Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
a.
IDENTITAS
Identitas Pasien
Namaanak
Umur
Agama
Alamat
No RM
Tglmasuk RS
: An. AA
: 7 tahun
: Islam
: Semarang
: 448642
: 22-5-2014
II.
ANAMNESIS
a. Keluhan utama : demam
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Enam hari pasien demam mendadak, suhu turun setelah minum obat turun
panas. Menggigil (-), kejang (-) penurunan kesadaran (-), mimisan (-), batuk
(+), pilek (+), nyeri telan (+).
Dua hari seluruh tubuh pasien keluar bintik-bintik merah, gatal (-), bintikbintik pertama kali keluar di daerah belakang telinga kemudian menyebar ke
wajah dan ke seluruh tubuh. Keluhan lain mata merah dan perih, keluar air
mata (+), lodok (-), BAB cair sehari 5x lendir (-), darah (-), muntah (+)
sehari 3x muntahan berupa makanan yang dikonsumsi, sariawan (+), nafsu
makan berkurang, nyeri perut (+), BAK normal tidak berkurang jumlah dan
frekuensinya.
Saat masuk rumah sakit keluhan pasien demam , keluar bintik-bintik merah
seluruh tubuh, muntah 2x berupa makanan, diare cair 3x lendir (-) dan darah
(-), mata merah, perih dan berair, sariawan, batuk, pilek, nyeri telan, badan
c.
d.
e.
d.
Melati.
Keadaanumum: tampak lemas
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
:
Tensi : 100/60 mmhg
Nadi
: 96x/ menitisidantegangancukup
RR
: 22x/ menit
Suhu
: 38,6 C (axiler)
Status Interna
Kulit
: makula papula eritema generalisata
Kepala : Mesochepal
Mata
: cekung (-/-).Konjungtiva : hiperemis (+/+), mix injeksi (+/+),
sekret (-/-), epifora (+/+). Pupil : reflek cahaya (+/+), isokor 3mm/3mm
Hidung : nafas cuping (-), deformitas (-), secret (+) serous
Telinga :
serumen
(-/-),
nyeri
mastoid
(-/-),
nyeri
tragus
(-/-),
liangtelingagatal (-/-)
Mulut : kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-) stomatitis (+). Faring
e.
1.
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darahrutin
Lekosit 3,38 (L)
Hemoglobin 12,10 (N)
Hematrokit 37,40 (N)
Trombosit 14,00 (N)
PEMERIKSAAN ANTHROPOMETRI
Anak perempuan, umur 7 tahun, berat badan 17 kg.
Z-Score
WAZ : -1,8 (kesan berat badan rendah)
Kesan : kesan gizi kurus
VI.
RESUME
Pasien perempuan, umur 7 tahun dengan 6 hari febris.
Dari anamnesis didapatkan demam turun setelah minum obat turun panas.
Menggigil (-), kejang (-) penurunan kesadaran (-) epistaksis (-), batuk (+),
pilek (+), odinofagi (+), 2 hari seluruh tubuh pasien keluar bintik-bintik
merah dari belakang telinga meluas ke wajah kemudian ke seluruh tubuh,
gatal (-), mata merah dan perih, keluar air mata (+), sekret (-). Keluhan lain
nyeri abdomen (+), BAB cair (+) sehari 5 x lendir (-), darah (-), vomitus (+)
sehari 3x berupa makanan yang dikonsumsi, stomatitis, nafsu makan
berkurang, BAK normal, tidak berkurang.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan Tensi
1.
F e b r i s
6
h a r i
Batuk
Pilek
Odinofagi
2 hari keluar bintikbintik merah seluruh tubuh
Mata merah dan perih,
berair, sekret (-/-)
sariawan
Diare
Vomitus
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
P e m e r i k s a a n
1.
2.
3.
4.
5.
6.
F i s i k
Tensi 100/60 mmHg, nadi: 96x/ menitisidantegangancukup, RR: 24x/ menit, suhu: 38,6
C (axiler)
Kulit terdapat makula papula eritema
generalisata
Mata : hiperemis, epifora, mix injeksi.
Hidung sekret serous
Mulut : stomatitis, faring hiperemis
Nyeri tekan abdomen seluruh regio
Pemeriksaan laboratorium :
Hasil Lab Darah rutin : Lekosit 3,38 (L),
Hemoglobin 12,10 (N), Hematrokit 37,40 (N),
Trombosit 14,00 (N).
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis
Diagnosis antrhopometri
Diagnosis sosial
: campak
: kesan gizi kurus
: ekonomi cukup
INISIAL PLAN
a. IpDxkerja
: Campak
b. Dx
:S:O : anti dengue Ig G dan Ig M.
c. IpTx
:
1. Infus RL 20 tpm
2. Ranitidin 2 x 2 ampul
3. Paracatamol 4 x 1,5 cth
4. Cefotaxime 2x750 mg i.v
5. Vitamin A 1 x 200.000 iu
d. IpMx
: monitoring tanda vital, gejala, monitoring
kepatuhanminumobat.
e. IpEx
:
1. Penjelasan tentang penyakit kepada keluarga pasien
2. Minum obat secara teraturdan makan makanan yang bergizi seimbang.
3. Menjaga hygiene sanitasi rumah dan seitarnya.
4. Penjelasan pentingnya mengikuti program imunisasi campak yang
diadakan di sekolah.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFINIS
Penyakit Campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin dan
measles dalam bahasa Inggris, merupakan penyakit infeksi virus akut, yang
ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodromal, stadium erupsi dan stadium
konvalesens. (3,4,5)
II.
ETIOLOGI
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak merupakan salah satu
tahun 2008 terdapat jumlah kasus campak yaitu 3424 kasus di Jawa barat,
di Banten 1552 kasus, di Jawa tengah 1001 kasus.
c. Waktu
Dari hasil penelitian retrospektif oleh Jusak di rumah sakit umum daerah
Dr. Sutomo Surabaya pada tahun 1989, ditemukan campak di Indonesia
sepanjang tahun, dimana peningkatan kasus terjadi pada bulan Maret dan
2.
IV.
PATOGENESIS(3,4,5)
Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus
yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama
infeksi virus campak adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus pertama
pada saluran nafas sangat minimal. Kejadian yang lebih penting adalah
penyebaran pertama virus campak ke jaringan limfatik regional yang
menyebabkan terjadinya viremia primer. Setelah viremia primer, terjadi
multiplikasi ekstensif dari virus campak yang terjadi pada jaringan limfatik
regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Multiplikasi virus campak
juga terjadi di lokasi pertama infeksi.
Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang
ekstensif dan menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit,
konjungtiva, dan saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi
organ lainnya dapat terinfeksi pula. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan
virus dalam darah, saluran nafas, dan organ lain mencapai puncaknya dan
kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2 hingga 3 hari. Selama
infeksi virus campak akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel, monosit,
dan makrofag.
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan
memberikan
kesempatan
serangan
infeksi
bakteri
sekunder
berupa
1-2
2-3
3-5
5-7
7-11
11-14
15-17
Manifestasi
Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring atau
kemungkinan konjungtiva.
Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus
Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional
Viremia primer
Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi pertama, dan
pada RES regional maupun daerah yang jauh
Viremia sekunder
Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran nafas
Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain
Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang
V.
GEJALA KLINIS
Gejala klinis terjadi setelah masatunas 10-12 hari. Penyakit ini dibagi dalam
2.
3.
Stadium Konvelens
Setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya.
Ruam kulit akan menjadi kehitaman dan mengeluos yang akan menghilang
selama 1-2 minggu.
VI.
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis, gejala klinis dan
pemeriksaan laboratorium(3,4,5).
1.
2.
beresiko
tinggi
untuk
mengembangkan
atau
memperparah
VIII. TERAPI
Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari pemberian cairan yang cukup,
suplemen nutrisi, antibiotik apabila terjadi infeksi sekunder, antikonvulsi apabila
terjadi kejang dan pemberian vitamin A(4).
1.
Tanpa Komplikasi
Tirah baring
Vitamin A 100.000 IUuntuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan
200.000 IU untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk
membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan
morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan
jumlah limfosit total, apabila disetai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap
hari.
Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jeni makanan
disesuaikan dengan tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya
2.
komplikasi.
Dengan Komplikasi
a. Ensefalopati
Kloramfenikol dosis 75 mg/Kg BB/hari dan ampisilin 100 mg/Kg
BB/hari selama 7-10 hari.
Kortikosteroid : dexametason 1 mg/Kg BB/hari sebagai dosis awal
dilanjutkan 0,5 mg/Kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran
membaik (bila pemberian lebih dari 5 hari dilakukan tappering off)
Kebutuhan jumlah cairan dikurangi kebutuhan serta koreksi terhadap
gangguan elektrolit.
b. Bronkopneumonia
Kloramfenikol 75 mg/Kg BB/hari dan ampisilin 100 mg/Kg BB/hari
selama 7-10 hari.
Oksigen 2 liter/menit.
3.
lain adalah adanya proses autoimun maupun akibat virus campak tersebut.
Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)
Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan karakteristik
gejala terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang diikuti
kejang. Merupakan penyulit campak onset lambat yang rata-rata baru muncul
7 tahun setelah infeksi campak pertama kali. Insidensi pada anak laki-laki 3x
lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan. Terjadi pada 1/25.000
kasus dan menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal. Anak yang belum
mendapat vaksinansi memiliki risiko 10x lebih tinggi untuk terkena SSPE
4.
5.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
BAB V
KESIMPULAN
utama
kematian
campak d i s e b a b k a n
paramixoviridae,
genus
oleh
terbesar
virus
pada
anak.
Menurut
RNA
dari
famili
M o r b i l l i v i r u s , yang
ditularkan
secara
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
info.
Behrman. E. Richard & Vaughan. C. Victor. 2007. Nelson Ilmu Kesehatan
4.
5.
LAPORAN KASUS
CAMPAK
Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Anak
RSUD Dr. Adhyatma Semarang
Disusun Oleh :
Pembimbing :