Vous êtes sur la page 1sur 26

ALUR PROSES PRACETAK

I.

PENGERTIAN PRACETAK
Prepress meliputi semua tahap proses yang dibutuhkan mulai dari persiapan area cetak,
teks, original image dan graphics sampai kepada proses produksi untuk menuju kepada
semua materi yang siap untuk proses cetak yang dilakukan secara manual maupun
menggunakan computer. Pracetak dimulai dari input data sampai desain siap cetak atau Final
Artwork. Semua hal yang dilakukan saat membuat layout artwork dengan menggunakan
beragam Software Grafis populer seperti Adobe Photoshop, Macromedia Freehand,
Illustrator, CorelDraw, PageMaker, InDesign atau QuarkExpress, dsb.
Proses selanjutnya yaitu pembuatan film baik secara konvensional maupun digital.
Pembuatan film secara konvensional yaitu dengan fotoreproduksi film, sedangkan secara
digital menggunakan mesin Computer to Film (CtF).
Proses terakhir yaitu pembuatan pelat. Pembuatan pelat dapat dilakukan secara
konvensional menggunakan plate maker dan film hasil fotoreproduksi maupun film dari CtF.
Dapat juga dilakukan dengan digital menggunakan Computer to Plate. Hasil akhir dari
pracetak adalah plate yang akan digunakan untuk mencetak pada bagian cetak.

II.
JENIS PEKERJAAN PRACETAK
A. Metode Konvensional
Pada bagian pracetak dilakukan aktivitas yang berhubungan dengan persiapan
pekerjaan mencetak. Dengan perkembangan teknologi digital dan elektronik saat ini, bagian
pracetak telah banyak menggunakan peralatan tersebut sebagai sarana yang tepat dalam
melakukan pekerjaannya. Ketika menggunakan metode konvensional , pekerjaan pada bagian
pracetak terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Desain manual
Pekerjaan desain manual meliputi peracangan suatu barang cetakan hingga pembuatan
art work. Biasanya dalam merancang suatu desain barang cetakan, seorang desainer akan
membuat rancangan lebih dari satu model. Rancangan yang dibuatnya dapat berupa racangan
yang full color atau hitam putih saja. Kemudian apabila hasil rancangan tersebut telah
mendapat persetujuan dari pemesan atau seorang penanggungjawab, maka hasil
rancangannya dibuatkan art work. Apabila rancangan tersebut membutuhkan gambar
ilustrasi, maka dapat dibuat olehnya bila memang mampu. Tetapi bila desainer tidak dapat
mengerjakan ilustrasinya, maka yang ilustrasi tersebut dapat dikerjakan oleh juru gambar.
Selanjutnya oleh desainer dibuatkan rancangannya dengan ilustrasi yang dibuat orang lain.
a. Unsur-unsur desain grafis
Sebuah desain baik itu objek ataupun berbentuk font, selalu terdiri dari beberapa unsurunsur yang membentuk sebuah desain. Beberapa unsur-unsur yang ada di desain yaitu :
1) Garis (Line)
2) Bentuk (Shape)
3) Tekstur (Texture)
4) Ruang (Space)
5) Ukuran (Size)
6) Warna (Color)

7) Layout:
Jenis-jenis tata letak:
a) Tata Letak Miniatur
b) Tata Letak Kasar
c) Tata Letak Komprehensif
d) Gambar Kerja (Artwork)
b. Prinsip Prinsip Desain Grafis
Dalam bekerja seorang desainer grafis harus mempertimbangkan berbagai prinsip demi
mencapai hasil akhir yang baik. Prinsip Prinsip Desain Grafis adalah sebagai berikut:
1) Kesederhanaan
2) Keseimbangan
3) Kesatuan
4) Penekanan (aksentuasi)
5) Irama (repetisi)
2. Setting computer
Pekerjaan setting adalah pekerjaan menyusun huruf/naskah teks menggunakan
komputer. Lingkup pekerjaannya hanya melakukan penyusunan teks dengan jenis huruf,
besar huruf, jarak antar baris dan bentuk susunan yang diinginkan oleh seorang desainer.
Sehingga praktis pekerjaannya menuntut untuk dapat mengoperasikan komputer
dengan baik. Tetapi dengan adanya perkembangan perangkat komputer saat ini, pekerjaan
tersebut menjadi lebih luas. Apalagi dengan tersedianya software yang mendukung pekerjaan
setting, maka pekerjaan tata letak dapat dikerjakan secara langsung dalam komputer.
a. Kelompok Huruf
Dari sekian banyak jenis huruf maka dapat dikelompokkan/ golongkan dalam 5
kelompok besar jenis huruf.
1) Jenis pokok huruf Roman
Ciri huruf Roman peralihan luwes dari tebal ketipis kaitnya berbentuk segitiga (garis
kecil yang menutup garis gambar) dan kaki.Contoh huruf: Times new romen,
Garmon, Palatino
2) Jenis pokok huruf Bodoni
Jenis pokok huruf BodoniCiri huruf Bodoni cirinya peralihan tiba-tiba dari tebal ke
tipis, kait garis halus Contoh : Bodoni, Egmont,
3) Jenis pokok huruf Egyptien
Ciri huruf Egyptien batang dan kait tegang lurus, hampir dimana-mana sama tebal.
Contoh : Atlasm Cheops, Memphis
4) Jenis pokok huruf San Serif
Ciri huruf bentuk kerangka tanpa kait Contoh : Helvetica, Arial, Univers, Nobel,
Helios dll
5) Jenis pokok huruf Fantasi
Ciri huruf bervariasi seperti tulis tangan Contoh : Brush Scrift, French Scrift,
Rosewood Str dll.
Dengan kemajuan zaman dan perubahan kondisi sesuai dengan peradaban manusia saat
ini, maka ciri dan bentuk 5 jenis huruf, ada perubahan kelompok antara lain.
1) Huruf tak berkait (sans serif)
2) Huruf berkait (serif)

3) Huruf tulis (script)


4) Huruf Dekoratif
5) Huruf Monospace
Hal yang harus diperhatikan dalam menyusun teks yaitu penentuan format susunan
yang benar sesuai dengan model yang telah ditetapkan. Ukuran kertas juga menentukan
terhadap hasil dan format susunan.
b. Parameter Layout
Dalam menyusun suatu model teks maka tetapkanlah data parameter untuk teks tersebut
yang diantaranya terdiri dari:
1) Font
Font adalah pilihan jenis huruf yang akan dipergunakan untuk teks tersebut.
2) Size (Ukuran huruf (korp)
Size adalah pilihan untuk besar huruf yang akan dipergunakan. Satuan ukuran yang
dipergunakan adalah point (pt). Misalnya: 6 point, 7 point s.d. 100 point dst, dimana
point adalah bagian dari dari ukuran tipografi yang dinyatakan dengan pica dan sicero
(agustin).
3) Leading
Leading adalah penetapan jarak antar baris dari suatu susunan teks.
4) Type Style (Variasi huruf /keluarga huruf)
Variasi huruf adalah gambaran dari satu jenis huruf masih dapat dibedakan lagi antara
lain: normal, Bold (tebal), Miring (italic), Kapital, Onderkas (lowercase Type), merapat
(condense), melebar (extended),Underline untuk huruf bergaris bawah, strikethru untuk
huruf bergaris tengah, reverse untuk huruf berwarna putih dan seterusnya.
5) Alignment
Alignment adalah pilihan untuk bentuk susunan teks. Pada pekerjaan setting bentuk
susunan terbagi menjadi Align Left (rata kiri), Align right (rata kanan), Align Centre (rata
tengah), Justify/force justify (rata kiri dan kanan).

3. Fotoreproduksi
Pada bagian fotoreproduksi dilakukan 3 kegiatan utama, yaitu:
a. Pemotretan/pengontakan film
Pemotretan dilakukan dari sebuah model yang telah dirancang oleh bagian desain atau
hasil setting. Setelah mendapatkan film negatif, kemudian untuk mendapatkan film positif
dilakukan pengontakan. Bila ada model full color, maka dilakukan proses separasi warna
menggunakan perangkat scanner (drum scanner).
Sebelum teknologi image setter berkembang luas di pasaran, proses pembuatan film
dari data komputer dipindahkan dulu melalui media kertas atau yang dikenal
dengan Computer to Paper kemudian diproses dengan menggunakan kamera reproduksi baik
itu kamera vertikal maupun horizontal untuk dipindahkan menjadi film dengan
pengembangan manual atau dengan menggunakan film processor. Teknologi ini sudah
semakin ditinggalkan oleh perusahaan percetakan, karena prosesnya membutuhkan waktu
yang lama juga hasilnya kurang maksimal. Pembesaran titik raster (dot) menjadi semakin
besar karena adanya tahapan demi tahapan yang harus dilalui.
Penggunaan kamera vertikal maupun horizontal masih banyak dijumpai pada
percetakan-percetakan yang mengkhususkan pada jenis atau macam cetakan yang beroplag
sedikit atau cetakan-cetakan khusus, misalnya pembuatan stempel, acuan untuk foil, dan
sebagainya. Untuk mengetahui teknologi ini, sebagai dasar keilmuan memahami teknologi
yang berkembang pesat sekarang, dibawah ini diuraikan proses dari data yang dihasilkan
komputer berupa kertas menjadi film yang siap ditransfer ke pelat cetak.
Model kamera dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:
1) model garis (line copy), model garis meliputi semua pekerjaan yang terbentuk dari garis-garis
dan bidang-bidang dengan nada tunggal. Tidak terdapat bidang-bidang bayang-bayang atau
gradasi nada. Misalnya: cetak percobaan teks yang bersih atau hasil set foto, gambar coretan
pena, peta-peta dan karikatur, foto-foto afdruk yang sudah diraster.
2) model nada lengkap (halftone copy), model nada lengkap meliputi segala pekerjaan yang
mempunyai gradasi atau variasi nada. Contohnya: semua foto orang, gedung-gedung,
pemandangan dan lain sebagainya, lukisan minyak yang artistik, gambar bernada.
3) model warna (colour copy), model warna meliputi semua model berwarna, baik garis maupun
nada lengkap (seperti model a & b)
b. Montase
Dari film positif dan film separasi kemudian dilakukan proses tata letak film yang
disebut dengan montase. Penempatan film-film tersebut dilakukan diatas astralon sesuai
dengan rancangan yang direncanakan.
Montase Film Separasi Warna
1) Persiapan
Harus bisa membedakan ciri-ciri warna film yaitu warna cyan memiliki nada yang
paling lengkap/jelas dengan kehitaman urutan ketiga dari 4 warna dasar (C,M,Y,K), warna
magenta memiliki nada dibawah warna cyan dengan kehitaman urutan kedua dar 4 warna
dasa, warna yellow memiliki nada dibawah magenta dengan kehitaman urutan pertama dari 4
warna dasar dan warna black memiliki nada dibawah yellow dengan urutan kehitaman yang
paling rendah dari 4 warna dasar.
2) Membuat Pola
Sebelum pembuatan pola dilakukan terlebih dahulu anda harus mengetahui data tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam membuat pola, meliputi:
a) Harus mengetahui ukuran jadi barang cetakan, yaitu dimaksudkan untuk menghitung
jumlah/daya tampung cetakan atau halaman dalam satu muka pelat mesin yang digunakan.

b) Harus mengetahui ukuran area cetak maksimum mesin cetak yang digunakan, hal ini
berhubungan erat dengan ukuran jadi barang cetakan yaitu menentukan daya tampung/jumlah
halaman (bila berupa buku) dalam satu muka pelat cetak.
c) Harus mengetahui ukuran maksimum kertas cetak pada mesin cetak yang digunakan, ini
dimaksudkan untuk mengetahui masuk tidaknya ukuran kertas dari hasil montase yang akan
dicetak pada mesin yang akan digunakan.
d) Harus mengetahui jumlah halaman bila berupa buku, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
jumlah pelat yang digunakan dan jumlah katern.
e) Harus mengetahui system jilid yaitu jahit kawat, jahit benang atau lem panas (binding), hal
ini bertujuan untuk menentukan cara menyusun katern-katern buku apakah disusun secara
sisip atau secara tumpuk.
Selain harus mengetahui 5 faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan pola, anda
juga harus mengetahui factor jumlah warna dalam hal ini untuk memudahkan dalam
menyiapkan jumlah astralon/pelat yang digunakan.
Setelah diketahui faktor-faktor tersebut maka dilakukan penghitungan dan dapat
diketahui/ditentukan jumlah halaman dalam satu muka, jumlah katern, area cetak satu muka
untuk mencetak barang cetakan tersebut, ukuran kertas yang akan dicetak.
3) Sistem Montase
Untuk montase barang cetakan yang dilipat dan dijilid (buku/majalah) maka dalam
pengaturan halaman susunannya harus benar bila pencetakan dan pelipatan selesai
dikerjakan. Biasanya lembaran kertas dicetak bolak balik, untuk itu pengaturan halaman
dapat dilakukan dengan 2 cara meliputi:
a) Pencetakan secara Outside dan Inside
yaitu dibutuhkan 2 acuan/pelat untuk mencetak bagian muka dan belakang lembaran kertas,
misalnya suatu lembaran dengan 8 halaman akan dicetak dengan mesin ukuran 4 halaman,
artinya 4 halaman dicetak dimuka (outside) dan 4 halaman dicetak dibelakang (inside).
b) Pencetakan secara Work and Turn
yaitu hanya dibutuhkan 1 acuan/pelat untuk mencetak suatu lembaran pada kedua permukaan
kertas bagaian muka dan bagaian belakang.
Dalam pencetakan yang dilakukan pada dua muka yaitu setelah lembar muka dicetak,
selanjutnya kertas itu harus dibalik dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri dan muka yang
lain (belakang) dicetak dengan pelat yang sama, sisi kertas tempat griper (penjepi) tetap pada
posisi yang sama. Hal ini untuk memperoleh kepastian penempatan yang benar untuk
pencetakan dua muka yang sama. Kertas selanjutnya dipotong tengah-tengah sehingga
diperoleh 2 lembar dengan hasil cetak yang sama.
Ada juga dalam membalik kertas untuk mencetak muka yang lain belakang) dengan
cara sisi kertas tempat gripper berubah, sisi side lay berada tetap tinggal tempat yang sama,
gripper muka lembar yang telah dicetak dijungkir balik ke belakang sehingga permukaan
kertas yang belum tercetak berada di atas, ini disebut dengan tumbling.
Dalam melaksanakan montase separasi warna ada 3 cara yaitu sistem tumpuk, sistem
alas tunggal dan sistem punch register.
c) Sistem Tumpuk yaitu: montase sparasi warna dengan menggunakan astralon 4 lembar
sebagai alas untuk menempelkan film 4 warna dimana setiap lembar astralon untuk
menempel 1 warna.
d) Sistem Alas Tunggal atau disebut juga dengan system Blue key yaitu montase sparasi warna
film (C, M, Y, K) yang dilakukan dengan menggunakan satu alas tunggal, yang biasanya
dipakai lembaran khusus hostaphan/Colour foil blue cyan yang warnanya bening (tembus
pandang). Dalam montase dengan menggunakan blue key memiliki kelemahan yaitu bila

terjadi kerusakan pada pelat misalnya magenta atau yellow harus dilakukan pekerjaan
montase ulang untuk masing-masing film. Bila dibanding dengan system tumpuk, system
blue key memiliki ketepatan cetak lebih terjamin karena hanya menggunakan satu alas untuk
montase, demikian juga dengan tanda-tanda pas penepatnya hingga dapat dipastikan bahwa
ketepatan cetaknya lebih terjamin. Kesalahan paralaks tidak dijumpai dalam montase system
ini.
e) Sistem Punch Register adalah system yang lebih banyak diterapkan pada perusahaan
percetakan yaitu montase dengan menggunakan astralon yang terlebih dahulu dilubangi atau
dipuch yang selanjutnya dilakukan montase satu demi satu setiap lembaran astralon.
c.

Pembuatan acuan cetak offset


Proses selanjutnya adalah memindahkan hasil montase pada pelat cetak menggunakan
perangkat kontak pelat. Sehingga diperoleh pelat cetak yang siap dilakukan pencetakan
menggunakan mesin cetak offset.
1) Jenis Pelat Cetak Ofset
Pelat cetak ofset adalah keping atau lembaran logam tipis (Zn) yang salah satu
permukaannya atau dua permukaannya dilapisi dengan bahan peka cahaya. Pelat berdasarkan
bahan peka cahayadapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Sensitized plate
Bahan dasar pelat sensitized adalah terbuat dari seng (zn) yang dilapisi dengan bahan
peka cahaya. Campuran bahan peka cahaya yang digunakan adalah amonium bichromate,
albumen, gom arabika, salatin dan dextrin.
b) Presensitized plate
Pelat presensitized adalah pelat cetak yang dibuat oleh pabrik pembuat pelat cetak
ofset. Menurut cara kerjanya, pelat presensitized dapat terbagi menjadi 2 jenis pelat, yaitu
pelat negatif dan pelat positif. Pelat negatif adalah pelat yang prinsip kerjanya pada bagian
yang terkena sinar akan mengeras dan bagian yang tidak terkena sinar akan larut bila dicuci
menggunakan bahan developer. Pelat positif adalah pelat yang prinsip kerjanya pada bagian
yang terkena sinar akan larut dan bagian yang tidak terkena sinar akan mengeras bila dicuci
dengan menggunakan bahan developer.
2) Model Film
Model film yang akan diproses pada pelat cetak ofset terdiri dari 2 jenis, yaitu:
a) Film positif
b) Film negatif
3) Menempatkan Film pada Pelat Cetak Offset
Film yang akan disinari pada pelat cetak ofset harus diletakkan dengan benar sebelum
dilakukan proses penyinaran. Format tersebut harus disesuaikan dengan format mesin cetak
offset yang akan digunakan untuk mencetak. Letak posisi film yang akan disinari harus pada
posisi simetris antara bagian kanan dan kirinya. Kemudian pada sisi atas film harus
diletakkan pada jarak tertentu dengan memperhatikan griper mesin cetak, awal kertas dan
awal cetakan. Sehingga kertas yang akan digunakan untuk mencetak juga harus dipersiapkan
sebaik mungkin agar tidak terlalu besar atau terlalu kecil ukurannya.
4) Peralatan Pembuatan Acuan Cetak Ofset
Untuk melakukan proses penyinaran pada pelat cetak ofset digunakan perangkat yang
disebut dengan mesin kontak pelat (Platemaker). Pada mesin ini sinar yang digunakan adalah
berupa sinar Ultra Violet (UV), Peralatan platemaker sekarang ini telah dilengkapi dengan
pengaturan waktu penyinaran secara digital, pengaturan vacum dan penyimpanan memori
penyinaran. Agar pada saat proses penyinaran tidak terjadi pembiasan sinar, maka pada
peralatan tersebut juga dilengkapi dengan korden penutup pada di sekeliling sisinya. Jarak

antara lampu dengan pelat yang akan disinari juga harus diperhitungkan, jangan sampai
terlalu jauh atau terlalu dekat
.

5) Proses Pengembangan
Proses pengembangan pelat cetak ofset dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a) Secara manual
Pengembangan pelat cetak secara manual dilakukan dengan memberikan cairan developer
pada bagian permukaan pelat secara merata. Kemudian menggunakan spon yang halus seka
permukaan pelat secara merata dan teratur. Bila cairan developer bekerja, maka pada pelat
cetak positif dengan model film positif bagian yang terkena sinar akan rontok sedangkan
yang tidak terkena sinar akan mengeras dan membentuk image. Pada pelat negatif pada
bagian yang terkena sinar akan mengeras dan bagian yang tidak terkena sinar akan rontok.
Setelah diberikan cairan developer, maka bersihkan sisa cairan tersebut dengan membilasnya
dengan air.
b) Menggunakan prosesor pelat cetak
Pelat cukup dimasukkan pada prosesor tersebut dan secara otomatis prosesor akan memroses
pelat tersebut. Sebab dalam prosesor telah terdapat cairan developer dan rol-rol pembawa
pelat yang membawa ke bagian developer dan seterusnya sampai pada bagian pengering,
sehingga diperoleh pelat cetak yang siap untuk dipergunakan untuk mencetak. Penggunaan
prosesor pelat harus diperhatikan lamanya/kecepatan rol pembawa pelat berjalan yang secara
langsung juga mempengaruhi hasil pelat cetak. Dengan developer yang dipakai untuk
beberapa kali pengembangan tentu waktu/kecepatan proses pengembangan akan berbeda
apabila developer telah digunakan berkali-kali.
6) Penggunaan Densitometer
Densitometer dipergunakan untuk mengukur densiti pelat hasil pengembangan. Dengan
menggunakan densitometer akan diketahui apakah pelat tersebut telah memenuhi standar
yang telah ditentukan atau belum. Untuk melihat titik raster dipergunakan loupe pada grey
scale yang telah terpasang pada pelat cetak.
7) Perawatan Pelat Cetak Ofset

Perawatan pada pelat cetak ofset dilakukan untuk menghindari kerusakan pada image
yang telah diproses. Biasanya perawatan dilakukan sebelum pelat cetak digunakan untuk
mencetak. Perawatan dilakukan dengan melapisi pada seluruh permukaan pelat yang telah
diproses menggunakan gom arabika. Kemudian bila pelat cetak tersebut akan dipakai
mencetak, bersihkan lapisan gom dengan membilas menggunakan air. Dengan memberikan
lapisan gom selain menghindari kerusakan akibat goresan pada imagenya, dapat juga sebagai
pelindung dari cahaya terbuka yang langsung mengenai pelat cetak.
Hal tersebut diatas merupakan metode yang digunakan ketika bagian perangkat
pracetak belum banyak berkembang. Tetapi dengan perkembangan perangkat pracetak
sekarang ini, maka metoda yang dilakukan sudah banyak berubah. Dengan digunakannya
perangkat yang modern dan semakin mudah dalam penggunaannya, diharapkan kualitas hasil
cetak akan lebih baik. Karena kualitas hasil cetak yang telah dianggap baik oleh bagian
produksi, belum tentu sesuai dengan keinginan pelanggan. Banyak
faktor yang saling mempengaruhi untuk mendapatkan kualitas cetak yang baik. Tahapan
proses dari konsep desain, pracetak, cetak, sampai finishing memiliki peran yang sangat
penting dalam menghasilkan hasil cetak yang berkualitas.
B. Metode Digital
1. Desain secara elektronik
Desain adalah salah satu penunjang dari kelangsungan sirkulasi sebuah majalah, desain
juga dapat mempengaruhi para konsumen untuk membeli majalah yang dipasarkan. Dalam
mendesain diperlukan daya imajinatif dan kreativitas guna merealisasikan majalah yang
hendak diterbitkan.
a. Program Pengolah Grafis
Oleh karena desain grafis dibagi menjadi beberapa kategori maka sarana untuk
mengolah pun berbeda-beda, bergantung pada kebutuhan dan tujuan pembuatan karya.
1) Aplikasi Pengolah Vektor/Garis
Program yang termasuk dalam kelompok ini dapat digunakan untuk membuat gambar dalam
bentuk vektor/garis sehingga sering disebut sebagai Illustrator Program. Seluruh objek yang
dihasilkan berupa kombinasi beberapa garis, baik berupa garis lurus maupun lengkung.
Aplikasi yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
- Adobe Illustrator
- Beneba Canvas
- CorelDraw
- Macromedia Freehand
- Metacreations Expression
- Micrografx Designer
2) Aplikasi Pengolah Pixel/Gambar
Program yang termasuk dalam kelompok ini dapat dimanfaatkan untuk mengolah
gambar/manipulasi foto (photo retouching). Semu objek yang diolah dalam progam-program
tersebut dianggap sebagai kombinasi beberapa titik/pixel yang memiliki kerapatan dan warna
tertentu, misalnya, foto. Gambar dalam foto terbentuk dari beberapa kumpulan pixel yang
memiliki kerapatan dan warna tertentu. Meskipun begitu, program yang termasuk dalam

kelompok ini dapat juga mengolah teks dan garis, akan tetapi dianggapa sebagai kumpulan
pixel. Objek yang diimpor dari program pengolah vektor/garis, setelah diolah dengan
program pengolah pixel/titik secara otomatis akan dikonversikan menjadi bentuk pixel/titik.
Yang termasuk dalam aplikasi ini adalah:
- Adobe Photoshop
- Corel Photo Paint
- Macromedia Xres
- Metacreations Painter
- Metacreations Live Picture
- Micrografx Picture Publisher
- Microsoft Photo Editor
- QFX
- Wright Image
b. Konsep Grafik
Komputer didalam mempresentasikan suatu gambar/foto memliki dua bentuk, yaitu
Bitmap dan Vektor grafik.
1) Bitmap
Beberapa pengertian yang berhubungan dengan bitmap antara lain:
a) Pixel
Jika kita melihat foto atau gambar yang ada di komputer maka gambar tersebut
sesungguhnya adalah kumpulan dari ribuan titiktitik yang sangat kecil dan tiap-tiap titik
tersebut memiliki warna tertentu. Titik-titik itulah yang umum dikenal sebagai pixel.
Resolusi Jumlah pixel per centimeter disebut sebagai resolusi. Dan resolusi itulah yang
mementukan kualitas dari gambar yang dihasilkan. Gambar sering kita lihat dalam komputer
umumnya mempunyai resolusi 72 pixel per inchi atau disingkat Dpi. Sebagai contoh gambar
yang berukuran satu centimetermpersegi akan memiliki 72 x 72 = 5184 titik atau pixel.
Misalnya gambar tersebut diperbesar dari 1 cm persegi menjadi 10 cm persegi, maka jumlah
pixel keseluruhan adalah tetap yaitu 5184 pixel yang berubah adalah resolusinya, yaitu
518400 : 100 = 5,184 pixel per cm. Berarti jika suatu gambar diperbesar maka resolusinya
akan semakin kecil dan mengakibatkan gambar menjadi tidak tajam. Semakin tinggi resolusi
suatu gambar maka akan semakin tinggi kemampuan perbesarannya.
b) Intensitas
Pixel-pixel yang membentuk gambar tersebut memiliki warnawarna tertentu dan jumlah
warna yang dimiliki oleh suatu gambar dinamakan intensitas. Biasanya dikenal istilah 256
warna, high color, 16 juta warna (true color) gradasi abu-abu (grayscale), serta hitam-putih
(black and white). Semakin banyak jumlah warna dalam suatu gambar maka gambar yang
dihasilkan akan semakin bagus. Jumlah warna maksimum dari gambar dapat dilihat dari jenis
filenya. Misal file gambar yang berekstensi .jpg akan memiliki maksimum 16 juta warna,
atau file yang berekstensi .gif memiliki jumlah warna maksimum 256.
Pada gambar bitmap sangat baik digunakan untuk merepresentasikan gambar yang
sangat kompleks dan detail. Tetapi kekurangannya adalah ukuran filenya tergantung dari
ukuran gambar dan resolusinya. Jika file bitmap diperbesar maka ketajaman gambar akan
berkurang.
2) Vektor

Berbeda dengan bitmap, vector grafik merepresentasikan gambarnya tidak dengan


menggunakan pixel, tetapi dengan kurva dan garis yang didefinisikan dalam persamaan
matematis yang disebut vector.
Vector grafik ukuran gambar tidak mempengaruhi ukuran file. Jika gambar diperbesar
maka ketajamannya tetap sama dengan sebelumnya. Ukuran file dari gambar vector grafik
dipengaruhi oleh kompleksitas dari persamaan vector yang digunakan. Kekurangan dari
vector grafik tidak mampu menampilkan secara detail dari kompleks.
2. Imposisi
Imposisi system elektronik penyusunannya secara digital. Penggunaan sistem ini
hampir tidak ada kelemahannya, kecuali jika menggunakan sumber daya manusia yang
kurang kompeten.
Imposisi elektronik membutuhkan waktu yang relatif singkat karena penyusunannya
secara digital, seandainya ada kesalahan penggabungan yang kurang sesuai bisa diedit secara
cepat. Pengecekannya juga dapat dilihat langsung dilayar monitor. Ketepatan cetaknya dapat
dipastikan register karena dikerjakan secara digital.
pada imposisi elektronik penggabungan halaman full colour dengan hitam putih tidak
berbeda dan mudah untuk dikerjakan. Software yang sering digunakan untuk melakukan
imposisi seperti QuarkXtension, DK&A Imposition, Impose (Barco), Signastation
(Heidelberg), dan lain-lain.
3. Membuat Proof Image
a. Konvensional
Pekerjaan proof pelat cetak lebih sering disebut dengan istilah konvensional proofing,
yaitu Progresive Proof atau manual proof yang proses proof cetaknya dilakukan dengan
menggunakan sistem cetak offset dengan bentuk yang lebih sederhana (hampir sama seperti
mesin offset sebenarnya).
Progressive proof adalah suatu proses proof cetak yg dilakukan menggunakan sistem
cetak offset dlm bentuk yg lebih sederhana dan manual sebagai panduan warna percetakan
digunakan selama alur kerja kita masih menggunakan imagesetter (CtF) dilakukan satu per
satu seperti pada percetakan menggunakan mesin satu warna.
Kondisi alat proof cetak saat ini semakin lama semakin kurang optimal oleh karena
mesin tersebut sudah lama tidak diproduksi lagi. Selain itu terdapat bebarapa kelemahan
proof cetak konvensional, sebagai berikut:
1) Dilakukan secara manual, sehingga sulit dicapai standard mutu cetak yang baik.
2) Memiliki permasalahan pada kerataan tinta pada seluruh bidang cetak.
3) Tidak adanya kestabilan warna, sehingga tiap lembar memiliki warna yang berbeda.
4) Kurang efesien, karena masih memerlukan faktor separasi.
5) Memerlukan ruangan yang cukup besar.
6) Memerlukan biaya operasional yang besar, karena memakai bahan baku pelat, kertas, tinta,
chemical dan memerlukan banyak operator.
7) Warna suatu gambar akan dipengaruhi warna dominan di sekitarnya
Kelebihan Progressive Proof
1) Lebih 'aman' dijadikan contract proof karena saat produksi jg menggunakan separasi yg sama
2) Simulasi utk hasil cetak sebenarnya lebih mendekati karena sama2 menggunakan komponen
cetak yg sama
3) Untuk warna khusus yg sangat mirip sesuai produksi akhir sehingga biaya cukup mahal

Ketika warna hasil progresive proof yg pertama tidak sesuai pengulangan tsb biasa
dilakukan dgn cara mengganti film separasinya dan mengedit digital filenya terlebi dahulu
kedua, tetap menggunakan film yg sama, namun jumlah tintanya diatur saat cetak progresive
proof hal ini sangat mudah dilakukan mengingat semua proses dilakukan secara manual
1) Jenis Mesin Proof Offset
Mesin proof offset terbagi menjadi beberapa jenis, hal ini disesuaikan dengan
kemampuan jumlah warna yang dapat dihasilkan. Jenis mesin proof ofset yang sering
digunakan oleh industri adalah sebagai berikut:
a) Mesin Proof Ofset 1 unit
b) Mesin Proof Ofset 2 unit
c) Mesin Proof Ofset 4 unit
2) Cara Kerja Mesin Proof Offset
Cara kerja mesin ini hampir sama dengan mesin cetak offset yang sesungguhnya. Pelat
cetak diletakkan secara horizontal pada meja penempatan pelat. Sedangkan kertas sebagai
bahan yang akan diproof diletakkan di meja penempatan kertas. Ketika proses proof
dilakukan, maka pada bagian blanket akan berjalan menyentuh pelat dan kertas. Terdapat rolrol tinta yang berfungsi untuk mendistribusikan tinta ke pelat cetak yang kemudian diteruskan
ke blanket untuk dicetakan ke kertas. Proses pencetakannya adalah dengan maju mundurnya
bagian rol pembawa tinta dan rol distribusi tinta untuk memberikan penintaan pada pelat
cetak. Selanjutnya tinta akan menyetuh bagian image dari pelat cetak. Pada bagian image
yang terkena tinta tersebut akan terbentuk pada blanket yang kemudian dari blanket dicetakan
ke kertas.
b. Digital Colour Proofing
Digital proofing memungkinkan warna hasil cetak dapat disimulasi sedekat mungkin
dengan hasil digital proofing. Warna pada digital proofing sebuah Reprohouse mengacu pada
warna progressive proof dimana batas kertas pada progressive proof terbatas pada artpaper.
HVS atau kertas koran yang belum tentu sama dgn kertas sebenarnya saat cetak. Jika digital
proofing ingin digunakan sebagai panduan warna, maka digital proofing harus menggunakan
RIP Color Management dan dikalibrasi dgn benar digital proof dapat disebut juga dengan
photographic proof.1111Haltersebut disebabkan karena adanya perkembangan dari database
electronic pada photographic bahan cetak berwarna. Proof secara digital dapat dihasilkan dari
image berwarna yang diambil dari perangkat scanner dan kamera digital, maupun hasil
imposisi yang dikerjakan pada komputer. Beberapa tujuan dilakukannya digital proofing
sebagai berikut:
1) Design Proof/Content Proof
Sebagai proof awal yang digunakan oleh seorang desainer untuk memperlihatkan konsep dan
isi desainnya.
2) Contact Proof
Dipergunakan oleh desain grafis sebagai lampiran atas kesepakatan pekerjaan dengan
pemilik/pembeli.
3) Page Proof/Form Proof
Proof yang dibuat oleh pihak percetakan dan dipakai sebagai panduan reproduksi akhir. Biasa
diperlukan untuk keperluan control dari pressroom. Pada form proof, dapat dilihat semua
halaman sesuai area dari cetakan. Pada form proof ini bias ditemukan tanda-tanda untuk
keperluan produksi, seperti misalnya Color Bar, Auto register Mark, Cutting Mark.
4) Imposition Proof

Imposition proof dipakai oleh percetakan sebagai panduan posisi cetak, agar imposisi
halaman sesuai dengan sitem penjilidan dan penempatan gambarnya tidak ada yang terbalik
atau keliru.
1) Proses Penintaan
Pada umumnya sekarang ini berkembang perangkat digital proofing yang menggunakan
teknologi dye sublimation atau inkjet. Pada printer berteknologi dye sublimation bekerja
memanfaatkan proses sublimasi, yaitu perubahan dari benda padat langsung menjadi gas.
Nama lain dari priner ini adalah Dye Diffusion Thermal Transfer yang menunjukkan adanya
proses pemanasan untuk mentransferkan dye (pewarna) ke kertas. Printer dye sublumination
memerlukan dua meterial khusus, yakni film donor atau transfer roll ribbon, umumnya dalam
bentuk gulungan plastik dengan bidang warna yellow, magenta, dan cyan. Proses pencetakan
dimulai dengan warna pertama dimana film donor akan dipanaskan oleh kepala pencetak
dengan resolusi 300 dpi yang menyebabkan dye padat dari film donor menguap, kemudian
menyerap ke kertas receiver, dan menjadi padat kembali. Semakin tinggi panas yang
diberikan akan semakin tebal pula warna yang didifusikan ke kertas. Selesai dengan warna
pertama, kertas akan ditarik mundur untuk melakukan pencetakan warna kedua dan demikian
seterusnya.
Printer ini memiliki keunggulan utama yang tidak dimiliki oleh printer lainnya, karena
merupakan satu-satunya printer yang mampu menghasilkan reproduksi dalam bentuk
continous tone. Pada dye sublimination pencampuran tersebut berlangsung secara difusi,
sehingga warna-warna memang menyatu. Karenanya meski bekerja dengan resolusi 300 dpi,
printer ini mampu menghasilkan cetakan dengan mutu yang setara cetakan foto.
2) Jenis-Jenis Printer untuk Proofing
Terdapat beberapa jenis printer yang dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan
proofing. Hal tersebut disesuaikan jenis dan image pekerjaannya. Apabila pekerjaan yang
akan diproof adalah hitam putih, maka sebaiknya menggunakan printer hitam putih. Tetapi
bila modelnya berwarna, maka lakukan print menggunakan printer berwarna. Jenis perangkat
proofing yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
a) Laser Printer
Laser printer terdiri dari dua jenis, yaitu laser printer hitam putih dan laser printer berwarna.
Apabila proofing dilkukan untuk melihat kesesuai susunan, maka pergunakan laser printer
hitam putih. Tetapi bila susunan merupakan rancangan full color, maka sebaiknya
menggunakan laser printer berwarna.
b) Thermal Wax
Pada thermal wax proses pembentukan warna-warna berasal dari zat pewarna yang dilarutkan
dalam wax (lilin). Ketika proses pencetakan berlangsung, print head akan memanaskan
lapisan lilin berwarna pada film donor hingga meleleh dan berpindah ke kertas. Citra thermal
wax dibentuk dengan metode dithering (gabungan titiktitik). Dengan resolusi 300 dpi (yang
dimilki oleh print head), jelas mutu reproduksi dari printer thermal wax berada di bawah
mutu printer laser atau printer inkjet. Keunggulan printer thermal wax terletak pada daya
tutup warnanya yang amat baik serta tidak memerlukan kertas khusus sehingga sesuai untuk
desain yang mengandung bidang solid, seperti kemasan karton.
c) Inkjet
Pada printer inkjet dikenal istilah ink-on-demand, yaitu tinta hanya akan
disemprotkan pada bagian-bagian yang mencetak. Karena lebih murah dan sederhana, ink-ondemand merupakan metoda yang umum digunakan pada printer inkjet. Pada metode ini
terdapat dua teknologi yang umum digunakan, yakni bubble jet atau thermal inkjet dan piezo
eletric yang diterapkan oleh Epson. Apabila digital proofing akan dioptimalkan untuk proses

simulasi cetak ofset, maka sebaiknya menggunakan RIP Color. Sehingga akan diperoleh
detail yang mendekati sama dengan hasil setelah pencetakan dengan mesin ofset.

4. Computer to Film dan Computer to Plate

3 Bentuk teknologi dasar didalam CTF dan CTP


Secara garis besar, terdapat 3 jenis mekanisme yang digunakan dalam imagesetter dan
platesetter untuk menghasilkan plat yang dipergunakan dalam offset printing, yaitu internal
drum, external drum dan flat bed imagesetter dan platesetter.
a. Penggunaan External Drum dalam imagesetter.
Pada proses ini, plat yang akan diberi image, diletakkan di luar drum. Plat diletakkan
melingkar mengelilingi sebuah silinder yang berputar. Dan terdapat sebuah (atau bisa
beberapa) sumber laser yang ditembakkan tegak lurus terhadap bidang permukaan silinder.
Seiring dengan berputarnya silinder yang memutar bidang plat, sumber laser bergerak tegal
lurus dengan bidang putar silinder. Ilustrasi pergerakan silinder, plat dan sumber laser dapat
dilihat pada gambar berikut.
Kelebihan imagesetter dengan mengunakan prinsip external drum adalah :
Optik / Sumber Laser berada sangat dekat dengan permukaan plat, sehingga mampu
mengurangi distorsi sinar laser.
Karena optik / sumber laser berada di luar drum, maka dapat dimungkinkan untuk
penggunaan optik / sumber laser secara pararel dengan jumlah yang banyak. Hal ini dapat
mempercepat proses pembuatan plat pada imagesetter.
Namun, disamping kelebihannya itu, imagesetter yang cara kerjanya menggunakan prinsip
eksternal drum, masih mempunyai beberapa kelemahan. Karena silinder yang membawa plat
tersebut berputar, maka dimungkinkan dapat terjadi ketidakseimbangan image yang
dihasilkan sebagai akibat gaya sentrifugal.

b. Penggunaan Internal Drum dalam imagesetter


Untuk menghilangkan efek sentrifugal pada plat, dibuatlah desain internal drum.
Konsep pembuatan imagesetter dengan prinsip kerja seperti ini datang dari konsep film
imagesetter. Sebuah plat yang akan diberi image, diletakkan di dalam sebuah silinder. Sebuah
sumber laser diletakkan di dalam silinder yang bergerak searah sumbu silinder. Pada sumber
laser terdapat sebuah cermin yang mampu berotasi untuk memantulkan sinar laser ke bidang
permukaan plat tegak lurus dari sumbu silinder.
Sumber laser tersebut bergerak pelan searah sumbu silinder, namun cermin pemantul
sinar lasernya mampu bergerak sangat cepat dan dapat mencapai kecepatan 40.000 rpm.
Untuk mengurangi efek vibrasi dari getaran 40.000 rpm tersebut, beberapa perusahaan
membuat cermin pada imagesetter denngan menggunakan material yang berbahan dasar
granit yang mempunyai kelebihan solid, mempunyai geometri yang stabil dan mampu
menghilangkan efek vibrasi. Plat yang akan diberi image, diletakkan pada posisi diam dan
yang bergerak adalah sumber lasernya.
Pada imagesetter model eksternal drum, untuk mempercepat proses pembuatan plat,
maka diletakkan lebih dari satu sumber laser. Namun dalam imagesetter model ini, hal
tersebut tidak dimungkinkan. Pada tahun 1997, "Luscher" memperkenalkan sistem "XPose!"
untuk memberikan solusi dari permasalahan tersebut. Pada sistem "XPose!" ini, Luscher
mengganti bagian cermin putarnya dengan menggunakan 64 dioda sumber laser. Sehingga
dimungkinkan untuk pembuatan plat secara cepat. Konsep ini didemonstarsikan oleh Fuji
Film, ECRM dan Cymbolic Science.

c.

Penggunaan Flat-Bed Design


Pada konsep ini, sebuah palt yang akan diberi image, diletakkan pada sebuah pidah
datar. Sebua sinar laser dipantulkan oleh cermin poligon secara perbaris.
Namun ada kelemahan pada prinsip kerja imagesetter dengan menggunakan konsep ini.
Sinar laser yang jatuhnya di ujung plat bagian luar akan mengalami distorsi dan akan
menghasilkan dot yang relatif lebih besar dibandingkan dengan dot yang dihasilkan oleh sinar
laser pada bagian tengah plat. Namun demikian, imagesetter model seperti ini sangat cocok
digunakan untuk produksi koran-koran yang lebih mengutamakan kecepatan.

RIP (Raster Image Processing)


Kepanjangan dari RIP adalah Raster Image Processing yang artinya sebagai
penerjemah dari bahasa PostScript ke dalam bentuk bitmap. Tidak semua data dapat dengan
baik diterjemahkan oleh RIP. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan RIP itu sendiri,
konfigurasi platform yang dipakai serta data file yang akan di-output. Setiap RIP memiliki
fasilitas preview yang berfungsi untuk pengecekan terakhir semua data sebelum dilakukan
imaging ke film/plate/cetak. Setiap teknologi RIP dari masing-masing proses vendor memiliki
ke-mampuan yang berbeda-beda dan membutuhkan ketentuan proses yang berbeda pula.
a. Proses RIP
Proses yang terjadi pada RIP terdapat 3 macam yaitu:

1) Interpretation
Interpretation adalah proses menerjemahkan data PostScript ke bentuk objek.
2) Rasterization
Rasterization adalah mengubah data objek kedalam bentuk raster.
3) Screening
Screening adalah mengubah data raster menjadi bitmap/ titik halftone. Pada proses Ripping,
data-data yang harus ditentukan adalah screen rulling, resolusi output, bentuk dot, sudut
raster, warna proses dan spot, emulsi up/down, dan lain-lain.
b. Teknologi RIP
Saat ini teknologi RIP terbagi atas 2 jenis, yaitu:
1) Berbasis PostScript
Berbasis PostScript artinya data yang diterima oleh RIP tersebut diolah menjadi data
PostScript lalu di-output.
2) Berbasis PDF(Portable Document Format)
Bebasis PDF artinya data yang diterima oleh RIP akan diolah kedalam bentuk PDF. Saat ini
kebanyakan teknology RIP yang digunakan adalah yang berbasis PDF karena selain lebih
cepat proses output-nya, PDF juga mendukung proses otomatisasi alur kerja dari prepress,
press, dan finishing dalam bentuk job ticket.
Istilah "Computer To Plate" menggambarkan suatu proses dalam pembuatan plate
secara direct imaging yang dikontrol oleh komputer dari data-data digital.
Sesuai dengan namanya, Computer To Plate (CTP) yang mempergunakan proses direct
imaging, proses pembuatan plat yang awalnya (secara konvensional) menggunakan film
topografi, maka dengan menggunakan CTP, image dapat dicetak ke plat secara langsung dari
file komputer.
Secara umum, komponen yang dipergunakan dalam sistem Computer To plate ini ada 3
macam
a. Komputer
Komputer merupakan komponen utama dan juga merupakan komponen paling penting dalam
alur proses ( workflow) pembuatan plat dalam sistem CTP ini. Proses Imposisi, Raster Image
Processor (RIP) dan juga penyimpanan data dilakukan dengan menggunakan komputer.
b. Imaging System
Imaging System memegang peranan yang tidak kalah penting dalam proses Computer To
Plate. Transfer data digital dari komputer ke plat dilakukan oleh plat imagesetter dengan
menggunakan laser dengan daya dan panjang gelombang laser disesuaikan dengan
sensitivitas permukaan plat.
c. Printing Plat
Komponen terakhir yang digunakan adalah plat. Saat ini, dapat dijumpai berbagai macam tipe
plat yang digunakan pada proses Computer To Plate ini. Namun tidak semuanya bisa
dipergunakan Karena harus disesuaikan dengan jenis imagesetter yang digunakan.
Alur kerja Ctp diawali dengan Input data yang terdiri dari Pengolahan teks, Layout, dan
Pengolah image.
Bagian Input pertama adalah pengolahan teks yaitu teks diedit dengan pengolahan
bahasa yang baik, lalu image diambil melalui scener (Input data). Setelah itu teks dan gambar
disatukan dan dibuat tata letak/Layout dengan baik.
Setelah data input selesai dikerjakan dan sudah siap untuk diproses selanjutnya seluruh
bagian input di kirim datanya ke bagian workstation untuk di imposisi untuk dijadikan
sebagai dummy sebelum di Proofing. Setelah data tersebut jadi pada workstation selanjutnya

di color proofing untuk dilihat hasil sementara apakah hasilnya sudah cocok dengan data
pada workstation. Jika data proofing sudah cocok dengan data workstation data yang sudah
jadi (dummy) selanjutnya dibuat plat pada mesin platesetter. Hasil akhirnya yaitu berupa plat
yang siap cetak.

Kelebihan yang didapatkan dengan menggunakan Plate Platinum CtP:


a. Kualitas yang sangat tinggi
Thermal Plate CtP menghasilkan kualitas gambar dan ketajaman gambar yang sangat
baik karena merupakan first generation screen dot, yaitu pembentukan dot raster pada plate
cetak langsung dari laser. Derajat ketajaman dan kualitasnya tidak dapat dicapai dengan
melalui Computer to Film (CtF).
Pada pembuatan plate konvensional, walau-pun dikerjakan dengan sangat hati-hati,
tetap tak dapat dihindarkan terjadinya Dot Loss pada raster dibawah 5% yang menyebabkan
hilangnya ketajaman.
b. Mempercepat waktu produksi
Thermal Plate CtP menghasilkan gambar yang sangat presisi. Plate CtP sedemikian
akurat dalam hal register dan sangat bersih. Dengan menggu-nakan plate CtP, waktu yang
diperlukan untuk persiapan produksi di mesin cetak untuk pemasangan plate dan pencarian
register menjadi lebih singkat. Selain itu tidak diperlukan korektor plate.
Berbeda dengan plate konvensional dimana gambar yang timbul dari hasil expose film
memungkinkan terjadinya pergeseran yang mengakibat-kan terjadinya miss-register, serta
timbulnya kotoran yang tidak diinginkan efek dari film scratching dan debu. Akibat hal
tersebut proses persiapan produksi di mesin cetak mema-kan waktu untuk menepatkan
gambar/register, serta membersihkan plate dari kotoran yang tidak diinginkan (korektor plate)
untuk menjaga kualitas dan kebersihan hasil cetakan.
c. Mempercepat waktu persiapan (pracetak) dengan Imposition software
Anda memangkas waktu yang digunakan untuk mempersiapkan data digital anda untuk
diserahkan ke repro film karena di Platinum CTP, anda cukup menyerahkan data digital anda,
kami yang mempersiapkannya untuk menjadi plate siap cetak. Kami menggunakan software
imposisi yang sangat membantu pengolahan data digital anda untuk menghasilkan layout

halaman yang terintegrasi dengan sistem finishing/penjilidan yang anda inginkan.


Pada repro konvensional, anda harus melaku-kan imposisi/layout di aplikasi yang anda
gunakan untuk desain. Imposisi secara konvensional ini beresiko karena file yang diputar
untuk menye-suaikan layout halaman seringkali memunculkan problem, semisal gambar yang
tidak ikut terputar, teks terpotong atau hilang, dan problem lainnya. hal ini tidak akan terjadi
apabila menggunakan software yang spesial untuk pekerjaan imposisi/
layout.
d. Menggunakan Thermal Plate
Plate yang dibuat di Platinum CTP mengguna-kan jenis plate thermal. Keunikan dari
plate ini adalah tidak peka terhadap cahaya melainkan terhadap panas yang dikeluarkan oleh
gelombang cahaya tertentu. Karena tidak peka terhadap cahaya, plate thermal dapat ditangani
langsung diruang terbuka tanpa harus menggunakan lampu pengaman seperti jenis plate lain.
Keunikannya yang lain adalah emulsinya yang besifat binary, artinya image baru akan
terbentuk setelah melewati nilai threshold tertentu. Dibawah nilai threshold yang ditentukan
gambar tidak akan terbentuk. Hal ini berarti plate hermal tidak me-ngenal istilah over
exposed atau under exposed. Saat ini plate thermal diakui merupakan plate terbaik untuk
mereproduksi gambar.
e. Dukungan GMG Color Proofing
Plate yang dibuat di Platinum CTP dilengkapi dengan Color Proofing yang dicetak
dengan Hi Quality Color Plotter menggunakan Software GMG Color Proffing. Hasil proof ini
akan menunjukkan kwalitas dari file yang ada print, dan dapat menjadi acuan anda dalam
mencetak dengan akurasi yang tinggi sehingga menghindari ketidaksesuaian antara apa yang
diinginkan dengan apa yang tercetak.
f. Efisiensi waktu dan biaya
Hal yang sangat krusial dalam produksi cetak adalah efisiensi waktu dan biaya.
Teknologi baru dan canggih sekalipun tidak akan berguna apabila tidak menyajikan hal ini
sebagai competitive advantage.
Plate yang dibuat di Platinum CTP memenuhi kriteria ini. Plate yang bersih dan presisi
memu-dahkan penyetelan register di mesin. Dukungan Color Proffing memudahkan
pencarian warna dan perataan tinta. asilnya adalah waktu persiapan lebih singkat dan kertas
waste/inchiet berkurang drastis.

a.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

Inilah daftar masalah yang patut diperhatikan dan diwaspadai pada saat tahap Prepress
berlangsung:
Missing Font
Hal ini terjadi apabila kita memilih/memakai font yang tidak terdefinisi oleh printer
postscript. Atau font yang digunakan tidak ikut dicopy ke disc saat di bawa ke percetakan
(apabila kita mendesain sendiri halaman publikasi-kemudian dikirim ke percetakan),
sedangkan di percetakan font tersebut tidak tersedia. Untuk itu, copy-lah font tersebut atau diconvert terlebih dahulu dalam desain artwork sebelum diserahkan ke percetakan / tempat
pembuatan film. Usahakan sebelum meng-convert dokumen artwork dalam proses prepress,
save-lah terlebih dahulu format teks aslinya secara terpisah sebagai dokumen cadangan.
Wrong file format
Artwork cetak biasanya menggunakan format file .TIFF atau .EPS untuk gambar.
Sehingga kalau Anda mendefinisikan file gambar Anda ke JPEG atau GIF dan lainnya untuk
keperluan cetak offset, maka warnanya tidak akan sesuai dengan hasil cetak dan kualitas
pixel (unsur terkecil dari gambar digital) akan rusak. Format tiff berukuran sangat besar, dan
akan menjadi kendala jika pengiriman harus dilakukan by email. Tapi bagaimanapun juga
hindari mengirimkan gambar dalam format jpg atau gif .
Incorrect page setting or Page Set-up
Gunakan set-up halaman sesuai ukuran yang diperlukan. Jangan lupa diingat, untuk
cetakan seperti brosur, undangan dan sejenisnya, sisi-sisinya akan dipotong dengan mesin
potong kertas, jadi jangan lupa menambahkan luas area design beberapa milli lebih besar dari
area cetak. Output harus selalu dibuat dalam ukuran sebenarnya, hanya resolusinya saja yang
disesuaikan sesuai penggunaan.
Missing graphics. or graphic not linked
Jika anda mengirimkan file dalam format Freehand, PageMaker atau Quark Express,
Anda tetap harus mengcopy file gambar Anda ke dalam disk yang Anda kirim ke percetakan
atau tempat pembuatan film (repro), karena jika tidak gambar yang anda insert dalam artwork
anda tidak akan muncul di komputer yang lain.
Resolution
Resolusi adalah tingkat kecerlangan (dpi, dot per inch, pixel per inch) pada gambar.
Terlalu tinggi resolusi akan menyebabkan hasil yang tidak maksimal dan berlebihan sehingga
memboroskan tinta. Sementara resolusi yang didefinisikan terlalu rendah akan menyebabkan
gambarnya pecah atau kabur. Untuk cetak offset seperti brosur, iklan koran, majalah, dll,
besaran dpi-nya minimal 300 dpi. Sedangkan cetak digital untuk keperluan outdoor (baliho,
billboar, spanduk dll) bisa menggunakan 32 dpi sampai 100 dpi tergantung ukuran medianya.
Untuk backdrop yang biasa dilihat dalam jarak relatif dekat sebaiknya menggunakan resolusi
tidak kurang dari 72 dpi, tapi untuk billboard ukuran bisa menggunakan resolusi 32 dpi.
Incorrect colours
Karena unsur warna yang digunakan monitor (komputer) berbeda dengan unsur warna
cetak (percetakan) maka sering terjadi hasil cetak yang meleset warnanya. Hal ini harus kita
pahami, karena komputer grafis menggunakan unsur warna sinar Red, Green, Blue (RGB
Color). Sementara percetakan menggunakan unsur warna tinta Cyan, Magenta, Yellow, Black
(CMYK Color). Jadi kita harus menggunakan warna CMYK apabila kita ingin membuat
artwork cetak. Kalau sudah terlanjur menggunakan RGB, maka rubahlah kedalam format
warna CMYK.
Make the Black color as a special one
Sebaiknya tidak menggunakan warna selain hitam untuk mewarnai teks (apalagi huruf
kecil2) atau garis outline pada arwork yang anda buat. Ini untuk mencegah teks/garis menjadi
terlihat dobel karena registrasi yang kurang presisi. Bila ada teks yang perlu direvisi pada
saat2 terakhir sebelum dicetak, anda hanya perlu mengganti selembar film saja pada warna

Black-nya, tidak perlu mengganti 3 lembar lainnya (Cyan, Magenta dan Yellow).
h. Proofing
Sebelum dicetak, kita harus melakukan proofing untuk mengetahui contoh hasil cetak
nantinya. Nah, kalau kita mencetak hasil proofing dengan menggunakan printer selain printer
laser atau color digital printing, biasanya hasilnya akan meleset dari perkiraan. Sekarang
sudah banyak printer warna digital sampai ukuran A3+ sebagai sarana proofing sebelum naik
cetak. Lebih baik lagi bila anda membuat Progressive Proof untuk mengejar presisi warna
yang cocok sesuai tuntutan kualitas yang anda inginkan

Prepress atau Pracetak adalah semua proses digital untuk menyiapkan desain cetak (artwork,
graphic design) dengan menggunakan perangkat komputer, dimulai dari input data sampai
desain siap cetak atau Final Artwork. Semua hal yang dilakukan saat membuat layout artwork
dengan menggunakan beragam Software Grafis populer seperti Adobe Photoshop,
Macromedia Freehand, Illustrator, CorelDraw, PageMaker, InDesign atau QuarkExpress, dsb
adalah aktifitas yang termasuk tahapan PrePress yang dilakukan oleh pelaku usaha
percetakan.

Jadi ada beberapa aturan yang harus diikuti oleh desainer grafis handal, sehingga desain yang
dibuat akan dicetak dengan hasil yang konsisten (hampir 100% sama persis) dengan apa yang
terlihat di monitor komputer. Dari pengalaman penulis di lapangan, terangkum fakta bahwa
banyak sekali terjadi kesalahan pada pencetakan, dikarenakan pekerjaan desain grafis yang
tidak benar pada tahap Prepress atau pracetak ini. Banyak kendala yang perlu diantisipasi
supaya hasil akhir suatu barang cetakan terlihat sempurna.

Inilah daftar masalah yang patut diperhatikan dan diwaspadai pada saat tahap Prepress
berlangsung:

Rule #1: Missing or incorrect fonts.


Hal ini terjadi apabila kita memilih/memakai font yang tidak terdefinisi oleh printer
postscript. Atau font yang digunakan tidak ikut dicopy ke disc saat di bawa ke percetakan
(apabila kita mendesain sendiri halaman publikasi-kemudian dikirim ke percetakan),
sedangkan di percetakan font tersebut tidak tersedia. Untuk itu, copy-lah font tersebut atau diconvert terlebih dahulu dalam desain artwork sebelum diserahkan ke percetakan / tempat
pembuatan film. Usahakan sebelum meng-convert dokumen artwork dalam proses prepress,
save-lah terlebih dahulu format teks aslinya secara terpisah sebagai dokumen cadangan.

Rule #2: Scans supplied in wrong file format.


Artwork cetak biasanya menggunakan format file .TIFF atau .EPS untuk gambar. Sehingga
kalau Anda mendefinisikan file gambar Anda ke JPEG atau GIF dan lainnya untuk keperluan
cetak offset, maka warnanya tidak akan sesuai dengan hasil cetak dan kualitas pixel (unsur
terkecil dari gambar digital) akan rusak. Untuk kualitas cetak bagus, besaran dpi-nya minimal
300 dpi.

Rule #3: Incorrect page setting or Page Set-up.


Jangan membuat setting halaman lebih besar dari kebutuhan cetak. Misalnya untuk artwork
ukuran kertas A4 timbal balik, Anda menggunakan ukuran kertas A3 yang Anda bagi menjadi
dua. Gunakan set-up halaman sesuai ukuran yang diperlukan.

Rule #4: Missing graphics. or graphic not linked.


Walaupun Anda sudah memasukkan gambar Anda ke dalam halaman artwork yang Anda
desain di PageMaker atau Quark Express, Anda tetap harus mengcopy file gambar Anda ke
dalam disk yang Anda kirim ke percetakan atau tempat pembuatan film (repro).

Rule #5: Resolution too high or too low in scans supplied by customer.
Resolusi adalah tingkat kecerlangan (dpi, dot per inch, pixel per inch) pada gambar. Terlalu
tinggi resolusi akan menyebabkan hasil yang tidak maksimal dan berlebihan sehingga
memboroskan tinta. Sementara resolusi yang didefinisikan terlalu rendah akan menyebabkan
gambarnya pecah atau kabur.

Rule #6: File defined with incorrect colours.


Karena unsur warna yang digunakan monitor (komputer) berbeda dengan unsur warna cetak
(percetakan) maka sering terjadi hasil cetak yang meleset warnanya. Hal ini harus kita
pahami, karena komputer grafis menggunakan unsur warna sinar Red, Green, Blue (RGB
Color). Sementara percetakan menggunakan unsur warna tinta Cyan, Magenta, Yellow, Black
(CMYK Color). Jadi kita harus menggunakan warna CMYK apabila kita ingin membuat
artwork cetak. Kalau sudah terlanjur menggunakan RGB, maka rubahlah kedalam format
warna CMYK.

Rule #7: Make the Black color as a special one.


Sebaiknya tidak menggunakan warna selain hitam untuk mewarnai teks (apalagi huruf kecil2)
atau garis outline pada arwork yang anda buat. Ini untuk mencegah teks/garis menjadi terlihat
dobel karena registrasi yang kurang presisi. Bila ada teks yang perlu direvisi pada saat2
terakhir sebelum dicetak, anda hanya perlu mengganti selembar film saja pada warna Blacknya, tidak perlu mengganti 3 lembar lainnya (Cyan, Magenta dan Yellow).

Rule #8: No laser or digital printing proof supplied.


Sebelum dicetak, kita harus melakukan proofing untuk mengetahui contoh hasil cetak
nantinya. Nah, kalau kita mencetak hasil proofing dengan menggunakan printer selain printer
laser atau color digital printing, biasanya hasilnya akan meleset dari perkiraan. Sekarang
sudah banyak printer warna digital - digital printing - sampai ukuran A3+ sebagai sarana
proofing sebelum naik cetak. Lebih baik lagi bila anda membuat Progressive Proof untuk
mengejar presisi warna yang cocok sesuai tuntutan kualitas yang anda inginkan.

Itulah hal-hal yang perlu diperhatikan saat Anda menyiapkan sendiri artwork pada tahap
prepress. Sebaiknya Anda tetap berkonsultasi dengan sesama Graphic Designer untuk
mendapatkan second opinion terhadap hasil artwork anda, atau diskusikan hal tersebut di atas
dengan tempat pembuatan film langganan / percetakan Anda.
art_pracetak
Prepress atau Pracetak adalah semua proses digital untuk menyiapkan desain cetak (artwork,
graphic design) dengan menggunakan perangkat komputer, dimulai dari input data sampai
desain siap cetak atau Final Artwork.
Ada beberapa aturan yang harus diikuti oleh desainer grafis untuk mendapatkan hasil cetak
yang konsisten (hampir 100% sama persis) dengan apa yang terlihat di monitor komputer.
Dalam kenyataannya banyak sekali terjadi kesalahan pada pencetakan yang disebabkan
karena pekerjaan desain grafis tidak dilakukan dengan benar pracetak ini.
Inilah daftar masalah yang patut diperhatikan dan diwaspadai pada saat tahap Prepress
berlangsung:
1. Missing Font.
Hal ini terjadi apabila kita memilih/memakai font yang tidak terdefinisi oleh printer
postscript. Atau font yang digunakan tidak ikut dicopy ke disc saat di bawa ke percetakan
(apabila kita mendesain sendiri halaman publikasi-kemudian dikirim ke percetakan),
sedangkan di percetakan font tersebut tidak tersedia. Untuk itu, copy-lah font tersebut atau
di-convert terlebih dahulu dalam desain artwork sebelum diserahkan ke percetakan / tempat
pembuatan film. Usahakan sebelum meng-convert dokumen artwork dalam proses prepress,
save-lah terlebih dahulu format teks aslinya secara terpisah sebagai dokumen cadangan.
2. Wrong file format.
Artwork cetak biasanya menggunakan format file .TIFF atau .EPS untuk gambar. Sehingga
kalau Anda mendefinisikan file gambar Anda ke JPEG atau GIF dan lainnya untuk keperluan
cetak offset, maka warnanya tidak akan sesuai dengan hasil cetak dan kualitas pixel (unsur
terkecil dari gambar digital) akan rusak. Format tiff berukuran sangat besar, dan akan
menjadi kendala jika pengiriman harus dilakukan by email. Tapi bagaimanapun juga hindari
mengirimkan gambar dalam format jpg atau gif .

3. Incorrect page setting or Page Set-up.


Gunakan set-up halaman sesuai ukuran yang diperlukan. Jangan lupa diingat, untuk cetakan
seperti brosur, undangan dan sejenisnya, sisi-sisinya akan dipotong dengan mesin potong
kertas, jadi jangan lupa menambahkan luas area design beberapa milli lebih besar dari area
cetak. Output harus selalu dibuat dalam ukuran sebenarnya, hanya resolusinya saja yang
disesuaikan sesuai penggunaan.
4. Missing graphics. or graphic not linked.
Jika anda mengirimkan file dalam format Freehand, PageMaker atau Quark Express, Anda
tetap harus mengcopy file gambar Anda ke dalam disk yang Anda kirim ke percetakan atau
tempat pembuatan film (repro), karena jika tidak gambar yang anda insert dalam artwork
anda tidak akan muncul di komputer yang lain.
5. Resolution
Resolusi adalah tingkat kecerlangan (dpi, dot per inch, pixel per inch) pada gambar. Terlalu
tinggi resolusi akan menyebabkan hasil yang tidak maksimal dan berlebihan sehingga
memboroskan tinta. Sementara resolusi yang didefinisikan terlalu rendah akan menyebabkan
gambarnya pecah atau kabur. Untuk cetak offset seperti brosur, iklan koran, majalah, dll,
besaran dpi-nya minimal 300 dpi. Sedangkan cetak digital untuk keperluan outdoor (baliho,
billboar, spanduk dll) bisa menggunakan 32 dpi sampai 100 dpi tergantung ukuran medianya.
Untuk backdrop yang biasa dilihat dalam jarak relatif dekat sebaiknya menggunakan resolusi
tidak kurang dari 72 dpi, tapi untuk billboard ukuran bisa menggunakan resolusi 32 dpi.
6. Incorrect colours.
Karena unsur warna yang digunakan monitor (komputer) berbeda dengan unsur warna cetak
(percetakan) maka sering terjadi hasil cetak yang meleset warnanya. Hal ini harus kita
pahami, karena komputer grafis menggunakan unsur warna sinar Red, Green, Blue (RGB
Color). Sementara percetakan menggunakan unsur warna tinta Cyan, Magenta, Yellow, Black
(CMYK Color). Jadi kita harus menggunakan warna CMYK apabila kita ingin membuat
artwork cetak. Kalau sudah terlanjur menggunakan RGB, maka rubahlah kedalam format
warna CMYK.
7. Make the Black color as a special one.
Sebaiknya tidak menggunakan warna selain hitam untuk mewarnai teks (apalagi huruf
kecil2) atau garis outline pada arwork yang anda buat. Ini untuk mencegah teks/garis menjadi
terlihat dobel karena registrasi yang kurang presisi. Bila ada teks yang perlu direvisi pada
saat2 terakhir sebelum dicetak, anda hanya perlu mengganti selembar film saja pada warna
Black-nya, tidak perlu mengganti 3 lembar lainnya (Cyan, Magenta dan Yellow).
8. Proofing.
Sebelum dicetak, kita harus melakukan proofing untuk mengetahui contoh hasil cetak
nantinya. Nah, kalau kita mencetak hasil proofing dengan menggunakan printer selain printer
laser atau color digital printing, biasanya hasilnya akan meleset dari perkiraan. Sekarang
sudah banyak printer warna digital sampai ukuran A3+ sebagai sarana proofing sebelum naik
cetak. Lebih baik lagi bila anda membuat Progressive Proof untuk mengejar presisi warna
yang cocok sesuai tuntutan kualitas yang anda inginkan.

Untuk mencetak kita membutuh beberapa bahan yang diperlukan, seperti plat, kertas, dan
tinta. Kali ini saya akan membahas tentang membuat plat cetak. Plat cetak sendiri terbagi 2
macam plat kertas dan plat logam/seng. Untuk plat kertas bahan terbuat dari kertas dengan
lapisan dipermukaan plat kertas tersebut untuk membantu gambar yang nantinya akan
tergambar pada plat itu. Untuk membuatnya hanya tinggal print saja dengan printer yang
hasilnya solid, seperti printer laser jet. Namun sekarang dengan printer digital tidak perlu
menggunakan printer lama lagi.
Dengan mesin digital printing besar proses dan hasil print untuk plat kertas telah terjamin
kualitasnya. Anda tinggal memasukan file yang akan dicetak dan print plat kertas dengan
mesin digital printing. Harga palt kertas pun relatif murah namun hanya tersedia untuk
ukuran folio.
Selanjutnya untuk teknik membuat plat cetak dari bahan seng/logam. Seperti pada artikel
yang ini
Membuat Plat Cetak Offset Tanpa Film Repro pembuatan plat logam sekarang jadi semakin
lebih mudah. tidak perlu menggunakan cairan yang berbahaya seperti pelarut kimia. Pada
masa sebelum mesin pembuat plat cetak secara langsung, plat cetak seng dibuat dengan
beberapa tahapan.
1. untuk tahapan pertama, kita membuat film offset
2. kemudian setelah film offset telah jadi kita tempelkan atau layout kan pada plat seng
tersebut. Maksudnya adalah kita menentukan posisi dimana posisi gambar akan di cetak pada
kertas.
3. setelah itu tinggal mengekspose atau penyinaran dengan cahaya lampu neon atau halogen.
Mesin ekspose plat telah tersedia namun bila anda tidak ingin membelinya bisa membuat
rancangan sendiri. Karena bahan mesin ekspose plat ini hanya tempat pengepress dan cahaya
yang terang.
4. Plat yang sudah di layout dengan film offset dimasukan ke tempat pengepressan dalam
mesin ekspose tersebut. dengan press memakai compressor plat akan tertekan secara kuat
sampai benar-benar vakum.
5. sinari plat dengan cahaya neon atau halogen dan tinggal sampai beberapa menit. Untuk
ukuran cahaya yang terang hanya sekitar 5 - 10 menit. Jangan sampai terlalu lama dan terlalu
cepat agar hasil sempurna.
6. setelah selesai penyinaran angkat dan lepaskan film offset dari plat
7. cuci atau rendam plat dengan menggunakan cairan pelarut plat atau cairan develop.
Goyang hingga rata dan plat pun jadi. Siap untuk naik cetak.
Catatan: Harap koreksi film offset sebelum naik cetak! kesalahan kecil akan merugikan.
Namun lebih baik koreksi file yang akan dicetak sebelum proses yang panjang.

Vous aimerez peut-être aussi