Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Kelompok A
Siti Kholifah
(213.C.0003)
Yuhana
(213.C.0005)
Soni Riyadi
(213.C.0007)
Annisa Juliarni
(213.C.0009)
Sri Rahayu
(213.C.0011)
Devi Nur R
(213.C.0012)
Neneng Humairoh (213.C.0014)
Dicky Priadi S
(213.C.0016)
Maula Rizka S
(213.C.0017)
Enika Nurul I.K (213.C.0018)
Ady Hidayatullah (213.C.0023)
Khaedar Ali
(213.C.0030)
Chintya Intansari (213.C.0032)
Rivna Andrari L (213.C.0035)
Afif Ubaidillah (213.C.0037)
Nurtusliawati
(213.C.0041)
Fitria Dewi
(213.C.0046)
Nosa Defitha A (214.C.1037)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan dengan
judul Laporan Seven Jump Dengan Gangguan Pada Sistem Reproduksi :
Perdarahan Post Partum Primer (Atonia Uteri). Laporan ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sistem Reproduksi pada Program Studi
Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mahardika Cirebon.
Selama proses penyusunan laporan ini kami tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang berupa bimbingan, saran dan petunjuk baik berupa moril,
spiritual maupun materi yang berharga dalam mengatasi hambatan yang
ditemukan. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur dengan kerendahan hati, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Ibu Ns. Dewi Erna Marisa, M.Kep yang telah memberikan bimbingan dan
dorongan dalam penyusunan laporan ini sekaligus sebagai tutor Mata Kuliah
Sistem Reproduksi.
2. Orangtua kami yang tercinta serta saudara dan keluarga besar kami yang telah
memberikan motivasi/dorongan dan semangat, baik berupa moril maupun
materi lainnya.
3. Sahabat-sahabat kami di STIKes Mahardika, khususnya Program Studi Ilmu
Keperawatan yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Semoga Allah swt. membalas baik budi dari semua pihak yang telah
berpartisipasi membantu kami dalam menyusun laporan ini. Kami menyadari
bahwa laporan ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun untuk perbaikan penyusunan selanjutnya.
Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amiin
Wassalamualaikum wr.wb.
Cirebon, April 2016
Kelompok A
DAFTAR ISI
ii
36
38
72
73
74
79
80
210
Daftar Pustaka
ii
SEVEN JUMP
Mata kuliah
Tingkat / semester
: 3 / VI
Hari / tanggal
SKENARIO KASUS IV
Ny. Manis usia 39 tahun berada di ruang nifas sejak 5 menit yang lalu di
PONED X. Ny. Manis telah melahirkan secara spontan anak pertama dengan jenis
kelamin laki-laki pada 15 menit yang lalu. Usia gestasi saat melahirkan 40 minggu.
Pasien pernah hamil dan 4 kali melahirkan sebelumnya dengan persalinan spontan.
Pasien menggunakan alat kontrasepsi suntik selama 5 tahun dari anak yang terakhir
dilahirkan sebelumnya. Pasien didampingi suaminya.
Ny. Manis berbaring di tempat tidur dengan mengeluh pusing dan merasakan
nyeri pada genitalianya dengan skala 3. Hasil pemeriksaan didapatkan saat ini :
tekanan darah 90/70 mmHg, denyut nadi 99 kali/menit, dengan denyut ireguler,
respirasi 24 kali/menit, suhu 360C, konjungtiva anemis, berkeringat seluruh tubuh,
akral dingin berwarna merah muda, CRT 2 detik, tercium bau mulut, membran
mukosa mulut kering, denyut jantung ireguler, bunyi jantung lub dup tanpa bunyi
tambahan, bunyi nafas vesikuler, areola kedua payudara berwarna coklat kehitaman
gelap dan datar, kedua payudara menegang namun tidak ada sekresi, abdomen lunak
dan datar, 4 jari pemeriksa masuk pada bagian diatasis rektus abdominis, terdapat
striae di bagian bawah abdomen yang berwarna abu-abu kehitaman, pembalut yang
berisi darah merah segar hingga keseluruh pakaian bawah dan perlak yang
dipakainya. Terdapat 4 jahitan pada perineum, perineum tampak edema, anus utuh.
Terpasang infus NaCl 0,9% sebanyak 20 tetes/menit dan RL sebanyak 16 tetes/menit
di tangan kanan, oksigen dengan nasal kanul 2 liter. Bayi berada diruang perinatologi
dengan terpasang O2 kanul binasal liter/menit.
Data persalinan dari buku kesehatan pasien didapatkan sebagai berikut :
dipimpin persalinan pada jam 12.25 WIB dan bayi keluar pada jam 12.35 menit,
jumlah darah 450cc, tekanan darah ibu 130/95 mmHg, nadi 89 kali/menit, suhu
36,30C, respirasi 24 kali/menit, his teratur, robekan perineum 3 cm x 1 cm x 1 cm tak
beraturan. Jumlah bayi yang dilahirkan 2 orang. Kondisi kedua bayi : posisi bayi :
presentasi ubun-ubun kecil, punggung kanan, tali pusat berjumlah 2 buah dengan
panjang 51 cm dan setiap tali pusat terdapat 2 arteri serta 1 vena, plasenta utuh
dengan berat 450 gram. Anak A memiliki BBL 1950 gr dan PB bayi 47 cm Anak B
memilik BBL 2070 gr, PB bayi 45 cm. Anak A memiliki APGAR menit ke 1 = 4 dan
menit ke 5 = 8. Dan Anak B memiliki APGAR menit ke 1 = 4 dan menit ke 5 = 6
Anak A langsung menangis dan Anak B menangis setelah dlakukan suctioning pada
jam 12.43 WIB, kedua anak berjenis kelamin laki-laki, meconium belum keluar, IMD
telah dilakukan namun tidak ada ASI. Ketuban pecah setelah amniotomi, air ketuban
berjumlah sekitar 200-300 ccdengan warna bening, telah diberikan injeksi vitamin K
dan Zalf mata pada kedua anaknya.
A.
TUGAS MAHASISWA
1.
2.
Melakukan
aktifitas
pembelajaran
individual
di
kelas
dengan
4.
5.
Mengikuti kuliah khusus dalam kelas untuk masalah yang belum jelas
atau tidak ditemukan jawabannya untuk konsultasi masalah yang belum
jelas
6.
B.
Klarifikasi istilah yang tidak jelas dalam skenario di atas, dan tentukan
kata / kalimat kunci skenario di atas.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Seminar; untuk kegiatan diskusi panel dan semua pakar duduk bersama
untuk memberikan penjelasan atas hal-hal yang belum jelas.
Penjelasan:
Bila dari hasil evaluasi laporan kelompok ternyata masih ada informasi
yang diperlukan untuk sampai pada kesimpilan akhir, maka proses 6 bisa diulangi
dan selanjutnya dilakukan lagi langkah 7.
Kedua langkah di atas bisa diulang-ulang di luar tutorial dan setelah
informasi dirasa cukup dilakukan langkah nomor 8.
STEP 1
KATA KUNCI
1.
His Teratur
Menurut Bobak (2004) dalam Wardhani (2013) His merupakan faktorfaktor yang mempengaruhi proses persalinan. His adalah kontraksi otot-otot
rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir dari kehamilan sebelum persalinan
dimulai, sudah ada kontraksi rahim yang disebut his pendahuluan atau his
palsu, yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari pada kontraksi
Braxton Hiks. His pendahuluan ini tidak teratur dan menyebabkan nyeri di
perut bagian bawah dan lipat paha tidak menyebabkan nyeri yang memancar
dari pinggang ke perut bagian bawah seperti his persalinan. Lamanya kontraksi
pendek dan tidak bertambah kuat bila dibawa berjalan, malahan sering
berkurang. His pendahuluan tidak bertambah kuat dengan majunya waktu
bertentangan dengan his persalinan yang makin lama makin kuat. Yang paling
penting ialah bahwa his pendahuluan tidak mempunyai pengaruh pada cervik.
a.
2)
3)
b.
2)
3)
2.
Amniotomi
a.
Pengertian
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan
jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan
akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion.
Tindakan ini umumnya dilakukan pada saat pembukaan lengkap atau
hampir lengkap agar penyelesaian proses persalinan berlangsung
sebagaimana mestinya. Pada kondisi selektif, amniotomi tidak dilakukan
pada fase aktif awal, sebagai upaya akselerasi persalinan. Pada kondisi
demikian, penilaian serviks, penurunan bagian terbawah dan luas
panggul, menjadi sangat menentukan keberhasilan proses akselerasi
persalinan. Penilaian yang salah, dapat menyebabkan cairan amnion
sangat berkurang sehingga menimbulkan distosia dan meningkatkan
morbiditas/mortalitas ibu dan bayi yang dikandungnya (Saifudin, 2009).
b.
Indikasi amniotomi
Indikasi amniotomi menurut Manuaba (2007):
c.
1)
Pembukaan lengkap
2)
3)
Akselerasi persalinan
4)
2)
3)
4)
Mempercepat
mempercepat
proses
pembukaan serviks.
Gambar 1. Amniotomi
(www.akbidbinahusada.ac.id , 2012)
3.
IMD
Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering di sebut early
inisiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu
sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Ketika
bayi sehat di letakkan di atas perut atau dada ibu segera setelah lahir dan terjadi
kontak kulit (skin to skin contact ) merupakan pertunjukan yang menakjubkan,
bayi akan bereaksi oleh karena rangsangan sentuhan ibu, dia akan bergerak di
atas perut ibu dan menjangkau payudara (Roesli, 2008).
4.
Nifas
Menurut Sulistyawati (2009), masa nifas adalah masa yang dimulai
setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
semula
5.
b.
Faktor Predisposisi :
1)
Wanita multipara
2)
3)
Polihidramnion/oligohidramnion
4)
Plasenta previa
5)
6)
Persalinan preterm
a)
Diagnosis
b)
c)
Etiologi
Kelainan panggul
Anak kecil/mati
Penanganan
d)
Komplikasi
2)
Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah posisi kepala antara flexi dan deflexi,
sehingga dahi merupakan bagian terendah. Posisi ini biasanya akan
berubah menjadi letak muka/letak belakang kepala. Kepala
memasuki panggul dengan dahi melintang/miring pada waktu putar
paksi dalam, dahi memutar kedepan depan dan berada di bawah
arkus pubis, kemudian terjadi flexi sehingga belakang kepala
terlahir melewati perinerum lalu terjadi deflexi sehingga lahirlah
dagu (Kemenkes RI, 2013).
a)
Diagnosis
seberapa menonjol.
10
b)
c)
Etiologi
Panggul sempit
Janin besar
Multiparitas
Penanganan
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang
normal, tidak dapat lahir spontan pervaginam, jadi lakukan
SC (janin hidup). Janin mati pembukaan SC, pembukaan
lengkap Kraniotomi jika belum lengkap.
d)
Komplikasi
3)
a)
Diagnosis
b)
Etiologi
12
c)
Penanganan
Bila posisi kepala > 3/5 diatas PAP atau diatas 2 maka
SC.
4)
Persentasi Muka
Disebabkan oleh terjadinya ekstensi yang penuh dari kepala
janin. Yang teraba muka bayi (mulut, hidung, dan pipi).
a)
Etiologi
Panggul sempit
Janin besar
Kematian intrauterine
13
Multiparitas
Perut gantung
b)
Diagnosis
c)
Penanganan
(a)
Dagu Anterior
Lahirkan
dengan
persalinan
spontan
pervaginam
Bila
pembukaan
belum
lengkap
14
Dagu Posterior
Bila pembukaan
penilaian
belum lengkap,
penurunan
rotasi,
dan
lakukan
kemajuan
c.
Fleksi
Fleksi meningkat selama persalinan. Tulang belakang janin
bersentuhan lebih dekatdengan bagian posterior tengkorak; tekanan
ke bawah pada aksis janin akan lebih mendesak oksiput daripada
sinsiput. Efeknya adalah meningkatkan fleksi, menyebabkan
diameter presentasi yang lebih kecil yang akan melewati pelvis
dengan lebih mudah. Pada awitan persalinan, terjadi presentasi
suboksipital yang berdiameter rata-rata sekitar 10 cm dengan fleksi
yang lebih besar, terjadi presentasi suboksitobregmatik dengan
diameter rata-rata sekitar 9,5 cm. Oksiput menjadi bagian yang
terdepan.
3)
Pada
16
pemeriksaandalam
ubun-ubun
kecil
b)
4)
Ekstensi Kepala
Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput
berhimpit langsung pada margoinferior simpisis pubis. Karena
sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah kedepan dan
atas, sehingga kepala menyesuaikan dengan cara ekstensi agar
dapatmelaluinya. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul
tidak langsung terekstensi,akan tetapi terus didorong kebawah
sehingga mendesak ke jaringan perineum. Pada saat itu ada dua
gaya yang mempengaruhi, yaitu :
a)
b)
5)
Rotasi Luar
Gerakan rotasi luar merupakan gerakan memutar ubun-ubun
kecil kearah punggung janin, bagian belakang kepala berhadapan
dengan tuber iskhiadikum kanan atau kiri, sedangkan maka janin
17
Ekspulsi
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai
hypomochlion untukkelahiran bahu belakang. Kemudian setelah
kedua bahu lahir disusui lahirlah trochanterdepan dan belakang
sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan,
bahubelakang, badan seluruhnya.
18
6.
Meconium
Menurut istilah mekonium berasal dari bahasa Yunani kuno meconiumarion atau seperti opium. Aristoteles mempergunakan istilah tersebut karena
dipercaya mekoneum membuat janin tidur. Isi usus janin dan mekonium adalah
campuran berbagai bahan kimia yang steril, termasuk glikoprotein mukus,
verniks caseosa yang tertelan, sekresi saluran pencernaan, enzim hati, pankreas
dan empedu, protein plasma, mineral, dan lipid Mukopolisakarida menyusun
80% berat kering mekonium. Kadar enzim pankreas dan hati bervariasi sesuai
usia gestasi. Air Ketuban (AK) secara terus menerus ditelan, dihirup dan
diganti lewat proses ekskresi seperti juga dikeluarkan sebagai urin. Merupakan
hal yang penting bahwa AK dihirup ke dalam paru janin untuk membantu
fungsi paru. Komposisi mekonium tertera pada Tabel. pusat pun akan berwarna
oleh mekonium dalam waktu tiga jam dan makrofag dalam satu jam (Chalik
TMA, 2004 dalam Shaleh, 2010)
7.
19
tulang kemaluan. Linea alba adalah yang menghubungkan fasia otot rectus
abdominis. Linea alba adalah struktur yang penting karena merupakan titik
penyisipan sentral dari rektus abdominis serta 3 lainnya otot perut penting di
setiap sisi:
a.
Internal Obliques
b.
c.
Transversus abdominis
Empat otot dari setiap sisi bergabung di linea alba secara tipis, disebut
8.
Robekan Perineum
Menurut para ahli anatomi, perineum adalah wilayah pelvic outlet diujung
diafragma pelvic (levator ani). Batasannya dibentuk oleh pubic rami di depan
ligament sacro tuberos di belakang. Pelvic outletnya dibagi oleh garis melintang
yang menghubungkan bagian depan ischial tuberosities ke dalam segitiga
urogenital dan sebuah segitiga belakang anal (Ernawati, 2013).
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan dan tak jarang
juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi
dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan
cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat
dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak
janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena
diregangkan terlalu lama (Ernawati, 2013).
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada
biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang dari pada biasa,
20
kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar
daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahiirkan dengan
pembedahan vaginal (Ernawati, 2013).
Klasifikasi robekan perineum menurut Santoso (2010) yaitu :
a.
b.
c.
d.
9.
2)
3)
adalah
peregangan
jaringan
kulit
melebihi
batas
elastisitasnya terutama bagian perut, paha, pantat, dan payudara seiring dengan
pertumbuhan janin, usia kehamilan, dan pertumbuhan berat badan. Stretchmark
akan menimbulkan gratan-guratan halus yang terkadang membekas bahkan
pasca persalinan. Panjang guratan-guratan tersebut bervariasi, ada yang hanya
dalam satuan milimeter dan bahkan ada yang belasan sentimeter. Munculnya
stretchmark biasanya diawali dengan munculnya garis kemerahan atau
keunguan pada permukaan kulit, dan lama kelamaan warna tersebut akan
berubah menjadi garisgaris putih (Fatmasari, 2014).
10.
Zalf Mata
Menurut Ambarwati (2009) Obat mata biasanya berbentuk cairan (obat
tetes mata) dan oitmen/ obat salep yang dikemas dalam bentuk kecil. Karena
sifat selaput lendir dan jaringan mata yang lunak dan responsif terhadap obat,
maka obat mata biasanya diramu dengan kekuatan yang rendah. Sedangkan
21
salep mata atau dalam istilah farmasi disebut oculenta adalah salep yang
digunakan pada mata. Salep ini harus steril dan disimpan di dalam tube salep
mata yang steril. Pemberian obat ini bertujuan untuk mengobati gangguan pada
mata, untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktural internal mata, untuk
melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata, untuk mencegah
kekeringan pada mata. Dalam dunia kesehatan salep atau obat mata sering
digunakan untuk pengobatan pada mata. Obat mata tersebut digunakan dari
mulai orang dewasa hingga bayi baru lahir. Pada bayi baru lahir biasanya obat
mata digunakan untuk membersihkan mata bayi dari air ketuban yang
menempel pada bagian mata bayi tersebut. Bayi bisa saja terkena air ketuban
jika ia lahir dengan ketuban keruh, preeklamsi, vacum, jalan lahir macet atau ke
jadian lain serupa yang dapat mengganggu mata bayi untuk melihat secara
jernih. Maka obat mata biasa diberikan pada bayi baru lahir pada kejadiankejadin tersebut (Ambarwati, 2009).
Bayi Baru Lahir yang Mendapatkan Obat Mata Bayi baru lahir (neonatus)
adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 38-40
minggu. Obat mata diberikan kepada bayi karena proses adaptasi cahaya dan
adanya kotoran pada bayi. Obat mata yang biasa digunakan untuk bayi baru
lahir biasanya gentamicyn 0,3 % (Ambarwati, 2009).
11.
APGAR Scor
Menurut Yohana (2011), nama APGAR scor berasal dari seorang ahli
anastesi amerika yaitu dr. Virginia Apgar tahun 1952Nilai Apgar dokter apgar
mengininkan bayi dinilai dengan suatu cara yang bermakan oleh petugas
diruang persalinan, dengan penilaian.
Nilai adalah suatu cara praktis untuk menilai keadaan bayi baru lahir.
Nilai Apgar merupakan alat penyaring untuk menentukan pertolongan yang
perlu segera diberikan kepada bayi baru lahir. Nilai Apgar ditentukan dengan
22
menilai denyut jantung, pernafasan, ketegangan otot, warna kulit, dan respon
terhadap rangsangan (refleks) (Yohana, 2011).
Penilaian menurut Yohana (2011) :
1.
2.
Nilai 10 : jarang ditemui, hamper semua bayi baru lahir kehilangan 1 nilai
karna kaki dan tangannya berwarna kebiruan
3.
4.
waktu 1 menit setelah bayi lahir, biasanya diulang 5 menit kemudian untuk
menunjukan :
a.
Denyut Jantung
Dinilai dengan menggunakan stetoskop dan merupakan penilaian
yang paling penting.
b.
1)
2)
3)
2)
23
3)
c.
d.
Ketegangan otot
1)
2)
3)
Refleks
Dinilai dengan cara mencubit secara lembut dan perlahan.
1)
2)
3)
e.
12.
Warna kulit
1)
2)
3)
Suctioning
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan
jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang
adekuat dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu
mengeluarkannya sendiri (Timby, 2009).
Tindakan suction merupakan suatu prosedur penghisapan lendir, yang
dilakukan dengan memasukkan selang catheter suction melalui selang
endotracheal (Syafni, 2012).
13.
Ketuban (Amnion)
Air ketuban (AK) adalah cairan jernih dengan warna agak kekuningan
yang menyelimuti janin di dalam rahim selama masa kehamilan, berada di
dalam kantong ketuban, dan mempunyai banyak fungsi (Sholeh Kasim, 2010).
24
14.
15.
Vitamin K
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu
naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein
yang berperan dalam pembekuan darah, seperti faktor II,VII,IX,X dan
antikoagulan protein C dan S, serta beberapa protein lain seperti protein Z dan
M yang belum banyak diketahui peranannya dalam pembekuan darah
(Kemenkes RI, 2011).
Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu:
a.
b.
c.
tali pusat sekitar 50% dan akan menurun dengan cepat mencapai titik terendah
25
dalam 48-72 jam setelah kelahiran. Kemudian kadar faktor ini akan bertambah
secara perlahan selama beberapa minggu tetap berada dibawah kadar orang
dewasa. Peningkatan ini disebabkan oleh absorpsi vitamin K dari makanan.
Sedangkan bayi baru lahir relatif kekurangan vitamin K karena berbagai alasan,
antara lain karena simpanan vitamin K yang rendah pada waktu lahir,
sedikitnya transfer vitamin K melalui plasenta, rendahnya kadar vitamin K pada
ASI dan sterilitas saluran cerna (Kemenkes RI, 2011).
Sediaan vitamin K yang ada di Indonesia adalah vitamin K3 (menadione)
dan vitamin K1 (phytomenadione). Yang direkomendasikan oleh berbagai
negara di dunia adalah vitamin K1. Australia sudah menggunakan vitamin K1
sebagai regimen profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir (sejak tahun 1961).
Hasil kajian HTA tentang pemberian profilaksis dengan vitamin K adalah
vitamin K1 . Selain sediaan injeksi, terdapat pula sediaan tablet oral 2 mg,
tetapi absorpsi vitamin K1 oral tidak sebaik vitamin K1 intra muskular,
terutama pada bayi yang menderita diare. Disamping efikasi, keamanan,
bioavailabilitas dan dosis optimal, sediaan oral untuk mencegah PDVK masih
memerlukan penelitian. Pemberian vitamin K1 oral memerlukan dosis
pemberian selama beberapa minggu (3x dosis oral, masing-masing 2 mg yang
diberikan pada waktu lahir, umur 3-5 hari dan umur 4-6 minggu), sebagai
konsekuensinya maka tingkat kepatuhan orang tua pasien merupakan suatu
masalah tersendiri (Kemenkes RI, 2011).
16.
memberikan
pelayanan
untuk
menanggulangi
kasus
17.
27
18.
19.
Perinatologi
Ruang perinatologi merupakan fasilitas rawat inap yang disediakan
khusus untuk pasien bayi baru lahir-12 bulan. Sedang untuk bayi baru lahir
yang sehat dirawat berasama ibunya (rawat gabung) (RS Aisyiyah Malang,
2008).
Fasilitas yang disediakan dalam ruang perinatologi disesuaikan dengan
kebutuhan perawatan bagi bayi, mulai dari bayi baru lahir dengan resiko tinggi,
bayi dengan kelainan bawaan dampai dengan bayi sakit. Layanan medis
diberikan oleh dokter-dokter spesialis anak dengan tenaga keperawatan yang
terlatih. Menurut RS Aisyiyah Malang (2008) fasilitas-fasilitas ruang
perinatologi antara lain sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
28
20.
CRT
a.
b.
29
c.
Dehidrasi (hipovolumia)
2)
Syok
3)
4)
Hipotermia
21.
Areola Datar
a.
Inversi Puting
Pada kasus inversi puting secara kongenital, kelainan ini terjadi
pada tahap perkembangan embrionik dari payudara. Proses pembentukan
puting pada embriologi manusia dimulai dengan penebalan dan
penonjolan bagian ektoderm di regio dimana kelenjar akan berada
nantinya pada minggu keempat kehamilan. Penebalan ektoderm menjadi
terdepresi ke mesoderm di bawahnya, sehingga permukaan bagian
mammae kemudian menjadi datar dan akhirnya masuk lebih dalam dari
epidermis
di
sekitarnya.
Mesoderm
yang
berhubungan
dengan
31
32
pembedahan,
akan
33
tetapi
terjadinya
hiposensitisasi
dan
22.
Tujuan
Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat
kebutuhan oksigen minimal. Memberikan oksigen yang tidak terputus
saat klien makan atau minum (Aryani, 2009).
b.
Indikasi
Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula
untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak
sesak) (Suparmi, 2008).
c.
Prinsip
Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau
rendah, biasanya hanya 2-3 L/menit. Membutuhkan pernapasan hidung.
34
35
STEP 2
PERTANYAAN KASUS
1.
2.
3.
4.
Apakah posisi pada saat ibu melahirkan berpengaruh pada robekan perineum?
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Alat kontrasepsi apa yang cocok pada usia lebih dari 35 tahun?
11.
Apakah proses persalinan 2 orang anak dapat berpengaruh pada kondisi ibu?
12.
13.
Bagaimana cara merangsang ASI supaya keluar dengan keadaan areola ibu
yang datar (proses laktasi)?
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Apakah klien dan bayi perlu dirujuk, dan apabila iya makan akan dirujuk
kemana?
20.
Apakah tindakan amniotomi termasuk pada tindakan normal pada saat proses
melahirkan?
21.
Apakah nilai ubun-ubun kecil mempengaruhi nilai APGAR scor pada bayi?
22.
Apakah nilai persentasi ubun-ubun kecil dapat mempengaruhi posisi pada bayi
saat lahir?
36
23.
Apakah keadaan abdomen lunak dan datar pada ibu post partum?
24.
Seperti apa perawatan tali pusat yang benar pada kedua bayi Ny. Manis?
25.
Apa diagnosa keperawatan dan intervensi yang harus diberikan pada Ny.Manis,
bayi dan keluarganya?
26.
37
STEP 3
JAWABAN KASUS
1.
2.
3.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
b.
c.
Tenaga Kesehatan kurang tersedia Saat usia bayi di dada ibu, penolong
persalinan dapat menjalankan tugas. Bayi dapat menemukan sendiri
payudara ibu. Lihat ayah atau keluarganya terdekat unuk menjaga bayi
sambil memberikan dukungan pada Ibu.
d.
Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk Dengan bayi diatas ibu, ibu
dapat dipindahkan keruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan
pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu
dini.
e.
f.
39
g.
h.
Bayi kurang siaga Pada 1 -2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga
(alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi
mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting
lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding (ikatan kasih
sayang).
i.
j.
4.
hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang
paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik (Setyorini, 2013).
Posisi yang digunakan adalah semi-duduk (44%, n=146), Telentang
(28%, n=94), duduk (24%, n=80), dan sisanya menggunakan posisi tidur
miring. Hasil penelitiannya hampir 30% wanita melahirkan dengan perineum
utuh, 44% episiotomy. Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik
antara posisi melahirkan dengan kondisi perineum (Olson, 2013).
5.
41
6.
b.
Partus : wanita yang pernah melahirkan satu keturunan atau lebih yang
mampu hidup tanpa memandang apakah anak tersebut hidup pada saat
lahir.
c.
2)
3)
7.
42
8.
Atur posisi wanita berbaring telentang datar tanpa bantal dibawah kepala.
b.
Tempatkan ujung-ujung jari salah satu tangan Anda pada garis tengah
abdomen dengan ujung jari telunjuk tepat pada dibawah umbilikus dan
jari yang lain berbaris longutidunal ke bawah ke arah simpisis pubis.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Ukur jarak antara kedua otot rektus ketika dalam keadaan relaksasi.
i.
melakukan pemeriksaan rectus ditemukan bahwa celah otot rectus ibu lebih
lebar dua jari dan setelah 48 jam otot rectus harus diperiksa untuk adanya
diastasis yang mungkin terjadi pada masa antenatal atau persalinan. Celah
selebar dua jari dianggap normal dan ibu dapat terus melatih otot oblik
abdomen tersebut. Namun demikian, jika celah tersebut lebih lebar dari dua jari
dan terdapat penonjolan abdomen ketika mengangkat kepala, hanya latihan
transversus dan latihan menengadahkan pelvis yang harus dilakukan dengan
sangat teratur hingga celah tersebut mengecil.
9.
10.
Penggunaan alat kontrasepsi apa yang cocok untuk usia >35 tahun ?
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak
antara kelahiran anak. Untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara
digunakan kontrasepsi, sedangkan untuk menghindari kehamilan yang sifatnya
menetap bisa dilakukan sterilisasi. Setelah berusia 35 tahun dianjurkan untuk
44
tidak hamil lagi karena setelah 35 tahun, tubuh wanita sudah tidak mendukung
untuk hamil sehingga lebih beresiko terjadi komplikasi kehamilan. Di atas usia
35 tahun sebaiknya jangan hamil lagi dan kontrasepsi terbaik setelah ini adalah
steril, Tubektomi untuk wanita dan vasektomi untuk pria (BKKBN dan
Kemenkes R.I, 2012).
11.
pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi seperti
anemia hamil yang dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam rahim (Marmi,
2012).
12.
wanita
hamil
akan
mengalami
perubahan
fisik
selama
Faktor Usia
1)
Kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun akan
sangat menentukan proses kelahirannya. Hal ini turut
memengaruhi kondisi janin.
b)
c)
2)
b)
c)
13.
d)
e)
f)
konsumsi
atau Oketani Breast Massage memungkinkan bayi untuk mencapai hal tersebut
dan menjaga payudara dalam kondisi baik (Kabir et al, 2009).
14.
b.
c.
Interval antara dua kontraksi; pada permulaan persalinan his timbul sekali
dalam 10 menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
15.
beberapa
saat
setelah
lahir
(Prambudi,
2013
dalam
Lintang
Brillianningtyas, 2014).
Menurut AAP asfiksia adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh
kurangnya O2 pada udara respirasi, yang ditandai dengan:
a.
b.
c.
d.
Gangguan
multiorgan
sistem
(Prambudi,
2013
dalam
Lintang
Brillianningtyas, 2014)
Sehingga dengan kondisi tersebut, penatalaksanaan prioritasnya adalah
dengan pemberian oksigen melalui kanul binasal.
16.
49
kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction) (Pudjiadi et al, 2010).
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan
Ismawati, 2010) :
a.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2)
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 10001500 gram.
3)
Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang
dari 1000 gram.
b.
2)
Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilannya (KMK).
Faktor ibu
1)
Penyakit
a)
b)
c)
2)
Ibu
a)
b)
c)
17.
18.
19.
Apakah klien dan bayi perlu dirujuk, dan apabila iya makan akan dirujuk
kemana ?
Rujukan maternal dan neonatal adalah sistem rujukan yang dikelola
secara strategis, proaktif, pragmatis dan koordinatif untuk menjamin
pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan
komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi
baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi
manapun, agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi
melalui peningkatan mutu dan ketrerjangkauan pelayanan kesehatan internal
dan neonatal di wilayah mereka berada (Depkes, 2006). Sistem rujukan
pelayanan kegawatdaruratan maternal dan Neonatal mengacu pada prinsip
utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif dan sesuai dengan
kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan. Setiap kasus dengan
kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal yang datang ke puskesmas PONED
harus langsung dikelola sesuai dengan prosedur tetap sesuai dengan buku acuan
nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Setelah dilakukan
53
b.
c.
d.
e.
baru lahir baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat,
bidan di desa dan puskesmas, puskesmas mampu PONED. Pemerintah
provinsi/kabupaten
melalui
kebijakan
sesuai
dengan
tingkat
g.
h.
20.
penilaian serviks, penurunan bagian terbawah dan luas panggul, menjadi sangat
menentukan keberhasilan proses akselerasi persalinan. Penilaian yang salah,
dapat menyebabkan cairan amnion sangat berkurang sehingga menimbulkan
distosia dan meningkatkan morbiditas/mortalitas
yang
21.
Apakah nilai ubun-ubun kecil mempengaruhi nilai APGAR scor pada bayi
?
Berpengaruh karena kelainan posisi merupakan posisi abnormal ubunubun kecil sebagai penanda terhadap panggul ibu. Kelainan presentasi adalah
semua presentasi lain dari janin selain presentasi belakang kepala (Kemenkes,
2013).
Penilaian
Apgar
merupakan
alat
penyaring
untuk
menentukan
pertolongan yang perlu segera diberikan kepada bayi baru lahir. Nilai Apgar
ditentukan dengan menilai denyut jantung, pernafasan, ketegangan otot, warna
kulit, dan respon terhadap rangsangan (refleks) (Yohana, 2011).
22.
berbentuk belah ketupat, terletak di pertemuan antara sutura sagitalis dan sutura
koronaria. Ubun-ubun kecil atau posterior berbentuk segitiga, terletak di
perpotongan antara sutura sagitalis dan sutura Universitas Sumatera Utara
lambdoidea (Cunningham et al, 2010: Kilpatrick & Garrison, 2007).
Lokalisasi ubun-ubun memberikan informasi penting mengenai presentasi
dan posisi janin (Cunningham et al, 2010: Kilpatrick & Garrison, 2007).
b.
c.
d.
57
e.
58
a.
2)
3)
jarang
terjadi.
Fetus
dengan
presentasi
kepala
59
4)
5)
60
Station Station
Merupakan pengukuran turunnya bagian janin melalui jalan
lahir. Standar klasifikasi dinyatakan dalam derajat -5 sampai dengan
+5. Penentuan ini didasarkan pada pengukuran kuantitatif dalam
sentimeter pada tepi awal tulang dari spina iskiadia. Titik tengah
(station 0) didefinisikan sebagai bidang spina iskiadika ibu. Spina
iskiadika ibu dapat dipalpasi pada pemeriksaan vagina, kira-kira
61
23.
Apakah keadaan abdomen lunak dan datar pada ibu post partum ?
Selama kehamilan otot-otot abdomen secara bertahap akan melebar atau
melonggar seiring bertambahnya usia kehamilan hal ini menyebabkan
terjadinya pengurangan tonus otot dan akan terlihat jelas pada periode post
partum sehingga membuat dinding otot perut menjadi lemah dan terjadi
penurunan kekuatan otot perut (Maryunani dan Sukarti, 2011).
Setelah melahirkan dinding abdomen masih lunak dan kendor
diakibatkan karena putusnya serat-serat elastic kulit distensi yang berlangsung
lama akibat membesarnya uterus selama kehamilan. Proses persalinan dimulai
sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka
dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Verney,
2008).
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali pada keadaan normal sebelum hamil. Senam
nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh setelah
hamil dan melahirkan, memperbaiki tonus otot pelvis, dan otot vagina,
memperbaiki regangan otot tungkai bawah, dan memperkuat otot-otot dasar
perut dan dasar panggul (Suherni, 2009). Salah satu upaya untuk
mengembalikan keadaan normal dan meningkatkan kekuatan otot perut adalah
dengan
olahraga.
Olahraga
bermanfaat
untuk
meningkatkan
stamina,
setelah
melahirkan
yang
bertujuan
62
untuk
mempertahankan
dan
24.
Seperti apa perawatan tali pusat yang benar pada kedua bayi Ny. Manis ?
a.
Tali pusat
Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord.
Merupakan saluran kehidupan bagi janin selama ia di dalam kandungan,
sebab selama dalam rahim, tali pusat ini lah yang menyalurkan oksigen
dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalam nya. Begitu
janin dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan oksigen.dari ibunya, karena
bayi mungil ini sudah dapat bernafas sendiri melalui hidungnya. Karena
sudah tak diperlukan lagi maka saluran ini harus dipotong dan dijepit,
atau diikat (Wibowo, 2008).
Diameter tali pusat antara 1cm - 2,5cm, dengan rentang panjang
antara 30cm- 100cm, rata-rata 55cm, terdiri atas alantoin yang
rudimenter, sisa-sisa omfalo mesenterikus, dilapisi membran mukus yang
tipis, selebihnya terisi oleh zat seperti agar-agar sebagai jaringan
penghubung mukoid yang disebut jeli whartor. Setelah tali pusat lahir
akan segera berhenti berdenyut, pembuluh darah tali pusat akan
menyempit tetapi belum obliterasi, karena itu tali pusat harus segera
dipotong dan diikat kuat-kuat supaya pembuluh darah tersebut oklusi
serta tidak perdarahan (Retniati, 2010).
63
2)
b)
c)
Sabun bayi
d)
Kassa steril
e)
Cuci tangan.
b)
Dekatkan alat.
64
c)
Siapkan 1 set baju bayi yang tersusun rapi, yaitu: celana, baju,
bedong yang sudah digelar.
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
Bereskan alat
k)
Cuci tangan
65
dengan cara dicelupkan ke dalam air, cukup dilap saja dengan air hangat.
Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya 2x sehari selama balutan atau kain
yang bersentuhan dengan tali pusat tidak dalam keadaan kotor atau basah.
Tali pusat juga tidak boleh dibalut atau ditutup rapat dengan apapun,
karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat
puputnya tali pusat, juga dapat menimbulkan resiko infeksi. Intinya
adalah membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat mengering dan
terlepas (Saifudin, 2001 dalam Kemenkes 2010).
25.
Apa diagnosa keperawatan dan intervensi yang harus diberikan pada Ny.
Manis, bayi dan keluarganya ?
a.
2.
3.
4.
No. Dx.
Kep.
1.
Rasional
1.
2.
3.
Pengelolaan lingkungan
4.
66
1. Mengetahui
tanda-tanda yg
terjadi pada ibu sebelum dan
selama persalinan
2. tingkatan nyeri pada klien
mempengaruhi
terhadap
tindakan asuhan keperawatan
pada ibu
3. Dengan
pengelolaan
lingkungan yang baik dapat
membantu untuk mengalihkan
rasa sakit pada ibu
4. Dengan mendengar keluhan
yang dirasakan ibu, perawat
2.
5.
6.
6.
7.
7.
8.
8.
9.
dengan
tentang
Kolaborasi
keluarga
kenyamanan
Bleeding
9.
reduction Bleeding
Postpartum Uterus
3.
5.
Postpartum
Uterus
67
3. Observasi
infeksi
pengendalian
4. Tindakan
kejang
pencegahan
Intracranial
Monitoring:
1. Identifikasi risiko
4.
68
2.
No. Dx.
Kep.
1.
2.
NIC
Rasional
Airway Mangement :
Airway Mangement :
Astma Management :
Astma Management:
1. Ajarkan
tentang
bimbingan
antisipatif
pada kelurga
2. Ajarkan
pemberian
makan makan pada bayi
usia0-3 bulan
69
26.
70
71
STEP 4
MIND MAPPING
ASKEP:
PENGKAJIAN
DIAGNOSA
INTERVENSI
PENCEGAHAN:
PRIMER
SEKUNDER
TERSIER
PERDARAHAN
POST PARTUM
PRIMER
(ATONIA
UTERI)
JURNAL:
PENGARUH PIJAT
OKSITOSIN
TERHADAP
PRODUKSI ASI IBU
POSTPARTUM DI
BPM WILAYAH
KABUPATEN
KLATEN
MEKANISME
PERUBAHAN
PASIEN DENGAN
PERDARAHAN
POST PARTUM
PRIMER (ATONIA
UTERI)
LP:
DEFINISI
ANFIS
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
72
STEP 5
LEARNING OBJEKTIF
1.
2.
3.
4.
73
STEP 6
INFORMASI TAMBAHAN
A.
Identitas Jurnal
Judul Jurnal
B.
Latar Belakang
Secara Nasional, cakupan ASI eklusif di Indonesia masih rendah. Data
Susenas 2010 menunjukkan bahwa baru 33.6% bayi di Indonesia yang
mendapat ASI eklusif , artinya masih ada sekitar 2/3 bayi di Indonesia yang
kurang mendapatkan ASI. Namun hal itu tidak terjadi di kabupaten Klaten
karena kabupaten Klaten lewat penerapan Peraturan Daerah dan peningkatan
kapasitas petugas kesehatan, Kabupaten Klaten berhasil meraih angka
kecukupan ASI Ekslusif tertinggi se-Indonesia. Hal ini merupakan salah satu
bukti nyata komitmen pemerintah daerah yang kuat untuk mensukseskan
program ASI eklusif. Cakupan ASI di Kabupaten Klaten meningkat dari 24%
pada tahun 2007 menjadi 76 % pada tahun 2011 (Detik Health, 2012). Hal ini
juga merupakan salah satu pelaksanaan dari PP no 23 tahun 2012 tentang
pemberian Air Susu Ibu Eksklusif dimana disebutkan bahwa pemberian ASI
ekslusif bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan
ASI Ekslusif sejak lahir sampai batas berusia 6 (enam) bulan dengan
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya.
Sesuai dengan fenomena yang telah dijelaskan di atas dan berdasarkan
hasil pengamatan peneliti, masyarakat yang ada di Klaten, khususnya budaya
Jawa, masih banyak dijumpai para ibu melakukan perawatan nifas berdasarkan
74
budaya dan tradisinya, termasuk dalam hal menyususi, namun pada sebagian
ibu mungkin saja terjadi kesulitan pengeluaran ASI karena lebih banyak ibu
terpengaruh mitos sehingga ibu tidak yakin bisa memberikan ASI pada bayinya.
Perasaan ibu yang tidak yakin bisa memberikan ASI pada bayinya akan
menyebabkan penurunan hormone oksitosin sehingga ASI tidak dapat keluar
segera setelah melahirkan dan akhirnya ibu memutuskan untuk memberikan
susu formula. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk merangsang hormone
prolaktin dan oksitosin pada ibu setelah melahirkan adalah dengan melakukan
pijat oksitosin. Hal ini sesuai dengan anjuran dari pemerintah untuk
pemanfaatan alam sekitar atau Back to Nature, budaya pijat masa nifas sudah
kental bagi ibu-ibu masa nifas khususnya pada masyarakat Jawa.
C.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membantu para ibu agar
memberikan asi kepada bayinya.
D.
Analisis Jurnal
Bila di lihat dari hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan
berat badan yang signifikan dengan p value 0.001 dimana hal ini menunjukan
adanya perbedaan berat badan pada dua kali pengukuran. Berat badan bayi
merupakan salah satu indikator dari kelancaran ASI yang menurut kriteria bila
ASI lancar maka berat badan bayi tidak akan turun 10 % pada minggu pertama
lahir bahkan bila bayi mendapatkan ASI ekslusif penurunan hanya terjadi 3-5%
pada hari ke 3 dan berat badan pada minggu kedua minimal sama atau bahkan
mengalami kenaikan (Bobak, Perry dan lawdermik, 2005). Bila dilihat dari
hasil bahwa semua bayi dari responden mengalami peningkatan berat badan
sehingga bisa di simpulkan bahwa bayi mendapatkan cukup ASI dan produksi
ASI ibu dikatakan lancar karena menurut Sweet, 2002 menyatakan bahwa
penurunan berat badan bayi yang cukup mendapatkan nutrisi hanya terjadi
75
sampai hari ke 3 setelah lahir dan akan terjadi peningkatan rata rata 200 gr per
minggu.
Hasil penelitian menunjukan frekuensi BAK bayi pada hari pertama
setelah lahir adalah 6 kali dalam 24 jam, pada minggu pertama adalah 9 kali
dan pada minggu kedua adalah 10 kali dalam 24 jam, menunjukan bahwa bayi
akan sering kencing ketika bayi mendapatkan cukup nutrisi. Hal ini merupakan
indikator kedua dimana bila bayi cukup mendapatkan ASI akan buang air besar
antara 6 sd 8 kali dalam 24 jam dengan warna jernih kekuningan (Soetjiningsih,
2005).
Bila bayi tidak mendapatkan cukup ASI maka bayi akan sering menangis,
menyusu lebih lama dari frekwensi biasanya dan ingin selalu minum ASI
dengan waktu yang cukup pendek. Hal ini berlawanan dengan hasil penelitian
ini karena pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa frekwensi bayi minum
ASI pada waktu lahir adalah 8 kali yang meningkat pada minggu pertama dan
kedua. Bila dilihat secara teori bila bayi cukup mendapatkan nutrisi maka rata
rata frekwensi menyusu bayi antara 8-12 kali dan bayi akan tidur tenang /
nyenyak 2-3 jam setelah menyusu. Hal ini menunjukkan bahwa bila bayi
menyusu semakin sering maka ASI yang di produksi semakin banyak karena
semakin tinggi kadar oksitosin pada peredaran darah yang akan merangsang
prolaktin untuk terus memproduksi ASI (Roesli, 2008).
Kecukupan pemberian ASI juga di tunjukan oleh perilaku bayi dimana
bayi biasanya akan tenang, tidak rewel dan tidur pulas. Namun perlu di
perhatikan juga bahwa kesuksesan pemberian ASI juga dipengaruhi oleh
tingkat kenyaman ibu dimana secara tidak langsung akan mempengaruhi
produksi ASI yang meliputi puting susu lecet, pembengkakan dan nyeri.
Masalah ini dapat di kurangi jika ibu dapat menyusui bayinya dengan benar dan
sering, hal ini didukung oleh penelitian dari Moberg, 1998 yang mengatakan
bahwa oytosin dikeluarkan ketika ibu merasa nyaman, mendapaatkan cukup
sentuhan, cukup temperatur dan tidak ada stress atau ibu dalam kondisi relax.
76
Hal ini dibuktikan bahwa semua ibu postpartum di wilayah kabupaten Klaten
berada satu ruang dengan bayinya (rooming in) sehingga bayi dapat di berikan
ASI sewaktu waktu jika bayi menginginkan dan semua petugas kesehatan di
wilayah BPM Kabupaten Klaten melakukan Inisasi Menyusui Dini.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 33 tahun 2012 yang
menyebutkan bahwa tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan
kesehatan wajib melakukan inisiasi menyusu dini terhadap bayi yang baru lahir
kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam dan pasal 10 menyebutkan
Tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan wajib
menempatkan ibu dan bayi dalam 1 (satu) ruangan atau rawat gabung kecuali
atas indikasi medis yang di tetapkan oleh dokter. Dengan demikian maka pijat
oksitosin mempengaruhi produksi ASI.
E.
Metode
Penelitian quasi eksperimen dengan rancangan yang digunakan adalah pre
and post test design yaitu suatu pengukuran dilakukan pada saat sebelum dan
sesudah intervensi penelitian (Sugiyono, 2005). Dalam rancangan ini responden
diberikan intervensi dengan pijat oksitosin kemudian di ukur kelancaran ASI
dengan indicator berat badan bayi, frekwensi BAK perhari dan seringnya bayi
menyusu serta lama tidur bayi setelah menyusu (Suradi, 2008).
F.
Hasil
Untuk mengetahui dan menemukan perbedaan bermakna antara
pengukuran pertama, kedua dan ketiga pada semua variable maka di lakukan
analisis post-hoc dengan uji Wilcoxon dengan hasil bahwa p value : 0.001
dengan hasil : 1) Ada perbedaan rerata BBL pada hari pertama lahir dan
sesudah satu minggu pasca pijat oxitosin, 2) Ada perbedaan rerata BBL pada
hari pertama lahir dan sesudah dua minggu pasca pijat oxitosin dan 3) Ada
perbedaan rerata BBL sesudah satu minggu dan dua minggu pasca pijat
77
oxitosin. Sedangkan hasil untuk frekwensi BAK bayi dalam 24 jam didapatkan
hasil p value : 0,001 dapat di simpulkan bahwa : 1) Ada perbedaan frekuensi
BAK pada hari pertama dan sesudah satu minggu pasca pijat oxitosin, 2) Ada
perbedaan frekuensi BAK hari pertama lahir dan sesudah dua minggu pasca
pijat oxitosin dan 3) Ada perbedaan frekuensi BAK sesudah satu minggu dan
dua minggu pasca pijat osin. Hasil analisa untuk frekuensi menyusu didapatkan
p value : 0,001 menunjukkan hasil bahwa : 1) Ada perbedaan frekuensi
Menyusu pada bayi baru lahir dan sesudah satu minggu pasca pijat oxitosin, 2)
Ada perbedaan frekuensi Menyusu pada hari pertama bayi baru lahir dan
sesudah dua minggu pasca pijat oxitosin dan 3) Ada perbedaan frekuensi
Menyusu sesudah satu minggu dan dua minggu pasca pijat oxitosin. Indikator
terakhir adalah tentang lama tidur bayi setelah menyusu di dapatkan hasil p
value: 0,007 dimana dapat simpulkan ada perbedaan lama tidur pada hari
pertama lahir dan sesudah satu minggu pasca pijat oxitosin , p value : 0,001
dengan hasil ada perbedaan lama tidur hari pertama lahir dan sesudah dua
minggu pasca pijat oxitosin namun pada hari ke 7 dan hari ke 14 didapatkan
hasil p value : 0,963 yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan lama tidur
sesudah satu minggu dan dua minggu pasca pijat oxitosin. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pijat oksitosin mempengaruhi peningkatan berat
badan, frekwensi BAK bayi, frekwensi menyusui bayi dan lama tidur bayi
setelah menyusui. Dimana hal ini menggambarkan bahwa pijat oksitosin
mempengaruhi kelancaran ASI bila dilihat dari indikator bayi.
78
STEP 7
LAPORAN PENDAHULUAN
(terlampir)
79
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perdarahan post partum (hemoragia postpartum) adalah hilangnya darah
lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi. Namun menurut
Doengoes, perdarahan postpartum adalah kehilangan darah lebih 500 ml selama
atau setelah melahirkan (Mitayani, 2009). Atonia uteri adalah suatu keadaan
dimana lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak
dapat menghentikan perdarahan yang terjadi dari tempat implantasi plasenta
setelah bayi dan plasenta lahir (Maryunani A et al, 2013).
Angka kematian maternal di Indonesia jika dibandingkan dengan seluruh
dunia hampir sama, namun akan jauh berbeda dengan negara-negara maju
atau negara-negara
berkembang,
di
Asia
Tenggara.
Indonesia
sebagai
negara
dengan
adalah tingkat
sosial
ekonomi,
pendidikan,
budaya,
akses
(2009),
endometriosis
dan
riwayat
persalinan
sesar sebelumnya
menurunkan
meningkatkan
kontraksi uterus
82
B.
Rumusan Masalah
Dari pemaparan dan uraian latar belakang masalah di atas, agar dalam
penyusunan laporan ini lebih terarah pembahasannya dan mendapatkan
gambaran secara komprehensif. Maka sangat penting untuk dirumuskan pokok
permasalahannya, yakni:
1.
Kalimat atau kata kunci apa saja yang belum jelas dalam kasus ?
2.
3.
4.
C.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penyusunan laporan ini adalah untuk
mengetahui hasil analisis kasus mahasiswa semester 6 terhadap konsep
asuhan keperawatan klien dengan Perdarahan Post Partum Primer (Atonia
Uteri) di Mata Kuliah Blok Sistem Reproduksi.
2.
Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
e.
83
D.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penyusunan laporan ini adalah:
1.
dengan
konsep
asuhan
keperawatan
klien
dengan
Bagi Penulis
Hasil analisis kasus ini diharapkan dapat memberi informasi tentang
konsep asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan sistem
reproduksi akibat Perdarahan Post Partum Primer (Atonia Uteri). Penulis
dapat menambah pengetahuan serta dapat menerapkan ilmu pengetahuan
dan menjadi acuan untuk penulisan selanjutnya.
3.
84
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
2.
Etiologi
Menurut Mitayani (2009) berbagai penyebab penting, baik yang
berdiri sendiri maupun bersama-sama yang dapat menimbulkan
perdarahan post partum adalah sebagai berikut:
a.
b.
2)
3)
Rupture uterus
1)
Miometrium
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Paritas tinggi
h)
Perdarahan
akibat
atonia
uteri
pada
persalinan
sebelumnya
i)
2)
3)
Infeksi uterus
b)
Gangguan Koagulasi
Gangguan koagulasi yang di dapat maupun congenital akan
memperberat perdarahan akibat semua sebab di atas.
3.
Faktor Predisposisi
Menurut Mitayani (2009) faktor-faktor prdisposisi perdarahan
postpartum adalah sebagi berikut
a.
Kelahiran besar
b.
c.
Rotasi forsep
d.
Kelahiran pervagina
e.
f.
Klasifikasi
Menurut Mitayani (2009) klasifikasi dari perdarahan postpartum ada dua
bagian di antaranya:
a.
b.
1)
Atonia Uteri
2)
Retensio plasenta
3)
2)
3)
87
B.
2.
Etiologi
Menurut Maryunani A (2013) faktor predisposisi atonia uteri
meliputi beberapa hal berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
C.
Patofisiologi
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus
masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum
spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta
terbuka. Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut
akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah
sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi
otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan
perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab
perdarahan pasca persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan
seperti robekan servix, vagina dan perineum (Muhaj, 2009). Diagnosis yang
dapat ditegakkan terhadap perdarahan pasca persalinan ditandai dengan: 1)
Perdarahan banyak yang terus-menerus setelah bayi lahir, 2) Pada perdarahan
melebihi 20% volume total, timbul gejala penurunan tekanan darah, nadi, dan
napas cepat, pucat, ekstremitas dingin sampai terjadi syok, 3) Perdarahan
sebelum plasenta lahir biasanya disebabkan retensio plasenta atau laserasi jalan
lahir, 4) Perdarahan setelah plasenta lahir. Perlu dibedakan sebabnya antara
atonia uteri, sisa plasenta, atau trauma jalan lahir, 5) Riwayat partus lama,
partus presipitatus, perdarahan antepartum atau penyebab lain (Muhaj, 2009).
Perdarahan pasca persalinan juga dapat disertai dengan komplikasi
disamping dapat menyebabkan kematian. Perdarahan pasca persalinan
memperbesar kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan tubuh penderita
berkurang. Perdarahan banyak, kelak bisa menyebabkan sindrom Sheehan
sebagai akibat nekrosis pada hipofisis pars anterior sehingga terjadi insufisiensi
bagian tersebut. Gejala-gejalanya adalah astenia, hipotensi, anemia, turunnya
berat badan sampai menimbulkan kakeksia, penurunan fungsi seksual dengan
atrofi alat-alat genital, kehilangan rambut pubis dan ketiak, penurunan
metabolisme dengan hipotensi, amenorea, dan kehilangan fungsi laktasi
(Muhaj, 2009).
89
Pathway
90
91
3.
Manifestasi Klinis
Menurut Yeyeh Ai (2014) tanda dan gejala yang khas pada
atonia uteri jika kita menemukan:
4.
a.
b.
Komplikasi
Komplikasi potensial, komplikasi kehilangan darah yang banyak
adalah syok hipovolemik di sertai dengan perfusi jaringan yang tidak
adekuat (Maryunani A, 2013).
5.
Penatalaksanaan
a.
Resusitasi
Apabila terjadi pendarahan postpartum, maka penangan
awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan
cepat, monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, dan
monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan
crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan tranfunsi darah
(Yeyeh Ai, 2014).
b.
Pemberian Uterotonika
Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi
oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi
uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya
umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis
rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan
frekuensi, tetapi pada dosis tinggi menyebbakan tetani.
Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan
aktif diberikan lewat infus dengan Ringer laktat 20 IU perliter,
jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU perliter
intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian oksitosin
sangat sedikit ditemukan yaitu nause dan vomitus, efek samping
lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan (Yeyeh Ai, 2014).
92
boleh
diberikan
pada
pasien
dengan
kelainan
93
c.
d.
penelitian
tentang
ligasi
arteri
uterina
bifurkasiol
arteri
iliaka,
tempat
ureter
94
operatif
alternatif
untuk
mengatasi
perdarahan
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
95
n.
o.
6.
D.
Anatomi Fisiologi
1.
Anatomi Vagina
a.
96
Perineum
Sebagian besar struktur yang menunjang perineum
berasal
dari
panggul
dan
diafragma
urogenitalis.
Mons Pubis
Mons pubis adalah bantalan berlemak yang terletak
di atas permukaan anterior simfisis pubis. Setelah
pubertas, kulit mons pubis ditutupi rambut keriting yang
membentuk escutcheon perempuan (Norman, 2010).
3)
Labium Majus
Labium majus adalah dua lipatan jaringan lemak
berbentuk oval, ditutupi oleh kulit, serta meluas ke bawah
dan belakang dari mons pubis. Pada perempuan dewasa,
penampakan struktur ini bervariasi, bergantung terutama
pada banyaknya lemak yang ada. Secara embriologis,
97
Labium Minus
Labium minus adalah dua lipatan jaringan yang rata,
kemerahan, dan tampak jika labium majus dipisahkan.
Kedua lipatan ini bersatu pada ujung atas vulva. Ukuran
dan bentuknya sangat bervariasi. Pada perempuan
nulipara, labium minus yang berada dibelakang labium
majus biasanya tidak tampak, sedangkan pada perempuan
multipara, labium minus sering menonjol melewati labium
majus. Tidak terdapat folikel rambut di labium minus,
tetapi banyak dijumpai folikel sebasea dan kadang-kadang
beberapa kelenjar keringat. Bagian dalam lipatan labium
terdiri atas jaringan ikat yang memiliki banyak pembuluh
dan beberapa serabut otot polos seperti yang biasa
dijumpai pada jaringan erektil. Struktur ini sangat sensitif
dan diinervasi oleh banyak ujung saraf (Norman, 2010).
5)
Klitoris
Klitoris, homolog penis, adalah suatu badan yang
berbentuk silinder, kecil, erektil, dan terletak di dekat
ujung superior vulva. Struktur ini mengarah ke bawah di
antara
kedua
lipatan
labia
minor
yang
menyatu,
98
Vestibulum Vagina
Vestibulum vagina adalah daerah berbentuk buah
badan (almond-shaped) yang ditutupi labium minus di
sebelah lateral dan meluas dari klitoris (atas) sampai
frenulum labiorum pudendi (bawah). Terdapat enam
saluran yang bermuara pada tempat ini, yaitu uretra,
vagina, sepasang duktus Bartholin, dan kadang-kadang,
sepasang duktus parauretra yang disebut juga duktus dan
kelenjar Skene. Pada vestibulum, ditemukan kelenjar
vestibularis major, yaitu kelenjar Bartholin, sepasang
kelenjar kecil berdiameter sekitar 0,5-1 cm yang masingmasing terletak di balik vestibulum pada kedua sisi
introitus vagina. Kelenjar Bartholin berada di bawah otot
konstriktor vagina dan kadang-kadang ditutupi sebagian
oleh bulbus vestibuli. Selama perangsangan seksual,
kelenjar ini mengeluarkan cairan mukoid (Norman, 2010).
7)
Uretra
Dua pertiga bawah uretra terletak tepat di atas
dinding vagina anterior dan berakhir di sebelah luar pada
orifisium uretra. Orifisium uretra terletak digaris tengah
vestibulum, 1-1,5 cm dibawah arkus pubis dan dekat
dengan introitus vagina. Stuktur ini biasanya tampak
keriput (Norman, 2010).
8)
Introitus Vagina
Introitus vagina terletak dibagian bawah vestibulum
dan memiliki ukuran serta bentuk yang sangat bervariasi.
Pada gadis, struktur ini sering tersembunyi seluruhnya
oleh labium minus yang tumpang-tindih dan jika labium
minus dibuka, struktur ini biasanya tampak hampir
99
b.
Vagina
Vagina adalah struktur muskulo membranosa tubular
yang menghubungkan vulva dengan uterus, vagina berada
di antara uretra dan kandung kemih disebelah anterior dan
rektum di posterior. Vagina adalah organ yang memiliki
banyak fungsi, yaitu sebagai organ eksresi uterus yang
merupakan tempat keluarnya sekresi uterus dan darah
haid, sebagai organ kopulasi perempuan, dan sebagai
bagian jalan lahir pada persalinan pervaginam. Bagian atas
vagina berasal dari duktus mulleri, bagian bawah
terbentuk dari sinus urogenitalis. Di sebelah anterior,
vagina berkontak dengan kandung kemih dan uretra,
dipisahkan oleh jaringan ikat yang sering disebut sebagai
septum vesikovaginale. Di sebelah posterior yaitu antara
bagian bawah vagina dan rektum terdapat jaringan serupa
100
101
dikelilingi oleh pleksus vena yang luas, pembuluhpembuluh tersebut mengikuti perjalanan arteri. Akhirnya,
vena ini akan bermuara ke vena iliaka interna. Umumnya
limfe yang berasal dari vulva dan sepertiga bawah vagina
dialirkan ke kelenjar getah bening inguinalis, limfe dari
sepertiga tengah vagina ke kelenjar getah bening
hipogastrika, dan limfe dari sepertiga atas vagina ke
kelenjar getah bening iliaka (Norman, 2010).
2)
Uterus
Uterus adalah organ muskular yang sebagian
ditutupi oleh peritoneum atau serosa. Permukaan rongga
uterus dilapisi endometrium. Selama kehamilan, uterus
berfungsi sebagai tempat untuk penerimaan, implantasi,
retensi, dan nutrisi konseptus, yang akan dikeluarkan saat
persalinan. Uterus perempuan yang tidak hamil terletak di
rongga panggul antara kandung kemih di sebelah anterior
dan rektum di sebelah posterior. Bagian inferior yaitu
serviks menonjol ke dalam vagina. Hampir seluruh
dinding posterior uterus dilapisi oleh serosa, atau
peritoneum. Bagian bawah dinding posterior uterus
membentuk batas anterior ekskavasio rectouterina atau
kavum Douglasi. Hanya bagian atas dinding anterior
uterus yang seluruhnya dilapisi peritoneum (Norman,
2010).
Bentuk uterus mirip dengan buah pir pipih dan
terdiri atas dua bagian utama yang bentuknya tidak sama,
yakni bagian segitiga di sebelah atas, yaitu korpus (atau
badan), dan bagian fusiform atau silindrik di sebelah
bawah, yaitu serviks (Norman, 2010).
Uterus terdiri dari tiga bagian besar, yaitu, fundus
uteri yang berada di bagian uterus proksimal, badan rahim
(korpus uteri) yang berbentuk segitiga, dan leher rahim
102
terbuka
sehingga
(Prawirohardjo, 2008).
103
perdarahan
berhenti
2.
Anatomi Uterus
Suplai darah rahim dialiri oleh arteri uterina kiri dan kanan yang
terdiri atas ramus asendens dan ramus desendens. Pembuluh darah ini
berasal dari arteria iliaka interna (arteria Hipogastrika) dan arteria
ovarika (Prawirohardjo, 2008). Bagian endometrium disuplai darah
oleh arteriol spiralis dan basalis. Arteriol spiralis yang memegang
peran dalam mensturasi dan member nutrisi kepada janin yang sedang
berkembang dalam uterus (Impey, 2008).
104
a.
Tuba uterina
Tuba uterina (oviduk suatu tuba fallopi) membentak dari
kornu uteri ke tempat dekat ovarium dan merupakan akses
perjalanan ovum menuju rongga uterus. Tuba uterina memiliki
panjang yang bervariasi, mulai dari 8 sampai 14 cm, dan
ditutupi oleh peritoneum, sedangkan lumennya dilapisi oleh
membrane mukosa. Masing-masing tuba uterina dibagi menjadi
bagian
interstitial,
isthmus,
ampula,
dan
infundibulum.
Ovarium
Ovarium adalah organ yang bentuknya hampir seperti
buah badam (almond-shaped) yang berfungsi sebagai tempat
perkembangan dan pengeluaran ovum serta sintesis dan sekresi
hormon steroid. Ukuran ovarium cukup bervariasi. Selama masa
subur, ovarium memiliki panjang 2,5-5cm, lebar 1,5-3 cm, dan
tebal 0,6-1,5 cm. Setelah menopause, ukuran ovarium jauh
berkurang (Norman, 2010).
105
Ovarium
melekat
ke
ligamentum
latum
melalui
bersambungan
dengan
serabut
di
ligamentum
3.
Hormon Estrogen
Disekresi oleh sel-sel Trache (serviks/leher) intrafolikel
ovarium, korpus luteum, dan plasenta., estrogen mempermudah
106
Estrogen
memengaruhi
organ
endokrin
dengan
Hormon Progesteron
Dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta, bertanggung
jawab atas perubahan endometrium siklik dalam serviks serta
vagina. Progesteron juga berpengaruh anti estrogenik pada selsel
miometrium,
menurunkan
kepekaan
otot
tersebut,
Miometrium
sementara
meningkatkan
potensial
107
c.
d.
akan
menyebabkan
pengurangan
produksi
FSH,
4.
Anatomi Mamae
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu
jaringan kelenjar dan jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi
lobus dan duktus. Sedangkan jaringan stromal meliputi jaringan lemak
dan jaringan ikat. Payudara terdapat dalam fasia superfisialis dinding
torak ventral yang berkembang menonjol tegak dari subklavikula
108
mammaria
interna
kelenjar
getah
Histologi
Payudara terdiri dari 15 sampai 25 lobus kelenjar
tubuloalveolar yang dipisahkan oleh jaringan ikat padat
interlobaris. Setiap lobus akan bermuara ke papila mammae
melalui duktus laktiferus. Dalam lobus payudara terdapat
lobuluslobulus yang terdiri dari duktus intralobularis yang
dilapisi oleh epitel kuboid atau kolumnar rendah dan pada
bagian dasar terdapat
mioepitel kontraktil.
Pada duktus
b.
Fisiologi
Secara fisiologi, unit fungsional terkecil jaringan payudara
adalah asinus. Sel epitel asinus memproduksi air susu dengan
komposisi dari unsur protein yang disekresi apparatus golgi
bersama faktor imun IgA dan IgG, unsur lipid dalam bentuk
droplet yang diliputi sitoplasma sel. Dalam perkembangannya,
kelenjar payudara dipengaruhi oleh hormon dari berbagai
kelenjar endokrin seperti hipofisis anterior, adrenal, dan
ovarium.
Kelenjar
hipofisis
anterior
memiliki
pengaruh
ovarium
menghasilkan
estrogen
dan
nyata
Perkembangan Payudara
Perkembangan payudara mengikuti rangkaian dan stadium
pertumbuhan
dapat
diperkirakan.
Pada
masa
pubertas,
terjadi
perubahan-perubahan
pembesaran
vaskular,
pembesaran
kelenjar
khusus
dari
pada
fase
111
dengan
kemampuan
menghasilkan
air
susu
(Sherwood, 2012).
1)
112
ekstensif
duktus,
sementara
tinggi
113
3)
(2)
oksitosin,
yang
menyebabkan
ejeksi
114
hipofisis
anterior
dikontol
oleh
dua
sekresi
dan
disimpan
di
hipofisis
posterior
(Sherwood, 2012).
Sepanjang
memiliki
kehidupan
pengaruh
seoarang
dominan,
wanita,
sehingga
PIH
konsentrasi
untuk
mendorong
sekresi
susu
115
untuk
Keuntungan Menyusui
Dari segi gizi, susu terdiri dari air, lemak trigliserida,
karbohidrat laktosa (gula susu), sejumlah protein, vitamin
dan mineral kalsium dan fosfor (Sherwood, 2012).
a)
Bagi Bayi
Selain nutrien, susu mengandung sejumlah sel
imun, antibodi, dan bahan senyawa lain yang
membantu melindungi bayi terhadap infeksi sampai
ia dapat membentuk sendiri respon imun yang
efektif beberapa bulan setelah lahir. Kolostrum, susu
yang diproduksi selama lima hari pertama setelah
persalinan, mengandung sedikit lemak dan laktosa
tetapi dengan komponen-komponen imunoprotektif
yang tinggi. Semua bayi manusia memerlukan
imunitas pasif selama gestasi oleh antibodi yang
menembus plasenta dari ibu janinnya. Namun,
antibodi-antibodi ini
116
Koleksi
antibodi
IgA
yang
Laktoferin
adalah
konstituen
ASI
yang
yang
perkembangbiakan
(Sherwood, 2012).
117
dibuthkan
patogen-patogen
untuk
ini
Faktor
bifidus
pada
laktoferin,
ASI,
berbeda
mendorong
mikroorganisme
dari
multiplikasi
nonpatogen
Lactobacillus
bakteri
yang
berpotensi
Komponen-komponen
lain
dalam
ASI
diketahui
yang
mempercepat
penyakit
melalui
beragam
cara
(Sherwood, 2012).
pada
kehidupan
selanjutnya.
I,
dan
kanker
misalnya
limfoma
(Sherwood, 2012).
dan
karenanya
memperlihatkan
118
Bagi Ibu
Menyusui juga menguntungkan bagi ibu.
Pelepasan oksitosin yang dipicu oleh menyusui
mempercepat
involusi
uterus.
Selain
itu,
ovulasi,
kehamilan
berikutnya
kontrasepsi
yang
menurunkan
(meskipun
handal).
kemungkinan
bukan
cara
Mekanisme
ini
5)
lenyap.
Juga,
karena
tidak
terjadi
119
5.
Kehamilan
a.
Pengertian
Proses
kehamilan
adalah
mata
rantai
yang
adalah
fertilisasi
atau
penyatuan
dari
2)
3)
4)
c.
120
Habitus (Sikap)
Letak bagian janin satu terhadap lainnya. Hubungan
antara kepala, bokong, tangan, dan kaki satu dengan yang
lainnya. Letak janin fisiologi adalah :
a)
b)
c)
d)
e)
Posisi
Posisi merupakan indikator untuk menetapkan arah
bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan,
atau belakang terhadap sumbu ibu (maternal pelvis).
Misalnya pada letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun
kecil (uuk) kiri depan, uuk kanan belakang (Mochtar,
2012).
4)
Presentasi
Presentasi digunakan untuk menentukan bagian
janin yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada
palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi
kepala, presentasi bokong, presentasi bahu, dan lain-lain
(Mochtar, 2012).
Dalam keadaan normal, presentasi janin adalah
belakang kepala dengan penunjuk ubun-ubun kecil dalam
121
Ubun-ubun kecil
Puncak
Ubun-ubun besar
Muka
Os mandibularis Os
Sungsang
Sacrum
Lintang
Denominator
penutup ketiak
6.
Persalinan Normal
a.
Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir
dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu (Yanti, 2010).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis
yang
normal.
Persalinan
122
merupakan
proses
pergerakan
sampai pada
Persalinan Spontan
Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri,
melalui jalan lahir ibu.
2)
Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
3)
Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi
baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian
pitocin atau prostaglandin.
Persalinan normal adalah : LOA (Left Occipito Anterior =
123
c.
Estrogen
a)
b)
rangsangan
oksitosin,
rangsangan
Progesteron
a)
b)
Menyulitkan
penerimaan
dari
luar
seperti
Teori Keregangan
a)
125
b)
2)
Proses
penuan
plasenta
terjadi
mulai
umur
Produksi
progesterone
mengalami
penurunan
terhadap
oksitosin.
c)
3)
b)
c)
kehamilan
menyebabkan
oksitosin
Teori Prostaglandin
a)
b)
Pemberian
prostaglandin
saat
hamil
dapat
126
5)
Teori Plasenta
Teori plasenta menjadi tua: dengan bertambahnya
usia kehamilan, plasenta menjadi tua dan menyebabkan
villi corialis mengalami perubahan
sehingga kadar
7)
e.
Lamanya Persalinan
Lamanya persalinan tentu berlainan bagi primigravida dan
multigravida, untuk primigravida kala I: 12,5 jam, Kala II: 80
menit, kala III: 10 menit, kala IV: 14 jam sedangkan
multigravida kala I: 7 jam 20 menit, kala II: 30 menit, kala III:
10 menit, kala IV: 8 jam. Pembukaan serviks terbagi 2 fase: fase
laten: pada fase ini pembukaan sangat lambat dari 0-3 cm, fase
aktif: pada fase aktif pembukaan lebih cepat, fase ini dapat
dibagi lagi dalam: fase akselerasi : dari pembukaan 3 cm 4 cm
yang dicapai dalam 2 jam, fase dilatasi maksimal : dari
pembukaan 4 9 cm yang dicapai dalam 2 jam, fase deselerasi :
dari pembukaan 9 10 cm selama 2 jam. (Rukiyah, 2009).
Perhitungan lamanya proses persalinan menurut bagi ibu
primipara dan multipara menurut Mochtar, 2003 adalah sebagai
berikut :
No.
Kategori
Primipara
Multipara
1.
Cepat
<12 jam
<8 jam
2.
Normal
12-14 jam
8-10 jam
3.
Lambat
>14 jam
>10 jam
127
f.
Rangsangan
terhadap
pleksus
saraf
128
mendatar
(cervical
effacement).
Ostium
uteri
(2)
rangsang nyeri.
(3)
(4)
Prostaglandin
meningkat
sebagai
respons
terhadap stress
b)
(b)
(c)
2)
Passanger (Janin)
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan
adalah faktor janin, yang meliputi sikap janin, letak janin,
presentasi janin, bagian terbawah, dan posisi janin.
a)
Sikap (Habitus)
Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan
sumbu
janin,
biasanya
terhadap
tulang
129
Letak (Situs)
Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap
sumbu ibu misalnya letak lintang dimana sumbu
janin tegak lurus pada sumbu ibu. Letak membujur
dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, ini
bisa letak kepala atau letak sungsang.
c)
Presentasi
Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada
dibagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi
atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi
kepala, presentasi bokong, presentasi bahu dan lainlain.
d)
e)
Posisi Janin
Posisi janin dalam keadaan normal, yaitu kepala
janin berada di bawah.
3)
4)
130
pesan
tersebut
dan
kemudian
segera
g.
tercapainya
frekuensi,intensitas
kontraksi
dan
durasi
uterus
yang
cukup
dengan
untuk
memungkinkan
kepala
janin
lewat
131
b)
b)
c)
secara
perlahan-lahan
atau
2)
132
istirahat
mengeluarkan
sebentar,
anggota
his
badan
mulai
bayi
lagi
secara
untuk
lengkap
b)
c)
Mengipasi
dan
masase
untuk
menambah
e)
f)
Menjaga
kandung
kemih
tetap
kosong,
ibu
133
b)
memerlukan
pertolongan,
misalnya
ibu
d)
Menjaga
perasaan
ibu
agar
tetap
senang,
3)
134
b)
c)
b)
c)
korpus.
Lakukan
secara
hati-hati
untuk
e)
135
g)
h)
Lakukan penarikan secara lembut dan perlahanlahan untuk melahirkan selaput ketuban.
i)
4)
136
b)
c)
d)
e)
f)
empat
persalinan
di
halaman
belakang
Mekanisme Persalinan
Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi
kepala dan pada presentasi kepala ini ditemukan 58% ubunubun kecil terletak d kiri depan, 23% di kanan depan, 11% di
kanan belakang, dan 8% di kiri belakang. Kedaan ini mungkin
disebabkan terisinya ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon
sigmoid dan rektum. Seperti telah dijelaskan terdahulu 3 faktor
penting yang memegang peranan pada persalinan, ialah
kekuatan- kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan
kekuatan mengedan, keadaan jalan lahir dan janinnya sendiri
(Wiknjosastro H, 2005).
His adalah salah satu kuatan pada ibu, seperti telah
dijelaskan yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong
janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup
kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga
137
rotasi,
yang
disebut
putaran
paksi
luar
(Wiknjosastro H, 2005).
Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum
putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan gerakan kepala
dengan punggung anak. Bahu melintasi pintu atas panggul
dalam keadaan miring. Selanjutnya dilahirkan bahu depan
terlebih dahulu baru kemudain bahu belakang. Demikian pula
dilahirkan prokanter depan baru kemudian prokanter belakang.
Kemudian bayi lahir seluruhnya. Apabila bayi telah lahir, segera
jalan napas dibersihkan. Tali pusat dijepit di antara dua cunam
pada jarak 5 dan 10cm. Kemudian, digunting di antara kedua
cunam tersebut dan diikat. Tunggul tali pusat diberi antiseptika.
Umumnya bila telah lahir lengkap, bayi segera akan menarik
napas dan menangis (Wiknjosastro H, 2005).
Mekanisme persalinan dibagi atas tujuh bagian yaitu
engagement merupakan apabila diameter biparietal kepala
138
Plasenta
Plasenta (ari-ari) terbentuk ketika tropoblas, yang merupakan
bagian telur yang telah dibuahi menempel pada dinding uterus. Pada
kehamilan minggu ke-12, plasenta telah menjadi organ tersendiri.
Pada kelahiran bayi, plasenta yang berwarna merah gelap memiliki
berat sekitar 500 gr. Plasenta merupakan jaringan spons yang
berbentuk piringan dan memiliki dua lapis sel yang membatasi
sirkulasi darah janin dan ibu. Meskipun terdapat sirkulasi yang
terpisah, sejumlah substansi masih dapat melewati lapisan tersebut
dari ibu ke janin (Budisetyono, 2011).
Seluruh nutrisi makanan dan oksigen yang dibutuhkan janin
didapatkan dari ibu, dan seluruh produk sisa juga dikembalikan
kepada ibu. Peran pertukaran tersebt dilakukan oleh plasenta yang
terhubung
dengan
janin
oleh
umbilical
cord
(tali
rahim).
139
8.
Air Ketuban
a.
neonatus
dalam
keadaan
stress
dan
hipoksia.
kekeruhan
dapat
dilakukan
secara
visual
b.
Memungkinkan
janin
untuk
bergerak
bebas
dan
perkembangan musculoskeletal.
2)
3)
4)
bebas
dalam
AK
sehingga
membantu
6)
7)
142
143
d.
guna
menurunkan
angka
kematian
perinatal
144
pemeriksaan
spektrofotometri
dan
meconium
E.
Definisi Preeklampsia
Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan
adanya hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama
kehamilan atau sampai 48jam postpartum. Umumnya terjadi
pada trimester III kehamilan. Preeklampsia dikenal juga dengan
145
dan
abrapsio
plasenta
solusio
plasenta
Etiologi Preeklampsia
Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum
diketahui secara pasti, tetapi pada umum nya disebabkan oleh
(vasospasme arteriola). Faktor-faktor lain yang diperkirakan
akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia antara lain:
primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, molahidatidosa,
multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun
atau lebih dari 35 tahun serta anemia (Maryunani et al, 2012).
Dalam penelitian Rozikhan (2007), sebab preeklampsia
dan eklampsia sampai sekarang belumdiketahui.Telah banyak
teori yang mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit
tersebut, akan tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang
memuaskan. Teori yang diterima harus dapat menerangkan halhalberikut:
1)
Primigraviditas,
kehamilan
ganda,
hidramnion
dan
molahidatidosa.
2)
146
3)
4)
5)
b)
c)
Hipertensi esensial.
d)
e)
Diabetes mellitus.
f)
Multipara
g)
Polihidramnion.
h)
Obesitas
i)
c.
Manifestasi Klinis
Dua gejala yang sangat penting pada preeclampsia yaitu
hipertensi dan proteinuria yang biasanya idak disadari oleh
wanita hamil. Penyebab dari kedua masalahdiatas adalah
sebagai berrikut:
1)
Tekanan Darah
Peningkatan
tekanan
darah
merupakan
tanda
147
2)
kemungkinan
terjadinya
preeclampsia
harus
Proteinuria
Pada
preeklampsia
ringan,
proteinuria
hanya
Nyeri Kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering
terjadi pada kasus-kasus yang berat. Nyeri kepala sering
terjadi pada daerah frontal dan oksipital, serta tidak
sembuh dengan dengan pemberian analgetik biasa.
2)
Nyeri Epigastrium
Merupakan
keluhan
yang
sering
ditemukan
pada
Gangguan Penglihatan
Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh
spasme arterial, iskemia dan edema retina dan pada kasuskasus yang langka disebabkan oleh ablasio retina. Pada
148
preeclampsia
ringan
tidak
ditemukan
tanda-tanda
subyektif.
d.
Klasifikasi
Preeklampsia dibagi dalam dua golongan, yaitu ringan dan
berat. Preeclampsia dikatakan ringan apabila ditemukan tandatanda dibawah ini.
1)
2)
3)
preeclampsia
dikatakan
berat
apabila
2)
3)
4)
5)
e.
Komplikasi
Bergantung pada derajat preeklampsia yang dialami.
Namun yang termasuk komplikasi antara lain sebagai berikut:
1)
Pada Ibu
a)
Eklampsia
b)
Solusio Plasenta
c)
d)
e)
f)
Ablasio retina
149
g)
2)
F.
Pada Janin
a)
b)
Premature
c)
Asfiksia neonatorum
d)
e)
Anamnesa
a.
Identitas
1)
Identitas klien
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
150
(Ambarwati, 2009).
Suku/bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau
kebiasaan sehari-hari (Ambarwati, 2009).
Alamat
2)
b.
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Keluhan Utama
Untuk mengetahui penyebab klien tersebut dibawa ke tempat
pelayanan kesehatan. Alasan ibu dengan perdarahan karena
atonia uteri adalah rasa takut pengeluaran darah yang banyak
dari jalan lahirnya (Muslihatun et al, 2009).
c.
Riwayat Kesehatan
1)
2)
3)
mengetahui
kemungkinan
adanya
pengaruh
151
5)
Riwayat Operasi
Untuk mengetahui apakah ibu pernah melakukan operasi
atau tidak yang berhubugan dengan tindakan keperawatan
(Ambarwati, 2009).
6)
Riwayat Menstruasi
Siklus Menstruasi : Siklus mentruasi dipengaruhi oleh
hormon estrogen dan progesteron yang berperan dalam
perubahan endometrium uterus. Sebelum terjadinya fase
menstruasi, endometrium mengalami fase proliferasi dan
fase sekrotori. Fase proriferasi terjadi 10 hari atau lebih
dimana endometrium akan tumbuh menjadi tebal, karena
jumlah sel stroma bertambah banyak dan pertumbuhan
kelenjar, pembuluh darah di endometrium juga bertambah.
Fasesekresi terjadi 12 sampai 14 hari setelah fase
proliferasi.
Setelah
ovulasi
terjadi
korpus
rubrum
glikogen
dan
lemak
yang
berfungsi
spasme
dan
152
iskemia
lapisan
endometrium.
8)
Riwayat Perkawinan
a)
Status perkawinan
Kaji
status
perkawinan
cenderung
pasangan
Riwayat Obstetri
Umumnya klien pada pruritus tinggi dapat menyebabkan
vagintis (Ambarwati, 2009).
10)
153
11)
mengetahui
tanggal/jam
tempat
melahirkan,
persalinan,penolong,
jenis
persalinan,
tali
pusat,
kelainan
plasenta,
perineum
Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan
minum,
(Ambarwati,
2009).
Pada
ibu
nifas
Eliminasi
Menggambarkan polo fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan
bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi,
warna dan jumlah (Ambarwati, 2009). Dalam 8 jam ibu
sudah bisa BAK secara spontan. BAB biasanya tertunda
selama 2-3 hari karena diit cairan (Ambarwati, 2009).
3)
Pola Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur klien, berapa jam
klien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,
mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat
tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang.
Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena dengan
154
Personal Hygiene
Untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan
tubuh terutama pada daerah genitalia, karena pada masa
nifas masih mengeluarkan lochea (Ambarwati, 2009).
5)
Keadaan Psikologis
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi atau
psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan
diri menjadi seorang ibu (Ambarwati, 2009).
6)
7)
apakah
ibu
mempunyai
kebiasaan
merokok
(Ambarwati, 2009).
2.
Pemeriksaan Fisik
a.
Pemeriksaan Umum
1)
Keadaan Umum
Bagaimana keadaan umum penderita, keadaan gizi,
kelainan bentuk badan, kesadaran (Sulistyawati, 2014).
2)
Tinggi Badan
Untuk mengetahui tinggi badan, normalnya adalah lebih
dari 145 cm (Depkes RI, 2008).
3)
Berat Badan
Untuk mengetahui berat badan.
155
4)
LLA
Untuk mengetahui status gizi pasien. Normalnya LLA
adalah lebih dari 23,5 cm.
5)
Tekanan Darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau
hipotensi. Batas normal 110/60 140/90 mmHg.
Pada kasus ibu nifas dengan atonia uteri tekanan
darah turun dengan distolik < 90mmHg.
b)
Nadi
Untuk
mengetahui
denyut
jantung
ibu.batas
RR
Untuk mengetahui kelainan pada organ-organ
saluran nafas. Batas normalnya adalah 18-24x/menit.
Pada kasus ibu nifas dengan atonia uteri pernafasan
cepat > 30x/menit.
d)
Suhu
Untuk
mendeteksi
dini
adanya
gangguan
Mata
Sklera,
konjungtiva,
kotoran
secret,
ukuran
pupil,
156
Telinga
Kebersihan, Gangguan pendengaran, Terlihat massa,
Bentuk,
kesimetrisan,
tes
pendengaran,
kurang
Hidung
Kebersihan, kesimetrisan, nyeri, trauma, rhinitis, secret
hidung, epistaksis, obstruksi, bersin, gatal, kebersihan,
pernafasan
cuping
hidung,
polip
hidung
(hidung
Sistem Kardiovaskuler
1)
Bendungan Vena
Pemeriksaan sistem kadiovaskular adalah observasi
terhadap bendungan vena, yang bisa berkembang menjadi
virises. bendungan vena biasanya terjadi pada tungkai,
vulva, dan rektum (Sulistyawati, 2014).
2)
Edema
Edema pada tungkai merupakan refleksi dari pengisian
darah
pada
intravaskular
penekanan
ekstermitas
keruang
dengan
jari
akibat
perpindahan
intrertisial.
atau
ketika
jempol
cairan
dilakukan
menyebabkan
157
d.
Sistem Muskuloskeletal
1)
Postur
Mekanik tubuh dan perubahan postur bisa terjadi selama
kehamilan. keadaan ini mengakibatkan regangan pada otot
punggung dan tungkai (Sulistyawati, 2014).
2)
3)
Pengukuran Pelvis
Tulang pelviks diperiksa pada awal kehamilan untuk
menentukan diameternya yang berguna untuk persalinan
pervagina (Sulistyawati, 2014).
4)
Abdomen
Kontur, ukuran, dan tonus otot abdomen perlu dikaji.
tinggi fundus diukur jika fundus bisa dipalpasi diatas
simfisis pubis. kandung kemih harus dikosongkan sebelum
pemeriksaan dilakukan untuk menentukan keakuratannya.
pengukuran metode Mc. donald dengan posisi ibu
berbaring (Sulistyawati, 2014).
e.
Sistem Neurologi
Pemeriksaan neurologi lengkap tidak begitu diperlukan bila ibu
tidak memiliki tanda dan gejala yang mengiindikasikan adanya
masalah. pemeriksaan refleks tendon sebaiknya dilakukuan
158
Sistem Integumen
Warna kulit biasanya sama dengan rasnya. pucat menandakan
anemis, jaundice menandakan gangguan pada hepar, lesi,
hiperpigmentasi seperti cloasma gravidarum, serta linea negra
berkaitan dengan kehamilan dan stries perlu dicatat. penampang
kuku berwarna merah muda menadakan pengisisan kapiler baik.
Striae atau tanda guratan bisa terjadi didaerah abdomen dan
paha (Sulistyawati, 2014).
g.
Sistem Endokrin
Pada trimester kelenjar tiroid membesar, pembesaran yang
berlebihan menandakan hipertiroid dan perlu pemerksaan lebih
lanjut (Sulistyawati, 2014).
h.
Sistem Gastrointestinal
1)
Mulut
Membrane mukosa berwarna merah muda dan lembut.
Bibir bebas dari ulserasi, gusi berwarna kemerahan, serta
edema
akibat
efek
peningkatan
estrogen
yang
Usus
Stetoskop yang hangat untuk memeriksa bising usus lebih
nyaman untuk ibu hamil. Bising usus bisa berkurang
159
Sistem Urinarius
Pengumpulan urine untuk pemeriksaan dilakukan dengan cara
urine tengah. Urine diperiksa untuk mendeteksi tanda infeksi
saluran kemih dan zat yang ada dalam urine yang menandakan
suatu masalah (Sulistyawati, 2014).
1)
Protein
Protein seharusnya tidak ada dalam urine. Jika protein ada
dalam urine, hal ini menandakann adanya kontaminasi
sekret vagina, penyakit ginjal, serta hipertensi pada
kehamilan (Sulistyawati, 2014).
2)
Glukosa
Glukosa dalam jumlah yang kecil dalam urine bisa
dikatakan normal pada ibu hamil. Glukosa dalam jumlah
yang besar membutuhkan pemeriksaan gula darah
(Sulistyawati, 2014).
3)
Keton
Keton ditemukan dalam urine setelah melakukan aktivitas
yang berat atau pemasukan cairan dan makanan yang tidak
adekuat (Sulistyawati, 2014).
4)
Bakteri
Peningkatkan bakteri dalam urine berkaitan dengan infeksi
saluran kemih yang biasa terjadi pada ibu hamil
(Sulistyawati, 2014).
j.
Sistem Reproduksi
1)
160
cekungan,
sekresi
putting
susu,
perubahan
b)
c)
d)
161
Menggunakan
payudara
kedua
anda
tangan,
untuk
kemudian
tekan
adanya
cairan
melihat
3)
Vagina
b)
c)
Teraba promontorium?
d)
e)
intrauterus
dapat
mengidentifikasi
antara
(Sulistyawati, 2014).
162
kontraksinya
atau
tidak
G.
Diagnosa Keperawatan
a.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
b.
13.
14.
Diagnosa Janin/Bayi
1.
2.
3.
4.
5.
163
H.
No.
1.
Nyeri
dengan
berhubungan Setelah
agen
Tujuan
(NOC)
dilakukan
cidera keperawatan
biologis: perdarahan
Intervensi
(NIC)
Rasional
selama
Pain Management
klien
berkurang. Dengan Kriteria 2. Monitor nyeri, karakteristik, 2. Mengetahui keadaan dari klien dan
Hasil:
frekuensi,
nyeri
petugas
profesional
Menggunakan
non analgesik
kualitas
dan
untuk
menetukan
perencanaan
selanjutnya
perubahan
kepada
dilakukan perawatan di RS
kesehatan
aktivitas)
sebelum,
sesudah
pengetahuan
164
pada
5. Kolaborasi
analgesik
2. Ketidakefektifan
nafas
dengan nyeri
nyeri
berhubungan keperawatan
selama
3x24
Respiratory Monitoring
jam.
Airway management :
Airway management
Airway management
(RR:
x/mnt)
16-24
oksigen klien
mengetahui
terjadinya
dispnea
2. Dypsneu hilang
oksigen
kebutuhan klien
sesuai 4. Pemberian
oksigen
dapat
5. Anjurkan
klien
pernafasan dalam.
165
melakukan 5. Teknik
nafas
mengurangi sesak
dalam
dapat
3. Ketidakefektifan
nafas
berhubungan keperawatan
dengan trauma
selama
Respiratory Monitoring
jam.
Airway management :
Airway Management
Airway Management
(RR:
x/mnt)
4. Dypsneu hilang
16-24
oksigen klien
kebutuhan klien
5. Anjurkan
klien
pernafasan dalam.
terjadinya
dispnea
4. Berikan
mengetahui
sesuai 3. Posisi
semiflower
dapat
oksigen
dapat
nafas
mengurangi sesak
166
dalam
dapat
4. Resiko
berhubungan
hipovolemik
terjadi
syok
Shock Management
tanda-tanda
darah rendah
Kriteria Hasil :
tanda-tanda
vital
2. Diharapkan
dapat
mengetahui
perdarahan-perdarahan
menit sekali
3. Monitor
perdarahan
seperti
3. Monitor
perdarahan
yang
dapat
atau
telah
pembalut
yang
telah
kehilangan
darah
klien
dan
memudahkan
untuk
untuk perdarahan
seperti NaCl
167
5. Pemberian
tranfusi
darah
cepat
sehingga
5.
dilakukan
berhubungan keperawatan
selama
di
dengan
anemis
Cilculatory Management
klien
dan
keadaan
untuk
fisiologis
menentukan
tindakan selanjutnya.
2. Monitor tanda-tanda anemia.
sehingga
penatalaksanaan lanjutan.
bertanya
perlu
diberikan
tubuh klien.
Kolaborasi
1. Pemberian
darah.
Kolaborasi
terapi
168
6.
Ansietas
dengan
Anxiety Reduction
Anxiety Reduction
kesehatan perdarahan
kecemasan
cemas
2.
Klien
cemas
sudah
penyebab
cemas
tersebut
kooperatif
Klien
dan
1.
3.
2. Agar
lebih
bisa
beradaptasi
padda rencana
4. Anjurkan
klien
teknik
relaksasi,
melakukan
misalnya
nafas dalam
4. Memberikan
respons
arti
penghilang
ansietas,
menurunkan
169
mengekspresikan
adalah
terhadap
dan
ekspresi.
mendorong
situasi
dan
Kolaborasi
7.
Kekurangan
cairan
berhubungan keperawatan
dengan
kehilangan diharapkan
3x24
terpenuhi
Fluid Management
criteria
hasil :
1. Tidak
normal
(TD
120/90
x/menit,
menentukan
dan
pemenuhan
dehidrasi
16-20 3. Pertahankan
60-100
adanya
1. Mengetahui
mmHg,
mengalami
dehidrasi
meningkatkan istirahat
output
170
3. Mencegah
terjadinya
kembali
terpenuhi
8.
selama
3x24
perineum
diharapkan
klien
tidak
mengalami
resiko
infeksi
rubor, tumor ).
functio lasea)
tumor,
(calor,
kebersihan
rubor,
functio lasea)
2. Melakukan
Infection Protection
dolor,
rubor,tumor,
171
pemberian
obat
9.
Kurang
berhubungan
kurangnya
selama
diharapkan
3X24 1. Berikan
klien
tentang 1. Membantu
tingkat pengetahuan
pasien
dalam
mengalami perasaan
yang
prognosisnya.
penyakit
penilaian
dan
biasa
3. Dorong
keluarga
menyatakan pemahaman
rasa
muncul
pada
pasien
takut
menyatakan 3. Memberi
perasaan
dan
perhatian
dimana
dasar
pengetahuan
pilihan terapi
tentang penyakit, kondisi, 4. Kaji ulang proses penyakit, 4. Meningkatkan pengetahuan pasien
prognosis, dan program
pengobatan
2. Asupan
pengalaman klien.
5. Berikan
nutrisi
ibu
informasi
terpenuhi
terpenuhi
tindakan
untuk
menyembuhkan penyakitnya
3. Pemompaan asi
4. Dukungan
terhadap
hidup
diperlukan.
172
yang
mungkin
masa mendatang
Lactation Counseling
1. Beri
Lactation Counseling
informasi
tentang
1.
klien
manfaat
dan
2.
memberikan ASI
3. Monitor
Mengetahui
Agar
termotivasi
untuk
kemampuan
bayi
3.
ibu
4. Diskusikan
pengeluaran
cara
dalam
ASI
(pijatan
payudara, pemompaan
10.
Resiko
berhubungan
dengan keperawatan
pendarahan
3X24
jam 1. Monitor
tingkat
terhindar
dari
bagi
ibu
dengan
sesuai
Bleeding Reducation
perdarahan
klien
ibu
mengalami
syok
kemampuan bayi
klien
4.
tekanan
darah,
nadi,
anemia.
detik
173
pengobatan
Tampak
yang
cukup
dapat
3. Nutrisi
lelah,
tidak
akan
pengobatan
mempermudah
dan
mempercepat
penyambuhan.
Kolaborasi
Kolaborasi
11.
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
kebutuhan
berhubungan
gangguan psikologis
nutrisi
Dengan
klien
kriteria
hasil:
1. Nutrisi adekuat
2. Intake makanan adekuat
Nutrisi Monitoring :
3. Energi adekuat
4. BB naik
berlebihan
174
Nutrition Management :
1. Identifikasi
alergi
Nutrition Management :
makanan 1. Mengetahui makanan yang dapat
pada klien
2. Anjurkan
klien
tentang 2. Memberikan
kemudahan
pada
di konsumsi
yg disukai
3. Atur
pola
makan
konsumsi
ginseng
untuk
olahan
mengurangi
mual muntah
12.
Resiko
berhubungan
Postpartum
Uterus
riwayat
(postpartum,
preeklampsi,kehamilan
175
Reduction
1. Perdarahan
vagina
berkurang
gamely).
2. Mengetahui
perkembangan
ibu
post partum
15 menit
3. Beri perawatan perineum
3. Mencegah
terjadinya
risiko
perdarahan
4. Beri infuse via IV
13.
Activity Therapy
dengan keperawatan selama 3x24 jam 1. Tentukan kemampuan klien 1. Mengetahui tindakan-tindakan apa
diharapkan
mobilitas
berkurang.
Dengan
fisik
kiteria
hasil:
sesuai perencanaan
sehari-hari
(ADL)
fisik
yang
sesuai
akan
sehari-hari
secara tepat
2. Tekanan darah sistolik dan 3. Kolaborasi dengan ahli terapi 3. Mempercepat peningkatan aktivitas
diastolik 120/90 mmHg
dalam
merencanakan
memonitoring
aktivitas dengan cepat
176
dan
program
4. Instruksikan
keluarga
klien
mengenai
dan 4. Memberikan
peran
informasi
pada
Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan tindakan Self Care Assistane : ADLs
berhubungan
toileting
dengan keoerawatan
3x24
jam 1. Monitor
kemampuan
perawatan
mandiri
diri
(toileting)
1.
2.
Mampu
aktifitas
perawatan
mandiri (Toileting)
terpenuhinya
kebutuhan
bantuan
sesuai
kebutuhan
melakukan self-care
4. Dorong klien untuk melakukan 4. Memotivasi klien dalam aktivitas
aktivitas
normal
sehari-hari
sesuai
yang
kemampuan
yang dimiliki
5. Ajarkan klien atau keluarga 5. Membantu memotivasi klien dan
177
untuk
mendorong
kemandirian,
untuk
memberikan bantuan
hanya
178
keluarga
2.
No.
1.
Ketidakefektifan
Tujuan
Intervensi
(NOC)
(NIC)
Setelah dilakukan tindakan Respiratory Monitoring
Respiratory Monitoring
pola
Diagnosa keperawatan
nafas
berhubungan
dengan dispnea
kiteria hasil:
1.
Airway Managemet :
2.
Rasional
(RR:
16-24
oksigen klien
mengetahui
terjadinya
dispnea
x/mnt)
Dypsneu hilang
1. Untuk
oksigen
sesuai
kebutuhan
oksigen
dapat
Resiko
perkembangan
orang tua
tentang
bimbingan
pengetahuan 4. Ajarkan
pemberian
179
Bertambah
Dengan
kiteria
Development
hasil:
Infant
5.
aktivitas
enhancement:
sehari-hari
kelurga
(ADL).
pada bayi
6.
Beritahu
cara
keluarga
tentang
membesarkan
anak
dengan baik
7.
Observasi
pemeriksaan
yang
dilakuan
mengandung bayinya.
ibu
saat
klien
8.
Obsevasi
perawatan
3.
Resiko
injury Setelah
dilakukan
selama
asuhan Environtment
3x24 Community
Management
: Environment
Management
Community
180
kondisi kesehatan
2. Partisipasi
1. Klien terbebas dari cedera
2. Klien mampu menjelaskan
cara atau metode untuk
mencegah injury atau
cedera
3. Klien mampu menjelaskan
factor
resiko
dari
lingkungan atau perilaku
personal
untuk
dalam
mencegah
mengganggu kesehatan
3. Dorong
keluarga
dalam 3. Memandirikan
berpartisipasi aktif
4. Kolaborasi
mengembangkan
mendukung
keluarga
dalam
dalam
program
kesehatan
program
kesehatan
4. Mampumemodifikasi gaya
hidup untuk mencegah
injury
5. Menggunakan
fasilitas
kesehatan yang ada
4.
6. Mampu
mengenali
perubahan
status
kesehatan
Hipotermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Temperature Regulation
Temperature Regulation
1.
1.
melalui kulit
fisik
2.
2.
kiteria
3.
diharapkan
mobilitas
berkurang.
Dengan
181
hipotermi
hasil:
berpartisipasi
sehari-hari
dalam
3.
mencegah hipotermi
4.
Anjurkan
(ADL)
Mendukungdan
mencegah
hipotermi
untuk
4.
diastolik
120/90
mmHg
5.
Ketidakseimbangan
nutrisi
terpenuhi.
nutrisi
Dengan
klien
1.
setelah lahir
hasil:
Pertumbuhan
dan
perkembangan
bayi 4. Monitor
lahir
makanan
pertama
badan
bayi
nutrisi
dibutuhkan bayi
182
berat
waktu lahir
tentang
3. Mengetahui
yang
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A.
Pengkajian
2.
Identitas
a.
Identitas Klien
Nama
: Ny. M
Usia
: 39 Th
Jenis kelamin
: Perempuan
Status perkawinan
: Kawin
Diagnosa
3.
: 02 Mei 2016
Tgl pengkajian
: 02 Mei 2016
Keluhan Utama
Klien mengatakan Nyeri Pada Genitalianya
4.
Riwayat Kesehatan
a.
b.
c.
Riwayat perkawinan
Tidak terkaji
d.
Riwayat kebidanan
1)
Menstruasi
Tidak terkaji
2)
Perimenopause/menopause
Tidak terkaji
183
3)
Kontrasepsi
Menggunakan alat kontrasepsi suntik selama 5 tahun dari
anak yang terakhir dilahirkan sebelumnya.
4)
Riwayat obstetri
5)
6)
7)
No
Aktivitas Sehari-Hari
1.
Nutrisi
Sehat
Sakit
Frekuensi
Jumlah
Porsi
Pantangan
Waktu
Keluhan
b. Minum
Jenis minuman
(cafein, alkohol)
Frekuensi
Jumlah
184
2.
Pantangan
Keluhan
Kebiasaan tidur
Keluhan
2. Siang
3.
Jumlah jam
Kebiasaan tidur
Keluhan
Eliminasi
a. BAK
Frekuensi
Jumlah
Warna
Konsistensi
Bau
Keluhan
b. BAB
Frekuensi
Jumlah
Warna
Bau
Konsistensi
Penggunakan
pencahar
Keluhan
185
4.
Personal hygiene
1. Mandi
Frekuensi
Waktu
Menggunakan sabun
Keluhan
2. Gosok Gigi
Frekuensi
Waktu
c. Mencuci Rambut
Frekuensi
Waktu
Menggunakan
shampoo
Air yang digunakan
Keluhan
d. Berpakaian
5.
Waktu
Waktu aktivitas
Jenis olahraga
Waktu olahraga
Jenis rekreasi
Waktu Rekreasi
Kesulitan
186
5.
8)
: Tidak Terkaji
9)
: Tidak Terkaji
10)
: Tidak Terkaji
11)
: Tidak Terkaji
12)
Pola komunikasi
: Tidak Terkaji
13)
Lingkungan
: Tidak Terkaji
Pemeriksaan Fisik
a.
Kondisi umum
1)
Ibu
Terpasang oksigen dengan nasal kanul 2 liter, terpasang
infus NaCL 0,9% sebanyak 20 tetes/menit dan RL 16
tetes/menit di tangan kanan.
Kesadaran
: compos mentis
Tanda-tanda vital
a)
b)
Saat persalinan
Tekanan darah
: 130/95 mmHg
Nadi
: 89x/menit
Respirasi
: 24x/menit
Suhu
: 360C
2)
Tekanan darah
: 130/95 mmHg
Nadi
: 89x/menit
Respirasi
: 24 x/menit
Suhu
: 36,30C
Bayi
Bayi A memiliki APGAR menit ke 1 = 4 dan menit ke 5 =
8. Dan Bayi B memiliki APGAR menit ke 1 = 4 dan menit
ke 5 = 6 Bayi A langsung menangis dan Bayi B menangis
setelah dlakukan suctioning pada jam 12.43 WIB, kedua
187
c.
Nodus limfe
: (Tidak terkaji)
d.
Kepala
: (Tidak terkaji)
e.
Mata
: (Konjungtiva anemis)
f.
Telinga
: (Tidak terkaji)
g.
: (Tidak terjaji)
h.
i.
Leher
: (Tidak terkaji)
j.
Kelenjar limfe
: (Tidak terkaji)
k.
Payudara
Areola kedua payudara berwarna cokelat kehitaman gelap dan
datar, kedua payudara menegang namun tidak ada sekresi, IMD
telah dilakukan namun tidak ada ASI.
l.
Paru-paru
m.
Kardiovaskuler
Abdomen
Abdomen lunak dan datar, 4 jari pemeriksa masuk pada diatasis
rektus abdominis, terdapat striae di bagain bawah abdomen yang
berwarna abu-abu kehitaman.
o.
188
p.
: Anus utuh
q.
r.
Neurologis
s.
Genitalia
: Tidak terkaji
B.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak terkaji
C.
Informasi Tambahan
Tidak terkaji
189
D.
Analisa Data
1.
No.
1.
Data-data
DS :
Klien
mengatakan
merasankan
Etiologi
Masalah keperawatan
skala 3.
Antonia uteri
DO :
Tanda tanda vital : TD 90/70
Ibu
190
Persepsi nyeri
Nyeri akut
2.
DS :
Antonia uteri
atonia uteri
Ibu
3.
DS :
Klien
megatakan
mengeluh
kering,
serebral berhubungan
konjungtiva
Antonia uteri
akral dingn.
Kegagalan miometrium untuk berkontraksi
DO :
Tanda tanda vital : TD 90/70
192
dengan
tetap terbuka
Ibu
Perdarahan terus-menerus
DS :
Klien
mengatakan
mengeluh
skala
anemis,
akral
3,
perdarahan
kongjungtiva
dingin,
denyut
Antonia uteri
jantung ireguler.
193
DO :
Ibu
Psikologi
Trauma
Takut
Ansietas
194
2.
No.
1.
Data-data
DS :
DO :
Etiologi
Usia < 20 & > 35 tahun, paritas tinggi multipara dengan
Masalah keperawatan
Antonia uteri
Janin/ bayi
195
BBLR
Insufisiensi pernafasan
Dyspneu
196
2.
DS :
DO :
Resiko keterlambatan
perkembangan berhubungan
Anak A mememiliki BB
1970gr
Antonia uteri
meit ke 5 = 6
Pembuluh darah tak mampu berkontraksi
Janin/ bayi
197
BBLR
198
E.
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri
akut
berhubungan
dengan
agen
injury biologis:
perdarahan.
6.
7.
8.
2.
b.
199
F.
No.
1.
Tujuan
(NOC)
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan
Diagnosa keperawatan
dengan
agen
injury keperawatan
biologis: perdarahan.
jam,
selama
diharapakan
terkontrol
dengan
Intervensi
(NIC)
10. Monitor Vital Signs
Rasional
10. Mengetahui
yg
3x24
nyeri
selama persalinan
kriteria
hasil :
11. tingkatan
nyeri
pada
klien
tanda-tanda
nyeri
secara
teratur
3. Mengurangi
kecemasan
4. Memberitahu
manjemen
dirasakan
klien
nyeri
5. Tanda-tanda vital normal
perawat
dapat
klien
200
peningkatan
tidur
36,5.
terapi
musik
klien
teknik
ditraksi
dan
relaksasi
17. Ajarkan
manajemen
nyeri
pada klien
perawat
dalam
201
2.
Resiko
berhubungan
menurun
dengan
5. Kaji
kriteria
riwayat
vagina
6. Monitor
berkurang
tanda-tanda
vital 2. Mengetahui
tiap 15 menit
jaringan
serebral keperawatan
berhubungan
dengan jam,
dengan:
1.
Denyut
Membran
masalah
jaringan
serebral
jantung
mukosa
mukosa
risiko
5. Mengetahui
tanda-tanda
yg
pencegahan
perdarahan
6. Untuk mengurangi
yang
terjadinya
3x24
diharapkan
3. Mencegah
cairan elektrolit
ireguler
2.
selama
ibu
perdarahan
perkembangan
post partum
kehamilan gamely)
3. Perdarahan
3.
Postpartum
Uterus
(postpartum,
hasil:
reduction
berlebihan
perdarahan
yang
sudah
lembab
infeksi
202
pengendalian
kering
3. Berkeringat hilang
3.
Konjungtiva anemis
4.
Berkeringat seluruh
8. Mengantisipasi
terjadinya
tubuh
5.
Akral dingin
6.
Tekanan
darah
99 kali/menit, RR
36,5.
24x/menit,
suhu
Monitoring:
4. Identifikasi risiko
360C
4. Mengetahui
risiko
yang
akan
risiko
yang
lebih
tentang
penyakit
proses 5. Dapat
membantu
klien
untuk
lebih
komplek
tentang
203
4.
Ansietas
dengan perdarahan
keperawatan
jam,
selama
diharapkan
Anxiety Reduction:
kecemasan
1. Tanda-tanda
vital
bisa
beradaptas
dengan
RR
16-24
kecemasan
pada rencana
9. Anjurkan
klien
untuk 9. Memberikan
arti
ansietas,
menghilang
respon
menurunkan
10. Berikan dorongan pada klien 10. Langkah awal dalam mengatasi
untuk
perasaan
204
mengekspresikan
perasaan
adalah
terhadap
identitifikasi
dan
ekspresi.
Mendorong
situasi
dan
Kolaborasi :
2.
No.
1.
meningkatkan aktifitas
Janin/Bayi
Tujuan
Intervensi
(NOC)
(NIC)
pola Setelah dilakukan tindakan Airway Mangement :
Diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan
nafas
berhubungan keperawatan
dengan dyspneu
selama
Rasional
Airway Mangement :
ada
persalinan selesai
1. Tanda-tanda
pada
bayi
saat
proses
vital
3. Berikan
120-130 x/menit, RR :
binasal
4. Observasi
36,60C.
nasal
2. Dyspneu hilang.
205
terapi
Astma Management:
oksigen
3. Membantu
bayi
dalam
awal
obat
2.
selama
3x24
kriteria hasil :
bulan
umur Development
pertumbuhan
2. Dapat
3. Dapat
kelurga
mengendalikan
4. Adaptasi
cara
terhadap
keterbatsan fisik.
memenuhi
10. Beritahu
depresi
6. Membantu
kecemasan
resiko
Infant :
mengendalikan
mengurangi
1. Sesuai
5. Membantu
keluarga
membesarkan
dengan baik
11. Observasi
pemeriksaan
yang
dilakuan
ibu
saat
mengandung Bayinya.
206
G.
Kesenjangan
Perdarahan post partum (hemoragia postpartum) adalah hilangnya
darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi. Namun
menurut Doengoes, perdarahan postpartum adalah kehilangan darah lebih
500 ml selama atau setelah melahirkan (Mitayani, 2009). Perdarahan
postpartum adalah perdarahan yang terjadi segera setelah persalinan
melebihi 500 cc yang dibagi menjadi bentuk perdarahan primer dan
sekunder (Manuaba, 2007). Dengan pengurangan kuantitatif, ternyata
batasan tersebut tidak terlalu tepat, karena terbukti bahwa
darah yang
keluar pada persalinan pervagina umumnya lebih dari 500 ml, dan ini
merupakan salah satu penyebab mortalitas pada ibu (Mitayani, 2009). Pada
kasus, data persalinan dari buku kesehatan pasien didapatkan jumlah darah
450 cc, sedangkan menurut (Mitayani, 2009) perdarahan postpartum adalah
kehilangan darah lebih 500 ml selama atau setelah melahirkan bayi.
Selain itu didalam kasus terdapat, anak A memiliki APGAR menit ke
1= 4 dan menit ke 5= 8. dan anak B memiliki APGAR mnit ke 2= 4 dan
menit ke 5=6 sedangkan nilai normal APGAR sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
207
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perdarahan post partum (hemoragia postpartum) adalah hilangnya
darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi. Namun
menurut Doengoes, perdarahan postpartum adalah kehilangan darah lebih
500 ml selama atau setelah melahirkan (Mitayani, 2009). Atonia uteri
adalah suatu keadaan dimana lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak dapat menghentikan perdarahan yang terjadi dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Maryunani A et
al, 2013).
Menurut
Ahonen
et
al (2010)
faktor-faktor
yang
dapat
208
arteri serta 1 vena, plasenta utuh dengan berat 450 gram. Anak A memiliki
BBL 1950 gr dan PB bayi 47 cm Anak B memilik BBL 2070 gr, PB bayi 45
cm.
Dignosa keperawatan untuk ibu diantaranya : 1) nyeri akut
berhubungan dengan agen injury biologis: perdarahan, 2) resiko perdarahan
berhubungan
dengan
komplikasi
postpartum:
atonia
uteri,
3)
keperawatan
untuk
janin/bayi
diantaranya
1)
B.
Saran
Laporan ini merupakan makalah Perdarahan Post Partum Primer
(Atonia Uteri) pada sistem reproduksi. Saran kami sebagai penulis, kepada
mahasiswa keperawatan dan pembaca agar terus memperluas pengetahuan
tentang Perdarahan Post Partum Primer (Atonia Uteri) dengan mencari
referensi lain baik dari jurnal penelitian maupun buku terbaru. Diharapkan
dari referensi-referensi tersebut dapat menjadi bahan perbandingan
kebenaran informasi oleh para pembaca, sehingga perlunya suatu analisa
data hingga pengujian ilmu, dan mengambil kesimpulan, yang kemudian
dapat diaplikasikan di ruang lingkup dunia kesehatan.
Kasus di atas merupakan salah satu cerminan kondisi ibu dengan post
partum yang sering terjadi di Indonesia. Sehingga dari hal tersebut kita
sebagai calon tenaga pelayanan kesehatan perlu mengantisipasi terjadinya
Perdarahan Post Partum Primer (Atonia Uteri) pada wanita yang mengalami
kondisi tersebut yaitu dengan mensosialisasikan kepada masyarakat untuk
terus menjaga kesehatan pada petugas pelayanan kesehatan, dimulai dari
diri sendiri, keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat Indonesia.
209
123
124 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 2, Nomor 2, Nopember 2013, hlm.41-155
bukti nyata komitmen pemerintah daerah yang kuat untuk mensukseskan program
ASI eklusif. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimen dengan
rancangan pre and post test dengan teknik pengambilan sampel dengan non
proabability sampling. Analisa data dilakukan dengan uji friedman dan
dilanjutkan dengan uji wilcoxon. Variable independent adalah ibu postpartum
dengan intervensi pijat oxytosin dan variable dependent adalah produksi ASI
dengan indikator berat badan, frekwensi bayi BAK, frekwensi bayi menyusu
dalam sehari dan lama tidur bayi setelah menyusu. Instrument yang digunakan
adalah checklist dan lembar observasi serta timbangan. Hasil penelitian
menunjukkan semua bayi dilahirkan secara normal dengan berat badan bayi rata
rata adalah 3070 grm , rata rata frekwensi BAK 5 kali pada hari pertama,,rata
rata frekwensi menyusu bayi pada 24 jam pertama 8 kali, dan lama bayi menyusu
2.17 jam pada hari pertama.Semua indicator diatas meningkat baik pada hari ke 7
dan 14. Hasil Analisa bivariat menunjukan adanya perbedaan rata rata berat
badan bayi dengan p value : 0.001 ,ada perbedaan frekwensi BAK yang
bermakna dengan p value=0,001 dan ada perbedaan frekuensi menyusu yang
bermakna dengan p value=0,001 serta ada perbedaan lama tidur yang bermakna
dengan p value=0,001. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pijat oxytosin
terhadap produksi ASI dengan indikasi berat badan bayi, frekwensi bayi menyusu,
frekwensi bayi BAK dan lama bayi tidur setelah menyusu
Kata Kunci: Pijat oxytosin, berat badan bayi, ASI ekslusif.
Secara Nasional, cakupan ASI eklusif
di Indonesia masih rendah. Data
Susenas 2010 menunjukkan bahwa
baru 33.6% bayi di Indonesia yang
mendapat ASI eklusif , artinya masih
ada sekitar 2/3 bayi di Indonesia yang
kurang mendapatkan ASI. Namun hal
itu tidak terjadi di kabupaten Klaten
karena kabupaten Klaten lewat
penerapan Peraturan Daerah dan
peningkatan
kapasitas
petugas
kesehatan, Kabupaten Klaten berhasil
meraih angka kecukupan ASI Ekslusif
tertinggi
se-Indonesia.
Hal
ini
merupakan salah satu bukti nyata
komitmen pemerintah daerah yang
kuat untuk mensukseskan program ASI
eklusif. Cakupan ASI di Kabupaten
Emy Suryani, Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Ibu 125
126 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 2, Nomor 2, Nopember 2013, hlm.41-155
Emy Suryani, Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Ibu 127
128 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 2, Nomor 2, Nopember 2013, hlm.41-155
A.
DAFTAR PUSTAKA
Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka
Bunda.
Rohani. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Masa Antenatal. Jakarta: Salemba
Medika.
Rozikhan. (2007). Faktor-faktor Risiko Terjadinya Pre-eklampsia Berat di Rumah
Sakit Dr. H. Soewondo Kendal. Semarang : UNDIP.
Rukiyah Ai Yeyeh. (2010). Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Trans
Jakarta: Info Media.
Sabiston, David C. (2011). Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC.
Saifudin. A. B. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Santoso Budi, I. (2010). Anatomi Perineum dan Anorektum. Jakarta : FKUI.
Sherwood, Lauralee. (2012). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 6.
Jakarta : EGC.
Soetrisno E. (2010). Payudara. Dalam : Nasar IM, Himawan S, Marwoto
W. Buku Ajar Patologi II. Edisi ke1. Jakarta: Sagung Seto.
Suherni. (2009). Perawatan Masa Nifas. Fitramaya : Yogyakarta.
Saleha. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Sulistyawati. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
Andi Offset.
Sumarah. (2008). Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin. Yogyakarta : Penerbit Fitramaya.
Suryani Emy & Astuti Kh Endah Widhi. (2013). Pengaruh Pijat Oksitosin
Terhadap Produksi ASI Ibu Postpartum di BPM Wilayah Kabupaten
Klaten. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan. Vol. 2. No. 2. Surakarta:
Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan
Kebidanan. Diambil dari http://www.poltekkes-solo.ac.id/attachments/
225pengaruh%20pijat%20oksitosin%20terhadap%20produksi%20asi
%20ibu%20postpartum%20di%20bpm%20wilayah%20kabupaten%2
0klaten.pdf. Diakses tanggal 05 Mei 2016.
Syafni, S.R. (2012). Efektifitas Penggunaan Close Suction System dalam
Mencegah Infeksi Nosokomial Ventilator Assosiated Pneumonia pada