Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pengertian
Hidrocefalus adalah suatu kondisi dimana terjadi pembesaran sistem ventrikular akibat
ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan cerebrospinal (CSF:
Cerebrospinal Fluid).(Ricard & Victor, 1992)
Jadi Hidrocefalus merupakan suatu keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan cerebrospinalis sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan
cerebrospinal.
Tipe Hidrocefalus
menurut Ngatiyah (1997) Hidrocefalus pada bayi dapat dibagi menjadi dua yaitu
1. Konginetal
2. Di dapat
: Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya
adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala yang menyerang otak dan
pengobatannya tidak tuntas.
Menurut Ngastiyah (1997) Hidrocefalus dapat dibagi dua yaitu:
1. Hidrocefalus obstruksi
Tekanan CSS yang tinggi disebabkan oleh obstruksi pada salah satu tempat antara pembentukan
oleh plexus koroidalis dan keluranya dari ventrikel IV melalui foramen lusckha dan magendie.
1. Hidrocefalus komunikans
Bila tekanan CSS yang meninggi tanpa penyumbatan sistem ventrikel.
1. B.
Etiologi
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah:
1. Kelainan bawaan
1. Stenosis Aquaductus sylvii
merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat berubah
saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala
Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
1. Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan
medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum
sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.
1. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat Hidrocefalus
obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista
yang besar di daerah losa posterior.
1. Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia
1. Anomali pembuluh darah
2. Infeksi
3. Perdarahan
4. Neoplasma
1. C.
PATOFISIOLOGI
Hidrocefalus menurut Avril B. Kligmen (1999) terjadi sebagi akibat dari 3 mekanisme yaitu:
produksi liguor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran liguor dan peningkatan tekanan
sinus venosa sebagai, konskwensi dari tiga mekanisme ini adalah peningkatan TIK sebagai
upayamempertahankan keseimbangan sekresi dan observasi berbeda-beda setiap saat selama
perkembangan Hidrocefalus. Dialatasi ini terjadi sebagai akibat dari:
Kompresi sistem serebrovaskular
Redistribusi dari liquor serebrospinalis atau cairan ekstra selular atau keduanya di dalam sistem
susunan saraf pusat.
Perubahan mekanis dari otak
Efek tekanan denyut liquor cerebrospinalis
Hilangnya jaringan otak
Pembesaran volume tengkorak akibat adanya regangan abnormal pada sutura kranial.
1. D.
10. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran
motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital
1. E.
patHway keperawatan
KOMPLIKASI
1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
8. Kematian
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
1. F.
PENATALAKSANAAN
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori live saving and live sustaining yang berarti
penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya.
Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan
tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang
menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat
absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarakhnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
1. Drainase ventrikule-peritoneal (Holter, 1992; Scott, 1995;Anthony JR, 1972)
2. Drainase Lombo-Peritoneal
3. Drainase ventrikulo-Pleural (Rasohoff, 1954)
4. Drainase ventrikule-Uretrostomi (Maston, 1951)
5. Drainase ke dalam anterium mastoid
6. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui
kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan
pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang
dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak
dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis
lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan
dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang.
Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam
selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang
yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
5. pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis
silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. VRIES (1978) mengembangkan fiberoptik
yang dilengkapi perawatan bedah mikro dengan sinar laser sehingga pembedahan dapat
dipantau melalui televisi.
ASUHAN KEPERAWATAN
HIDROCEFALUS
1. A.
fokus pengkajian
2. Wawancara
DS
1. Pemeriksaan Neurologi
Untuk mengetahui status neurologis pasien, misalnya gangguan kesadaran, motoris/kejang,
edema pupil saraf otak II
1. Pengukuran lingkar kepala
Untuk mengetahui Progrestivitas atau perkembangan lingkar kepala
1. CT Scan
Untuk mengetahui adanya kelainan dalam otak dengan menggunakan radio isotop, radioaktif dan
scanner
1. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik
scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh
1. B.
diagnosa keperawatan
2. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan volume cairan
serebrospinal
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan penempatan shunt
5. Ketakutan atau kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi
1. C.
Dx I
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan volume cairan
cerebrospinal.
NOC : Status sirkulasi
Kriteria hasil NOC
2. Aktivitas kolaboratif
1. Pertahankan parameter termodinamik dalam rentang yang dianjurkan
2. Berikan obat-obatan untuk meningkatkan volume intravaskuler, sesuai permintaan
3. Berikan obat yang menyebabkan Hipertensi untuk mempertahankan tekanan perfusi
serebral sesuai dengan permintaan
4. Tinggikan bagian kepala tempat tidur 0 sampai dengan 45 derajat, bergantung pada
kondisi pasien dan permintaan medis
5. Berikan loap diuretik dan osmotik, sesuai dengan permintaan.
Dx II
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK
NOC :
1. Level nyeri
Laporan nyeri
Frekwensi nyeri
Lamanya nyeri
Kegelisahan
Perubahan TTV
NIC :
1. Manajemen Nyeri
Tampilkan pengkajian secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekwensi, kualitas, intensitas dan faktor predisposisi nyeri.
Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, terutama jika tidak dapat berkomunikasi
secara efektif.
Tentukan dampak nyeri terhadap kwalitas hidup (misal ; tidur, aktivitas, dll).
Evaluasi dengan pasien dan tim kesehatan, efektivitas dari kontrol nyeri pada masa lalu yang
biasa digunakan.
Berikan info tentang nyeri, misal; penyebab, berapa lama akan berakhir dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur.
Kontrol faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi respon pasien untuk
ketidaknyamanan (misal : temperatur rungan cahaya dan kebisingan).
Ajarkan untuk menggunakan teknik nonfarmokologi (misal : relaksasi, guided imagery,
therapi musik, distraksi, dll).
Dx III
Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan penempatan shutrl
NOC :
1. Kontrol Resiko
Kriteria hasil :
Kritria hasil :
NIC :
1. Kontrol Infeksi
Aktivitas :
Batasi pengunjung
Beritahu pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan jika terjadi infeksi
laporkan kepada petugas kesehatan.
Aktivitas :
Dx IV
Ketakutan atau kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
NOC:
1. Anxiety control
NIC
1. penurunan cemas
menyediakan informasi yang benar dan jelas tentang diagnosis dan program perawatan
yang diberikan
Dx V
Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi.
NOC :
1. Knowledge : Disease Process (1803)
Proses penyakit
Pengendalian infeksi
Pengobatan
Prosedur pengobatan
NIC :
1. Teaching Disease Process
Aktifitas :
Aktifitas :
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1997). Diagnosa Keperawatan : buku saku. edisi 6. Jakarata : EGC
Ganong. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi: 17. Jakarta: EGC
Johnson, marion, dkk. (2000). Nursing Outcomes Clasification (NOC).Missouri: Mosby
Mc. Clostrey, Deane C, & Bulechek Glorid M. (1996). Nursing Intervention Clasification
(NIC).Missouri: Mosby
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan 2005-2006. Alih bahasa dan editor: Budi
Santosa. Jakarta: Prima Medika
Price. (1995). Patofisiologi: Proses-proses Penyakit Edisi: 4, Editor peter Anugrah Buku
II.Jakarta: EGC
Wilkinson, M, Judith; (1997) . Buku saku diagnosis keperawatan dengan NIC dan NOC . Edisi 7
.Jakarta : EGC.