Vous êtes sur la page 1sur 6

ASSET TIDAK BERWUJUD ( SESUAI DENGAN PSAK 19 )

A. PENGERTIAN
Aset tak berwujud merupakan aset non moneter yang teridentifikasi tanpa wujud fisik.Entitas
sering kali mengeluarkan sumber daya maupun menciptakan liabilitas dalam perolehan,
pengembangan, pemeliharaan dan peningkatan sumber daya tak berwujud. Unsur-unsur yang
memenuhi definisi aset tak berwujud yaitu keteridentifikasian, pengendalian atas sumber daya,
dan adanya manfaat ekonomi masa depan.
1. Keteridentifikasian
Keteridentifikasian aset tak berwujud dapat dibedakan secara jelas dengan goodwill. Goodwill
dalam suatu kombinasi entitas bisnis diakui sebagai aset yang menggambarkan manfaat ekonomi
masa depan yang muncul dari aset lain yang diakuisisi dalam kombinasi bisnis yang tidak
teridentifikasi secara individual dan diakui secara terpisah.
Suatu aset dikatakan teridentifikasi jika :
Dapat dipisahkan, yaitu dapat dipisahkan atau dibedakan dari entitas dan dijual, dialihkan,
dilisensikan, disewakan atau ditukarkan, baik secara individual atau bersama dengan kontrak
terkait , aset teridentifikasi atau liabilitas teridentifikasi, terlepas apakah entitas bermaksud untuk
melakukan hal tersebut.
Timbul dari hak kontraktual atau hak legal lain, terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan
atau dipisahkan dari entitas atau dari hak dan kewajiban.
a. Aset tidak berwujud dalam bentuk berbagai hak yang menyertai berbagai produk
intelektual dam pemanfaatan fasilitas pihak lain, baik yang diperoleh dari proses
internal maupun yang diperoleh dengan cara membeli atau proses pertukaran.
1. Hak cipta (Copyright)
Adalah hak yang diberikan kepada pengarang, pencipta, aransemen untuk menerbitkan,
menjual atau mengawasi karyanya. Hak cipta dapat dijual untuk diberikan kepada pihak lain
berdasarkan perjanjian-perjanjian yang telah disepakati.
Harga perolehan hak cipta mencakup keseluruhan pengeluaran mulai saat penyusunan atau
penelitian sampai pengurusan ijin hak cipta hingga sertifikat hak cipta diterima.Harga perolehan
hak cipta diamortisasi sepanjang masa manfaatnya.
2. Hak paten
Adalah hak yang diberikan kepada pihak yang menemukan hal baru untuk memproduksi,
menjual atau mengawasi penemuannya dalam jangka waktu tertentu.hak paten bisa digunakan
sendiri oleh penemunya atau diserahkan kepada pihak lain berdasarkan kesepakatan.
Harga perolehan hak paten adalah mencakup keseluruhan pengeluaran yang meliputi biaya
penelitian, biaya pengembangan, pembuatan gambar dan model, biaya percobaan-percobaan, dan
lain-lain termasuk biaya pengurusan hak paten hingga sertifikat hak paten diterima.
Contoh soal:
Harcott Co. mengeluarkan biaya hukum sebesar $200.000 pada tanggal 1 Januari 2009 untuk
mempertahankan paten.Paten itu memiliki masa manfaat 20tahun dan diamortisasi menggunakan
metode garis lurus. Jurnal untuk mencatat biaya hukum dan amortisasi setiap akhir tahun, yaitu:
1/1/09
Hak Paten
$200.000
Kas
$200.000
31/12/09
Beban Amortisasi Hak Paten
$10.000
Akumulasi Amortisasi Hak Paten
$10.000
3. Hak merk dagang
Adalah hak cipta dan hak untuk menggunakan suatu tanda pengenal atau simbol atas suatu
barang yang diusahakan.Harga perolehan hak merk dagang adalah meliputi biaya perencanaan
gambar atau desain gambar, biaya sayembara pembuatan lambing, dan lain-lain termasuk biaya
pengurusan ijin merk dagang hingga sertifikat merk dagang diterima. Jurnal yang dibuat:
1/1/20xx
Hak Merk Dagang
Xxxxx
Kas
Xxxxx
31/12/20xxBeban Amortisasi Hak Merk Dagang
Xxxxx
Akumulasi Amortisasi Hak Merk Dagang
Xxxxx
4. Hak franchaise
Adalah hak untuk menggunakan fasilitas-fasilitas tertentu yang dimiliki oleh suatu pihak
(franchisor) kepada pihak lain sebagai pengguna fasilitas (franchisee). Franchisee hanya berhak
untuk menggunakan hak franchaise untuk kepentingannya sesuai dengan perjanjian yang
disepakati, tidak mempunyai hak untuk menjual atau mengalihkan hak franchaise kepada pihak
lain. Bagi franchisor harga perolehan hak franchaise adalah sebesar uang yang dikeluarkan untuk
mengurus ijin hak franchaise hingga sertifikat franchaise diterima.Sedangkan harga perolehan hak
frainchisee adalah sebesar harga yang dibayarkan kepada franchisor.
5. Hak sewa (Leasehold)
Adalah hak untuk menggunakan aset tetap tertentu yang diatur dalam perjanjian sewamenyewa. Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran untuk mendapatkan hak sewa tergantung
bagaimana cara pembayaran sewa dilakukan. Terdapat dua cara pembayaran sewa, yaitu:

Sewa dibayar setiap periode, maka pembayaran sewa diperlakukan sebagai beban
operasional untuk periode dibayarkan sewanya.
Sewa dibayar untuk beberapa periode, bila sewa yang dibayarkan itu untuk beberapa periode
yang relative pendek maka sewa dibayar dimuka tersebut diklasifikasikan sebagai aset lancar

dicatat dalam perkiraan sewa dibayar dimuka. Sedangkan bila sewa dibayar dimuka untuk
beberapa periode yang relatif panjang maka sewa dibayar dimuka tersebut diklasifikasikan
sebagai aset tidak berwujud dalam perkiraan Hak Sewa.
Harga perolehan hak sewa adalah meliputi pembayaran sewa kepada pemilik aset dan
pengeluaran-pengeluaran lain untuk mempersiapkan aset yang disewa tersebut siap digunakan
dalam operasi perusahaan.
6. Hak eksklusif
Adalah hak khusus yang diberikan oleh negara untuk mengelola fasilitas publik atau sumber
daya alam yang dimiliki negara.Harga perolehan hak eksklusif meliputi biaya survei, biaya riset,
biaya pemetaan, biaya eksplorasi, biaya pengadaan/pembangunan berbagai fasilitas, biaya
perijinan dan biaya-biaya lain terkait dengan uapaya perolehan hak tersebut hingga hak eksklusif
tersebut dinyatakan siap untuk memberikan kontribusinya pada operasi perusahaan.
2. Pengendalian Atas Sumber Daya
Entitas mengendalikan aset jika entitas memiliki kemampuan untuk memperoleh manfaat
ekonomi dimasa depan yang timbul dari aset dan dapat membatasi akses pihak lain dalam
memperoleh manfaat ekonomi tersebut. Kemampuan entitas untuk mengendalikan manfaat
ekonomi masa depan dari suatu aset tak berwujud biasanya timbul dari hak legal yang dapat
dipaksakan dalam pengadilan. Namun hak legal bukan merupakan syarat yang diharuskan.
Manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset tak berwujud dapat mencakup
pendapatan dari penjualan barang atau jasa, penghematan biaya, atau manfaat lain yang berasal
dari penggunaan aset oleh entitas. Misalnya, penggunaan hak kekayaan intelektual dalam suatu
proses produksi tidak meningkatkan pendapatan masa depan, tetapi mengurangi biaya produksi
masa depan.
B. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
Aset tak berwujud diakui jika dan hanya jika :
Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset
tersebut.
Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.
Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat masa depan, entitas menggunakan asumsi rasional
dan dapat dipertanggungjawabkan yang merupakan estimasi terbaik manajemen atas kondisi
ekonomi yang berlaku sepanjang umur manfaat aset tersebut.
1. Perolehan Terpisah
Aset tak berwujud pada awalnya diakui sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset tak
berwujud terdiri dari :
a. Harga beli, termasuk bea masuk dan pajak pembelian yang tidak dapat direstitusi, setelah
dikurangi diskon dan rabat.
b. Semua biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam mempersiapkan aset tersebut
sehingga siap untuk digunakan.
2. Perolehan sebagai Bagian dari Kombinasi Bisnis
Sesuai dengan PSAK 22 (revisi 2010): Kombinasi Bisnis, jika aset tidak berwujud diperoleh
dalam kombinasi bisnis, maka biaya perolehan aset tak berwujud adalah nilai wajar aset pada
tanggal akuisisi. Pihak pengakuisisi mengakui pada tanggal akuisisi, aset tak berwujud pihak yang
diakuisisi secara terpisah dari goodwill, terlepas apakah aset telah diakui atau tidak diakui oleh
pihak yang diakuisisi sebelum kombinasi bisnis.
3. Mengukur Nilai Wajar Aset Tak Berwujud yang Diperoleh dalam Kombinasi Bisnis
Jika aset tak berwujud dihasilkan dari kombinasi bisnis dapat dipisahkan atau muncul dari hak
kontraktual atau hak legal lain, maka tersedia informasi yang memadai untuk mengukur nilai wajar
aset secara wajar.Jika pada saat mengukur nilai wajar aset tak berwujud terdapat berbagai
kemungkinan atas hasil dengan probabilitas berbeda, maka ketidakpastian tersebut dimasukkan
dalam perhitungan nilai wajar aset tak berwujud.
Kuotasi harga pasar di pasar aktif memberikan estimasi nilai wajar yang paling andal untuk
aset tak berwujud.Harga pasar yang tepat biasanya adalah harga penawaran saat ini.Jika tidak
tersedia, maka harga terkini dari transaksi serupa dapat menjadi dasar untuk mengestimasi nilai
wajar aset sepanjang tidak terdapat perubahan keadaan ekonomi yang signifikan antara tanggal
transaksi dan tanggal ketika nilai wajar aset diestimasi.
Jika tidak terdapat pasar aktif untuk aset tak berwujud, maka nilai wajar dari aset tersebut
adalah jumlah yang bersedia dibayar entitas untuk mendapatkan aset tersebut, pada tanggal
akuisisi, dalam suatu transaksi wajar antara pihak yang berpengetahuan dan berkeinginan
berdasarkan tersedianya informasi terbaik. Dalam menentukan nilai tersebut, entitas
mempertimbangkan hasil dari transaksi terkini untuk aset serupa.
4. Akuisisi dengan hibah pemerintah
Aset tak berwujud dapat diperoleh melalui hibah pemerintah apabila pemerintah mengalihkan
aset tak berwujud ke entitas.Entitas dapat memilih mengakui aset tak berwujud pada awalnya
dengan nilai wajar dengan mengakui nilai nominal ditambah dengan segala pengeluaran yang
dapat diatribusikan secara langsung dalam menyiapkan aset tersebut agar dapat digunakan sesuai
dengan maksud penggunaannya.
5. Pertukaran aset

Aset tak berwujud yang diperoleh melalui pertukaran dengan aset lain, biaya perolehannya
diukur dengan nilai wajar, kecuali :
a. Transaksi pertukaran tersebut tidak memiliki substansi komersial
b. Nilai wajar aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal.
Jika aset yang diperoleh tidak diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur
dengan jumlah tercatat aset yang diserahkan.
Nilai wajar aset tak berwujud dapat diukur secara andal meskipun tidak ada transaksi pasar
sejenis jika :
a. Veriabilitas rentang estimasi nilai wajar untuk aset tersebut adalah tidak signifikan.
b. Probabilitas dari berbagai estimasi dalam rentang tersebut dapat dinilai secara rasional dan
digunakan dalam menentukan nilai wajar.
6. Goodwill yang dihasilkan secara internal
Entitas yang melakukan pengeluaran untuk menghasilkan manfaat ekonomi dimasa depan,
tetapi pengeluaran tersebut tidak berakibat pada timbulnya aset tak berwujud yang dapat diakui
dianggap memberikan kontribusi terhadap timbulnya goodwill yang dihasilkan secara internal.
Goodwill yang dihasilkan secara internal tidak diakui sebagai aset karena goodwill tersebut bukan
merupakan suatu sumber daya teridentifikasi (tidak dapat dipisahkan dan tidak timbul dari hak
kontraktual atau hak legal lain) yang dikendalikan oleh entitas dan dapat diukur secara andal
biaya perolehannya.
7. Aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal
Dalam menentukan apakah suatu aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal
memenuhi syarat untuk diakui, entitas mengelompokkan proses dihasilkannya aset tak berwujud
menjadi tahap penelitian (tahap riset) dan tahap pengembangan
a. Tahap Penelitian
Entitas tidak mengakui aset tak berwujud yang timbul dari penelitian. Dalam tahap penelitian
proyek internal, entitas tidak dapat menunjukkan bahwa aset tak berwujud yang ada akan
memberikan kemungkinan besar manfaat ekonomi di masa depan. Dengan demikian, pengeluaran
untuk penelitian diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
b. Tahap Pengembangan
Aset tak berwujud yang timbul dari pengembangan diakui jika, dan hanya jika, entitas dapat
menunjukkan semua hal berikut :
Kelayakan teknis penyelesaian aset tak berwujud sehingga dapat digunakan atau dijual.
Niat untuk menyelesaikan aset tak berwujud tersebut dan menggunakannya atau menjualnya.
Kemampuan untuk menggunakan atau menjual aset tak berwujud tersebut.
Bagaimana aset tak berwujud tersebut akan menghasilkan kemungkinan besar manfaat ekonomi
masa depan. Antara lain entitas mampu menunjukkan adanya pasar bagi keluaran aset tak
berwujud tersebut atau apabila digunakan secara internal, entitas mampu menunjukkan kegunaan
aset tak berwujud tersebut.

Tersedianya kecukupan sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lain untuk
menyelesaikan pengembangan aset tak berwujud dan untuk menggunakan atau menjual aset
tersebut, dan

Kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait dengan aset tidak
berwujud selama pengembangannya.
Pengeluaran untuk menghasilkan merk, kepala surat kabar, judul publisitas, daftar pelanggan
dan hal yang secara substansi serupa yang dihasilkan secara internal tidak dapat dibedakan
dengan biaya untuk mengembangkan usaha secara keseluruhan. Oleh karena itu, hal tersebut
tidak diakui sebagai aset tak berwujud.
8. Biaya perolehan aset tak berwujud yang Dihasilkan secara internal
Biaya perolehan aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal adalah jumlah pengeluaran
yang terjadi sejak tanggal aset tak berwujud pertama kali memenuhi kriteria pengukuran.Biaya
perolehan aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal terdiri atas seluruh biaya yang
dibutuhkan yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membuat, menghasilkan, dan
mempersiapkan aset tersebut sehingga siap untuk digunakan sesuai dengan maksud manajemen.
C. PENGAKUAN BEBAN
Pengeluaran untuk aset tak berwujud diakui sebagai beban pada saat terjadinya, kecuali :
a. Pengeluaran itu merupakan bagian dari biaya perolehan aset tak berwujud yang memenuhi kriteria
pengakuan.
b. Sesuatu yang diperoleh melalui kombinasi bisnis dan tidak dapat diakui sebagai aset tak berwujud.
Jika demikian halnya, maka pengeluaran tersebut merupakan bagian dari goodwill pada tanggal
akuisisi.
Beban Masa Lalu Tidak Boleh Diakui sebagai Aset
Pengeluaran atas pos aset tak berwujud yang awalnya diakui oleh entitas sebagai beban
tidak diakui sebagai bagian dari biaya perolehan aset tak berwujud di kemudian hari.
D. PENGUKURAN SETELAH PENGAKUAN
Entitas memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya. Jika
aset tidak berwujud dicatat dengan menggunakan model revaluasi, maka semua aset lain dalam

kelompok tersebut diperlakukan dengan menggunakan model yang sama, kecuali tidak ada pasar
aktif untuk aset tersebut.
1. Model Biaya
Setelah pengakuan awal, aset tak berwujud dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar
pada tanggal revaluasian dikurangi akumulasi amortisasi selanjutnya dan akumulasi rugi
penurunan nilai aset selanjutnya.Untuk tujuan revaluasian, nilai wajar ditentukan dengan
menggunakan referensi dari nilai pasar aktif.Revaluasi dilakukan secara rutin sehingga pada akhir
tiap periode pelaporan jumlah tercatat aset tak berwujud tersebut tidak memiliki perbedaan yang
material dengan nilai wajarnya.
Model revaluasian tidak memperbolehkan :
a. Revaluasian aset tak berwujud yang sebelumnya belum pernah diakui sebagai aset.
b. Pengakuan awal aset tak berwujud pada jumlah tertentu selain biaya perolehannya.
Jika aset tak berwujud direvaluasi, maka akumulasi biaya amortisasi pada tanggal
revaluasi:
Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan jumlah tercatat bruto aset sehingga
jumlah tercatat aset setelah revaluasi menjadi sama dengan nilai revaluasiannya, atau
Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah neto setelah eliminasi disajikan
sesuai dengan nilai revaluasian aset tersebut.
Jika suatu aset tak berwujud dalam sekelompok aset tak berwujud yang direvaluasi tidak
dapat direvaluasi karena tidak terdapat pasar aktif untuk aset berwujud tersebut, maka aset tak
berwujud dicatat pada harga perolehan dikurangi akumulasi amortisasi dan amortisasi rugi
penurunan nilai.
Jika nilai wajar aset tak berwujud yang direvaluasi tidak lagi dapat ditentukan dengan
referensi pasar aktif, maka jumlah tercatat aset tak berwujud tersebut adalah nilai revaluasian
pada tanggal terakhir kali revaluasi dilakukan dengan referensi nilai pasar aktif dikurangi
akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Jika jumlah tercatat aset tak berwujud mengalami peningkatan akibat revaluasi, maka
peningkatan tersebut diakui sebagai pendapatan komprehensif lain dan diakumulasikan di ekuitas
pada bagian surplus revaluasi. Namun peningkatan tersebut diakui dalam laporan laba rugi untuk
membalik penurunan revaluasi aset yang diakui sebelumnya dalam laporan laba rugi.
Jika jumlah tercatat aset tak berwujud mengalami penurunan akibat revaluasi, maka
penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi . Namun, penurunan tersebut diakui pada
pendapatan komprehensif lain jika terdapat saldo kredit dalam surplus revaluasi atas aset
tersebut. Pengakuan penurunan di pendapatan komprehensif lain mengurangi jumlah yang
terakumulasi di ekuitas pada bagian surplus revaluasi.
E. UMUR MANFAAT
Entitas menilai apakah umur manfaat aset tak berwujud terbatas atau tidak terbatas dan
jika terbatas, jangka waktu atau jumlah produksi atau jumlah unit serupa yang dihasilkan selama
umur manfaat.Aset tak berwujud dianggap oleh entitas memiliki umur manfaat tidak terbatas jika,
berdasarkan analisis dari seluruh faktor relevan tidak ada batas yang terlihat pada saat ini atas
periode mana aset diharapkan menghasilkan arus kas neto untuk entitas.Aset tak berwujud
dengan umur terbatas diamortisasi dan aset tak berwujud dengan umur ekonomis yang tidak
terbatas tidak diamortisasi.
Umur manfaat aset tak berwujud yang timbul dari hak kontraktual atau hak legal lain tidak
lebih lama dari masa hak kontraktual atau hak legal lain tersebut, tapi dapat lebih singkat
tergantung periode kapan aset dapat digunakan entitas. Jika hak kontraktual atau hak legal lain
memiliki batasan yang dapat diperbaharui , maka umur manfaat dari aset tak berwujud termasuk
periode pembaharuan hanya jika terdapat bukti yang mendukung pembaruan umur manfaat tidak
menimbulkan biaya yang signifikan. Umur manfaat hak yang diperoleh kembali sebagai aset tak
berwujud dalam kombinasi bisnis adalah sisa periode kontraktual hak tersebut diberikan dan tidak
termasuk periode pembaruan.
1. Aset Tak Berwujud Dengan Umur Manfaat Terbatas
Periode Amortisasi dan Metode Amortisasi
Jumlah tersusutkan aset tak berwujud dengan umur manfaat terbatas dialokasikan secara
sistematis selama umur manfaatnya. Amortisasi dimulai ketika aset tersedia untuk digunakan,
yakni ketika aset berada pada lokasi dan dalam kondisi untuk beroperasi sesuai dengan cara yang
dimaksudkan oleh manajemen. Amortisasi dihentikan pada waktu mana yang lebih dulu antara
ketika aset tersebut digolongkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan tanggal ketika aset
dihentikan pengakuannya.
Metode amortisasi yang digunakan menggambarkan pola konsumsi entitas atas manfaat
ekonomi di masa depan yang diharapkan (mencakup metode garis lurus, metode saldo menurun,
dan metode unit produksi) .Jika pola tersebut tidak dapat ditentukan secara andal, maka
digunakan metode garis lurus. Amortisasi yang dibebankan untuk setiap periode diakui dalam
laporan laba rugi kecuali diizinkan oleh PSAK atau mensyaratkan amortisasi tersebut dimasukkan
dalam jumlah tercatat aset lain.
Nilai Residu
Nilai residu aset tak berwujud dengan umur manfaat terbatas diasumsikan sama dengan nol,
kecuali:

a. Ada komitmen dari pihak ketiga untuk membeli aset tak berwujud tersebut pada akhir umur
manfaatnya, atau
b. Ada pasar aktif untuk aset tak berwujud tersebut dan:
Nilai residu aset tak berwujud dapat ditentukan dengan mengacu pada harga berlaku di
pasar tersebut, dan
Terdapat kemungkinan besar bahwa pasar akan tetap tersedia sampai akhir umur manfaat
aset tersebut.
Nilai residu aset tak berwujud dapat meningkat ke suatu jumlah yang setara atau lebih besar
dari jumlah tercatatnya.Jika hal tersebut terjadi, maka amortisasi yang dibebankan adaah nol
kecuali dan hingga nilai residu selanjutnya berkurang menjadi lebih rendah dari jumlah tercatat
aset tak berwujud tersebut.
Penelaahan Periode Amortisasi dan Metode Amortisasi
Periode amortisasi dan metode amortisasi aset tak berwujud dengan umur manfaat terbatas
ditelaah setidaknya setiap akhir tahun buku.Jika perkiraan umur manfaat aset berbeda secara
signifikan dalam perkiraan pola konsumsi manfaat ekonomi aset, maka metode amortisasi diubah
untuk mencerminkan pola yang berubah tersebut. Perlakuannya sebagai perubahan estimasi
akuntansi sesuai PSAK 25 (revisi 2009) : Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan.
2. Aset Tak Berwujud Dengan Umur Manfaat Tidak Terbatas
Aset tak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas tidak diamortisasi. Sesuai PSAK 48
(revisi 2009): Penurunan Nilai Aset, entitas disyaratkan untuk menguji aset tak berwujud dengan
umur manfaat tidak terbatas untuk penurunan nilai dengan membandingkan jumlah terpulihkan
dengan jumlah tercatatnya setiap tahun dan kapanpun terdapat indikasi bahwa aset tak berwujud
mengalami penurunan nilai.
Penelaahan Penilaian Umur Manfaat
Umur manfaat aset tak berwujud yang tidak diamortisasi ditelaah setiap periode untuk
menentukan apakah peristiwa dan kondisi dapat terus mendukung penilaian bahwa umur manfaat
tetap tidak terbatas. Jika tidak, maka perubahan umur manfaat yang muncul tidak terbatas
menjadi terbatas diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai PSAK 25 (revisi 2009):
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan.
F. PENGHENTIAN DAN PELEPASAN
Aset tak berwujud dihentikan pengakuannya jika :

Dilepas

Ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari
penggunaan atau pelepasannya.
Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tak berwujud
merupakan perbedaan antara nilai neto pelepasan dan jumlah tercatat aset.Keuntungan dan
kerugian diakui dalam laporan laba rugi pada saat penghentian pengakuan. Kecuali PSAK 30 (revisi
2007): sewa mensyaratkan sebaliknya dalam jual dan sewa balik, keuntungan tidak diakui sebagai
pendapatan.
G. PENGUNGKAPAN
Entitas mengungkapkan hal berikut untuk setiap kelompok aset takberwujud, dipisahkan
antara aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal dan aset tak berwujud lain:
1. Umur manfaat tidak terbatas atau terbatas dan, jika umur manfaat terbatas diungkapkan, tingkat
amortisasi yang digunakan atau umur manfaatnya.
2. Metode amortisasi yang digunakan untuk aset tak berwujud dengan umur manfaat terbatas.
3. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi (secara agregat dengan akumulasi rugi penurunan
nilai) pada awal dan akhir periode.
4. Pos dalam laporan laba rugi komprehensif yang mana amortisasi aset tak berwujud termasuk
didalamnya.
5. Rekonsiliasi atas jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan :
Penambahan, yang secara terpisah mengindikasikan aset tak berwujud dari pengembangan
internal, diperoleh secara terpisah, dan diperoleh melalui kombinasi bisnis.
Aset yang dikelompokkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual atau termasuk dalam kelompok
aset lepasan yang dikelompokkan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai PSAK 58 (revisi 2009), Aset
Tidak Lancar Yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi Yang Dihentikan, dan pelepasan lain.
Peningkatan atau penurunan selama periode yang berasal dari revaluasi dan dari pengakuan rugi
penurunan nilai atau pembalikan di pendapatan komprehensif lain sesuai dengan PSAK 48 (revisi
2009) : Penurunan Nilai Aset, jika ada.
Rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi selama periode sesuai PSAK 48 (revisi
2009).
Rugi penurunan nilai yang dibalik dalam laporan laba rugi selama periode sesuai dengan PSAK 48
(revisi 2009).
Setiap amortisasi yang diakui selama periode.
Selisih kurs neto yang timbul dari nilai penjabaran laporan keuangan ke mata uang penyajian,
dan penjabaran operasi luar negeri ke mata uang penyajian yang digunakan entitas, dan
Perubahan nilai pada jumlah tercatat aset tersebut selama periode.
Entitas juga mengungkapkan :

a. Untuk aset tak berwujud yang dinilai dengan umur manfaat tidak terbatas, jumlah tercatat aset dan
alasan yang mendukung penilaian umur manfaat tidak terbatas tersebut. Dalam memberi alasan,
entitas menjelaskan faktor signifikan dalam menentukan aset yang dimiliki memiliki umur tak
terbatas.
b. Penjelasan, jumlah tercatat, dan sisa periode amortisasi dari setiap aset tak berwujud yang
material terhadap laporan keuangan entitas.
c. Untuk aset tak berujud yang diperoleh melalui hibah pemerintah dan awalnya diakui pada nilai
wajar:
Nilai wajar pada pengakuan awal atas aset tersebut
Jumlah tercatatnya, dan
Aset tersebut diukur setelah pengakuan awal dengan model biaya atau model revaluasi.
d. Keberadaan dan jumlah tercatat aset tak berwujud yang kepemilikannya dibatasi dan jumlah
tercatat aset tak berwujud yang menjadi jaminan untuk liabilitas.
e. Nilai komitmen kontraktual untuk akuisisi aset tak berwujud.
Jika aset tak berwujud dicatat pada nilai revaluasian, maka entitas mengungkapkan
hal-hal berikut :
a. Berdasarkan kelompok aset tak berwujud :
- Tanggal efektif revaluasi
- Jumlah tercatat aset tak berwujud yang direvaluasi
- Jumlah tercatat yang akan diakui jika aset tak berwujud diukur dengan model biaya setelah
pengakuan awal
b. Jumlah surplus revaluasi aset tak berwujud pada awal dan akhir periode, mengindikasikan
perubahan selama periode dan pembatasan apapun dalam pendistribusian saldo (surplus) kepada
pemegang saham, d
c. Metode asumsi signifikan dalam mengestimasi nilai wajar aset tersebut.
Entitas dianjurkan, namun tidak diharuskan untuk mengungkapkan informasi berikut :
a. Penjelasan mengenai aset tak berwujud yang telah diamortisasi seluruhnya tetapi masih
digunakan.
b. Penjelasan mengenai aset tak berwujud signifikan yang dikendalikan entitas namun tidak diakui
sebagai aset karena tidak memenuhi kriteria pengakuan karena aset tersebut diperoleh atau
dihasilkan sebelum PSAK 19 : Aset Tidak Berwujud efektif diberlakukan.

Vous aimerez peut-être aussi