Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
M.Triyuwana Putra
2015-16-049
PENDAHULUAN
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) juga dikenal dengan istilah aphtae, atau cancer
sores sedangkan di Indonesia orang awam lebih mengenalnya dengan istilah
sariawan, merupakan suatu kondisi peradangan mukosa rongga mulut yang paling
sering terjadi dengan karakteristik ulserasi berulang yang menyakitkan di rongga
mulut, berbentuk bulat atau oval, berwarna putih kekuningan serta dikelilingi
inflamasi, dapat muncul tanpa adanya pengaruh dari penyakit sistemik Secara klinik
SAR dibagi menjadi 3 tipe berdasarkan ukuran dan kedalaman lesi yaitu tipe mayor,
minor dan herpetiformis. Tipe minor paling umum ditemukan dengan prevalensi
berkisar (80-95%). Etiologi SAR hingga saat ini belum diketahui, akan tetapi
sejumlah faktor predisposisi telah dapat teridentifikasi yaitu bakteri, herediter,
trauma, hormonal, defisiensi nutrisi, kelainan sistem pencernaan, psikososial dan
kelainan imunologi seperti hipersensitif dan autoimun.
1-10
dari kata Yunani "aphtha" yang berarti ulserasi. Stomatitis aftosa rekuren (SAR)
merupakan suatu kondisi peradangan mukosa rongga mulut dengan karakteristik
ulserasi ulang kambuh dan masa bebas ulkus selama beberapa hari hingga minggu . 1
Pasien kadang-kadang memiliki gejala prodromal dari kesemutan atau terbakar
sebelum munculnya lesi.2 Stomatitis aftosa rekuren (SAR) mempunyai 3 gambaran
klinis yaitu :
1,7
3. Stres
Stres
perubahan lingkungan yang terjadi terus menerus yang berpengaruh terhadap fisik
dan emosi. Stres dinyatakan merupakan salah satu faktor yang berperan secara tidak
langsung terhadap ulser stomatitis rekuren ini. 8
4. Defisiensi Nutrisi
Peran kekurangan gizi sebagai penyebab SAR yaitu 5% sampai 10% dari pasien SAR
dengan kadar serum rendah zat besi, folat, seng, vitamin B1, B2, B6 dan B12.
Kekurangan kalsium dan vitamin C juga telah baru-baru ini muncul pada pasien
dengan SAR, namun temuan ini berada dalam hubungan dengan defisiensi vitamin
B1.2
PERAWATAN
Dapat
SAR Minor
SAR Mayor
diberikan topikal Topikal/sistemik/intralesi
SAR Herpetiform
Obat kumur Tetrasikllin4
DIFFERENSIAL DIAGNOSA
1. Ulser Traumatikus
Ulserasi rongga mulut rekuren merupakan kondisi umum yang disebabkan oleh beberapa
faktor, terutama trauma. Ulser dapat muncul pada semua usia dan pada pria maupun
wanita. Lokasi ulser traumatikus adalah di mukosa labial/bukal, palatum dan tepi lidah.
Ulser traumatikus dapat berasal dari kimia, panas atau gaya mekanis. Setelah faktor
trauma dihilangkan, ulser akan sembuh dalam waktu 2 minggu. Jika penyembuhan tidak
terjadi, perlu dilakukan biopsi.4
Pada pasien ini kami mendiagnosa stomatitis aftosa rekuren minor dengan faktor
predisposisi trauma & stress .
LAPORAN KASUS
Seorang laki - laki berusia 25 tahun datang ke Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof.
Dr. Moestopo (Beragama) dengan keluhan terdapat sariawan di mukusa labial atas dan bawah.
Terasa perih saat makan dan berbicara. Timbul 3hari yang lalu. Sariawan berbentuk bulat
dengan diameter 3mm di mukosa labial bawah dengan tepi kemerahan berbatas jelas dan
terdapat 2 sariawan berbentuk bulat diameter 1-2 mm di mukosa labial atas dengan tepi
kemerahan berbatas jelas. Seminggu yang lalu bibir bawah pasien terpukul pada saat bermain
sehingga keesokan harinya timbul sariawan. Sedangkan pada bibir atas sariawan timbul saat
akan ujian dan kurang tidur. Lokasi berpindah-pindah dan sembuh dengan sendirinya setelah 714 hari. Ibu pasien juga sering timbul sariawan.
Pada pemeriksaan ekstra oral tidak terdapat kelainan pada pasien. Pada pemeriksaan intra
oral terlihat adanya ulkus ukuran <1cm di mukosa labial kiri regio 31-33 dengan tepi kemerahan
dan berbatas jelas dan di mukosa labial kanan atas terdapat 2 ulkus ukuran 1-2mm dengan tepi
kemerahan dan berbatas jelas . Pasien diberikan obat kumur Minosep yang digunakan 2 kali
sehari pada pagi hari dan malam hari setelah sikat gigi sebanyak 10cc dikumurkan selama 30
detik sampai 1 menit.
Gambar 1.
Terdapat ulser tunggal di mukosa labial kiri bawah <1cm dikelilingi dengan tepi eritematus.
Gambar 2.
Terdapat dua ulser di mukosa labial kanan atas 1-2mm dikelilingi dengan tepi eritematus.
7 hari kemudian pasien datang kembali. Setelah diobati, sariawan sebelumnya tampak
sembuh dan meninggalkan jaringan parut, tepi tidak kemerahan lagi pada mukosa labial kiri
bawah dan mukosa labial kanan atas, rasa perih berkurang.
Gambar 3.
Setelah pemakaian obat minosep selama 7 hari ulser meghilang.
DISKUSI
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) merupakan lesi yang mengalami peradangan pada
lapisan lendir atau selaput mukosa mulut yang dapat mengenai pipi, gusi, lidah, bibir, dan dasar
mulut atau palatal dari mulut. Stomatitis Aphtosa Rekuren merupakan keadaan dimana terdapat
ulser yang terjadi secara berulang pada rongga mulut tanpa didahului tanda atau gejala penyakit
sebelumnya. Etiologi SAR hingga saat ini belum diketahui, akan tetapi sejumlah faktor
predisposisi telah dapat teridentifikasi yaitu mikroorganisme, herediter, trauma, hormonal,
defisiensi nutrisi, kelainan sistim pencernaan, psikososial dan kelainan imunologi seperti
hipersensitif dan autoimun.11,12
Pasien yang datang didiagnosa dengan SAR berdasarkan gejala klinis yang sangat
mengarah ke SAR karna dapat muncul saat stres dan faktor predisposisi herediter dimana ibu
pasien juga sering timbul sariawan. Dengan diagnosis bandingnya adalah ulkus traumatikus.
Perawatan yang dilakukan kepada pasien adalah KIE (Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi). Pasien diberikan pengetahuan tentang SAR. Pasien dianjurkan untuk makan dengan
nutrisi yang baik seperti sayuran,buah-buahan dan mengkonsumsi air putih yang banyak, serta
menggunakan obat kumur dan berhati hati saat bercanda. Pasien diberikan terapi minosep
dengan kandungan klorheksidin 0,2% sebagai antiseptik untuk mengurangi pertumbuhan bakteri
pada saat proses penyembuhan digunakan 2 kali sehari setiap pagi dan malam setelah sikat gigi,
dikumur selama 30 detik sampai 1 menit. Klorheksidin adalah antiseptik yang merupakan
desinfektan kimiawi yang bersifat bakteriostatik dan bakteriosidal terhadap mikroba, antiseptik
ini mengikat kuat membran sel bakteri. Klorheksidin 0,2% merupakan bahan yang efektif,
bekerja cepat dan dengan toksisitas rendah. Klorheksidin tidak memiliki efek sistemik karena
tidak diabsorbsi kedalam sirkulasi darah.
Saat ini keadaan pasien membaik. Rasa perih sudah berkurang, ulser sembuh
meninggalkan jaringan parut dan tepi tidak kemerahan lagi.
REFERENSI
1. Suling P.L, Tumewu E, Soewantoro J.S, Darmanta A.Y. Angka Kejadian Lesi yang
Diduga Sebagai Stomatitis Aftosa Rekuren Pada Mahasiswa Program Studi Kedokteran
Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
2. Mintjelungan C, Tambunan E, Umboh P.F. Gambaran Stomatitis Aftosa Rekuren Pada
Pengguna Alat Ortodonsi Cekat Mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Universitas
Sam Ratulangi.
3. Wulandari E.A.T, Setyawati T. Tatalaksana SAR Minor Untuk Mengurangi Rekurensi
dan Keparahan. Universitas Indonesia. Indonesian Journal of Dentistry. 2008; 15(2):
147-54.