Vous êtes sur la page 1sur 62

3

BAB II
KARAKTERISTIK RESERVOIR
Secara garis besar bumi ini terdiri dari tiga lapisan utama yaitu kulit bumi
(crust), selubung bumi (mantle) dan inti bumi (core). Kulit bumi adalah bagian
terluar dari bumi. Ketebalan dari kulit bumi bervariasi, tetapi umumnya kulit bumi
di bawah suatu daratan (continent) lebih tebal dari yang terdapat di bawah suatu
lautan. Dibawah suatu daratan ketebalan kulit bumi umumnya sekitar 35
kilometer sedangkan dibawah lautan hanya sekitar 5 kilometer. Batuan yang
terdapat pada lapisan ini adalah batuan keras yang mempunyai density sekitar 2.7
3 gr/cm3.

Gambar 2.1
Susunan lapisan bumi12)
Dibawah kulit bumi terdapat suatu lapisan tebal yang disebut selubung bumi
(mantel) yang diperkirakan mempunyai ketebalan sekitar 2900 km. Bagian teratas
dari selubung bumi juga merupakan batuan keras.
Bagian terdalam dari bumi adalah inti bumi (core) yang mempunyai ketebalan
sekitar 3450 kilometer. Lapisan ini mempunyai temperatur dan tekanan yang
sangat tinggi sehingga lapisan ini berupa lelehan yang sangat panas yang
diperkirakan mempunyai densitas 10.5 11.5 gr/cm3. Diperkirakan temperatur
pada pusat bumi dapat mencapai 60000F.
Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa litosfer sebenarnya bukan merupakan
permukaan yang utuh, tetapi terdiri dari sejumlah lempeng-lempeng tipis dan
kaku. Lempeng-lempeng tersebut merupakan bentangan batuan setebal 64-145 km

yang mengapung diatas atmosfer. Lempeng-lempeng ini bergerak secara


perlahanlahan dan menerus. Dibeberapa tempat lempeng-lempeng bergerak
memisah sementara di beberapa tempat lainnya lempeng-lempeng saling
mendorong dan salah satu diantaranya akan menujam di bawah lempeng lainnya.
Karena panas di dalam astenosfir dan panas akibat gesekan, ujung dari lempengan
tersebut hancur dan meleleh dan mempunyai temperatur tinggi (proses
magmatisasi).
Adanya material panas pada kedalaman beberapa ribu kilometer di bawah
permukaan bumi menyebabkan terjadinya aliran panas dari sumber panas tersebut
hingga ke permukaan. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan temperature
dari bawah hingga ke permukaan, dengan gradient temperatur rata-rata sebesar
300/km.
Pada dasarnya system panasbumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas
dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan
konveksi.
Panasbumi merupakan salah satu jenis energi alami di dalam bumi yang
merupakan hasil interaksi antara panas yang dipancarkan batuan dan air yang
berada di sekitarnya. Didalam pembentukanya, reservoir panasbumi mempunyai
syarat-syarat tertentu seperti terdapatnya sumber panas, tersedianya air, batuan
reservoir serta batuan penutup (cap rock) yang kedap air dan uap.
2.1 Syarat Umum Terbentuknya Reservoir Panasbumi
Di alam, panasbumi membentuk suatu sistem tertentu, yang disebut sistem
panasbumi, dimana didalam system itu diantaranya mencakup sistem hidrotermal
yang merupakan sistem tata air, proses pemanasan serta kondisi dimana air yang
terpanasi terkumpul.
Di dalam pembentukkannya, sistem hidrotermal mempunyai syarat-syarat
tertentu seperti harus tersedianya air (system recharge dan discharge), batuan
pemanas atau sumber panas yang ditimbulkan oleh pergerakan sesar aktif
disepanjang bidang sesar, batuan cadangan uap (reservoir rock) dan batuan
penutup (cap rock).

2.1.1 Sistem Recharge dan Discharge


Sistem recharge merupakan suatu siklus air yang dibutuhkan bagi suatu
reservoir panasbumi untuk tetap mempertahankan kondisi produksi uap panas
(steam) suatu reservoir panasbumi dan sistem discharge adalah terproduksinya air
dari reservoir ke permukaan baik secara alami dalam bentuk penampakan gejala
panasbumi seperti solfatara, fumarol, geyser maupun buatan melewati sumursumur produksi. Adanya sistem recharge ini terbentuk dari sumber air (sungai,
mata air dan hujan) dan dapat pula dengan mengunakan penginjeksian. Macammacam tipe air pada reservoir panasbumi menurut White 1956, yaitu :
-

Air Juvenil (Juvenile water) merupakan air baru yang berasal dari magma
batuan utama dan yang sebelumnya bukan merupakan bagian dari lithosfer.

Air magmatik (magmatic water) merupakan air yang berasal dari magma saat
magma menggabungkan air meteorik dari sirkulasi yang dalam atau air dari
bahan-bahan/material-material pengendapan.

Air meteorik (meteorik water) merupakan air yang terakhir terlihat dalam
sirkulasi atmosfer.

Air purba (connate water) merupakan air fosil yang telah keluar dari
hubungan dengan atmosfer untuk periode geologi yang panjang. Air tertutup
oleh formasi batuan yang dalam.

Air metamorfis (metamorfic water) merupakan perubahan khusus dari air


purba yang berasal dari mineral hydrous selama rekristalisasi untuk
mengurangi mineral hydrous selama proses perubahan bentuk.
Sistem recharge dapat dibedakan menjadi dua sistem natural recharge dan

sistem artificial recharge. Sistem natural recharge merupakan sistem alami,


dimana sistem ini berasal dari sumber air di sekeliling reservoir panasbumi.
Sampai sekarang sistem ini masih banyak diteliti baik dari segi kelangsungannya
maupun kondisi sistemnya. Sedangkan sistem artificial recharge merupakan
sistem buatan, pada kondisi ini umumnya menggunakan injeksi dimana melalui
sumur-sumur tertentu dilakukan penginjeksian air ke dalam reservoir panasbumi
yang diharapkan dapat menambah atau mempertahankan sistem recharge yang

ada dalam reservoir. Air yang diinjeksikan merupakan air yang berasal dari
kegiatan produksi baik dari pembangkit tenaga listrik maupun kegiatan sumur.
Cara tersebut sudah banyak dilakukan pada lapangan-lapangan panasbumi,
termasuk di Indonesia.
2.1.2 Sumber Panas
Berfungsi sebagai sebagai pemanas air akuifer yang nantinya akan menjadi
uap. Energi panas tersebut akan diserap oleh fluida dan kemudian diproduksikan
sebagai uap.
Sumber panas utama pada lapangan hidrotermal adalah intrusi magma yang
terdapat pada zona seismik dimana terjadi benturan atau pemisahan antara
beberapa lempeng. Kemungkinan lain dari sumber panas tersebut antara lain :
1. Konsentrasi radioaktif lokal yang tinggi pada batuan kerak bumi.
2. Reaksi kimia eksotermik.
3. Panas gesekan karena perbedaan gerak massa batuan yang saling bergeser
pada patahan-patahan geologi.
4. Panas laten yang dilepaskan pada saat pengkristalan atau pemadatan
batuan yang cair.
5. Masuknya gas-gas magmatik yang panas ke dalam akuifer melalui
rekahan-rekahan pada bed rock.
Bed rock biasanya adalah bagian utama batuan basaltik kerak bumi dan sangat
tebal (2-5 km). Lapisan yang tebal ini menghasilkan tekanan litostatik yang
berakibat batuan menjadi impermeabel, terutama pada arah horizontal. Meskipun
demikian

patahan-patahan

vertikal

atau

hampir

vertikal

sangat

kecil

kemungkinannya bertahan dibawah pengaruh tekanan gas magmatic dan uap yang
sangat besar dan bergerak ke permukaan dari suatu kedalaman yang cukup besar.
Sumber panas lain adalah batuan yang kaya akan mineral radioaktif, dimana
panas yang terjadi berasal dari proses pembusukan mineral radioaktif tersebut.
Mineral tersebut sewaktu bebas mengeluarkan panas sehingga mampu
melelehkan batuan disekitarnya, dimana dalam perkembangan selanjutnya akan
terbentuk massa magma yang baru. Secara teoritis zat radioaktif akan berkurang

pada kedalaman yang jauh ke dalam bumi. Ada istilah yang erat hubungannya
dengan suhu dan kedalaman, yaitu landaian panasbumi normal (geothermal
gradient) merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan bertambah
besarnya suhu apabila kita turun hingga kedalaman tertentu, yaitu 30C / 100 m.
2.1.3 Batuan Reservoir
Batuan reservoir berfungsi sebagai media transfer panas yang berasal dari
magma, penampung air yang telah terpanasi atau uap yang telah terbentuk akibat
proses pemanasan. Sehingga sesuai dengan fungsinya batuan ini harus
mempunyai porositas dan permeabilitas yang besar.
Porositas di daerah ini berupa rekahan rekahan yang timbul akibat proses
geologi. Ruang penyimpanan air panas dan uap dalam reservoir berupa rongga
rongga atau pori-pori yang terdapat dalam rekahan rekahan batuan yang
mempengaruhi densitas.
Bahan lepas gunung api (pyroclastic) dihasilkan oleh serangkaian proses yang
berkaitan dengan letusan gunung api (Schmid, 1981). Istilah lain yang sering
dijumpai adalah bahan hamburan (ejacta) yang merupakan keratan batuan yang
dikeluarkan pada saat terjadinya letusan gunung api. Berdasarkan asal mulanya
bahan hamburan dibedakan menjadi bahan juvenil, bahan tambahan, dan bahan
asing.
Bahan juvenil adalah bahan yang langsung dikeluarkan dari magma, terdiri
dari padatan dari suatu cairan yang mendingin dan kristal (pyrogenic crystal).
Bahan tambahan adalah bahan hamburan yang berasal dari letusan sebelumnya,
dari gunung yang sama (gunung api tua). Sedangkan bahan asing merupakan
bahan hamburan yang berasal dari batuan non gunung api atau bahan dasar,
sehingga mempunyai komposisi yang beragam.

2.1.4 Batuan Tudung (Cap Rock)

Cap rock adalah suatu lapisan yang impermeabel, berfungsi sebagai penahan
keluarnya panas fluida ke atmosfer dan mempertahankan temperatur dan tekanan
reservoir, sehingga fluida yang berada di bawahnya mengalami sirkulasi secara
konveksi karena air yang mendidih bergerak ke atas akan lebih jauh dari sumber
panas maka akan segera mengembun kembali dan bergerak kembali ke bawah dan
begitu seterusnya hingga terjadi arus konveksi.
Lapisan impermeabel dapat terjadi secara alamiah pada proses geologi. Cap
rock yang terbentuk dengan sendirinya ini disebut self-sealing, karena proses
kimia yaitu pengendapan mineral-mineral dari larutannya, terutama silika dan
alterasi hidrotermal batuan-batuan permukaan yang menghasilkan kaolinisasi.
Batuan penutup biasanya berupa sedimen vulkanik dan tersementasi oleh material
halus seperti debu vulkanis sehingga mempunyai permeabilitas kecil.
Batuan penutup dapat dibedakan menjadi dua, yaitu batuan penutup terbuka
dan tertutup. Batuan penutup terbuka umumnya menutupi reservoir air hangat
dengan tekanan yang rendah dimana fluida di permukaan tidak mencapai boiling
point sehingga kurang ekonomis untuk dieksploitasikan. Sedangkan batuan
penutup tertutup, yaitu batuan yang bersistem aquifer confined dan bertekanan
tinggi dimana water table sejajar dengan water table recharge area. System ini
akan sangat baik bila temperatur reservoirnya tinggi dan pada area ini sangat
ekonomis untuk dieksploitasikan.
2.2 Karakteristik Batuan Reservoir
2.2.1 Jenis batuan
Batuan pada reservoir panasbumi umumnya adalah batuan beku kristalin,
batuan metamorf, dan batuan debu vulkanik cair, namun menelaah batuan lain
seperti batuan sedimen juga perlu dan berguna untuk studi geologi selanjutnya.
2.2.1.1 Batuan Beku
Batuan beku atau igneous rock adalah batuan yang terbentuk dari proses
pembekuan magma di bawah permukaan bumi atau hasil lava di permukaan bumi.
Menurut Turner dan Verhoogen (1960), F.F Ground (1947), dan Takeda (1970),

magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang berpijar dan terbentuk
secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500 2.500 0C dan bersifat mobile
(dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam rangka
magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2,
klorine, fluorine, iron, sulfur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas
magama, dan non-volatile yang merupakan pembentuk mineral yang lazim
dijmpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan
bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan
peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat
(magma), oleh N. L. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan nama
Bowens Reaction Series.

Gambar 2.2
Bowens Reaction Series10)
Diagram Bowen sebelah kiri, mewakili mineral-mineral mafik dan yang
pertama kali terbentuk adalah olivin pada temperatur yang sangat tinggi (12000C)
dengan proporsi besi-magnesium dan silikon adalah 2:1 dan membentuk
komposisi (Fe2Mg).2SiO4. Tetapi jika magma jenuh oleh SiO2, maka piroksen
yang pertama kali terbentuk, dengan perbandingan antara besi- magnesium

10

dengan silikon adalah 1:1 membentuk komposisi (MgFe)SiO 3 pada temperatur


yang lebih rendah. Olivin dan piroksen merupakan pasangan inconguruent
melting, dimana setelah pembentukan, olivin akan bereaksi dengan larutan sisa
membentuka piroksen. Temperatur menurun terus dan pembentukanmineral
berjalan sesuai dengan temperaturnya. Mineral yang terakhir terbentuk adalah
biotit. Dikarenakan terjadi demikian maka reaksi ini disebut reaksi diskontinyu
atau reaksi tidak menerus.
Diagram sebelah kanan, mewakili kelompok plagioklas karena didominasi
atau hanya terdapat mineral plagioklas. Pada temperature yang sangat tinggi
(12000C) yang mengkristal adalah plagioklas-Ca, dimana komposisinya
didominasi oleh kalsium dan sebagian kecil silikon dan alumunium. Pengkristalan
selanjutnya yang berlangsung secara menerus, komposisi Ca akan semakin
berkurang dan kandungan Na (sodium) akan semakin meningkat, sehingga
pengkristalan terakhirnya adalah plagioklas-Na. Reaksi pada seri ini disebut seri
kontinyu kaena berlangsung secara terus menerus. Mineral mafik dan plagioklas
bertemu pada mineral potasium feldspar dan menerus ke mineral yang stabil, yang
tidak mudah terubah menjadi mineral lain pada temperatur sekitar 6000C.
Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui
karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan
beku. Dalam membicarakan masalah sifat fisik batuan beku tidak akan lepas dari :
1.

Tekstur
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineralmineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa
gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan beku
umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting yaitu :
a. Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan
untuk menunjukan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak
berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan
pembentukan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung

11

lambat maka kristal yang terbentuk akan kasar. Sedangkan jika


pembekuannya berlangsung dengan cepat maka kristalnya akan halus.
Namun jika pembekuannya berlangsung cepat sekali maka kristalnya akan
berbentuk amorf.
Dalam pembentukannya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu :
a) Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.
Tekstur holokristalin adalah karakteristi batuan plutonik, yaitu
mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
b) Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagia lagi terdiri dari massa kristal.
c) Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan
sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
b. Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku.
Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu :
a) Fanerik / fanerokrisalin
Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain
secara megaskopis dan makroskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal
jenis fanetik ini dapat dibedakan menjadi :
1) Halus / fine, apabila diameter butir kurang dari 1 mm
2) Sedang / medium, apabila ukuran diameter butir antara 1-5 mm.
3) Kasar / coarse, apabila ukuran diameter butir antara 5-30 mm.
4) Sangat kasar / very coarse, apabila ukuran diameter butir lebih
dari 30 mm.
b) Afanitik
Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata
biasa sehingga diperlukan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik
dapat tersusun oleh kristal , gelas atau keduanya. Dalam analisa
mikroskopis dapat dibedakan :

12

1) Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa


diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar
0,1 0,001 mm.
2) Kriptokristalin, apabial mineral-mineral dalam batuan beku
terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop.
Ukuran butir berkisar antara 0,01 0,002 mm.
3) Amorf / glassy / hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
c. Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat
batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal
tiga bentuk kristal, yaitu :
1) Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang
kristal.
2) Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat
lagi.
3) Anhedral.
Dan ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal
yaitu : equidimensional, tabular, prismitik, irregular.
d. Hubungan antar krital atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai
hubungna antara kristal / mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu
batuan. Secara garis besar relasi dapat dibagi dua yaitu: equigranular dan
inequigranular.
2. Struktur
Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan
lapisan yang jelas / umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian
besar hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya : pillow lava dan joint
struktur.
Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada cotoh-contoh batuan yaitu : massif
(jika tidak mununjukan adanya lubang-lubang), vesikuler (jika terlihat lubanglubang), skoria, amygdaloidal, xenolitis.

13

Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (massif), sedangkan strukturstruktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan
(fracture) dan pembekuan magma.
3. Komposisi mineral
Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku cukup dengan
mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral
sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua : mineral
felsik (mineral yang berwarna terang) dan mineral mafik (mineral yang
berwarna gelap).
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan
SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang
berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar
klasifikasinya.
1.

Klasifikasi bedasarkan cara terjadinya, menurut Rosenbusch (1877-1976)


batuan beku dibagi menjadi :
a. Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.
b. Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
c. Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh
W.T Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan
effusive disebut batuan vulkanik.

2. Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes, 1962), yaitu :


a. Batuan beku asam apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya:
riolit
b. Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%.
Contoh : dasit
c. Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contoh :
andesit.
d. Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%.
Contoh : basalt.
3. Klasifikasi berdasarkan indeks warna (S. J. Ellis, 1948) yaitu:
a. Holofelsik, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%

14

b. Felsik, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% - 40%


c. Mafelsik, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% - 70%
d. Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
2.2.1.2 Batuan Sedimen
Batuan sedimen merupakan batuan yang tersusun dari material-material hasil
pelapukan batuan induk, baik aktivitas geologi atau proses kimia, fisika maupun
kerja dari organism. Pada umumnya batuan sedimen pada lapangan panasbumi
terjadi akibat sedimentasi bahan lepas dari suatu erupsi gunung api.
Menurut Pettijohn (1975) dan W. T. Huang (1962), penggolongan dan
penamaan batuan sedimen dikemukakan secara genesa :
1. Batuan sedimen klastik
Terbentuk dari pengendapan kembali detritur/pecahan batuan asal.
2. Batuan non-klastik
Terbentuk dari reaksi kimia atau kegiatan organisme. Reaksi kimia yang
dimaksud adalah kristalisasi langsung atau panggaraman unsur laut,
pertumbuhan kristal dan agregat (kumpulan) suatu kristal yang mengalami
presipitasi dan replacement.
Pemilahan batuan sedimen didasarkan oleh : struktur, tekstur, komposisi mineral,
ukuran butir, pemilahan, derajat kebundaran (roundness), matriks, sedimentasi,
serta bidang perlapisan.
1. Batuan piroklastik
Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik yang bertekstur klastik hasil
erupsi gunung api eksplosif dengan material penyusunnya berbeda.
2. Batuan sedimen tufan
Batuan sedimen tufan adalah batuan yang terbentuk akibat debu vulkanik
yang jatuh pada cekungan sedimen dimana proses sedimentasi
berlangsung dan terjadi percampuran.
3. Batuan epiklastik
Terbentuk dari sedimentasi campuran bahan rombakan batuan piroklastik
dengan batuan epiklastik baik yang bersifat vulkanik maupun yang non-

15

vulkanik, sehingga menurut William (1954) diberi nama sesuai dengan


ukurannya dan masing-masing diberi kata vulkanik.
2.2.1.3 Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan dari batuan induk
yang lain, dapat berupa batuan beku, sedimen, maupun batuan metamorf sendiri
yang telah mengalami proses/perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur
sebagai akibat pengaruh temperature dan tekanan yang tinggi.
Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair,
dengan temperatur 200-6500C. menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan
metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk
kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, metamorfosa dapat dibedakan
menjadi :
1) Metamorfosa lokal
Jenis ini penyebaran metamorfosanya sangat terbatas hanya beberapa
kilometer saja. Yang termasuk dalam tipe ini adalah:
a. Metamorfosa kontak / thermal
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan temperatur yang
tinggi, dan biasanya jenis ini ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi
magma / ekstrusi dengan batuan di sekitarnya dengan lebar 2 3 km.
b. Metamorfosa dynamo / dislokasi / kataklastik
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan yang
berpengaruh disini ada dua macam, yaitu : hidrostatis (yang mencakup
segala arah) dan stress (yang mencakup satu arah saja. Makin dalam
kearah kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatika makin besar. Sedangkan
tekanan pada bagian kulit bumi yang dekat dengan permukaan saja,
metamorfosa semacam ini biasanya didapatkan di daerah sesar.
2) Metamorfosa regional
Jenis ini penyebarannya sangat luas, dapat mencapai ribu kilometer. Yang
termasuk dalam tipe ini adalah :

16

a. Metamorfosa regional / dinamotermal


Terjadi pada kulit bumi bagian dalam, dimana faktor yang mempengaruhi
adalah temperatur dan tekanan tinggi. Proses ini akan lebih intensif apabila
diikuti oleh orogenesa.
b. Metamorfosa beban / burial
Proses ini tidak ada hubungannya dengan orogenesa dan intrusi, tetapi
terjadi pada daerah geosinklin, sehingga karena adanya pembebanan
sedimen yang tebal dibagian atas, maka lapisan sedimen yang ada di
bagian bawah cekungan akan mengalami proses metamorfosa.
Pada lapangan panasbumi, batuan metamorfosa yang terdapat di daerah ini
adalah serpentine dan talc. Batuan ini terbentuk akibat alterasi hidrotermal pada
mineral

ferromagnesian

oleh

magma

dan

biasa

disebut

sebagai

automethamorphisme. Batuan ini terbentuk pada daerah dimana terjadi pencairan


kembali dan membentuk batuan beku dan metamorf.
Proses metamorfosa dalam panasbumi dikenal dengan istilah alterasi. Dimana
mineral batuan akan mengalami perubahan akibat temperatur dan tekanan yang
sangat tinggi sehingga terbentuk mineral baru yang dapat dijadikan indikasi
sebagai daerah dengan temperatur tinggi, misalnya epidot, piroksen, dan lainnya.
Dari mineral ini dapat juga mengindikasikan temperatur reservoir dan data
mineral ini didapat dari proses pengeboran. Karena keberadaan mineral ini
berasosiasi dengan daerah temperatur tinggi, maka keberadaan reservoir
panasbumi dapat ditemukan.
2.2.2 Komposisi Kimia Batuan Reservoir
Batuan reservoir panasbumi umumnya adalah batuan beku vulkanik yang
berasal dari pembekuan magma, sehingga komposisi kimia dari batuan reservoir
tersebut tidak dapat dipisahkan komposisi magma sebagai sumbernya.
Kebanyakan batuan beku terdiri dari mineral atau sedikit sekali gelas.
Umumnya tersusun dari Si, Al, Fe, Mg, Ca, Na, dan K bersama sejumlah kecil Ti,
Mn dan P. Elemen tersebut didampingi oleh oksigen dan sekumpulan batuan, dan
biasanya dilaporkan dalam bentuk komponen oksida (SiO2- , Al2O3).

17

2.2.2.1 Komposisi Batuan Berdasarkan Warna


Indeks warna merupakan persen isi sifat kimia dan mineral gelap dalam
batuan vulkanik, dapat digunakan dalam pembagian sub kelas batuan reservoir
vulkanik, yaitu :
1. Batuan terang (felsic rock), merupakan batuan yang terdiri dari mineral
berwarna terang atau mempunyai indeks warna kurang dari 20%. Contohnya
dasit, reolit, dan lainnya. Batuan ini umumnya kaya akan Ca, Mg, dan Fe.
2. Batuan gelap (mafic rock), merupakan batuan yang terutama terdiri dari
mineral berwarna gelap (olivine, piroksen, hornblende, biotit, dan ryolit) dan
mempunyai indeks warna antara 40-70%. Umumnya batuan ini kaya akan
kandungan kimia seperti Fe dan Mg.
3. Intermediate rock, merupakan batuan peralihan antara terang dan gelap, yang
mempunyai indeks warna sekitar 50% dan umumnya kaya akan SiO 2, Ca, Fe,
dan Ti.
4. Batuan ultra gelap (ultramafic rock), merupakan batuan yang terutama
tersusun atas mineral gelap seperti olivine, amfibol, dan sebagainya yang
mempunyai indeks warna lebih dari 70% dan kaya akan unsur Ca dan K.
2.2.2.2 Komposisi Unsur Silika
Hasil analisa kimia pada batuan reservoir dan vulkanik pada daerah
panasbumi menunjukkan bahwa kandungan SiO2 berkisar antara 35-75 %.
Klasifikasi batuan reservoir vulkanik secara kimiawi menurut O. Hirokawa
(1980), berdasarkan kandungan silika, yaitu :
1. Batuan asam (acid / silicic rock), merupakan batuan dasar reservoir yang
mempunyai kandungan silika atau SiO2 sangat tinggi, sekitar 70% atau lebih
dari 60%. Contoh : granit dan ryolit.
2. Batuan basa (basic rock), merupakan batuan reservoir beku yang mempunyai
kandungan silika rendah, yaitu sekitar 50% atau antara 45 52%. Batuan ini
juga kaya akan Fe, Mg dan Ca. Contoh : gabro dan basalt.

18

3. Batuan menengah (intermediate rock), merupakan batuan reservoir beku


peralihan antara batuan asam dan basa dengan kandungan silika sekitar 60%
atau antara 52 66%. Contoh : andesit dan diorite.
4. Batuan ultra basa (ultrabasic rock), merupakan batuan beku dengan
kandungan silika rendah, yaitu sekitar 40% atau kurang dari 45%.
Tabel 2.1
Klasifikasi Silika10)

2.2.3 Sifat Fisik Batuan Reservoir Panasbumi


Untuk mempelajari teknik eksploitasi panasbumi, maka perlu dikenal terlebih
dahulu parameter-parameter yang menggambarkan sifat-sifat fisik batuan
reservoir seperti : porositas, permeabilitas, densitas batuan, tekanan kapiler,
saturasi, dan kompresibilitas batuan.
2.2.3.1 Porositas ()
Porositas didefinisikan sebagai kemampuan batuan untuk menyimpan air atau
uap air, dinyatakan dengan parameter persen. Pada teknik reservoir, parameter ini
didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori dengan volume total
batuan.

19

Reservoir panasbumi umumnya ditentukan pada batuan rekah alami, dimana


batuannya terdiri dari rekahan-rekahan dan rongga-rongga atau pori-pori. Fluida
panasbumi, terkandung tidak hanya terkandung dalam pori-pori tetapi juga dalam
rekahan-rekahan. Volume rongga-rongga atau pori-pori batuan tersebut umumnya
dinyatakan sebagai fraksi dari volume total batuan dan didefinisikan sebagai
porositas (). Secara matematis porositas dapat dinyatakan sebagai berikut :
...................................................(2.1)
Dimana Vp adalah volume pori dan Vb adalah volume total batuan.
Porositas batuan reservoir panasbumi biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu
porositas rekahan dan porositas antar butir atau porositas matriks batuan. Hingga
saat ini baru porositas matriks yang dapat diukur di laboraturium. Umumnya
reservoir panasbumi mempunyai porositas matriks 3 sampai 25%, sedangkan
rekahannya sama dengan 100%.
2.2.3.2 Permeabilitas (k)
Permeabilitas adalah suatu bilangan yang menunjukkan kemampuan batuan
untuk mengalirkan fluida. Permeabilitas merupakan parameter yang penting untuk
menentukan kecepatan alir fluida di dalam batuan berpori dan batuan rekah alami.
Dengan rumus :
.......................................................................(2.2)

keterangan :
v

= kecepatan aliran fluida, cm/sec

= permeabilitas media berpori, darcy

= viskositas fluida, cp

P/x = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm


Tanda negatif dalam persamaan diatas menunjukkan bahwa apabila tekanan
bertambah dalam satu arah, maka arah alirannya berlawanan arah dengan
pertambahan tekanan tersebut. Dari persamaan (2.2) dapat dinyatakan bahwa

20

kecepatan alir fluida (kecepatan flux) berbanding lurus dengan k/, dimana
didalam teknik perminyakan dikenal dengan mobilitas rasio.
Permeabilitas dapat memiliki harga yang berbeda pada arah sumbu-x dan arah
sumbu-z. Biasanya permeabilitas pada sumbu-x (horizontal) memiliki harga yang
lebih besar dari permeabilitas pada arah sumbu-z (vertikal). Sistem reservoir
dengan harga permeabilitas horizontal dan vertikal yang berbeda didefinisikan
sebagai sistem reservoir anisentropik, sebaliknya bila permeabilitas horizontal
sama dengan vertikal disebut sistem reservoir isentropik. Sistem reservoir
panasbumi biasanya merupakan sistem reservoir yang anisentropik.
Harga permeabilitas vertikal dalam sistem reservoir panasbumi umumnya
adalah 10-14 m2 dan untuk permeabilitas horizontal biasanya sepuluh kali lebih
besar dari permeabilitas vertikal (1darcy = 10-12 m2).
Fluida dalam reservoir panasbumi seringkali merupakan campuran air dan
uap, sehingga dikenal dengan istilah permeabilitas relatif air (k rl) dan
permeabilitas relatif uap (krv). Kedua besaran ini menggambarkan suatu bukti
bahwa fasa tersebut saling mempengaruhi satu sama lain, selama kedua fasa fluida
tersebut mengalir melalui media berpori. Bentuk pasti kurva k rl dan krv pada
reservoir panasbumi tidak diketahui, tetapi kedua parameter tersebut dianggap
fungsi dari saturasi cairan. Keterkaitan fasa ini merupakan hal yang sangat penting
dalam membicarakan aliran fluida dua fasa di dalam media berpori. Pada kondisi
saturasi cairan rendah, air tidak bergerak dan uap yang mengalir. Persamaan
umum yang digunakan untuk penentuan kedua besaran diatas adalah persamaan
Corey yaitu :
...........................................................................(2.3)
................................................(2.4)
keterangan :
........................................(2.5)
Slr = saturasi air tersisa pada media berpori (fasa air tidak bergerak)
Svr = saturasi uap tersisa pada media berpori (fasa uap tidak bergerak)

21

Gambar 2.3 Memperlihatkan hubungan kedua parameter terhadap saturasi


cairan dengan mengambil harga Slr = 0.3 dan Svr = 0.05.

Gambar 2.3
Hubungan Krl dan Krv Dengan Saturasi Cairan (Edward, L.M, 1998)12)
2.2.3.3 Densitas
Densitas batuan adalah perbandingan antara berat batuan dengan volume dari
batuan tersebut. Densitas berpengaruh terhadap pengaruh panas yang dikandung,
dimana terdapat panas yang dikandung, dimana terdapat hubungan berbanding
lurus diantaranya, semakin besar harga densitas semakin besar pula panas yang
dikandung oleh batuan. Densitas batuan pada lapangan panasbumi umumnya
sangat besar dibanding daerah non- vulkanik.
2.2.3.4 Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang ada antara
permukaan dua fluida yang tidak tercampur (cairan-cairan atau cairan-gas)

22

sebagai akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang memisahkan kedua


fluida tersebut.

Gambar 2.4
Grafik Hubungan Densitas Air dan Uap Terhadap Tekanan1)
Besarnya tekanan kapiler dipengaruhi oleh tegangan permukaan, sudut kontak
antara uapairzat padat dan jari-jari kelengkungan pori.
Pengaruh tekanan kapiler dalam sistem reservoir antara lain adalah :
1.

Mengontrol distribusi saturasi di dalam reservoir.

2.

Merupakan mekanisme pendorong air

dan uap untuk bergerak atau

mengalir melalui pori-pori secara vertikal.


Berdasarkan pada Gambar 2.5, sebuah pipa kapiler dalam suatu bejana
terlihat bahwa air naik ke atas di dalam pipa akibat gaya adhesi antara air dan
dinding pipa yang arah resultannya ke atas.

23

Gaya-gaya yang bekerja pada sistem tersebut adalah :


1. Besar gaya tarik keatas adalah 2 rAT, dengan r adalah jari-jari pipa

kapiler.
2. Sedangkan besarnya gaya dorong ke bawah adalah r2hg(w-s).

Gambar 2.5
Tekanan dalam Pipa Kapiler8)
Pada kesetimbangan yang tercapai kemudian, gaya ke atas akan sama dengan
gaya ke bawah yang menahannya yaitu gaya berat cairan. Secara matematis dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
2 r AT r 2 h g ( w s ) ..................................(2-6)

atau :
h

2 AT
r ( w s ) g

........................................................(2-7)

keterangan :
h

= ketinggian cairan di dalam pipa kapiler, cm

= jari-jari pipa kapiler, cm.

= massa jenis air, gr/cc

= massa jenis steam (uap), gr/cc

= percepatan gravitasi, cm/dt2

24

Dengan memperlihatkan permukaan fasa uap dan air dalam pipa kapiler maka
akan terdapat perbedaan tekanan yang dikenal dengan tekanan kapiler (P c).
Besarnya Pc sama dengan selisih antara tekanan fasa air dengan tekanan fasa uap,
sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
Pc = Ps Pw = (s - w) g h ............................................. (2-8)
Tekanan kapiler dinyatakan berdasarkan sudut kontak dalam hubungan
sebagai berikut :
Pc

2 cos
...................................................................(2-9)
r

Keterangan :
Pc = tekanan kapiler

= tegangan permukaan uap-air

= sudut kontak permukaan uap-air

= jari-jari pipa kapiler

Menurut Plateau, tekanan kapiler merupakan fungsi tegangan antar muka dan
jari-jari lengkungan bidang antar muka, dan dapat dinyatakan dengan persamaan :

1
1

R
R
1
2

P c

..........................................................(2-10)

Keterangan :
R1 dan R2

= jari-jari kelengkungan konvek dan konkaf, inch

= tegangan permukaan, lb/inch

Penentuan harga R1 dan

R2, dilakukan dengan perhitungan jari-jari

kelengkungan rata-rata (Rm), yang didapatkan dari perbandingan Persamaan 2-9


dengan Persamaan 2.10. Dari perbandingan tersebut didapatkan persamaan
perhitungan jari-jari kelengkungan rata-rata sebagai berikut :
1
2 cos
g h
1
1

....................... (2-11)
Rm
rt

R1 R 2

25

2.2.3.5 Saturasi
Saturasi merupakan fraksi fluida yang menempati pori-pori batuan reservoir.
Pada waktu sistem mengandung fasa cair dan uap dalam keadaan setimbang,
maka kedua fasa tersebut akan terjenuhi. Dalam keadaan demikian sifat tekanan
dan temperatur tidak dapat berdiri sendiri. Hubungan tekanan dan temperature
pada kondisi saturasi, masing-masing fasa tunggal. Ketika tekanan dan
temperature ini diplotkan maka akan diperoleh suatu kurva saturasi, kurva itu
akan berakhir pada titik-titik kritis karena densitas dari fasa uap dan fasa cair
adalah sama dengan keadaan fluida dua fasa tidak terdapat.
Secara matematis untuk saturasi masing-masing fasa dapat dihitung sebagai
berikut :
Sl

s x hs h
...........................................(2.12)
w x h hw x s x hs h

S v 1 Sl

....................................................................... (2.13)

Sv

Vuap x100%
................................................................(2.14)
Vpori

Sl

Vair x100%
Vpori

.............................................................. (2.15)

keterangan :
Sv

= saturasi uap, fraksi

Sl

= saturasi air, fraksi

= densitas uap, kg/m3

= densitas air, kg/m3

= enthalpy campuran, kJ/kg

hs

= enthalpy uap, kJ/kg

hw

= enthalpy air, kJ/kg

2.2.3.6 Kompresibilitas Batuan


Kompresibilitas batuan didefinisikan sebagai perubahan volume akibat
perubahan volume persatuan perubahan tekanan. Batuan yang berada pada
kedalaman tertentu akan mengalami dua macam tekanan, yaitu tekanan dalam
(internal stress) yang disebabkan tekanan hidrostatik fluida yang terkandung

26

dalam pori-pori batuan, sedangkan untuk tekanan luar (external stress) disebabkan
oleh overburden pressure yang berasal dari batuan dan fluida pengisi yang berada
diatasnya.
Kompresibilitas batuan dapat dibedakan menjadi :
1. Kompresibilitas matrik batuan, cr
2. Kompresibilitas bulk batuan, cb
3. Kompresibilitas pori-pori, cp
2.2.4 Sifat Thermodinamika Batuan
Batuan memiliki sifat ketermodinamikaan. Sifat-sifat tersebut adalah
konduktivitas panas dan panas spesifik batuan.
2.2.4.1 Konduktivitas Panas
Kodukstivitas panas suatu batuan merupakan parameter yang menyatakan
besarnya kemampuan batuan tersebut untuk menghantarkan panas dengan cara
konduksi apabila pada batuan tersebut ada perbedaan temperatur (gradien
temperatur).

Satuan

dari

parameter

ini

adalah

((energi/waktu/luas)

(temperatur/jarak)) dan disederhanakan menjadi W/(m0K). Umumnya batuan


reservoir memiliki harga konduktivitas panas sebesar 2 2.5 W/m0K.
Untuk media berpori yang dijenuhi fluida, konduktivitas panasnya tergantung
pada batuan dan fluida yang terkandung didalamnya, sehingga akan didapat
persamaan berikut :
K = (1 ) kf + kf ...............................................................(2.16)
dimana :
K = konduktivitas panas sistem, W/m0K
= porositas batuan, fraksi
kr = konduktivitas panas batuan, W/m0K
kf = konduktivitas fluida, W/m0K
Atau secara juga dapat dirumuskan :

..............................................................................(2.17)
Dimana Q adalah laju aliran panas, (dT/dz) adalah gradien temperatur.
2.2.4.2 Panas Spesifik Batuan (Cp)

27

Panas spesifik batuan adalah suatu parameter yang menyatakan banyaknya


panas yang diperlukan untuk menaikan suhu satu satuan massa batuan tersebut
sebesar 10C. pada umumnya harga (Cp) rata-rata adalah 1000 J/kg/0K.
2.3 Karakteristik Fluida Reservoir
2.3.1 Komposisi Kimia Fluida Reservoir
Untuk mengetahui proses transportasi yang terjadi di reservoir panasbumi,
maka terlebih dahulu mengenal parameter-parameter yang menggambarkan sifatsifat fluida panasbumi baik berupa air, uap, ataupun gas yang terkandung didalam
rekahan-rekahan batuan.
2.3.1.1 Air
Dalam mengidentifikasikan fluida formasi, para ahli geokimia (geochemist) akan
melakukan pekerjaan analisa kimia contoh air yang diambil dari manifestasi
panasbumi di permukaan. Berdasarkan pada banyaknya ion yang terkandung
dalam contoh air tersebut, maka air dapat dibedakan kedalam empat kelompok
sebagai berikut :
1) Alkali Chloride Water (Air Alkali Klorida)
Garam yang terlarut didalam jenis air ini pada umumnya Na dan K yang
mempunyai konsentrasi dalam air tinggi, walaupun kadang-kadang undur
kimia Ca juga mempunyai kadar yang tinggi dan bervariasi namun seringkali
rendah. Pada air jenis ini juga mempunyai konsentrasi SiO 2 , SO4- dan HCO3tinggi ( tergantung temperatur), derta konsentrasi ion Cl - di dalam air tinggi
sekitar 400 1800 ppm dan sejumlah kecil F -, NH4-, As, Li, Rb, Cs, Mg, NH3,
dan HBO2. Di lapangan biasanya dicirikan dengan adanya endapan silika
sinter disekitar mata air (manifestasi).
2) Acid Sulphate Water (Air Asam Sulfat)
Merupakan air yang terbentuk di daerah panasbumi vulkanik bila kondisi uap
yang mempunyai suhu dibawah 4000C terembunkan ke dalam air permukaan,
pada umumnya bersifat asam dengan konsentrasi Cl - dan HCO3- sangat rendah
bahkan kadang sama dengan nol. Kandungan sulfat-nya bisa lebih dari 1000
ppm. Air jenis ini bersifat asam dan memiliki pH : 2 3. Air asam sulfat
dibagi dalam dua yaitu :
a. Air asam sulfat uap panas

28

Terbentuk dimana uap terkondensasi ke permukaan. Sulfatnya berasal dari


oksidasi H2S pada zona vadose diatas water table, reaksinya H2S +
2 O2
H2SO4.
b. Air asam sulfat-klorida magmatis
Berasal dari air magmatik yang mudah menguap (H2, CO2, SO2, HCl) yang
mengkondensasi menjadi

fasa cair, biasanya terdapat dekat magma

(8000C), dan kedalaman 1 km (contoh Gg. White Island)


3) Acid Sulphat Cloride Water
Jenis air ini termasuk air panas dengan konsentrasi Cl- dan SO42- cukup tinggi
dan bersifat asam (pH = 2- 5). Air ini bisa terbentuk dari :
a) Campuran jenis air alkali klorida dengan air asam sulfat.
b) Ion sulfida (H2O) yang terdapat dalam alkali kolrida teroksidasi menjadi
SO42- karena kotak dengan lava yang telah teroksidasi. Pada mulanya pH
air netral, tetapi dengan naiknya air ke permukaan dan karena penurunan
temperatur, SO42- meningkat dan air menjadi bersifat asam.
c) Air alkali klorida melewati dan bereaksi dengan batuan yang mengandung
sulfur.
d) Kondensasi gas vulkanik (SO2) dan uap bertemperatur tinggi di dekat air
permukaan (di dekat gunung berapi dan lereng gunung) menyebabkan
konsentrasi Cl- dan SO42- dalam air tinggi.
4) Bicarbonat Water
Jenis air ini dapat pula dikatakan low chloride water yang mengandung HCO3
besar dan konsentrasi SO4 yang bervariasi. Uap yang mengandung CO 2 dan
H2S mengembun di dalam air permukaan. Ion sodium (Na+) merupakan kation
utama, sejak Ca(CO3)2 tidak larut pada suhu tinggi dan K dan Mg terikut kuat
dalam lempung. Pada suhu tinggi konsentrasi sulfat dibatasi oleh larutan
CaSO4. Konsntrasi Cl- pada air bikarbonat rendah dan mempunyai pH sekitar
5 6. Di lapangan, biasanya terdapat endapan tranvertine sinter di sekitar
mata air (manifestasi).
Air klorida merupakan target dari eksplorasi panasbumi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi komposisi air klorida adalah :
a. Asam air (tipe meteorik, dan jarang air laut)
b. Masuknya cairan magma yang mudah menguap (Cl, S, C) kedalam sistem
panasbumi.
c. Adanya mineral-mineral dalam fluida yang mudah menguap/larut.

29

d. Pemanasan
Untuk menentukan jenis air berdasarkan kandungannya digunakan segitiga
gigenbach. Secara skematis, struktur geokimia sistem panasbumi type silicic
seperti Taupo Volcanic Zone digambarkan pada Gambar2.6.

Gambar 2.6
Penampang Skematik Dasar Dan Struktur Geokimia dari Sistem Panasbumi
type silicic7)

Gambar 2.7
Segitiga Gigenbach7)

Gambar 2.8

30

Penampang Distribusi Berbagai Jenis Fluida dalam Gunung Api Strato


Andesitik sebagai Lingkungan Sistem Panasbumi (Giggenbach & Soto,
1992)7)
2.3.1.2 Uap
Menurut Ivanov (1958), uap panasbumi menurut asalnya digolongkan menjadi
dua golongan besar yaitu :
a. Fumarol Steam
Uap fumarol yaitu uap vulkanik bertemperatur tinggi yang muncul langsung
dari magma dan tidak melewati tubuh air panas. Uap ini mengandung gas-gas
seperti H2S dan SO2.
b. Solfataric Steam
Uap solfatara yaitu uap yang berasal dari fasa air panas yang mendidih di
bawah permukaan .
Kedua jenis uap ini dapat terkodensasi dalam air permukaan dan dapat
dibedakan dari konsentrasi konstituent-konstituent seperti Cl, F, B, SO 4 dan CO2.
Didalam uap, terkandung sejumlah gas yang jumlahnya bervariasi. Kandungan
gas dalam uap berkisar antara 0.01 %

sampai beberapa puluh persen. Gas

karbondioksida mendomonasi dalam uap hingga 80%, kemudian disusul oleh


hidrogen sulfida yang biasanya terdapat di daerah vulkanik. Pada daerah-daerah
batuan sedimen dan metemorf, yang mendomonasi setelah karbondioksida adalah
metana.
Tabel 2.2
Komposisi Dari Tipe-Tipe Air pada Sistem Panasbumi11)

2.3.1.3 Gas

Chloride

Acid Sulfate

Bicarbonate

PH 200C

8.0

1.8

7.0

Na

1070

398

102

6.2

31

Cl

1770

<2

30

SO4

26

1047

96

HCO3

76

8492

SiO3

338

151

190

31

Selain air dan uap yang dihasilkan oleh suatu sumur panasbumi, terdapat pula
adanya unsur-unsur penyerta (impuritis) di dalamnya. Unsur-unsur penyerta
tersebut pada umumnya berupa gas, baik yang condensable maupun noncondensable.
Gas-gas utama dalam sistem panasbumi adalah karbondioksida (CO2) dan
hidrogen sulfida (H2S) dengan sebagian kecil amonia (NH3), hidrogen (H2),
metana (CH4) dan nitrogen (N2). Ada juga unsur penjejak (tracer) seperti helium
(He), argon (Ar), dan oksigen (O2). Dalam beberapa kasus juga dijumpai neon,
xenon, krypton, dan raksa sebagai elemen-elemen uap pada kondisi temperatur
tinggi. Beberapa sistem temperatur tinggi mengandung boron dalam fasa uap.
Komposisi dari gas-gas tersebut diukur di permukaan berdasarkan analisa uap
yang berasal dari air formasi.
Proporsi dari berbagai gas yangada dalam fluida panasbumi mencerminkan
tipe-tipe batuan dan area. Gas-gas yang terkandung dalam fluida panasbumi dapat
berasal dari berbagai sumber, seperti :
a. CO2 diperoleh dari reaksi-reaksi batuan dan mineral karbonat, batuan sedimen
non karbonat, zat-zat organik dalam sedimen, dari zat terlarut dalam air
meteorik atau sebagian dari sumber magamatik.
b. Sulfur dalam kebanyakan sistem panasbumi sebagian besar berada dalam
bentuk sulfida, dan terlarut dalam fluida sebagai H2S. Kebanyakan H2S berasal
dari magma, tetapi pada beberapa sistem khususnya pada batuan sedimen,
sulfida terbentuk dari batuan.
c. Konsentrasi CH4 yang tinggi berasal dari batuan sedimen di permukaan yang
mengandung zat organik.
d. NH3 dihasilkan oleh reaksi kimia antara batuan dan air pada temperatur tinggi.
e. N2 berasal dari atmosfera yang terlarut dalam air meteorik (meteoric recharge
water), namunbisa juga berasal dari magma.
2.3.2 Sifat Fisik Fluida Reservoir
2.3.2.1 Densitas
Densitas fluida adalah berat per volume dari kondisi fisik fluida reservoir
panasbumi. Satuan parameter ini adalah kg/m3. Meskipun pada garis saturasi, uap
dan air hadir bersama tetapi rapat massanya berbeda. Hal ini dapat dilihat pada

32

gambar 2.9 rapat massa antara air dan uap akan sama pada saat terciptanya
tekanan dan temperatur kritis. Rapat massa / densitas antara air dan uap akan sama
pada saat tercapainya tekanan dan temperatur kritis. Densitas campuran air dan
uap dapat dihitung berdasarkan :
= v Sv + 1S1.......................................................................(2.18)
dimana = rapat massa campuran
Densitas air (l) dan uap (v) tergantung dari besarnya tekanan dan temperatur
dimana harganya ditentukan dari harga volume spesifik. Sebagai contoh pada
tabel dibawah ini diberikan harga densitas air dan uap pada beberapa tekanan dan
temperatur.
Tabel 2.3
Harga densitas pada beberapa harga tekanan dan temperatur12)
Tekanan (bar)
1.01325

Temperatur (0C)

l (kg/m3)

v (kg/m3)

100

957.9

0.05977

10

179.9

886.7

5.144

20

212.9

849.8

10.043

30

233.8

822.2

15.004

30

250

14.164*)

*)

superheated steam, temperatur titikdidih pada tekanan 30 bar adalah 233.80C

Hubungan densitas air dan tekanan pada temperatur dan tekanan saturasi adalah :

Gambar 2.9
Hubungan Densitas Air dan Uap Sebagai Fungsi Dari Tekanan Terhadap
Tekanan Pada Kurva Saturasi1)
2.3.2.2 Spesifik Volume

33

Volume spesifik suatu fasa fluida adalah perbandingan antara volume dengan
massa dari fasa fluida tersebut. Volume spesifik mempunyai dimensi satuan
m3/kg, dimana dimensi tersebut merupakan fungsi kebalikan dari densitas. Dari
volume spesifik dapat ditentukan besarnya ditentukan besarnya densitas pada
temperatur saturasi. Volume spesifik air (l) dan uap (v) tergantung dari besarnya
tekanan dan temperatur dimana harganya dapat dilihat pada tabel uap (steam
table).
Tabel 2.4
Harga Spesifik Volume pada Beberapa Harga Tekanan dan Temperatur8)
Tekanan (bar)
1.01325
10
20
30
30

Temperatur (0C)
100
179.9
212.9
233.8
250

l (kg/m3)
0.1044
0.11278
0.11768
0.12163
-

v (kg/m3)
1.673
0.1944
0.09957
0.0706
0.0706

*)

superheated steam, temperatur titikdidih pada tekanan 30 bar adalah 233.80C

2.3.2.3 Viskositas
Viskositas adalah ukuran keengganan suatu fluida untuk mengalir atau
merupakan parameter ukuran kekentalan suatu fluida (dalam hal ini air dan uap).
Secara umum viskositas dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, namun
temperatur akan lebih dominan pengaruhnya dari pada tekanan. Oleh karena itu
viskositas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Viskositas Dinamis
Viskositas dinamis uap (s), dan air (w), pada umumnya tergantung pada
temperatur dan hanya sedikit bervariasi terhadap tekanan. Satuan viskositas
yang umum adalah Pascal second (Pa.s), Kg/m.s, dan N.s/m 2. Tabel 2.5.
menunjukkan contoh harga viskositas dinamis pada temperatur saturasi,
sedangkan Gambar 2.10. memperlihatkan grafik viskositas uap dan air
terhadap temperatur.
Tabel 2.5.
Harga Viskositas Dinamis Pada Temperatur Saturasi 1)
T oC

w.106 (Pa.s)

s.106 (Pa.s)

w, m2/s

s, m2/s

34

100
150
200
300

283
180
134
90

12.0
13.9
15.7
19.8

0.295
0.196
0.155
0.127

20.2
5.47
2.00
0.427

2. Viskositas Kinematis
Viskositas kinematis uap (s), dan viskositas kinematis air (w) adalah
viskositas dinamis masing-masing fasa dibagi densitasnya. Secara empiris
dinyatakan sebagai:
= /

......................................................................................

(2.22)

(Satuan viskositas kinematis adalah m2/detik)

Gambar 2.10
Viskositas Air dan Uap vs Temperatur1)
Berdasarkan fasanya, viskositas fluida panasbumi dapat dibedakan menjadi
dua yaitu :
1) Viskositas Fasa Cair
Viskositas cair dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, juga dipengaruhi
oleh unsur-unsur kimia terlarut, seperti NaCl, KCl, dan CaCl 2. Viskositas air

35

akan berubah sejalan dengan berubahnya temperatur. Sesuai dengan


persamaan :
logw = -2.03 + 560/T .............................................................(2.20)
2) Viskositas Fasa Uap
Seperti halnya densitas, viskositas fasa uap ada dua jenis, yaitu :
a. Viskositas Saturated
Viskositas saturated dihitung dengan persamaan new set, untuk selang
tekanan 500 sampai 2500 psia, yaitu :
..(2.21)

Keterangan :
s = viskositas saturasi uap, lb/ft s.
P = tekanan, psia
T = temperatur, 0F
Dalam satuan internasional, persamaan di atas dapat dituliskan sebagai
berikut (pada tekanan 3.4 sampai 17.2 MPa) :
..(2.22)
Pada persamaan tersebut, s dapat dinyatakan dalam satuan cp, P dalam
satuan 1000 Pa, dan T dalam 0C.
b. Viskositas Superheated
Viskositas superheated terjadi apabila temperatue data pengukuran lebih
besar dari temperatur aslinya. Besarnya harga viskositas superheated dapat
dihitung menggunakan persamaan :
. .(2.23)

........................................................(2.24)
Keterangan :
s = viskositas uap kering, poise
t

= T-1 , 0K-1

P = tekanan, kg/cm2
a

= 6.36

= 2.31 x 10-3

= 3.89 x 10-2

m = 1340

36

= 5.476 x 10-3

2.3.2.4 Tegangan Permukaan


Tegangan permukaan () air formasi panasbumi sangat dipengaruhi oleh
keadaan reservoir seperti tekanan dan temperatur, dimana pengaruh dari tekanan
sangatlah kecil.
Tegangan permukaan pada berbagai larutan akan mendekati nilai nol pada
temperatur kritisnya karena tegangan permukaan gas juga bernilai nol. Persamaan
tegangan permukaan pada garis lurus adalah sebagai berikut :
w 0,0757 Tc T

0,776

................................................. (2.25)

Tabel 2.6
Densitas Air dan Uap pada Tekanan dan Temperatur Saturasi 1)

Pengaruh unsur-unsur terlarut dalam air formasi panasbumi akan mempengaruhi


tegangan permukaan. Semakin besar konsentrasi unsur-unsur terlarut maka
semakin besar tegangan permukaan larutan encer pada temperatur 30oC.
Pertambahan tegangan permukaan pada temperatur 30oC dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan :
2

w 0,27w t 0,0031w t ............................... (2.26)


Pertambahan tegangan permukaan larutan garam pada temperatur tinggi
(diatas 30oC) dapat ditentukan berdasarkan penjumlahan tegangan permukaan air
murni dengan perbandingan antara pertambahan tegangan permukaan pada

37

temperatur 30oC dengan tegangan permukaan air pada temperatur 30oC, yang
secara matematis dapat dituliskan dalam persamaan :

30
w 1
w30

............................................................ (2.27)

Dari Persamaan 2.25 dan Persamaan 2.26. yang kemudian disubtitusikan


kedalam Persamaan 2.27 maka diperoleh :

0,00757 (Tc T) 0,776 (1 0,0039 w t 4,35 x 10 5 w t ) ..............(2.28)


2

dimana dalam satuan dyne/cm.


2.3.2.5 Variasi Temperatur Didih Terhadap Tekanan
Dengan bertambahnya tekanan, temperatur didih air pun akan bertambah
tinggi. Temperatur ini dikenal sebagai temperatur saturasi. Gambar 2.11.
memperlihatkan hal tersebut di atas. Pada temperatur saturasi ini, kedua fasa (air
dan uap air) dapat berada bersama-sama. Banyaknya masing-masing fasa didalam
temperatur tersebut ditentukan oleh masing-masing fasa didalam temperatur
tersebut ditentukan oleh masing-masing saturasi, yaitu saturasi liguid (S ) dan
saturasi uap atau gas (Sv). Saturasi ini didefinisikan sebagai fraksi (terhadap
volume) dari masing-masing fasa yang ada. Hubungan antara S dan Sv adalah
sebagai berikut:
S + Sv = 1............................................................................... (2.29)
Keterangan :
Sl

= saturasi liquid

Sv

= saturasi uap
Tabel 2.7
Distribusi Tekanan dan Temperatur Saturasi1)
Tekanan (bar)
1,0
1,01325
20,0
100,0
200,0
221,2

Temperatur (oC)
99,6
100,0
212,4
311,0
365,7
374,15

38

Gambar 2.11.
Hubungan Temperatur Saturasi Terhadap Tekanan 1)
2.3.3

Sifat Thermodinamika Fluida Reservoir

2.3.3.1 Kapasitas Panas Fluida


Kapasitas panas didefinisikan sebagai panas yang terkandung dalam suatu
material atau dapat dikatakan sebagai sejumlah panas yang dibutuhkan untuk
menambah temperature material 1 oC. Hal ini dinyatakan sebagai berikut:
C = dQ/dT .............................................................................(2.30)
keterangan :
C

= kapasitas panas, kJ/kg.0C.

dQ

= perubahan panas, kJ/kg.

dT

= perubahan temperature, 0C.

Jika kapasitas panas ini dibagi dengan satuan massa maka diperoleh spesific heat.
Kapasitas panas garam-garam padat seperti sodium chloride adalah 0,2
kJ/kg.0C dibandingkan terhadap air yang mempunyai kapasitas panas 1,0 kJ/kg. 0C
dalam larutan encer, atom-atom garam terionisasi tersebar dan tiap-tiap ion
dikelilingi oleh molekul air. Kapasitas panas larutan encer diperkirakan dengan
mengasumsikan bahwa kapasitas panas larutan garam diabaikan. Jadi brine yang
mengandung 10 % berat garam akan mempunyai kapasitas panas 0,0 kJ/kg. 0C

39

sedangkan 20 % berat larutan akan mempunyai kapasitas panas 0,8 kJ/kg.0C yang
menurut persamaan :
Cb = Cw (1 Wt/100).............................................................(2.31)
keterangan :
Cb

= kapasitas panas air formasi, kJ/kg.0C.

Cw

= kapasitas panas air murni, kJ/kg.0C.

Wt

= prosen berat garam

Jika tidak ada pengaruh panas pada garam terlarut dalam air maka
kapasitas panas akan diperoleh dengan menambahkan jumlah perkalian berat
dengan kapasitas panas tiap komponen, sehingga persamaan menjadi :
Cb = Cw (1 Wt/100) + (CiWi/100) ..................................(2.32)
keterangan :
Ci

= kapasitas panas komponen utama, kJ/kg.0C.

Wi

= berat komponen utama, kg.

Heat Capacity dari masing-masing unsur adalah :


NaCl : C1

= 0,186 + 7,24 x10-5 T

KCl

: C2

= 0,146 + 5,08 x 10-5 T

CaCl : C3

= 0,152 + 3,48 x 10-5 T

Karena heat capacity dari garam padat mendekati harga 0,2 terutama untuk
perbandingan Na/K 10 : 1 maka heat capacity untuk brine didapatkan dari total
padatan terlarut, yaitu :
Cb = (1 Wt/100) + 0,002 Wt ...............................................(2.33)
2.3.3.2 Energi Dalam dan Enthalpi
Intenal energy atau energi dalam (U) adalah ukuran jumlah total panas yang
disimpan dalam material per unit massa (Uv, Ul). Sedangkan enthalpi adalah
penjumlahan dari internal energi dengan kerja yang tersimpan dalam material
akibat adanya tekanan (hv, hl).
hv = Uv + (P/v) ...................................................................... (2.34)
hl = Ul + (P/l) ....................................................................... (2.35)

40

Keduanya mempunyai satuan yang sama, yaitu energi per massa (J/kg, kJ/kg).
Harga enthalpi untuk uap adalah enthalpi air dijumlahkan dengan panas latent
penguapan (hlv). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.8, yaitu harga enthalpi air dan
uap pada tekanan saturasi. Dalam bentuk diagram fasa terlihat pada Gambar
2.12.
2.3.3.3 Entropi
Entropi adalah perbandingan panas yang ditransfer selama proses reversible
dengan temperature absolute. Sedangkan secara matematis entropi didefinisikan
sebagai :
dQ
rev .......................................................................(2.36)
T

dS

Untuk proses adiabatic reversible Q = (0,m)


dQ
rev 0
T

dS

...............................................................(2.37)

Tabel 2.8
Harga Enthalpi pada Tekanan Saturasi 1)

41

Gambar 2.12
Tekanan vs Enthalpi dari air 5)
Entropi dapat dihubungkan dengan hukum kedua thermodinamika yaitu:
1. Tidak ada satupun alat yang dapat dioperasikan untuk mengubah panas yang
diserap oleh suatu sistem menjadi kerja seluruhnya.
2. Tidak mungkin ada sembarang proses yang dapat memindahkan panas dari
suatu temperature ke temperatur lain yang lebih tinggi.
Maka dapat dikatakan bahwa setiap proses pada suatu sistem yang terisolir
(kontrol volume) entropinya akan selalu bertambah atau tetap. Dari kenyataan
bahwa panas yang diserap oleh suatu sistem tidak dapat dirubah seluruhnya

42

menjadi kerja mekanik pada suatu proses melingkar. Dan ini berarti ada panas
yang terbuang ke selilingnya secara percuma.
2.3.3.4

Flowing Enthalpy

Enthalpi aliran (flowing enthalpy) adalah harga rata-rata untuk campuran


enthalpi rata-rata (uap dan air). Hubungan antara flowing enthalpi dengan saturasi
uap dan saturasi seperti pada Gambar 2.13.
hf

l .hl .vl v .hv .v v


......................................................... (2.38)
l .vl l .vv

hf

hl .Qml hv .Qmv
.............................................................. (2.39)
Qml Qmv

keterangan :
vl,vv = kecepatan darcy (untuk air dan uap), m/kg
Qm

= laju aliran massa fluida, kg/m2.s

2.3.3.5 Konduktifitas Panas Fluida


Konduktivitas panas adalah kemampuan suatu material untuk memindahkan
energi panas secara konduktif yang dipengaruhi oleh gradient thermal-nya.
Satuannya adalah (energi/time/area)(temp/jarak) dan dapat diubah menjadi
W/m.0K. Harga konduktivitas panas air lebih rendah dari batuan.
Selain perpindahan panas secara konduksi masih ada perpindahan panas
secara radiasi dan secara konveksi. Pada sistem reservoir panasbumi hanya terjadi
perpindahan panas secara konduksi dan konveksi. Perpindahan panas secara
konduksi adalah perpindahan energi panas sebagai panas melalui medium
stasioner (misalnya melalui batuan) sedangkan perpindahan panas secara konveksi
adalah perpindahan energi panas sebagai aliran panas di antara benda-benda padat
dengan fluida yang bergerak (misalnya panas secara konveksi yang terjadi karena
adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas).

2.4 Kondisi Reservoir Panasbumi

43

Kondisi reservoir panasbumi adalah meliputi tekanan dan temperatur.


Parameter-parameter ini menciptakan suatu kondisi fluida di dalam reservoir yang
akan menentukan apakah fasa fluida reservoir tersebut liquid (cair), uap (steam)
atau mungkin dalam kondisi saturasi yaitu dua fasa (uap dan air) seperti terlihat
pada Gambar 2.14 Kedua parameter tersebut juga mempengaruhi semua kegiatan
eksploitasi, seperti teknik pemboran dan teknik produksi.

Gambar 2.13
Flowing Enthalpi vs Saturasi Uap 1)
2.4.1 Tekanan Reservoir
Tekanan reservoir adalah tekanan yang diberikan oleh fluida yang mengisi
rongga reservoir, baik uap, air ataupun gas. Tekanan ini juga sering disebut
tekanan formasi. Tekanan reservoir ini disebabkan oleh tekanan overburden dan
tekanan hidrostatik.

44

Tekanan overburden merupakan berat dari berbagai jenis batuan dan fluida
yang berada di dalam pori. Beban tersebut mengakibatkan tekanan pada batuan
yang ada di bawahnya. Secara umum tekanan overburden meningkat sebanding
dengan kedalaman. Tekanan hidrostatik disebabkan oleh kolom fluida yang ada
dalam formasi. Tekanan ini dapat dihitung dengan rumus :
Ph = 0,0052 h ......................................................................(2.40)
keterangan :
Ph

: tekanan hidrostatik,psi

: densitas fluida yang mengisi pori, ppg

: tinggi kolom fluida,ft

Gambar 2.14
Kondisi Air pada Tekanan dan Temperatur Reservoir 5)
Gradien tekanan hidrostatik ini dipengaruhi oleh padatan-padatan terlarut
(misal garam) dan gas yang ada dalam kolom fluida serta oleh gradien temperatur.

45

Peningkatan padatan terlarut cenderung menaikkan gradien tekanan, sementara


kenaikan jumlah gas larutan dan kenaikan temperatur akan menurunkan gradien
tekanan hidrostatik.
Yang dimaksud dengan tekanan formasi yang abnormal adalah tekanan
formasi yang lebih tinggi dari yang diperhitungkan dari gradien tekanan
hidrostatik. Selain tekanan tinggi, seringkali ditemukan pula tekanan formasi yang
sangat rendah di bawah tekanan hidrostatik. Tekanan ini disebut sebagai tekanan
sub-normal. Pada lapangan panasbumi, fenomena ini terjadi pada daerah yang
mengalami subsidence, dimana jumlah air isian (recharge) yang masuk lebih kecil
dibanding fluida yang terproduksi di sumur-sumur produksi lainnya.
Tekanan reservoir pada lapangan panasbumi pada umumnya adalah tekanan
normal sampai sub-normal, nilainya berkisar 0,433 psi/ft atau mengikuti gradien
kolom air.
Menurut Dench (1980), tekanan reservoir harus diukur pada kedalaman yang
mempunyai permeabilitas tinggi. Dengan pengukuran tekanan setelah pemboran
eksplorasi, akan didapatkan data yang sangat akurat. Alat yang digunakan untuk
mengukur tekanan di reservoir panasbumi adalah KPG (Kuster Pressure Gaue),
yang dimasukkan ke dalam lubang bor setelah pemboran selesai. Alat ini dapat
juga mengukur tekanan pada tiap interval kedalaman.
2.4.2 Temperatur Reservoir
Temperatur reservoir akan naik dengan bertambahnya kedalaman, hal ini
dikenal sebagai fenomena gradien geothermal. Besar gradien geothermal ini
bervariasi antara satu tempat dengan tempat yang lain, tergantung pada keadaan
topografi daerah dan didukung pula oleh konduktivitas panas batuan yang ada.
Gradien geothermal yang normal biasanya adalah 3 C/100 meter kedalaman.
Lapangan panasbumi memiliki gradien geothermal yang abnormal yang
disebabkan oleh peristiwa-peristiwa geologi yang mendangkalkan daerah tersebut,
misalnya aktivitas tektonik.
Hubungan temperatur terhadap kedalaman dapat dinyatakan sebagai berikut :
Td = Ta + Gtf * D

...............................................................(2.41)

46

keterangan :
Td

: temperatur reservoir pada kedalaman d ft, F

Ta

: temperatur permukaan, F

Gtf

: gradient temperatur, F/100 ft

: kedalaman, ft.

Pengukuran temperatur reservoir dilakukan setelah komplesi dan temperatur


formasi ini dapat dianggap konstan selama diproduksikannya reservoir, kecuali
bila dilakukan proses injeksi.
Pada lapangan panasbumi, temperatur bawah permukaan didapat dari open
hole well log, namun hasil yang diperoleh lebih kecil dari temperatur yang
sebenarnya karena pada saat itu temperatur lubang bor turun akibat fluida
pemboran. Rekaman Bottom Hole Temperatur (BHT) dapat lebih kecil dari
temperatur sebanarnya berkisar 20 F sampai 80 F.
Karena temperatur statik formasi merupakan parameter yang penting bagi
eksplorasi, pemboran, logging , well completion dan teknik reservoir maka dicari
sebuah metoda yang memungkinkan penentuan temperatur statik formasi dari data
rekaman thermometer maksimum (BHT) yang diperoleh selama operasi logging.
Konsep dasar yang digunakan adalah hubungan garis lurus pada kertas semi
log, BHT dalam F versus (T/(T+T)), dimana T adalah waktu yang dibutuhkan
untuk sirkulasi dalam sumur. T adalah waktu dalam jam setelah sirkulasi
berhenti. Kemudian hasil ekstrapolasi dari garis lurus pada saat harga (T/
(T+T)) sama dengan 1 (satu) menunjukkan True Formation Temperature.
Temperatur sebagai salah satu parameter kunci pada sumur panasbumi :
1. Mencerminkan variasi lithologi, overpressure, kualitas uap dan air
2. Mendefinisikan zone-zone produktif
3. Mendefinisikan batasan-batasan bagi peralatan logging.
2.5 Klasifikasi Reservoir Panasbumi
Klasifikasi reservoir panasbumi dapat dibagi menjadi lima, yaitu :
1. Berdasarkan sumber panas.
2. Berdasarkan fasa fluida.

47

3. Berdasarkan enthalpi
4. Berdasarkan temperatur.
5. Berdasarkan fluida
2.5.1 Berdasarkan Sumber Panas
Berdasarkan sumber panasnya, reservoir panasbumi dibagi menjadi :
geopressured system, hydrothermal system, magmatic system dan hot dry rock
system.
2.5.1.1 Sistem Hidrothermal
Sistem ini terdiri dari air dan atau uap bertemperatur tinggi yang tersimpan
dalam batuan permeabel dan porous. Akibat sirkulasi secara konveksi, air dan atau
uap akan mengalir melalui patahan-patahan atau rekahan dan tertrans-portasikan
ke dekat permukaan, dimana gaya yang menyebabkan aliran ini adalah gaya
apungan (buoyancy) gravitasi karena perbedaan densitas.
Hot water system biasanya ditemukan pada daerah-daerah yang berbatuan
sedimen permeabel dan batuan vulkanik, dan umumnya batuannya adalah granit.
Indikasi sistim ini diketahui dengan melihat aktivitas vulkanik yang masih muda,
kemudian aliran panas secara konduksi.
A.J. Ellis dan W.A.J. Mahon (1977) mengklasifikasikan hydrothermal
system menjadi :
1. Cyclic system
2. Geopressure system
2.5.1.1.1 Cyclic system
Aquifer ini berasal dari air meteorik selama periode yang panjang pada
kedalaman formasi mengalami pemanasan dan keluar kepermukaan. Cyclic
system harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Adanya formasi batuan yang menjamin sirkulasi air pada kedalaman
tertentu.
b. Adanya sumber panas.

48

c. Tersedianya air dalam jumlah yang cukup


d. Waktu yang cukup serta adanya daerah sirkulasi panas yang memungkinkan
air terpanasi.
e. Adanya struktur rekahan pada batuan sampai permukaan
2.5.1.1.2 Geopressure/ Storage
Mempunyai

ciri khas tersendiri

dan dapat diperkirakan

mendekati

Geopressure system / Storage. Sistem ini dibagi menjadi dua yaitu :


a.Sistem cekungan sedimen.
Ciri khasnya adalah komposisi air formasinya sangat komplek karena
adanya reaksi antar lapisan. Reservoir ini umumnya sangat dalam.
b. Sistem metamorfik pada proses metamorfosa
Diperkirakan ditemukan di beberapa lokasi seperti California yang
ditemukan endapan air raksa sebagai petunjuk adanya daerah metamorfosa.
2.5.1.2 Sistem Geopressured
Geopressure reservoir biasanya ditemukan pada sedimentary basin yang
cukup dalam, dimana sedimennya sangat kompak terjadi dalam waktu geologi
yang panjang dan terdapat cap rock yang efektif seperti shale. Kompaksi yang
melebihi keadaan normal akan menyebabkan keluarnya air dari pori-pori
lempung.
Pada beberapa sistem geopressured, tekanan fluida mendekati berat
keseluruhan batuan penutup (lithostatic pressured). Sistem air dengan tekanan
tinggi dapat disetarakan dengan gradien temperatur di atas batas normal karena
bertambahnya kapasitas panas jenis batuan yang menekan air. Fluida geopressure
biasanya mempunyai konsentrasi gas terlarut yang tinggi. Hampir seluruh
sinclinal basin yang besar di dunia merupakan zona geopressure.
2.5.1.3 Sistem Magmatik
Sistem ini didapatkan pada kedalaman minimal 3 kilometer di daerah
vulkanik. Jika pemboran di daerah vulkanik dengan kedalaman 3 - 6 kilometer,

49

akan diperoleh sumber panas dengan temperatur antara 650 - 1200 oC. Teknologi
untuk menentukan lokasi, pengeboran dan memproduksikan cadangan belum
dikembangkan.
2.5.1.4 Sistem Hot Dry Rock
Sistem ini tidak mengandung air namun dapat diusahakan untuk produksi
dengan kualitas yang baik. Pada sistem ini panas diambil dari batuan kristalin
yang permeabilitasnya rendah yang disebut dengan hot dry rock Gambar 2.15
menerangkan skema dari sistem Hot Dry Rock. Panas ini menyebabkan terjadinya
gradien geothermal sebesar 2 oC/100 m. Temperatur bumi atau gradien
geothermal ini akan naik terhadap kedalaman. Namun teknologi yang ada
sekarang belum mampu untuk mengeksploitasi sistem ini.

Gambar 2.15
Skema Sistem Hot Dry Rock 5)
2.5.2 Berdasarkan Fasa Fluida
Berdasarkan jumlah fasanya, reservoir panasbumi dapat dikelompokkan
menjadi reservoir satu fasa dan dua fasa. Klasifikasi reservoir panasbumi

50

berdasarkan fasa fluida yang dihasilkan dapat dibagi menjadi : liquid dominated
system, vapor dominated system dan superheated system.
2.5.2.1 Reservoir Satu Fasa
Reservoir ini mempunyai temperatur di bawah 250 oC dengan tekanan tidak
terlalu tinggi karena reservoir ini sebagian tidak mempunyai cap rock yang dapat
menahan temperatur dan tekanan serta air dari luar, sebagian lagi mempunyai cap
rock namun air panas menjadi turun temperaturnya. Sehingga reservoir satu fasa
(liquid system) dapat dibagi menjadi dua yaitu : sistem air hangat (warm water
system) dan sistem air panas (hot water system).
2.5.2.1.1 Sistem Air Hangat (warm water system)
Temperatur berkisar antara 90 - 180 oC, pendidihan tidak akan terjadi sampai
dieksploitasi. Penggunaannya untuk keperluan non-elektrik. Contoh sistem ini
adalah di Tianjin (RRC) dan Waiwera (Selandia Baru).
2.5.2.1.2 Sistem Air Panas (hot water system)
Fluida reservoir ini berupa air panas secara keseluruhan akan tetapi
pendidihan terjadi setelah eksploitasi secara ekstensif. Temperaturnya berkisar
antara 200 - 250 oC. Temperatur tersebut kadang-kadang terjadi pendidihan yang
disebabkan kandungan gas di reservoir yang bersangkutan. Contoh sistem ini
adalah di Achuachapan, Salton Sea dan Krafla.
2.5.2.1.3 Superheated Steam
Fasa sistem ini dalam reservoir uapnya berupa uap panas lanjut dan didalam
diagram fasa sistem ini berada pada titik D dan E (Gambar 2.16.)
Pada titik D uap telah melampaui titik kritis baik tekanan maupun
temperaturnya dan jika diproduksikan maka takanannya akan turun dan uap akan
menjadi uap kering jenuh yang bercampur dengan uap superheated.

51

Pada titik E temperaturnya tidak setinggi pada titik D namun hanya


tekanannya saja yang tinggi dan kemungkinan dalam reservoir hanyalah dalam
bentuk air dan jika terjadi hubungan dengan permukaan maka tekanan akan turun
sehingga seluruhnya akan menjadi uap namun dalam bentuk uap basah.

Gambar 2.16.
Diagram Tekanan dan Temperatur Untuk Air Murni 7)
2.5.2.2 Reservoir Dua Fasa
Reservoir sistem dua fasa berisi campuran air dan uap. Apabila produksi air
lebih banyak daripada uap disebut liquid dominated system, apabila sebaliknya
disebut vapour dominated system.
2.5.2.2.1 Liquid Dominated System
Pada sistem ini uap yang keluar adalah uap basah. Uap ini dihasilkan oleh
proses flashing pada saat tekanan turun dalam sumur ataupun dalam reservoir.
Dalam reservoir dua fasa bagian terdalam terdapat lapisan cairan panas pada
keadaan netral. Temperatur bervariasi antara 220 300 oC. Oleh karena itu untuk
sistem ini fluida reservoir masih berwujud air panas, seperti pada Gambar 2.16.

52

2.5.2.2.2 Vapour Dominated System


Pada sistem ini tekanan tidak terlalu tinggi namun masih di atas tekanan
atmosfer jadi memungkinkan fluida ini seluruhnya menjadi uap. Terdapat pada
bagian atas lapisan dua fasa.ada bagian ini fasa cair sangat jarang, menyebar luas
dan immobile (Gambar 2.17). Contoh sistem ini adalah Larderello dan Amiata
(Italia), Kamojang. Temperatur fluida berkisar antara 250-320 oC. Pada kondisi
ini gradien temperatur akan relatif tetap setelah mencapai titik didihnya, sehingga
fluida yang terdapat pada reservoir sudah berwujud uap seperti pada Gambar
2.18.

Gambar 2.17
Kondisi Tekanan dan Temperatur Reservoir Liquid Dominated 12)
2.5.3 Berdasarkan Enthalpi
Pengelompokkan jenis reservoir geothermal berdasarkan enthalpi sesuai
dengan temperatur fluida produksi dan fasa fluidanya, pengelompokka ini terdiri
dari enthalpi rendah, enthalpi menengah, dan enthalpi tinggi.

53

Gambar 2.18
Skema Sistem Reservoir Vapour Dominated 9)

Gambar 2.19
Kondisi Tekanan dan Temperatur Reservoir Vapour Dominated 12)
2.5.3.1 Enthalpi Rendah
Sumur-sumur reservoir panasbumi adakalanya memproduksi fluida hanya satu
fasa saja, yaitu air panas. Ini dikarenakan suhu reservoir tidak mencapai titik didih
fluida pada tekanan tertentu. Biasanya sumur jenis ini tidak dimanfaatkan sebagai
pembangkit

karena

hanya

menghasilkan

air

panas,

sedangkan

untuk

menggerakkan turbin membutuhkan fluida satu fasa yaitu uap (steam), jadi
biasanya dimanfaatkan sebagai sarana pengeringan hasil pertanian, kolam mandi
air panas, pemanas ruangan, dan lain sebagainya.

54

2.5.3.2 Enthalpi Menengah


Reservoir jenis ini memiliki suhu melebihi titik didih fluida pada kondisi
reservoir, tetapi dalam perjalanannya ke permukaan mengalami penurunan
tekanan dan temperatur, oleh karena itu setelah keluar dari sumur produksi
menghasilkan fluida dua fasa (uap dan air) namun fasa cairnya lebih besar
prosentasenya dibanding dengan fasa uapnya, atau disebut juga sebagai liquid
dominated. Contoh dari lapangan panasbumi enthalpi menengah seperti Dieng
(Liquid Diminated System).
2.5.3.3 Enthalpi Tinggi
Lapangan panasbumi yang menghasilkan uap panas kering (superheated
steam) dan reservoir sistem vapour dominated disebut sebagai lapangan yang
menghasilkan fluida dengan enthalpi tinggi. Suhu reservoir yang melebihi titik
didih dari air pada tekanan tertentu sehingga air yang ada di reservoir berubah fasa
menjadi uap. Fluida tersebut diproduksikan lewat sumur produksi dalam kondisi
satu fasa uap, namun apabila mengalami penurunan tekanan yang cukup berarti
maka fluida dapat berubah menjadi dua fasa dengan prosentase uap yang lebih
besar dari fasa cairnya.
2.5.4 Berdasarkan Temperatur
2.5.4.1 Semi Thermal Field
Reservoir semi thermal mempunyai temperatur sampai 100 oC dengan
kedalaman antara 1 - 2 km. Panas reservoir ini tidak cukup tinggi karena sebagian
besar tidak mempunyai cap rock sehingga fluida mudah menerobos ke
permukaan.
Thermal gradient dan kedalaman aquifer yang permeabel pada semithermal
field seharusnya cukup untuk menimbulkan arus sirkulasi konvektif, tetapi suhu
bagian atas reservoir tidak mungkin lebih dari 100 oC karena tidak adanya cap
rock untuk menekan hingga terjadi pressure build-up di atas tekanan atmosfer dan

55

mungkin karena tercampur dengan air tanah yang dingin dari aquifer yang
dangkal.
2.5.4.2 Hyper Thermal Field
Hyperthermal field membutuhkan lima unsur dasar yaitu : sumber panas, bed
rock, aquifer atau zona permeabel, sumber air dan cap rock. Hyper thermal
reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu : Dry Hyperthermal dan
Wet Hyperthermal Field berdasarkan fasa fluidanya.
2.5.4.2.1 Wet Hyper Thermal Field
Wet hyperthermal field menghasilkan campuran air panas dan uap, maka
variabel tekanan kepala sumur (WHP) dan temperatur kepala sumur (WHT) serta
enthalpi dan kwalitas fluida saling bergantung. Fluida yang terproduksi (uap dan
air) pada suatu sumur dipengaruhi oleh tekanan kepala sumurnya dan juga
tergantung pada suhu dan tekanan reservoir serta permeabilitasnya, maka setiap
sumur memiliki suatu sifat aliran tersendiri. Kharakteristik dari setiap sumur tidak
tetap dan produksinya selalu cenderung menurun sebagai fungsi dari waktu.
2.5.4.2.2 Dry Hyper Thermal Field
Reservoir ini mempunyai temperatur sangat tinggi, namun tekanannya tidak
setinggi tekanan pada wet hyperthermal yang memungkinkan air dalam reservoir
jenis ini berubah menjadi uap seluruhnya. Jika terjadi hubungan antara permukaan
dengan reservoir melalui lubang bor, maka sebagian uap jenuh akan berubah
menjadi uap superheated. Uap dari lapangan ini agak superheated maka tidak ada
hubungan antara WHP dan WHT, serta enthalpi merupakan fungsi dari WHP dan
WHT ini
2.5.5

Berdasarkan Fluida

Berdasarkan jenis fluidanya, reservoir panasbumi terdiri dari Chloride water,


Carbonate Water, Sulphate Water. Giggenbach (1991) mengilustrasikan

jenis

fluida panasbumi dalam bentuk segitiga yang dikenal dengan segitiga

56

Giggenbach. Penentuan jenis fluida dengan menggunakan segitiga Giggenbach


(Gambar 2.20) yaitu dengan mengeplot besarnya prosentase kandungan Cl, SO 4,
dan HCO3 sehingga didapatkan satu titik. Titik tersebut adalah titik dmana jenis
fluida termasuk.

Gambar 2.20
Segitiga Giggenbach7)
2.5.5.1 Chloride Water
Garam terlarut dalam air ini umumnya berupa sodium dan potassium chloride
walaupun kadang-kadang ditemukan calcium dalam konsentrasi yang kecil. Air
ini juga mengandung silika dalam konsentrasi yang tinggi, dan terdapat pula
dalam konsentrasi yang cukup berarti seperti sulfat, bicarbonate, fluoride,
ammonia, arsenic, lithium, rubidium, calcium dan asam borate.
Perbandingan chloride dan sulfat biasanya cukup tinggi dan pH berkisar dari
daerah yang asam sampai ke daerah yang cukup basa (pH 5 9 ). Gas yang
terlarut dalam air ini terutama karbondioksida dan hydrogen sulfide. Air ini
seringkali didapatkan di daerah-daerah yang terdapat spring (mata air) atau daerah

57

yang ada aktivitas geyser dan daerah yang banyak terdiri dari batuan volkanik dan
sedimen.
2.5.5.2 Carbonate Water
Air panas yang mengandung chloride dengan kadar yang rendah dapat terjadi
dekat

permukaan

di

daerah vulkanik

dimana

uap

yang

mengandung

karbondioksida dan hydrogen sulfide mengembun ke dalam aquifer. Pada kondisi


yang diam air bereaksi dengan batuan mengahasilkan larutan bicarbonate atau
bicarbonate sulphate dengan pH netral.
2.5.5.3 Sulphate Water
Acid sulphate water mengandung chloride dengan kadar yang rendah dan
dapat terbentuk pada daerah vulkanik, dimana uap dibawah 400oC mengembun ke
permukaan air. Hidrogen sulfide dari uap kemudian teroksidasi menjadi sulphate.
Acid sulphate water didapat di daerah-daerah dimana uap akan naik dari air
bawah tanah dengan temperature tinggi dan di daerah vulkanik, pada fasa
pendinginan hanya karbondioksida dan gas sulfur tetap akan naik bersama uap
melalui batuan. Unsur-unsur yang terdapat dalam air ini biasanya lepas dari
dinding-dinding batuan disekelilingnya.
2.6 Potensi Reservoir
Potensi reservoir ada dua macam yaitu potensi statik dimana reservoir dalam
keadaan alami tanpa adanya produksi dari sumur dan potensi dinamik yang
merupakan potensi reservoir seiring berjalannya produksi fluida reservoir melalui
sumur-sumur produksi.

2.6.1 Potensi Statik


Potensi statik reservoir panasbumi merupakan potensi reservoir dalam
keadaan alami tanpa adanya aliran produksi fluida dari reservoir ke permukaan
kecuali melewati celah alami yang memungkinkan fluida keluar ke permukaan

58

sebagai bentuk gejala panasbumi, seperti geyser, mata air panas, solfatar, fumarol
dan lain sebagainya. Kandungan panas dan fluida reservoir panasbumi sebagai
acuan perhitungan potensi. Hanya saja, tanpa adanya survey yang melibatkan
pemboran dangkal dan survey yang lain seperti survey geologi, geofisika, dan
geokimia, potensi tersebut sulit untuk di perhitungkan. Dari survey yang
dilakukan, didapatkan data yang dibutuhkan untuk memperkirakan potensi dari
reservoir. Oleh karena itu potensi statik hanya merupakan perkiraan cadangan
sumberdaya panasbumi yang selanjutnya dibuktikan dengan pemboran dan
produksi fluida reservoir melewati sumur-sumur produksi. Sehingga potensi static
reservoir panasbumi hanya merupakan potensi kandungan panas dari batuan dan
fluida dan dapat diperhitungkan dengan menggunakan Persamaan :
Q ( . w .C w (1 ). r .C r ).V .T ...............................(2.42)

keterangan :

= porositas, fraksi

= berat jenis fluida, gr/cm3 atau lb/ft3

= berat jenis batuan , gr/cm3 atau lb/ft3

Cw

= kapasitas panas air, cal/gr0C atau Btu/lb0F

Cr

= kapasitas panas batuan, cal/gr0C atau Btu/lb0F.

2.6.2 Potensi Dinamik


Pembuktian adanya sumber panasbumi yang diindikasikan oleh adanya gejala
penampakan panasbumi, yaitu dengan melakukan pemboran dan produksi. Setelah
semua data yang memuat segala tentang reservoir, baik data batuan, fluida,
geometri reservoir dan data produksi, selanjutnya dapat diperkirakan umur
potensial dari reservoir. Potensi dinamis adalah potensi reservoir seiring
berjalannya produksi yang mana fluida diproduksikan melewati sumur-sumur
produksi. Data yang paling penting dalam perhitungan potensi dinamik yaitu
temperature, tekanan, kwalitas fluida produksi. Sehingga potensi dinamis
merupakan heat flow yang keluar dari sumur, dapat diperhitungkan dengan
Persamaan :
Q m * h .................................................................................(2.43)

59

Keterangan :
Q

: heat flow, MW

: total mass flow, t/h

: enthalpy, kJ/kg

Dari parameter penyusun persamaan diatas, faktor yang paling mempengaruhi


parameter tersebut adalah tekanan dan temperature, karena akan mempengaruhi
besarnya enthalpy fluida dan besarnya massa uap dan air yang terjadi. Oleh karena
itu diperlukan manajemen yang baik untuk mengatur tekanan kepala sumur agar
enthalpy dan laju alir massa khususnya uap tetap terjaga.
Hal yang paling diperhatikan dari parameter-parameter tersebut adalah
penurunannya, karena seiring berjalannya produksi, parameter-parameter tersebut
mengalami penurunan. Oleh karena itu dibutuhkan strategi untuk merencanakan
langkah yang terbaik agar umur reservoir mencukupi, setidaknya untuk masa
kontrak lapangan. Rencana pengembangan lapangan panasbumi melibatkan segala
aspek mengenai potensi dan keekonomisan suatu lapangan baik dipandang dari
segi teknis maupun segi ekonomisnya.
2.6.3 Cadangan Reservoir
Perkiraan cadangan reservoir panasbumi ditentukan oleh besarnya energi
panas yang dikandung oleh reservoir yang bersangkutan. Energi panas tersebut
sangat tergantung pada temperatur reservoir dan volume reservoir. Sumber energi
panas dalam Sistem Hydrothermal ada dua macam yaitu energi batuan dan energi
fluida.
2.6.3.1 Kandungan Panas Batuan Dan Fluida Reservoir
Aliran fluida hanya melalui rekahan sedangkan aliran panas terjadi baik pada
rekahan maupun dalam pada matriks batuannya. Panas yang terkandung dalam
fluida yang mengisi rekahan dapat langsung diproduksikan atau keluar dan
diteruskan oleh air yang diinjeksikan kembali melalui percampuran. Sebaliknya
panas dalam matriks batuan hanya dapat diteruskan ke cairan yang diinjeksikan
kembali melalui fluida dengan media konduksi. Oleh sebab itu kontribusinya

60

tergantung pada ukuran relatif dan distribusi blok matriks, sifat-sifat panas dan
laju alir fluida dalam reservoir.
Panas sensibel yang terkandung dalam massa batuan granit (batuan dasar pada
sistem panasbumi yang sering dijumpai dan dijadikan patokan perkiraan
cadangan) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
Q .C.V .T

................................................................(2.44)

keterangan :
Q

= panas yang tersimpan, cal atau Btu

= berat jenis, gr/cm3 atau lb/ft3

= kapasitas panas, cal/gr0C atau Btu/lb0F

= volume, cm3 atau ft3

= perbedaan temperatur antara temperatur awal kedalaman tertentu


dengan permukaan, 0C atau 0F.

Kapasitas panas seluruhnya dalam suatu reservoir, baik untuk yang terrekah
(dominasi aliran uap atau liquid) maupun matriks batuan (bagian yang tidak ada
aliran), dihitung dengan mengoreksikan persamaan diatas terhadap kapasitas dan
densitas, sehingga diperoleh :
Q ( . w .C w (1 ). r .C r ).V .T ...............................(2.45)

keterangan :

= porositas, fraksi

= berat jenis fluida, gr/cm3 atau lb/ft3

= berat jenis batuan , gr/cm3 atau lb/ft3

Cw

= kapasitas panas air, cal/gr0C atau Btu/lb0F

Cr

= kapasitas panas batuan, cal/gr0C atau Btu/lb0F.

Untuk menentukan suatu potensi reservoir panasbumi ada dua cara, yaitu :
1. Mass and Heat in Place
Langkah pertama dalam proses optimasi cadangan reservoir di suatu
lapangan panasbumi yaitu dengan cara menghitung massa fluida dan heat in
place. Dengan anggapan bahwa reservoir mengandung air dan uap sehingga
massa fluida dapat dihitung dengan persamaan :
m w A.h. .S w . w .............................................................(2.46)

61

mv A.h.(1 ).S v . v .......................................................(2.47)

keterangan :
mv

= massa uap, kg

mw

= massa air, kg

= luas area, m2

= ketebalan reservoir rata-rata, m

= porositas, fraksi

Sw

= saturasi air, fraksi

Sv

= saturasi uap, fraksi

Sedangkan heat in place dalam fluida reservoir dapat dihitung dari massa
fluida dan enthalpi, yaitu :
Qv mv .hv ............................................................................(2.48)
Qw m w .hw ............................................................................(2.49)

keterangan :
Qw

= panas dalam air, kJ

Qv

= panas dalam uap, kJ

hw

= enthalpi air, kJ/kg

hv

= enthalpi uap, kJ/kg

Initial heat in place di dalam reservoir batuan dan fluida dapat dihitung
dari reservoir, porositas, kapasitas panas batuan, dan temperatur reservoir
dengan persamaan :
Qr A.h.(1 ). r .C r .T ................................................(2.50)
Qe A.h. .( S w . v .U w S v . v .U v ) ...................................(2.51)

Dengan demikian kandungan energi panas di dalam reservoir adalah sebagai


berikut :

H e A.h. 1 r .C r .T S w . w .U w S v . v .U v ......(2.52)
Keterangan :
He

= kandungan energi panas, kJ

= temperatur reservoir, oC

Uw

= energi dalam air, kJ/kg

62

2.

Uv

= energi dalam uap, kJ/kg

= porositas batuan reservoir, fraksi

Cr

= kapasitas panas batuan, kJ/kg.oC

= densitas batuan, kg/m3

= densitas air, kg/m3

= densitas uap, kg/m3


Analisa Numerik

Penentuan potensi suatu lapangan panasbumi dengan analisa numerik


dilakukan dengan cara :
a)

Membuat model reservoir yang diharapkan dapat menggambarkan atau


mewakili kondisi yang sebenarnya, seperti :

b)

struktur grid

permeabilitas

kondisi batas reservoir (boundary)

panas dan massa yang diambil serta banyaknya fluida untuk injeksi

Parameter batuan.

Natural state
Model yang dipergunakan harus menyerupai kondisi pada keadaan
netral.

c)

History matching
Membuat data berdasarkan sejarah pembentukan daerah panasbumi
berupa data perhitungan dan data lapangan sesuai dengan spasinya.

d)

Perkiraan pengembangan
Dari data hasil analisa numerik, dibuat perhitungan untuk tiap-tiap grid
sesuai dengan kondisi reservoir, kemudian dibuat harga rata-rata untuk
tiap lapangan dengan beberapa grid dengan metode statistik.

2.6.4 Potensi Uap Terhadap Energi Listrik


Perhitungan potensi uap terhadap energi listrik mula-mula dihitung dari
kandungan panas yang terkandung dalam batuan, kemudian dihitung massa uap

63

dan massa immobil water. Selanjutnya dihitung jumlah uap yang diproduksikan
dan dengan menggunakan hasil perhitungan konversi massa uap yang menjadi
energi listrik, maka potensi tenaga listrik dari fluida yang berada dalam reservoir
dapat dihitung beserta air yang berasal dari recharge.
Besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan (cadangan) dan diubah
menjadi energi listrik (potensi listrik) dapat dihitung dengan prosedur sebagai
berikut:
1. Menghitung kandungan energi di dalam reservoir pada keadaan awal (Ti) :

Hei = A . h [(1 ) r . Cr . Ti + (L . uL . SL + v . uv . Sv)i]...............(2.53)


2. Menghitung kandungan energi dalam reservoir pada keadaan akhir (Tf) :

Hef = A . h [(1 ) r . Cr . Tf + (L . uL . SL + v . uv . Sv)f]..............(2.54)


3. Menghitung maksimum energi yang dapat dimanfaatkan (sumber daya) :
Hth = Hei - Hef ........................................................................(2.55)
4. Menghitung energi panas yang pada kenyataannya dapat diambil (cadangan
panasbumi). Apabila cadangan dinyatakan dalam satuan kJ, maka besarnya
cadangan panasbumi ditentukan sebagai berikut :
Hde = Rf . Hth ..........................................................................(2.56)
Apabila cadangan dinyatakan dalam satuan MWth, maka besarnya cadangan
ditentukan dengan persamaan berikut :
H re

H de
.................................................(2.57)
t x 365 x 24 x 3600

5. Menghitung besarnya potensi listrik panasbumi, yaitu besarnya energi listrik

yang dapat dibangkitkan selama periode waktu tahun (MWe) :


H el

H de .
................................................(2.58)
t x 365 x 24 x 3600

Keterangan :
Ti

= temperatur reservoir pada keadaan awal, oC

Tf

= temperatur reservoir pada keadaan akhir, oC

Hei

= kandungan energi dalam batuan dan fluida pada kondisi awal, kJ

Hef

= kandungan energi dalam batuan dan fluida pada kondisi akhir, kJ

Hth

= energi panasbumi maksimum yang dapat dimanfaatkan, kJ

64

Hde

= energi panasbumi maksimum yang dapat diambil ke permukaan


(cadangan panasbumi), kJ

Hre

= energi panasbumi maksimum yang dapat diambil ke permukaan


selama periode waktu tertentu (cadangan panasbumi), MWth

Hel

= potensi listrik panasbumi, MWe

Rf

= faktor perolehan (Recovery Factor), fraksi

= lama waktu (umur) pembangkitan listrik, tahun

= faktor konversi listrik, fraksi.

Vous aimerez peut-être aussi