Vous êtes sur la page 1sur 8

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORRAGIC FEVER


A. DEFINISI
Demam berdarah dengue atau haemorrogicfever adalah penyaki infeksi akut yang
disebabkan oleh viru dengue (Albovirus) dan ditularkan oleh nyamuk aedes, yaitu aedes
aegypti dan aedes albopictus. (Joko Suryo, 2010)
Dengue Hemorrhagic Fever adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
( arbovirus ) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (Taufan,
2011)
Dengue Hemorrhagic Fever adalah sindrom klinik lunak yang disebabkan oleh
beberapa virus yang dibawa arthropoda, ditandai dengan deman bifasik, mialgia atau artralgia,
ruam, leukopenia, dan limfadenopati. (Nugraha,2012)
DHF adalah infeksi akut yang disebabkan oleh argo virus (arthropodgorn virus) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (aedes algopictus dan aedes aegepty).(Andra,2013)
B. ETIOLOGI
Penyakit DBD disebabkan oleh :
1. Virus dengue dengan tipe DEN 1
2. Virus dengue dengan tipe DEN 2
3. Virus dengue dengan tipe DEN 3
4. Virus dengue dengan tipe DEN 4
Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Virus yang
banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga.
C. KLASIFIKASI
1. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif,
Trombositopeni dan hemokonsentrasi
2. Derajat II Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain
3. Derajat III Kegagalan Sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin, lembab,
gelisah
4. Derajat IV Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.
D. PATOFISIOLOGI
Virus Dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan membentuk kompleks virus-antibody, dalam
sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a
dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melapaskan histamin dan merupakan mediator
kuat sebagai factor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan
plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadi trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (promtrombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pemduluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan
diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma, klien mengalami
hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan
kematian.

E. PATHWAY
Virus Dengue
( masuk melalui gigitan nyamuk aedes agypti )
Dengue Haemorragic Fever
Reaksi immunologi Kompleks virus
Pelepasan Pirogen
- Pembesaran getah
bening
- Hepatomegali
- Splenomegali

Reaksi antigen antibody

Pelepasan asam
arakidonat pd
hipotalamus

Pireksia
Penekanan pd
Daerah gaster

Anoreksia

Peningkatan
stimulasi
nosiseptor
Nyeri

Mk: Nutrisi kurang


Dari kebutuhan

Anti histamine
dilepas

Penurunan kemam
puan pembekuan
darah

Permeabilitas
kapiler

- Perdarahan
- Petekie
- Epistaksis
- Hematemesis
- melena

Hipertermia Kehilangan
plasna darah
Dehidrasi

Defisit Volume
cairan

Resiko Shock
Hipovolemik
Hipovolemia
- Anoklosi jaringan
- Asidosis metabolik

F. MANIFESTASI KLINIS
1. Deman tinggi yang mendadak 2 7 hari ( 38 C 40 C ).
2. Manifestasi perdarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura pendarahan,
konjungtiva, epitaksis, melena dan sebagainya
3. Hepatomegali ( pembesaran hati )
4. Syok, TD menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg
atau lebih rendah
5. Trombositopeni, pada hari 3 7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000/mm3
6. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit
7. Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai : anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit
perut, diare, kejang dan sakit kepala
8. Pendarahan pada hidung dan gusi
9. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat
pecahnya pembuluh darah.
G. KOMPLIKASI
a. Syok
Pada Dengue Hemorrhagic Fever derajat IV akan terjadi syok yang disebabkan
kehilangan banyak cairan melalui pendarahan yang diakibatkan oleh ekstravasasi cairan
intravaskuler.
b. Ikterus pada kulit dan mata
Adanya pendarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana hemoglobin akan
dipecah menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh adanya deposit bilirubin.
c. Kematian
Kematian merupakan komplikasi lebih lanjut dari Dengue Hemorrhagic Fever apabila
terjadi Dengue Shock Syndrom ( DSS ) yang akan berakibat kepada kematian.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Trombositopenia (100.000 atau kurang).
b. Pemeriksaan Hematokrit konsentrasi.
Hematokrit yang meningkat 20% atau lebih dari hematokrit sebelumnya.
c. Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis)
d. Lg. D. dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia dan
hiponatremia.
f. Urium dan pH darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolic : pCO2 < 35 40 mmHg dan GCO3 rendah.
h. SGOT / SGPT mungkin meningkat.
I. PENATALAKSANAAN
1. Medis
1) Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus.
Pasien diberi banyak minum yaitu 1 - 2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia
diatasi dengan obat antipiretik dan kompres dingin. Jika terjadi kejang diberikan
antikonvulsan. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg im;
anak > 1 tahun 75 mg. jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi
dengan dosis 3 mg/ kg BB. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang cenderung meningkat.
2) Pasien mengalami syok segera dipasang infus sebagai pengganti cairan hilang akibat
kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL. Jika pemberian cairan

tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander banyaknya 20 30
mL/kg BB. Pada pasien dengan renjatan berat pemberian infus harus diguyur.
Apabila syok telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup
besar, tekanan sistolik 80 mmHg dan kecapatan tetesan dikurangi menjadi 10 mL/ kg
BB/ jam. Pada pasien dengan syok berat atau syok berulang perlu dipasang CVV
untuk mengukur tekanan vena sebtral melalui vena jugularis, dan biasanya pasien
dirawat di ICU.
3) Cairan (rekomendasi WHO)
a. Kristaloid
1. Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer laktat
(D5/RL).
2. Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Asetat
(D5/RA).
3. Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan faali
(D5/GF).
b. Koloid
1. Dextran 40
2. Plasma
2. Keperawatan
1. Derajat I
Pasien istirahat, obsevasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit
tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 2 liter dalam 24 jam dan kompres dingin.
2. Derajat II
Segera dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang pada 2
tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan infus atau
tetesan cairan tetap tidak lancer maka jika 2 tempat akan membantu memperlancar.
Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan plasma darah dan yang lain cairan biasa.
3. Derajat III dan IV (DSS)
a. Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL) dengan
cara diguyur kecepatan 20 mL/ kg BB/ jam.
b. Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.
c. Pengawasan tanda-tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
d. Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.
e. Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan secepatnya baik
obat-obatan maupun darah yang diperlukan.
f. Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan gastrointestinal
biasanya dipasang nasogastrik tube (NGT) untuk membantu pengeluaran darah
dari lambung. NGT perlu dibilas dengan Nacl karena sering terdapat bekuan darah
dari tube. Tube dicabut bila perdarahan telah berhenti. Jika kesadaran telah
membaik sudah boleh diberikan makanan cair walaupun feses mengndung darah
hitam kemudian lunak biasa.

B. DIAGNOSA
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan plasma darah sekunder terhadap
reaksi immunologi
2. Hipertermi berhubungan dengan pelepasan asam arakidonat pada hipotalamus sekunder
terhadap pelepasan zat pirogen.
3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan stimulasi nosiseptor sekunder terhadap
peradangan ( proses inflamasi )
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, anoreksia sekunder
terhadap penekanan pada daerah gaster.
5. Resiko shock hipovolemi berhubungan dengan perdarahan sekunder terhadap pembesaran
kapiler.

C. INTERVENSI
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan plasma darah sekunder terhadap
reaksi immunologi
Intervensi :
a. Kaji KU klien / tanda vital
b. Observasi adanya tanda-tanda shock
c. Anjurkan klien untuk banyak minum
d. Kaji tanda dan gejala dehidrasi
e. Observasi input dan output
f. Kolaborasi pemberian cairan intravena
Rasional :
a. Menetapkan data dasar klien untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari
keadaan normal.
b. Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani
c. Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh
d. Untuk mengetahui penyebab deficit volume cairan tubuh
e. Untuk mengetahui keseimbangan cairan
f. Pemberian cairan intravena sangat penting karena langsung masuk ke pembuluh
darah ( vaskuler ).
2. Hipertermi berhubungan dengan pelepasan asam arakidonat pada hipotalamus sekunder
terhadap pelepasan zat pirogen.
Intervensi :
a. Kaji saat timbulnya nyeri
b. Kaji tanda- tanda vital tiap 8 jam
c. Beri penjelasan tentang penyebab demam
d. Beri penjelasan pada klien / keluarga tentang hal hal yang dapat dilakukan untuk
mengatasi demam
e. Pertahankan tirah baring
f. Anjurkan klien untuk banyak minum 2,5 liter / 24 jam
g. Berikan kompres hangat
h. Anjurkan untuk memakai pakaian yang dapat menyerap keringat
i. Kolaborasi untuk mpemberian antipiretik
Rasional :
a. Untuk mengidentifikasi pola demam
b. Tanda vital dipakai sebagai pedoman untuk mengetahui keadaan umum klien
c. Penjelasan yang diberikan dapat membantu menurunkan kecemasan

d. Keterlibatan keluarga dapat membantu dalam proses penyembuhan.


e. Mengurangi peningkatan metabolisme tubuh yang dapat mempengaruhi peningkatan
suhu tubuh.
f. Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya
dehidrasi sehingga memerlukan asupan cairan yang adekuat
g. Menghambat pusat simpisis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan
merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan.
h. Kondisi kulit yang lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur serta mencegah
timbulnya ruam kulit dan membantu proses penguapan.
i. Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus
3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan stimulasi nosiseptor sekunder terhadap
peradangan ( proses inflamasi )
Intervensi :
a. Mengkaji tingkat nyeri dengan rentang nyeri skala 0 - 10
b. Beri posisi dan suasana yang nyaman
c. Kaji bersama klien penyebab nyeri yang dialami
d. Ajarkan pada klien metoda distraksi selama nyeri akut
e. Ajarkan tindakan penurun nyeri invasive
f. Kolaborasi untuk pemberian analgetik
Rasional :
a. Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dialami klirn sesuai dengan respon individu
terhadap nyeri
b. Membantu menurunkan ketegangan yang dapat meningkatkan nyeri
c. Membantu klien dalam memilih cara yang nyaman untuk mengurangi nyeri
d. Dapat membantu mengalihkan perhatian selama nyeri
e. Mengurangi nyeri tanpa beban / rasa yang menyakitkan
f. Dapat menurunkan nyeri secara optimal
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, anoreksia sekunder
terhadap penekanan pada daerah gaster.
Intervensi :
a. Kaji kebiasaan diit klien
b. Kaji adanya keluhan mual
c. Beri makanan yang mudah dicerna
d. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering
e. Jelaskan manfaat nutrisi untuk proses penyembuhan
f. Berikan reinforcement saat klien mau dan berusaha menghabiskan makanan yang
dihidangkan
g. Pertahankan hygiene mulut baik sebelum dan sesudah makan
h. Timbang BB setiap 2 hari sekali
Rasional :
a. Mengetahui kecukupan asupan nutrisi
b. Membantu menetapkan cara mengatasi mual
c. Mengurangi kelelahan saat makan
d. Adanya hepatomegali dapat menekan saluran gastrointestinal dan menurunkan
kapasitasnya
e. Meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan
meningkat
f. Motivasi akan meningkatkan kemauan
g. Akumulasi partikel dimulut dapat menambah baud an rasa tak sedap yang dapat
menurunkan nafsu makan.

h. Dapat sebagai patokan untuk mengetahui kemajuan atau proses penyembuhan


5. Resiko shock hipovolemi berhubungan dengan perdarahan sekunder terhadap
pembesaran kapiler.
Intervensi :
a. Monitor KU klien
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 3 jam
c. Monitor tanda-tanda perdarahan
d. Jelaskan pada klien / keluarga tentang tanda- tanda perdarahan yang mungkin terjadi
e. Cek Hb, HT, AT setiap 6 jam
f. Kolaborasi untuk tindakan atau pemberian tranfusi
g. Kolaborasi pemberian hemostatikum
Rasional :
a. Untuk memantau kondisi klien selama mas perawatan
b. Observasi tanda-tanda vital secara terus menerus, untuk antisipasi adanya shock
c. Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera ditangani atau dicegah
d. Dengan memberi penjelasan pada klien / keluarga diharapkan tanda-tanda shock atau
perdarahan dapat segera diketahui
e. Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan sebagai dasar melakukan
tindakan lebih lanjut
f. Untuk mengganti darah ( volume darah ) serta komponen darah yang hilang
g. Untuk membantu menghentikan perdarahan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Demam infeksi. (dalam http://www.slideshare.net/septianraha/ca-paru?related=1)


diakses pada tanggal 6 Mei 2016 jam 21.00
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan
dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Demam Dengue Yogyakarta: B First.
Nugroho, Taufan. 2011. ASUHAN KEPERAWATAN Anak, Bedah, Penyakit Dalam.
Yogyakarta:Nuha Medika
Saferi Wijaya, Andra. 2013. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH keperawatan dewasa teori dan
contoh konsep askep.Yogyakarta:Nuha Medika
Smeltzer, Suzanne C. 2005. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3. :
Jakarta: EGC.
Nugraha, junior. 2012. Laporan pendahuluan dengue hemoragic
fever. (dalamhttp://udarajunior.blogspot.com/2012/03/kanker-paru-lung-cancerlaporan.html). Diakses pada tanggal 6 Mei 2016 jam 21.00

Vous aimerez peut-être aussi