Vous êtes sur la page 1sur 35

BAGIAN ILMU IKM-IKK

FAKULTAS KEDOKTERAN

HASIL PENELITIAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

JULI 2015

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PETUGAS CLEANING


SERVICE (PEMBERSIH LANTAI) DI RUMAH SAKIT IBNU SINA

OLEH :
SUCI PRATIWI
ILHAM SYAHID RURAY
SUCI ANUGRAH
Pembimbing :
dr. SULTAN BURAENA, MS, SpOk
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK
PADA BAGIAN IKM-IKK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015

I. PENDAHULUAN
Citra masyarakat bahwa rumah sakit adalah tempat yang sangat bersih
sudah berlangsung lama, sehingga tenaga kerjanya tidak akan terserang
penyakit karena tempat kerjanya yang bersih dan tahu seluk beluk penyakit.
Menjadi hal sulit dipercaya masyarakat jika tenaga kesehatan sakit, apalagi
dokter jatuh sakit. Data tahun 1994 dari Bureau of Labor Statistic di Amerika
Serikat menyatakan dari 5 juta warganya yang bekerja di rumah sakit, 40% di
antaranya adalah dokter, perawat, apoteker serta para asistennya. Sebuah
kelompok tenaga kerja yang mempunyai risiko besar terpajan bahan-bahan
berbahaya di rumah sakit.1
Penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit perlu
mendapat perhatian yang serius oleh karena pelayanan kesehatan ini bersifat
continuum. Perhatian pelayanan keselamatan dan kesehatan di rumah sakit
tidak hanya bagi pengguna rumah sakit yang meliputi pasien, pengunjung
rumah sakit dan tenaga pemberi pelayanan kesehatan tetapi juga bagi
pelaksana dan pengelolah rumah sakit sehingga terhindar dari kecelakaan
kerja.2
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga
kebersihan di rumah sakit. Kebersihan di rumah sakit merupakan bentuk
rangkaian kegiatan yang mendapat perhatian secara langsung oleh
masyarakat sebagai pengguna jasa rumah sakit. Namun kegiatan ini sering
kurang mendapatkan perhatian yang serius dari pihak manajemen rumah
sakit. Padahal kurangnya perhatian terhadap tingkat kebersihan rumah sakit
dapat menimbulkan berbagai dampak, antara lain: gangguan estetika,
berkembangbiaknya vektor penyakit, penularan penyakit, dan terjadinya
infeksi nosokomial. Apabila hal ini terjadi maka tidak menutup kemungkinan

rumah sakit tersebut akan dinilai langsung oleh masyarakat bahwa tingkat
pelayanannya kurang memuaskan. Dampak jangka panjangnya adalah
rumah sakit akan ditinggalkan para pengguna jasa yang mengakibatkan
menurunnya jumlah kunjungan. Upaya yang harus dilakukan rumah sakit
adalah mampu menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas
khususnya tenaga kebersihan (cleaning service). Sumber daya manusia yang
berkualitas ini bisa didapat dengan melakukan pelatihan, pembinaan,
pengawasan dan memberi penghargaan yang layak untuk menumbuhkan
rasa tanggung jawab dan meningkatkan etos kerja bagi tenaga kerja. 2
Salah satu tujuan dari program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah untuk mencegah terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada pekerja.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Penyakit
Akibat Kerja (PAK) di rumah sakit dapat menyerang semua tenaga kerja, baik
yang medis (seperti perawat, dokter dan dokter gigi), maupun non medis
(seperti petugas kebersihan (cleaning service)) rumah sakit. Menurut Anies,
petugas kebersihan (cleaning service) mempunyai resiko untuk terpajan
bahan biologi berbahaya (biohazard). Kontak dengan alat medis sekali pakai
(disposable equipment) seperti jarum suntik bekas maupun selang infus
bekas, serta membersihkan seluruh ruangan di rumah sakit dapat
meningkatkan resiko untuk terkena penyakit infeksi bagi petugas kebersihan
(cleaning service) rumah sakit.2
Keberadaan cleaning service di sebuah instansi merupkan suatu
keharusan.

Tidak jarang sebagian dari kita melupakan, merendahkan,

mengecilkan bahkan menghinakan profesi ini. Padahal jasa cleaning service


dalam sebuah instansi memiliki kontribusi penting untuk organisasi berhasil
mencapai tujuannya. Indikator-indikator keberhasilan itu bisa dilihat sepintas
dari bagaimana keadaan ruangan disetiap sudut kantor. Kita bisa menikmati

sebuah ruangan apakah itu bersih atau kotor, nyaman atau tidak tergantung
bagaimana sentuhan dari para cleaning service ini. 3
II.

TUJUAN

II.1

Tujuan Umum
Untuk mendapat info tentang Aspek kesehatan dan keselamatan kerja

pada petugas cleaning service (pembersih lantai) di Rumah Sakit Ibnu Sina.
II.2

Tujuan Khusus
1) Untuk mendapat info tentang faktor hazard yang dialami petugas
cleaning service ( pembersih lantai).
2) Untuk mendapat info tentang alat kerja yang digunakan yang dapat
mengganggu kesehatan petugas cleaning service ( pembersih lantai).
3) Untuk Mendapat info tentang APD yang digunakan petugas cleaning
service ( pembersih lantai).
4) Untuk mendapat info tentang ketersediaan obat P3K ditempat kerja
petugas cleaning service ( pembersih lantai).
5) Untuk mendapat info tentang pemeriksaan kesehatan yang pernah
dilakukan sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus).
6) Peraturan pimpinan rumah sakit/ perusahaan tentang kesehatan dan
keselamatan kerja di tempat kerja.
7) Untuk mendapat info tentang keluhan / penyakit yang dialami yang
berhubungan dengan pekerjaan petugas cleaning service ( pembersih
lantai).
8) Upaya kesehatan dan keselamatan kerja lainnya yang di jalankan
misalnya ada penyuluhan / pelatihan, pengukuran/ pemantauan
lingkungan tentang hazard yang pernah dilakukan.

III.

DEFINISI

III.1

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan


masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan
dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal
ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja),
Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau kronis
(sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau
perlu waktu lama.
Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung.
Kesehatan masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat
menimbulkan gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja
tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Sasaran kesehatan kerja
khususnya adalah para pekerja dan

peralatan kerja di lingkungan

perusahaan. Melalui usaha kesehatan pencegahan di lingkungan kerja


masing-masing dapat dicegah adanya penyakit akibat dampak pencemaran
lingkungan maupun akibat aktivitas dan produk perusahaan terhadap
masyarakat konsumen baik di lingkungan perusahaan maupun masyarakat
luas. Tujuan kesehatan kerja adalah:4
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja
di semualapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik,
mental maupunkesehatan social.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang
diakibatkanoleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari
kemungkinan

bahaya

yang

membahayakan kesehatan.

disebabkan

olek

faktor-faktor

yang

4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan


yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya. Kesehatan
kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan dan
lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara
lain: metode bekerja, kondisikerja dan lingkungan kerja yang mungkin
dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari
kesehatan

seseorang.

Pada

hakekatnya

ilmu

kesehatan

kerja

mempelajari dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan akibat


hubungan interaktif tiga komponen utama yang mempengaruhi seseorang
bila bekerja yaitu:4
a. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain.
b. Beban kerja: fisik maupun mental.
c. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara
lain:bising, panas,debu, parasit, dan lain-lain. Bila ketiga komponen
tersebut serasi maka bisadicapai suatu kesehatan kerja yang optimal.
Sebaliknya bila terdapatketidakserasian dapat menimbulkan masalah
kesehatan kerja berupa penyakitataupun kecelakaan akibat kerja yang
pada akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja.4
III.2

Kesehatan dan Keselamatan kerja

Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan meningkatkan derajat


kesehatan para pekerja atau buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.5
III.3

Dasar Hukum

Pelaksanaan upaya K3RS dilandasi oleh perangkat hukum sebagai


berikut :1
1. UU No. 14 Tahun 1969, tentang ketentuan Pokok Tenaga Kerja, yang
menyatakan bahwa, tiap tenaga kerja berhak mendapat perlidungan
atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja
serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral
agama.
2. UU No. 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja, yang menyatakan
bahwa keselamatan kerja dilaksanakan dalam segala tempat kerja,
baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air maupun di udara yang
berada di dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia.
3. UU No. 23 Tahun 1992 pasal 23, menyatakan bahwa Kesehatan Kerja
diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal.
Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit
akibat kerja dan syarat kesehatan kerja. Setiap tempat kerja wajib
menyelenggarakan kesehatan kerja.
4. UU No. 25 Tahun 1997, tentang Ketenaga Kerjaan, pasal 108 yang
menegaskan kembali bahwa, setiap pekerja mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
moral dan kesusilaan dan pelakuan yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia serta agama.
5. Rekomendasi ILO/WHO Konvensi No. 155/1981, ILO menetapkan
kewajiban setiap negara untuk merumuskan, melaksanakan dan
mengevaluasi kebijakan nasionalnya di bidang kesehatan dan
keselamatan kerja serta lingkungan kerja.

III.4

Cleaning Service
Secara umum definisi cleaning service adalah memberikan pelayanan

kebersihan, kerapihan dan Hygenisasi dari sebuah gedung / bangunan baik


indoor ataupun outdoor sehingga tercipta suasana yang comfortable dalam
menunjang aktifitas sehari-hari sebagai tujuan jangka pendeknya, dan
sebagai tujuan jangka panjangnya adalah untuk mempertahankan life of time
semua benda yang termasuk dalam lingkup kerja cleaning service tersebut. 6
Sistem Kerja Petugas Cleaning Service di Rumah Sakit:6
Jam kerja petugas cleaning service atau petugas kebersihan di Rumah
Sakit dimulai pukul 07.00 WIB-22.00 WIB. Terbagi menjadi 2 shift, yaitu:
a. Shift 1 (Pukul 07.00 WIB-15.00 WIB).
b. Shit 2 (Pukul 14.00 WIB-22.00 WIB).
Petugas cleaning service di Rumah Sakit memiliki beberapa tugas,
antara lain:6
1. Membersihkan setiap ruangan kantor, poliklinik, kamar pasien, kamar
mandi/wc, dan koridor yang ada di area rumah sakit (in side).
2. Membersihkan seluruh taman dan halaman yang ada di area rumah sakit
(out side).
3. Mengangkut sampah non medis yang terdapat di area rumah sakit ke TPS
(Tempat Pembuangan Sementara) sampah yang ada di area rumah sakit,
dan mengangkut sampah medis rumah sakit ke IPAL (Instalasi Pengolahan
Air Limbah) rumah sakit.

Untuk melaksanakan tugas-tugas di atas, maka setiap harinya dibentuk tim


yang terdiri atas 3 (tiga) tim, yaitu:6
1. Tim pembersih ruangan, yang bertugas melaksanakan pembersihan
pada setiap ruangan yang ada di area rumah sakit.
2. Tim sampah, yang bertugas melaksanakan pengangkutan sampah
medis ke IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) rumah sakit dan
sampah non medis ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara)
sampah, serta membersihkan halaman dan taman di area rumah sakit.
3. Tim khusus, yang bertugas untuk membersihkan bagian-bagian
khusus seperti langit-langit ruangan, kaca, dan karat yang memerlukan
penanganan khusus, serta area kerja dengan ketinggian > 5 meter.
Kegiatan petugas Cleaning service (pembersih lantai) di rumah sakit : 5
a. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari
b. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah
pembenahan/merapikan tempat tidur pasien, jam makan, jam
kunjungan dokter, kunjungan keluarga, dan sewaktu-waktu bilama
diperlukan.
c. Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus
dihindari.
d. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan
pembersih (pel) yang memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang
tepat
e. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel
tersendiri
f. Pembersihan dinding dilakukan secara periode minimal dua kali
setahun dan di cat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar.
g. Setiap percikan ludah, darah, atau eksudat luka pada dinding harus
segera dibersihkan dengan menggunakan antiseptik.

III.5

FAKTOR HAZARD YANG DIALAMI PETUGAS CLEANING SERVICE


(PEMBERSIH LANTAI)
Hazard atau bahaya merupakan sumber potensi kerusakan atau

situasi yang berpotensi untuk menimbulkan kerugian. Sesuatu disebut


sebagai sumber bahaya hanya jika memiliki resiko menimbulkan hasil yang
negative.7
Bahaya diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian
untuk muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu
bagian dari rantai kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi.
Bahaya terdapat dimana-mana baik di tempat kerja atau di lingkungan,
namun bahaya hanya akan menimbulkan efek jika terjadi sebuah kontak atau
eksposure.7
Dalam terminology keselamatan dan kesehatan kerja (K3), bahaya
diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu :7
1. Bahaya keselamatan kerja (safety hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulnya kecelakaan
yang menyebabakan luka (injury) hingga kematian, serta kerusakan
property perusahaan. Dampaknya bersifat akut. Jenis bahaya
keselamatan antara lain :
a. Bahaya mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik
seperti tersayat, terjatuh, tertindih atau terpeleset.
b. Bahaya elektrik, disebabkan peralatan yang mengandung arus
listrik.
c. Bahaya kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat
flammable ( mudah terbakar).
d. Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat
explosive.
2. Bahaya kesehatan kerja ( Health Hazard)

Merupakan

jenis

bahaya

yang

berdampak

pada

kesehatan,

menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja.


Dampaknya bersifat kronis. Jenis bahaya kesehatan antara lain : 7
a. Bahaya fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion, dan non
pengion, suhu ekstrim dan pencahayaan.
b. Bahaya kimia, antara lain yang berkaitan dengan material atau
bahan antiseptic, aerosol, insektisida, dust, mist, fumes, gas, vavor.
c. Bahaya ergonomic, antara lain repetitive movement, static posture,
manual handling dan postur janggal.
d. Bahaya biologi antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup
yang berada di lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa, dan
fungi (jamur) yang bersifat pathogen.
e. Bahaya psikologi, antara lain: beban kerja yang terlalu berat,
hubungan dan kondisi kerja yang tidak nyaman.
III.6

ALAT

KERJA

YANG

DAPAT

MENGGANGGU

KESEHATAN

PETUGAS CLEANING SERVICE (PEMBERSIH LANTAI)


Langkah langkah pembersihan lantai harian dapat diurai dengan
cara sebagai berikut:8
1. Pertama-tama lantai di Sweeping dengan menggunakan broom.
Debu yang tersisa pada permukaan lantai dibersihkan dengan
menggunakan lobby duster.
2.Sampah yang telah terkumpul lalu ditaruh ke dalam dust pan untuk
dibuang ke tempat sampah.
3.Persiapkan ember dan masukkan air yang hangat untuk melakukan
proses mopping, lalu celupkan kain pel ke dalam ember dan diperas
hingga setengah basah, dilakukan pada sudut yang terjauh.

4.Setelah itu, lantai digosok dengan polisher machine agar permukaan


lantai terlihat lebih mengkilap.
Untuk dapat melakukan langkah-langkah pembersihan lantai, maka
diperlukan beberapa peralatan. Widjaja dan Artyasah menyatakan bahwa alat
yang diperlukan dalam pembersihan lantai adalah lobby duster, broom dan
dust pan, mop stick, single bucket, polisher machine, dan white pad. 8
1. Lobby Duster
Alat yang digunakan untuk membersihkan debu pada
permukaan lantai, biasanya debu tersebut aka diletakkan di pinggir
lantai. Pekerjaan ini dilakukan berawal dari pintu masuk hingga sudut
terjauhnya.
2.Broom and dust pan
Alat ini befungsi untuk membersihkan debu yang telah
diletakkan di pinggir lantai, lalu di masukkan ke dalam dust pan.
3.Mop stick
Alat ini digunakan sebagai pembersih lantai untuk
menghasilkan permukaan lantai yang mengkilap, biasanya
menggunakan air dan pembersih lantai.
4.Single bucket
Alat ini digunakan untuk menaruh air dan cairan pembersih
lantai dalam proses mopping.

5.Polisher Machine

Mesin ini digunakan untuk memoles permukaan lantai setelah di


mopping, bertujuan untuk memberikan hasil yang mengkilap dan
membersihkan debu yang masih ada di permukaan lantai.
6.White pad
White pad ini merupakan pad yang paling lembut, sehingga
digunakan dalam memolis lantai agar terhindar dari goresan.
Beberapa peralatan pembersih, bahkan produk yang disebut "green"
atau produk "alami", mengandung bahan kimia berbahaya yang telah
dikaitkan dengan penyakit asma. Pembersih merupakan bahan kimia reaktif,
yang berarti bahwa ia bereaksi dengan kotoran, jadi dalam beberapa hal
tidak mengherankan jika juga bereaksi dengan jaringan paru-paru.8
Pelepasan beberapa senyawa organik yang mudah menguap juga
dapat berkontribusi terhadap masalah pernapasan kronis dan reaksi alergi.
Solusinya: baca label dan ikuti petunjuk pemakaian. Jika memungkinkan,
pertimbangkan untuk menggunakan bahan pembersih sederhana seperti
cuka dan air atau baking soda. Buka jendela dan pintu untuk menjaga
ruangan tetap berventilasi baik.8
Petugas kebersihan mempunyai risiko terbesar terpajan bahan biologi
berbahaya (biohazard). Kontak dengan alat medis sekali pakai (disposable
equipment) seperti jarum suntik bekas, selang infus bekas. Membersihkan
seluruh ruangan rumah sakit dapat meningkatkan faktor terkena infeksi.
Mengepel lantai tidaklah membasmi mikroorganisme, tetapi kebanyakan
hanya memindahkan debu dan bahan kimia dari satu ke tempat lain di rumah
sakit. Sehingga bila saat mengepel lantai tidak benar, maka debu yang
ditumpangi mikroorganisme

patogen

bertebaran

di

udara,

dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan. Debu sebaiknya dihisap


dengan

vacuum

cleaner.

Desinfektan

pembersih

lantai yang

sudah

diencerkan dengan air di dalam ember pel harus digunakan dalam waktu 24
jam, agar tidak kehilangan sifat antimikrobanya.9
Pencucian (laundry) Petugas pengumpul, pencuci dan distribusi
kembali linen kotor yang digunakan pasien, akan terpajan mikroorganisme
patogen secara tetap. Untuk menghindari pajanan tetap tersebut, petugas
cuci harus melakukan:9
o

Semua linen kotor disatukan dalam kantong plastik, disimpan


secara hati-hati. Sesampai di ruang cuci, linen kotor langsung
dituang dari kantong (tidak dipegang tangan) langsung ke
dalam mesin cuci kosong, tidak bercampur dengan cucian lain.

Kantong plastik pengumpul linen kotor sebaiknya diberi tanda


atau terpisah, misalnya kantong plastik linen pasien berisiko
tinggi seperti penderita Hepatitis, AIDS terpisah dengan pasien
lain.

Petugas sortir linen bersih, juga harus memperhatikan


kebersihan diri, karena dapat menjadi sumber infeksi.

Petugas cuci harus memakai sarung tangan karet sebagai


pencegahan dasar penyebaran infeksi. Petugas cuci dapat
menderita dermatitis kontak akibat deterjen dan bahan kimia
lain untuk cuci. Dapat pula terpajan mikroorganisme yang
terbawa aerosol (di rumah sakit maju).

IV. ALAT PELINDUNG DIRI YANG DIGUNAKAN


Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga
kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan
adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.APD dipakai sebagai upaya terakhir
dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering)
dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakaian APD
bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.10
Metode penentuan APD yaitu melalui pengamatan operasi, proses, dan
jenis material yang dipakai. Telaah data-data kecelakaan dan penyakit Belajar
dari pengalaman industri sejenis lainnyan. Bila ada perubahan proses, mesin,
dan material Peraturan perundangan.10
Proses penggunaan APD harus memenuhi kriteria: Hazard telah
diidentifikasi. APD yang dipakai sesuai dengan hazard yang dituju. Adanya
bukti bahwa APD dipatuhi penggunaannya. 10
Jenis-jenis APD dan Penggunaannya :10

A.P. Kepala

A.P. Muka dan Mata

A.P. Telinga

A.P. Pernafasan

A.P. Tangan

A.P. Kaki

Pakaian Pelindung

Safety Belt

V. PELAKSANAAN P3K PADA TEMPAT KERJA


Pelaksanaan P3K di tempat kerja tergantung pada beberapa hal,
yaitu:11
1. Fasilitas
Fasilitas yang tersedia berupa kotak P3K, Isi kotak P3K, buku
pedoman, ruang P3K, perlengkapan P3K ( alat perlindungan, alat darurat,
alat angkut dan transportasi). Adapun factor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam penyediaan fasilitas, yaitu :sifat pekerjaan/ sumber bahaya, prlayanan
kesehatan terdekat, lokasi tempat kerja, jenis industry, jumlah pekerja, shift
kerja, ukuran dan layout perusahaan.11
2. Personil
Personil yang ada dalam pelaksanaan P3K pada tempat kerja terbagi
menjadi penanggung jawab; dokter pimpinan PKK, ahli K3 dan petugas P3K :
sertifikat pelatihan P3K di tempat kerja. 11
VI. PEMERIKSAAN KESEHATAN PADA CLEANING SERVICES
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki risiko bahaya
kesehatan, sehingga penyelenggaraan kesehatan dan keselamatan kerja di
rumah sakit perlu mendapat perhatian yang serius. Petugas cleaning service
adalah salah satu tenaga kerja yang berisiko tinggi untuk mengalami
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Melihat kondisi itu, penerapan

pemeriksaan kesehatan kerja petugas cleaning service merupakan aspek


penting sebagai salah satu upaya pencegahan terhadap potensi bahaya di
rumah sakit.12
A. Standar Pemeriksaan fisik
Anamnesis
Dokter

pemeriksa

kesehatan

menegaskan

agar

pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan dijawab oleh calon TKI dengan jelas dan benar. 12
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat penyakit dahulu
c.Riwayat perawatan di rumah sakit : pernah dirawat, alasan dirawat, lama
dan jenis penyakit yang diderita.
d. Riwayat kecelakaan : pernah mendapat kecelakaan, dirawat atau tidak,
berapa lama perawatan dan menderita cacat sementara atau tetap.
e. Riwayat operasi : pernah operasi atau tidak, jenis operasi, kapan di
operasi, dimana dan berapa lama perawatan pasca operasi.
f. Riwayat pekerjaan sebelumnya : pernah bekerja atau belum, dimana dan
berapa lama serta mengapa berhenti dari pekerjaan tersebut.
g. Riwayat haid, bagi tenaga kerja wanita perlu ditanyakan kapan mulai haid,
teratur atau tidak, sakit atau tidak, masalah kehamilan, melahirkan, keluarga
berencana, keguguran dan jumlah anak.
h. Riwayat penyakit keluarga : Diabetes Melitus, hipertiroid, kanker dll.
Pemeriksaan Fisik12
Pemeriksaan fisik lengkap dilakukan menurut perincian dalam kartu
pemeriksaan, pemeriksaan fisik diselenggarakan di tempat yang
penerangannya cukup dan dalam suasana tenang serta tidak tergesa-gesa,
adapun rincian pemeriksaan meliputi :

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.

Berat badan
Tinggi badan
Denyut nadi
Frekuensi pernafasan
Tekanan darah
Pemeriksaan mata
Pemeriksaan THT
Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Pemeriksaan Leher
Pemeriksaan Dada
Pemeriksaan Jantung
Pemeriksaan Paru
Pemeriksaan Abdomen
Urogenital
Pemeriksaan Kulit dan Kelamin
Pemeriksaan Ekstremitas
Pemeriksaan EKG

Pemeriksaan fisik dilakukan secara teliti agar hasil pemeriksaan sesuai


dengan di negara tujuan yang bersangkutan. Selain itu bila diperlukan dapat
menggunakan Spirometri, Audiometri dan lain-lain sesuai permintaan negara
tujuan.12
Kesimpulan hasil pemeriksaan fisik : ada/tidak ada kelainan (bila ada
kelainan agar dijelaskan).12
B. Standar Pemeriksaan Jiwa / Psikiatrik
Pada pemeriksaan psikiatrik yang bertujuan mendapatkan data tentang
fungsi kejiwaan dapat dilakukan melalui :12
Kontak verbal antara dokter dengan CTKI (anamnesis)
- Observasi tampakan umum dan perilaku CTKI
- Pengamatan interaksi antara dokter dengan CTKI
- Pengamatan interaksi antara CTKI dengan lingkungan
- Pemahaman humanistik dokter mengenai CTKI.
Tahapan pemeriksaan psikiatrik meliputi :

1. Anamnesis12
Dokter

pemeriksa

kesehatan

menegaskan

agar

pertanyaan-

pertanyaan dijawab oleh CTKI dengan jelas dan benar. Adapun pertanyaan
yang diajukan adalah sebagai berikut :
a. Hal-hal yang pernah dikeluhkan (dalam setahun terakhir) atau alasan CTKI
pernah berobat
b. Hal-hal yang pernah dialami berkaitan dengan jiwa.
2. Pemeriksaan Psikiatrik
Dokter pemeriksa melakukan pengamatan yang meliputi :
a. Penampakan Umum (kesadaran)
b. Sikap dan perilaku motorik
c. Pikiran
d. Perasaan (afek/emo)
VII.

BAHAN DAN CARA

VII.1 Kamera digital, untuk mengambil gambar kegiatan


VII.2 Check List, sebagai bahan untuk mengontrol aspek kesehatan dan
keselamatan kerja pada petugas cleaning service (pembersih lantai).
yaitu dengan melihat, mengecek, dan mendata berdasarkan check list.
VII.3 Kuisioner, sebagai alat penelitian, dengan cara menyebarkan atau
mendata sampel yang akan diambil untuk memperoleh informasi
berupa aspek kesehatan dan keselamatan kerja pada petugas
cleaning service (pembersih lantai).
VII.4 Cara yang digunakan adalah Walk through Survey
Walk through survey adalah salah satu upaya untuk mengenal bahaya
di tempat kerja. Walk through survey mengandalkan kemampuan
indera penglihatan dan indera pendengaran serta sekali-kali dilakukan

wawancara dengan pekerja. Sebelum melakukan walk through survey


perlu diperhatikan masalah kerahasiaan perusahaan ( trade secrecy )
dan konfidensialitas pekerja.9
VIII.

JADWAL
Waktu pelaksanaan yaitu 1-5 Juli 2013 dengan agenda sebagai

berikut:
No.
1.

Tanggal

Kegiatan

26 Juli 2015

- Melapor ke bagian IKM


- Pengarahan kegiatan
- Pembuatan Proposal

2.

27 Juli 2015

- Pelaksanaan kegiatan penelitian

3.

28 Juli 2015

- Pelaksanaan kegiatan penelitian

4.

29 Juli 2015

- Pembuatan laporan hasil penelitian

5.

30 Juli 2015

- Presentasi laporan hasil penelitian

IX.

PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan walk through survey (survey jalan sepintas ).

Survey di laksanakan dalam waktu 2 hari pada tanggal 27 28 Juli 2015.


X.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Berikut ini adalah hasil pengamatan dan identtifikasi Aspek kesehatan

dan Keselamatan Kerja (K3) Pada Petugas Cleaning Service (pembersih


lantai). Pemantauan dan identifikasi ini dilakukan dengan metode walk
through survey dengan menggunakan check list, dan kamera digital.
Denah Ruangan Lt.2 RS. IBNU SINA :

Gambar.1 Denah ruangan Lantai 2


1.

Jumlah Petugas
Jumlah petugas cleaning service di RS. IBNU SINA sebanyak 22

orang. Terbagi atas :

Lantai 1 : 5 orang

Lantai 2 : 2 orang

Lantai 3 : 5 orang

Lantai 4 : 3 orang

Lantai 5 : 3 orang

Bangsal Ar-rahman : 2 orang

Halaman depan Rumah sakit : 2 orang

2.

Pembagian shif Petugas cleaning servive RS. IBNU SINA


Pagi

: 07.00 14.00

Malam

: 14.00 21.00

Pembagian kerja sesuai pembagian tiap lantai, kecuali lantai 3 dan


lantai 1. Petugasnya terbagi menjadi 3 orang untuk shif pagi dan 2
orang untuk shif sore.
3.

Bahan dan alat kerja yang digunakan

a.

Bahan dan alat kerja yang digunakan antara lain :


1. Lobby Duster
2. Broom and dust pan
3. Mop stick
4. Single bucket/ botol tempat cairan pel

Cariran pel (super pel dan karbol)

Gambar 2. Cairan pel yang digunakan

Gambar 3. Alat-alat yang digunakan (lobby duster)


Faktor Hazard pada Petugas Cleaning servive (pembersih lantai)
Adapun factor hazard pada petugas cleaning service (pembersih
lantai) di RS. IBNU SINA yang didapat setelah pengamatan adalah :
a. Faktor fisik :
RS. Ibnu Sina memiliki pencahayaan yang cukup baik yang
berasal dari lampu ruangan pada siang dan malam hari . Udara dan
cahaya matahari dapat masuk karena terdapat ventilasi pada tiap
ruangan.
Tidak terdapat sumber bising pada ruangan saat pembersihan
lantai. Selain itu tidak ada sumber getaran mau pun radiasi ion.
b. Faktor kimia
antara lain yang berkaitan dengan material atau bahan antiseptic,
aerosol, insektisida, dust, mist, fumes, gas, vavor.
Beberapa peralatan pembersih, bahkan produk yang disebut
"green" atau produk "alami", mengandung bahan kimia berbahaya

yang telah dikaitkan dengan penyakit asma. Pembersih merupakan


bahan kimia reaktif, yang berarti bahwa ia bereaksi dengan kotoran,
jadi dalam beberapa hal tidak mengherankan jika juga bereaksi
dengan jaringan paru-paru.8
Pelepasan beberapa senyawa organik yang mudah menguap
juga dapat berkontribusi terhadap masalah pernapasan kronis dan
reaksi alergi. Solusinya: baca label dan ikuti petunjuk pemakaian. Jika
memungkinkan, pertimbangkan untuk menggunakan bahan pembersih
sederhana seperti cuka dan air atau baking soda. Buka jendela dan
pintu untuk menjaga ruangan tetap berventilasi baik.8
Di RS.Ibnu Sina bahan pembersih lantai yang dgunakan adalah
bahan karbol dan super pell. Bahan utama dalam pembersih lantai
adalah disinfektan (pembasmi kuman). Disin fektan yang pertama
digunakan dalam pembersih lantai

yaitu fenol atau asam karbolat

(carbolic acid). Fenol tergolong zat yang beracun dan merusak kulit.
Sekarang ini, terdapat berbagai disinfektan lain yang lebih baik,
misalnya heksil resorsinol dan kresol.
c. Faktor ergonomic
Antara lain repetitive movement, static posture, manual
handling dan postur janggal.
Di RS. Ibnu Sina saat pembersihan lantai , sebagian besar
dilakukan dengan posisi berdiri. Sehingga terkadang menyebabkan
rasa lelah dan sakit pinggang pada petugas pembersih lantai.

Gambar 4. Posisi membersihkan lantai


d. Faktor Biologi
Di ruangan RS. Ibnu Sina tidak terdapat factor hazard biologis,
karena tidak terdapat ceceran darah di lantai, bekas jarum suntik, dan
sisa makanan pasien.
e. Faktor psikologi
Antara lain beban kerja yang terlalu berat, hubungan dan kondisi
kerja yang tidak nyaman.
Pada umumnya petugas pembersih lantai tidak keberatan dengan
pembagian jadwal kerja. Para pekerja tidak mempunyai masalah
dengan sesama pekerja lainnya.
Alat dan Bahan yang digunakan Petugas cleaning service ( pembersih
lantai )
1. Pertama-tama lantai di Sweeping dengan menggunakan broom.
Debu yang tersisa pada permukaan lantai dibersihkan dengan
menggunakan lobby duster.

2.Sampah yang telah terkumpul lalu ditaruh ke dalam dust pan untuk
dibuang ke tempat sampah.
3.Persiapkan ember dan masukkan air yang hangat untuk melakukan
proses mopping, lalu celupkan kain pel ke dalam ember dan diperas
hingga setengah basah, dilakukan pada sudut yang terjauh.
4.Setelah itu, lantai digosok dengan polisher machine agar permukaan
lantai terlihat lebih mengkilap.
Di RS.Ibnu Sina alat pembersih lantai yang dgunakan adalah Lobby
Duster, Broom and dust pan, Mop stick, Single bucket/ botol tempat cairan
pel. Alat-alat yang digunakan sudah sesuai dengan standar alat-alat
pembersih lantai pada umumnya.
Alat Pelindung Diri
Proses penggunaan APD harus memenuhi kriteria: Hazard telah
diidentifikasi. APD yang dipakai sesuai dengan hazard yang dituju. Adanya
bukti bahwa APD dipatuhi penggunaannya. 10
Jenis-jenis APD dan Penggunaannya :10

A.P. Kepala

A.P. Muka dan Mata

A.P. Pernafasan

A.P. Tangan

A.P. Kaki

Pada petugas cleaning service (pembersih lantai) di RS. Ibnu Sina,


yang diamati petugasnya tidak menggunakan APD seperti diatas pada saat

membersihkan lantai. Khususnya sarung tangan karena beberapa petugas


mengeluhkan adanya alergi setelah menggunakan sarung tangan tersebut.
APD pada kaki juga tidak digunakan, karena alasan kenyamanan dari tiaptiap petugas.
Ketersediaan Kotak P3K
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan tidak terdapat kotak P3K
khusus untuk petugas cleaning service.
Pemeriksaan Kesehatan Petugas cleaning service
Dari

hasil

pengamatan

yang

kami

lakukan

tidak

dilakukan

pemeriksaan kesehatan oleh petugas cleaning service baik sebelum bekerja,


berkala, dan berkala khusus.
Peraturan pimpinan rumah sakit/ perusahaan tentang kesehatan dan
keselamatan kerja
Kegiatan petugas Cleaning service (pembersih lantai) di rumah sakit : 5
a. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari
b. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah
pembenahan/merapikan tempat tidur pasien, jam makan, jam
kunjungan dokter, kunjungan keluarga, dan sewaktu-waktu bilama
diperlukan.
c. Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus
dihindari.
d. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan
pembersih (pel) yang memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang
tepat
e. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel
tersendiri

f. Pembersihan dinding dilakukan secara periode minimal dua kali


setahun dan di cat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar.
g. Setiap percikan ludah, darah, atau eksudat luka pada dinding harus
segera dibersihkan dengan menggunakan antiseptik.
Berdasarkan yang kami amati, sudah sesuai dengan prosedur
kegiatan yang seharus diterapkan dari RS.IBNU SINA.
keluhan / penyakit yang dialami yang berhubungan dengan pekerjaan
petugas cleaning service
Berdasarkan yang kami amati, keluhan / atau penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan petugas cleaning service (pembersih lantai)
tidak terdapat keluhan. Hanya saja karena posisi membersihkan lantai berdiri
secara monoton, sehingga dapat menyebabkan kelelahan dan sakit tulang
belakang.
penyuluhan / pelatihan, pengukuran/ pemantauan lingkungan tentang
hazard yang pernah dilakukan.
Pada RS.ibnu sina biasanya diadakan penyuluhan dan pelatihan pada
penanggung jawab cleaning service. Setelah penyuluhan, penanggung jawab
akan mengajarkan pada petugas cleaning service lainnya untuk diterapkan
tentang Pembuangan sampah medis dan non medis, APD, dan prosedur
pembersihan lantai yang benar.

Hasil Checklist
UNIT / INSTALASI / RUANGAN

: RS.IBNU SINA Lantai 2

HARI / TANGGAL

: 28 Juli 2015

PENANGGUNG JAWAB

Suci Pratiwi, Ilham Syahid dan Suci

Anugrah
1. Faktor Hazard yang dialami Petugas cleaning service
No. PERIHAL

YA

TIDAK

Terdapat darah/ cairan tubuh pasien berceceran dilantai

Terdapat sisa makanan dilantai

Terdapat jarum suntik bekas dan pecahan kaca ampul (obat)

di lantai

Terdapat pencahayaan yang baik pada tempat kerja


Terdapat iritasi pada mata, kulit saat menggunakan bahan

3
4
5
6
7

pembersih lantai

Merasa nyaman pada saat posisi membersihkan lantai


Tersedianya jadwal kerja yang sesuai antara partner kerja
(cleaning service lainnya)
2. Alat dan bahan kerja yang digunakan petugas cleaning service

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

PERIHAL
YA
Tersedia wolpell lengkap

Tersedia Vaccum cleaner


Tersedia sapu ijuk

Menggunakan bahan yang efektif menghilangkan bakteri dan

virus
Bahan yang aman dari kemungkinan kebakaran tidak

mengandung alcohol
Bahan yang digunakan tidak mengandung klorin, fenol,

TIDAK

yodine, yang merupakan zat yang berbahaya bagi tubuh/


7.

lingkungan
Bahan yang tidak merusak kulit seperti iritasi dan pengerutan

3. Alat Pelindung diri


No. PERIHAL
1
2
3

YA

Menggunakan sarung tangan


Menggunakan masker
Menggunakan sepatu boot

TIDAK

4. Ketersediaan P3K
No. PERIHAL
1
2

YA

Tersedia kotak obat P3K


Kelengkapan obat P3K

TIDAK

5. Pemeriksaan Kesehatan Petugas cleaning service


No. PERIHAL

YA

Melakukan

pemeriksaan

kesehatan

sebelum

bekerja

2
3

sebagai cleaning service


Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala khusus

TIDAK

6. Peraturan pimpinan rumah sakit/ perusahaan tentang kesehatan dan


keselamatan kerja
No. PERIHAL

YA

Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan

pagi dan

sore hari
Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan
setelah pembenahan/merapikan tempat tidur pasien, jam
makan, jam kunjungan dokter, kunjungan keluarga, dan

TIDAK

3.

sewaktu-waktu bilama diperlukan


Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus

4.

dihindari.
menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan
pembersih (pel) yang memenuhi syarat dan bahan antiseptik

5.

yang tepat
Pada
masing-masing

ruang

supaya

disediakan

perlengkapan pel tersendiri


7. keluhan / penyakit yang dialami yang berhubungan dengan pekerjaan
petugas cleaning service
No. PERIHAL

YA

TIDAK

1
2

Mengalami gangguan pernapasan (flu, batuk)


Mengalami sakit kepala setelah menghirup bahan pel yang

3
4

digunakan
Mengalami gangguan pencernaan (diare)
Mengalami sakit pada tulang belakang

8. penyuluhan / pelatihan, pengukuran/ pemantauan lingkungan tentang


hazard yang pernah dilakukan.
No. PERIHAL
YA
1.
Penyuluhan pembuangan sampah medis dan non
2.

medis yang benar


Penyuluhan dan pelatihan menggunakan alat pelindung

3.

diri
Pelatihan cara/prosedur pembersihan lantai yang benar

XI.

Penutup

Kesimpulan

TIDAK

Berdasarkan walk through survey dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Adapun factor hazard pada petugas cleaning service (pembersih
lantai) di RS. IBNU SINA yang didapat setelah pengamatan adalah
Faktor fisik (pencahayaan yang cukup baik ), Faktor kimia (carbolic
acid, super pell), Faktor ergonomic (static posture berdiripada saat
membersihkan lantai), Faktor psikologi (monoton dalam bekerja, dan
tidak punya masalah terhadappetugas yang lain)
2. Alat dan Bahan yang digunakan Petugas cleaning service ( pembersih
lantai ) Alat-alat yang digunakan sudah sesuai dengan standar alatalat pembersih lantai pada umumnya.
3. Alat Pelindung Diri petugasnya tidak menggunakan APD seperti diatas
pada saat membersihkan lantai. Khususnya sarung tangan karena
beberapa petugas mengeluhkan adanya alergi setelah menggunakan
sarung tangan tersebut. APD pada kaki juga tidak digunakan, karena
alasan kenyamanan dari tiap-tiap petugas.
4. Ketersediaan Kotak P3K tidak terdapat kotak P3K khusus untuk
petugas cleaning service.
5. Pemeriksaan Kesehatan Petugas cleaning service tidak dilakukan
pemeriksaan kesehatan oleh petugas cleaning service baik sebelum
bekerja, berkala, dan berkala khusus.
6. Peraturan pimpinan rumah sakit/ perusahaan tentang kesehatan dan
keselamatan kerja sudah sesuai dengan prosedur kegiatan yang
seharus diterapkan dari RS.IBNU SINA.
7. keluhan / penyakit yang dialami yang berhubungan dengan pekerjaan
petugas cleaning service tidak terdapat keluhan. Hanya saja karena

posisi membersihkan lantai berdiri secara monoton, sehingga dapat


menyebabkan kelelahan dan sakit tulang belakang.
8. penyuluhan / pelatihan, pengukuran/ pemantauan lingkungan tentang
hazard yang pernah dilakukan. petugas cleaning service lainnya untuk
diterapkan tentang Pembuangan sampah medis dan non medis, APD,
dan prosedur pembersihan lantai yang benar.
Saran
1. Diharapkan agar pusat pelayanan kesehatan di tempat petugas
cleaning service bekerja dapat memberikan tindakan promotif dan
edukatif

terhadap

pekerja

dilingkungannya.

Tidak

hanya

mengedukasikan hidup sehat namun juga mengajarkan bagaimana


bekerja secara ergonomic contohnya hal yang sangat sederhana yaitu
posisi yang sesuai untuk pekerjaan dan berapa lama waktu maksimal
seseorang dalam melakukan pekerjaan.
2. Diharapkan bagi pihak rumah sakit agar lebih cakap memperhatikan
kesehatan petugas cleaning service dalam menjalani tugas seperti
lebih

memperhatikan

mengenai

penggunaan APD

yang

telah

disediakan.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Epi, S. Penyakit Akibat Kerja Pada petugas kesehatan di Rumah


Sakit.

http://sikkahoder.blogspot.com/2013/02/penyakit-akibat-

kerja-pada-petugas.html. Diakses pada 28 Juli 2015.


2.

Lestari, Gita Ayu Puji. Gambaran Kesehatan Kerja Petugas


Cleaning Service Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun
2009.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17235/5/Chapter
%20I.pdf. Diakses pada 28 juli 2015
3.

Surtila,

Ilham.

Cleaning

Service.

http://birokrasi.kompasiana.com/2013/05/31/cleaning-service560988.html Diakses pada 28 Juli 2015.


4.

Rais, Muhammad K. Makalah keselamatan kerja di perusahaan.


http://www.scribd.com/doc/76872093/26670577-MakalahKeselamatan-Kerja-Di-Perusahan. Diakses pada 28 Juli 2015.

5.

Keputusan

Menteri

kesehatan

Republik

Indonesia.

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/.pdf.

Diakses

pada 28 Juli 2015


6.

Veloso,

Bryan.

Cleaning

Service.

http://terminaljasa.wordpress.com/cleaning-service-2/.

Diakses

pada 28 Juli 2015.


7.

Ratnasari, septa T. Analisa resiko literature. http://digital_124028-S5613-Analisisresiko-literatur.pdf. Diakses pada 29 juli 2015.

8.

Prasetyo, L. Aplikasi teknik pembersihan lantai pada gedung A


Universitas

Pelita

Harapan.

http://dspace.library.uph.edu:8080/bitstream/123456789/1082/2/hos
pitour-02_02_2011_aspek_teknik_pengembangan_pem.pdf.
Diakses pada 29 juli 2015.
9.

Buchori. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit terkait kerja.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17235/5/Chapter
%20II.pdf. Diakses pada 28 Juli 2015.

10.

Anonym.

Alat

Pelindung

Diri.

http://hiperkes.wordpress.com/2008/04/04/alat-pelindung-diri/.
Diakses pada 28 juli 2015.
11.

Anonym. Pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat kerja.


http://emd166_slide_pertolongan_pertama_pada_kecelakaan_di_te
mpat_kerja.pdf. Diakses pada 29 Juli 2015.

12.

Anonym. Program Pelatihan Dan Sertifikasi Hiegenis Industri.


http://xa.yimg.com/kq/groups/3004572/1042663605/.../leaflet+HIM
U.doc. diakses pada 29 Juli 2015.

Vous aimerez peut-être aussi