Berdasarkan Enthalpi
Pengelompokkan jenis reservoir geothermal berdasarkan enthalpi sesuai
dengan temperatur fluida produksi dan fasa fluidanya, pengelompokka ini terdiri
dari enthalpi rendah, enthalpi menengah, dan enthalpi tinggi.
53
Gambar 2.18
Skema Sistem Reservoir Vapour Dominated 9)
Gambar 2.19
Kondisi Tekanan dan Temperatur Reservoir Vapour Dominated 12)
2.5.3.1 Enthalpi Rendah
Sumur-sumur reservoir panasbumi adakalanya memproduksi fluida hanya satu
fasa saja, yaitu air panas. Ini dikarenakan suhu reservoir tidak mencapai titik didih
fluida pada tekanan tertentu. Biasanya sumur jenis ini tidak dimanfaatkan sebagai
pembangkit
karena
hanya
menghasilkan
air
panas,
sedangkan
untuk
menggerakkan turbin membutuhkan fluida satu fasa yaitu uap (steam), jadi
biasanya dimanfaatkan sebagai sarana pengeringan hasil pertanian, kolam mandi
air panas, pemanas ruangan, dan lain sebagainya.
54
55
mungkin karena tercampur dengan air tanah yang dingin dari aquifer yang
dangkal.
2.5.4.2 Hyper Thermal Field
Hyperthermal field membutuhkan lima unsur dasar yaitu : sumber panas, bed
rock, aquifer atau zona permeabel, sumber air dan cap rock. Hyper thermal
reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu : Dry Hyperthermal dan
Wet Hyperthermal Field berdasarkan fasa fluidanya.
2.5.4.2.1 Wet Hyper Thermal Field
Wet hyperthermal field menghasilkan campuran air panas dan uap, maka
variabel tekanan kepala sumur (WHP) dan temperatur kepala sumur (WHT) serta
enthalpi dan kwalitas fluida saling bergantung. Fluida yang terproduksi (uap dan
air) pada suatu sumur dipengaruhi oleh tekanan kepala sumurnya dan juga
tergantung pada suhu dan tekanan reservoir serta permeabilitasnya, maka setiap
sumur memiliki suatu sifat aliran tersendiri. Kharakteristik dari setiap sumur tidak
tetap dan produksinya selalu cenderung menurun sebagai fungsi dari waktu.
2.5.4.2.2 Dry Hyper Thermal Field
Reservoir ini mempunyai temperatur sangat tinggi, namun tekanannya tidak
setinggi tekanan pada wet hyperthermal yang memungkinkan air dalam reservoir
jenis ini berubah menjadi uap seluruhnya. Jika terjadi hubungan antara permukaan
dengan reservoir melalui lubang bor, maka sebagian uap jenuh akan berubah
menjadi uap superheated. Uap dari lapangan ini agak superheated maka tidak ada
hubungan antara WHP dan WHT, serta enthalpi merupakan fungsi dari WHP dan
WHT ini
2.5.5
Berdasarkan Fluida
jenis
56
Gambar 2.20
Segitiga Giggenbach7)
2.5.5.1 Chloride Water
Garam terlarut dalam air ini umumnya berupa sodium dan potassium chloride
walaupun kadang-kadang ditemukan calcium dalam konsentrasi yang kecil. Air
ini juga mengandung silika dalam konsentrasi yang tinggi, dan terdapat pula
dalam konsentrasi yang cukup berarti seperti sulfat, bicarbonate, fluoride,
ammonia, arsenic, lithium, rubidium, calcium dan asam borate.
Perbandingan chloride dan sulfat biasanya cukup tinggi dan pH berkisar dari
daerah yang asam sampai ke daerah yang cukup basa (pH 5 9 ). Gas yang
terlarut dalam air ini terutama karbondioksida dan hydrogen sulfide. Air ini
seringkali didapatkan di daerah-daerah yang terdapat spring (mata air) atau daerah
57
yang ada aktivitas geyser dan daerah yang banyak terdiri dari batuan volkanik dan
sedimen.
2.5.5.2 Carbonate Water
Air panas yang mengandung chloride dengan kadar yang rendah dapat terjadi
dekat
permukaan
di
daerah vulkanik
dimana
uap
yang
mengandung
58
sebagai bentuk gejala panasbumi, seperti geyser, mata air panas, solfatar, fumarol
dan lain sebagainya. Kandungan panas dan fluida reservoir panasbumi sebagai
acuan perhitungan potensi. Hanya saja, tanpa adanya survey yang melibatkan
pemboran dangkal dan survey yang lain seperti survey geologi, geofisika, dan
geokimia, potensi tersebut sulit untuk di perhitungkan. Dari survey yang
dilakukan, didapatkan data yang dibutuhkan untuk memperkirakan potensi dari
reservoir. Oleh karena itu potensi statik hanya merupakan perkiraan cadangan
sumberdaya panasbumi yang selanjutnya dibuktikan dengan pemboran dan
produksi fluida reservoir melewati sumur-sumur produksi. Sehingga potensi static
reservoir panasbumi hanya merupakan potensi kandungan panas dari batuan dan
fluida dan dapat diperhitungkan dengan menggunakan Persamaan :
Q ( . w .C w (1 ). r .C r ).V .T ...............................(2.42)
keterangan :
= porositas, fraksi
Cw
Cr
59
Keterangan :
Q
: heat flow, MW
: enthalpy, kJ/kg
60
tergantung pada ukuran relatif dan distribusi blok matriks, sifat-sifat panas dan
laju alir fluida dalam reservoir.
Panas sensibel yang terkandung dalam massa batuan granit (batuan dasar pada
sistem panasbumi yang sering dijumpai dan dijadikan patokan perkiraan
cadangan) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
Q .C.V .T
................................................................(2.44)
keterangan :
Q
Kapasitas panas seluruhnya dalam suatu reservoir, baik untuk yang terrekah
(dominasi aliran uap atau liquid) maupun matriks batuan (bagian yang tidak ada
aliran), dihitung dengan mengoreksikan persamaan diatas terhadap kapasitas dan
densitas, sehingga diperoleh :
Q ( . w .C w (1 ). r .C r ).V .T ...............................(2.45)
keterangan :
= porositas, fraksi
Cw
Cr
Untuk menentukan suatu potensi reservoir panasbumi ada dua cara, yaitu :
1. Mass and Heat in Place
Langkah pertama dalam proses optimasi cadangan reservoir di suatu
lapangan panasbumi yaitu dengan cara menghitung massa fluida dan heat in
place. Dengan anggapan bahwa reservoir mengandung air dan uap sehingga
massa fluida dapat dihitung dengan persamaan :
m w A.h. .S w . w .............................................................(2.46)
61
keterangan :
mv
= massa uap, kg
mw
= massa air, kg
= luas area, m2
= porositas, fraksi
Sw
Sv
Sedangkan heat in place dalam fluida reservoir dapat dihitung dari massa
fluida dan enthalpi, yaitu :
Qv mv .hv ............................................................................(2.48)
Qw m w .hw ............................................................................(2.49)
keterangan :
Qw
Qv
hw
hv
Initial heat in place di dalam reservoir batuan dan fluida dapat dihitung
dari reservoir, porositas, kapasitas panas batuan, dan temperatur reservoir
dengan persamaan :
Qr A.h.(1 ). r .C r .T ................................................(2.50)
Qe A.h. .( S w . v .U w S v . v .U v ) ...................................(2.51)
H e A.h. 1 r .C r .T S w . w .U w S v . v .U v ......(2.52)
Keterangan :
He
= temperatur reservoir, oC
Uw
62
2.
Uv
Cr
b)
struktur grid
permeabilitas
panas dan massa yang diambil serta banyaknya fluida untuk injeksi
Parameter batuan.
Natural state
Model yang dipergunakan harus menyerupai kondisi pada keadaan
netral.
c)
History matching
Membuat data berdasarkan sejarah pembentukan daerah panasbumi
berupa data perhitungan dan data lapangan sesuai dengan spasinya.
d)
Perkiraan pengembangan
Dari data hasil analisa numerik, dibuat perhitungan untuk tiap-tiap grid
sesuai dengan kondisi reservoir, kemudian dibuat harga rata-rata untuk
tiap lapangan dengan beberapa grid dengan metode statistik.
63
dan massa immobil water. Selanjutnya dihitung jumlah uap yang diproduksikan
dan dengan menggunakan hasil perhitungan konversi massa uap yang menjadi
energi listrik, maka potensi tenaga listrik dari fluida yang berada dalam reservoir
dapat dihitung beserta air yang berasal dari recharge.
Besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan (cadangan) dan diubah
menjadi energi listrik (potensi listrik) dapat dihitung dengan prosedur sebagai
berikut:
1. Menghitung kandungan energi di dalam reservoir pada keadaan awal (Ti) :
H de
.................................................(2.57)
t x 365 x 24 x 3600
H de .
................................................(2.58)
t x 365 x 24 x 3600
Keterangan :
Ti
Tf
Hei
Hef
Hth
64
Hde
Hre
Hel
Rf