Vous êtes sur la page 1sur 8

AKADEMI MODE BUSANA BATIK

DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR KONTEKSTUAL DI SURAKARTA


A. ESENSI JUDUL
1. Eksistensi
a. Kota Surakarta sebagai saalah satu kota yang bergerak di bidang
fashion, namun dibadingkan Jakarta dan Bandung sebagai pusat fashion
Surakarta

kurang

berkembang.

Hal

tersebut

karena

kurangnya

pendidikan atau edukasi mengenai mode busana, pendidikan mode


busana hanya sampai tingkat SMK (Kejuruan), untuk perguruan tinggi
yang focus ke mode busana kurang memadai, tidak seperti Jakarta yang
memiliki banyak sekolah mode, seperti ESMOD.
b. Potensi mode busana (fashion) masyarakat di Surakarta dilhat dari
meningkatnya partisipasi dalam acara-acara seperti Solo Batik Fashion,
Solo Batik Carnival, dan acara lain dalam dunia fashion.
c. Nantinya dapat menghasilkan tenaga ahli di bidang mode busana,
terutama batik.
2. Prospek
Prospek objek rancang bangun yang utama adalah bidang Pendidikan
dengan memberikan pendidikan formal maupun non formal. Sehingga
semua masyarakat dapat belajar mengenai mode busana dikarenakan
terdapat kursus-kursus yang dapat diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat.
Sehingga dapat menghasilkan tenaga ahli yang professional di bidang mode
busana batik.
3. Sustainablity Durability
Sustainability dan durability merupakan berapa lama objek rancang bangun
dapat bertahan terhadap faktor-faktor degraratif. faktor-faktor tersebut
meliputi faktor yang disebabkan oleh alam dan faktor yang disebabkan oleh
perilaku

manusia.

Akademi

Mode

Busana

Batik

dirancang

dengan

mempertimbangkan faktor cuaca untuk ketahanan bangunan tersebut,


antara lain.
a. Pertimbangan arah hadap bangunan (orientasi)
b. Pertimbangan peletakan bukaan yang menentukan kenyamanan termal
bangunan
c. Pemilihan material bangunan
d. Pertimbangan bentuk bangunan dengan mempertimbangkan beban
horizontal atau vertikal

e. Pemilihan warna bangunan yang sesuai dapat membuat suasana selaras


dengan lingkungan
4. Konsekuensi dan Korelatif
Konsekuensi dan korelatif ini merupakan aspek yang dibutuhkan ketika muncul berkaitan dengan
eksistensi, prospe, durability, dan sustainability objek rancang bangunan. Aspek ini merupakan aspek
pelengkap dan pendukung dari ketiga aspek diatas yang nantinya akan diterapkan pada perancangan
objek rancang bangunan.
a. Pemilihan tapak objek rancang bangun
Pemilihan tapak akademi yang merupakan

bidang

pendidikan

disesuaikan dengan RTRW Kota Surakarta bagian pendidikan. Di mana


tapak tersebut terletak di titik strategis Kota Surakarta yang didukung
kemudahan akses menuju tapak tersebut, serta letak tapak dilewati
berbagai moda transportasi, seperti angkot, bus, dan transportasi umum
lainnya.
b. Tujuan Akademi Mode Busana Batik
Mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan mengenai mode
busana terutama Batik yang merupakan warisan budaya Kota Surakarta
sehingga nantinya dapat menghasilkan tenaga professional di bidang
mode busana batik tersebut.
c. Lingkup Kegiatan
1) Kegiatan utama yang merupakan belajar mengajar. Kegiatan ini
didukung

dengan

pengenalan

aktivitas

mengenai

di

mode

ruang

kelas

busana

yang

sebagai

langkah

nantinya

dapat

dipraktekan dalam studio.


2) Kegiatan penunjang yang mendukung jalannya kegiatan utama.
3) Kegiatan pengelola di Akademi Mode Busana Batik.
4) Kegiatan Servis
d. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan belajar mengajar ini secara umum mencakup seluruh
masyarakat, ada beberapa progam dalam Akademi Mode Busana Batik.
Program Diploma Fashion Design & Creation
Program Diploma Fashion Business Strategy & Communication
Program D-1 Fashion Design & Pattern Drafting
Program Short Course Sewing and embroidery
Program Short Course Modelling & Choreography
B. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
Indonesia merupakan Negara yang sedang berkembang kea rah struktur
dan

system

masyarakat

masyarakat
modern

yang

bersamaan

modern
dengan

dan

demokratis.

peningkatan

Pertumbuhan

daya

beli

dan

kebanyakan akan mengakibatkan pada perubahan gaya hidup. Gaya hidup

yang paling mudah terpengaruh dan paling sensitif sekaligus mudah dilakukan
(affordable) akibat perubahan ini adalah pada dunia mode (fashion).
Dewasa ini dunia mode busana di Indonesia mengalami perkembangan
yang baik. Perkembangan yang baik ini tidak begitu saja dicapai, mengingat
mode busana di Indonesia sempat mengalami stagnansi. Hal tersebut
disebabkan oleh dominasi dari mode busana dunia di Indonesia, sehingga
perkembangan

mode

busana

di

Indonesia

sangat

ditentukan

dari

perkembangan mode busana dunia. Mode busana dunia juga menawarkan


suatu kebanggaan yang prestisius bagi penggunanya, menyebabkan kecintaan
akan mode busana Indonesia sendiri dapat dinilai kurang.
Minat dalam dunia mode busana di Indonesia ini mulai mengalami
kebangkitan seiring dengan berkembangnya kerajinan lokal Indonesia di mata
dunia. Kerajinan lokal Indonesia adalah teknik batik yang pada tanggal 2
Oktober 2009 ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan
dan Non-bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of
Humanity) oleh UNESCO. Adanya penetapan ini memunculkan kembali
kecintaan terhadap produk budaya Indonesia dan masyarakat berlomba-lomba
mempromosikan Indonesia di dunia lewat budayanya.
Menurut Afif Syakur, selama ini pusat mode busana di Indonesia berada
di Jakarta, Bandung, dan Bali. Para peminat mode busana, baik sebagai
konsumen maupun produsen dan pelajar datang untuk mempelajari mode
busana di sana. Sehingga ketiga kota tersebut juga disebut sebagai gerbang
mode Indonesia.
Walaupun demikian kota Solo memiliki peluang besar untuk menjadi
pusat fashion di Tanah Air. Mengingat, Solo mempunyai bibit-bibit desainer
serta sejumlah desainer kondang yang namanya telah diakui untuk kalangan
nasional, bahkan international. Hal itu dikemukakan oleh desainer kenamaan
Kota Solo, Djongko Raharjo saat jumpa pers Solo Batik Fashion (SBF) 2013.
Menurutnya,

Solo yang saat ini telah dikenal luas sebagai Kota Budaya,

Kesenian, Wisata dan Kuliner tersebut mampu menjadi magnet bagi para
wisatawan. Hal ini menjadi keuntungan tersendiri untuk mengenalkan mode
atau fashion Kota Solo yang memiliki ciri khas dibanding kota-kota yang lain di
Indonesia.
Menurutnya, kota Solo mampu menjadi kiblat kota fashion di Indonesia
yang selama ini dipegang oleh Kota Bandung, Jawa Barat. Mengingat Solo

mempunyai

banyak

perusahaan

kain

terbesar

se-Asia

Tenggara

yang

mempunyai model-model pakaian khas dan sebagainya. Namun, untuk


mencapainya hal tersebut harus bersinergi dengan semua stakeholder.
Pemerintah Kota pun mempunyai peran untuk mengangkat Kota Solo sebagai
Kota Fashion.
Acara Solo Batik Fashion yang dipelopori Djongko setiap tahunnya
mengalami peningkatan peserta, baik desainer ternama, desainer muda, siswa
SMK, dan tentunya model untuk memperagakan busana tersebut.
No
1
2
3

Acara
Solo Batik Fashion 2012
Solo Batik Fashion 2013
Solo Batik Fashion 2014

Jumlah Desainer
26
30
45

Tabel Peningkatan Jumlah Desainer Solo Batik Fashion


Sumber : http://www.solobatikfashion.com

Selain Solo Batik Fashion, acara tahunan yang digelar oleh Pemerintah
Kota Surakarta adalah Solo Batik Carnival di mana setiap tahun peserta acara
ini mengalami peningkatan.
No
1
2
3
4
5

Solo
Solo
Solo
Solo
Solo

Batik
Batik
Batik
Batik
Batik

Acara
Carnival
Carnival
Carnival
Carnival
Carnival

2008
2009
2010
2011
2012

Jumlah Peserta
247
300
300
325
350

Tabel Peningkatan Jumlah Peserta Solo Batik Carnaval


Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Karnaval_Batik_Solo#SBC_2008

Banyaknya event ini mendorong peminat mode untuk mencari sebuah


wadah yang dapat mengembangkan pengetahuan dan keahlian mengenai
busana dan mode. Selama ini wadah untuk para peminat sudah tersedia di LPK
Indah Surakarta yang berada di Jalan Arifin Rt. 7 Rw. 1 Kepatihan Kulon, Jebres,
Surakarta. Namun keberadaan wadah ini kurang diminati oleh masyarakat
dikarenakan

keterbatasan

fasilitas

di

dalamnya.

Peminat

yang

kurang

mengetahui akhirnya pergi ke luar kota seperti Jakarta, Surabaya, Semarang,


Bali bahkan ke luar negeri untuk mempelajari tentang merancang mode
busana. LPK Indah sendiri merupakan suatu lembaga informal yang melatih
untuk merancang mode busana.
Selain Lembaga Pendidikan Kejuruan di Surakarta, lembaga kursus yang
serupa juga terdapat di Kota Yogyakarta. LPK tersebut berada di Jalan K. H. A.

Dahlan No.73 Yogyakarta. Berikut merupakan data-data mengenai LPK Papmi


Yogyakarta.
No.
1
2

Jenis Ruang

Jumlah Ruang

Ruang Teori
Ruang Praktik

3
3

Kapasitas
Ruang
25 orang
10 orang

Tabel Fasilitas di dalam LPK Papmi


Sumber : Data LPK Papmi Yogyakarta

Adapun LPK Papmi sendiri memiliki tiga jenis paket kursus yang
dibedakan menurut lama waktu kursus dan materi yang diajarkan pada tiap
paket, satu tahun, enam bulan, dan tiga bulan (short-course).
No.
1
2
3

Jenis Kursus
Satu Tahun
Enam Bulan
Tiga Bulan

Jumlah Kursus
Senin-Kamis
Selasa-Jumat
Rabu-Sabtu

Waktu
10.00-12.00 WIB
10.00-12.00 WIB
10.00-12.00 WIB

Jenis dan Jadwal Kursus di LPK Papmi


Sumber : Data LPK Papmi Yogyakarta

Dari jenis kursus yang ada di LPK Pipmi, kurikulum yang diajarkan antara
lain; pada paket satu tahun mencakup merancang mode busana, menjahit
busana, dan mempromosikan busana; pada paket enam bulan mencakup
merancang mode busana dan menjahit busana; pada paket tiga bulan (shortcourse) mencakup merancang mode busana.
No.
1
2
3
4
5

Tahun
1994
1995
1996
1997
1998

Jumlah Peserta
64
73
78
122
170

Jumlah Peserta Kursus Mode di LPK Papmi


Sumber : Data LPK Papmi Yogyakarta

Menurut salah satu pengajar dari LPK Papmi yang juga merupakan
desainer nasional, Stanley H. T., fasilitas di LPK Papmi sangatlah tidak
memadai. Masyarakat yang berminat untuk mendaftar di LPK Papmi, karena
keterbatasan fasilitas maka hanya dapat menerima murid sesuai dengan
kemampuan satu ruang kelas untuk menampung. Peserta yang berminat
melebihi dari kapasitas kelas, sehingga diadakan dua kali kursus dalam sehari.
LPK Papmi membuka kelas sore untuk menampung kelebihan peserta yang
tidak dapat tertampung pada kelas pagi.

Dari data-data yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan


akan suatu fasilitas di bidang perancangan mode busana meningkat seiring
dengan jumlah peminat yang juga meningkat, sedangkan fasilitas yang ada
tidak mampu mewadahi dengan baik. Jenis fasilitas yang tersedia hanya
seadanya, tidak dapat bersaing dengan tawaran akan jenis fasilitas yang
memadai dari lembaga-lembaga yang berada di kota lain. Untuk itu perlu
diadakannya suatu Akademi Mode Busana di Surakarta yang memiliki
kurikulum dan fasilitas yang lengkap sehingga setara dengan akademi atau
sekolah yang berada di kota lain dan dapat menampung minat masyarakat
Surakarta di bidang perancangan mode busana, khususnya batik.
Sebuah perencanaan dan perancangan berkaitan dengan

sebuah

pendekatan arsitektur. Pendekatan arsitektur inilah yang dapat menentukan


sebuah desain bangunan nantinya. Arsitektur Konteksual merupakan salah
satu pendekatan Arsitektur Post-Modern. Pendekatan Kontekstual merupakan
pendekatan yang menyelaraskan bangunan yang akan dirancang dengan
lingkungan sekitar. Biasanya bangunan yang dirancang ingin terlihat menonjol
dibandingkan dengan yang lain, namun Kota Surakarta lekat sekali dengan
Kota Heritage di mana banyak bangunan-bangunan tua yang bersejarah.
Sehingga dengan

pendekatan

ini,

bangunan

yang

direncanakan

dapat

menyelaraskan dengan image Kota Surakarta sebagai Kota Budaya dan Kota
Heritage. Namun karena bangunan yang dirancang merupakan Akademi Mode
Busana Batik, maka akan ada pengolahan fasad dengan menggabungkan
dengan pola-pola batik sehingga akan memiliki citra yang berbeda dengan
bangunan lainnya.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Permasalahan
Bagaimana wujud rencana dan rancangan Akademi Mode Busana Batik yang
menerapkan konsep edukasi untuk mengembangkan dan meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai mode busana, khususnya batik yang
merupakan ciri khas Kota Surakarta di mana objek rancang bangun tersebut
menerapkan prinsip-prinsip Arsitektur Kontekstual pada fasad bangunan.
2. Persoalan
a. Tapak
1) Bagaimana memilih dan menentukan tapak yang stategis dan dapat
diakses dengan mudah oleh masyarakat Kota Surakarta?

2) Bagaimana menentukan zoning tapak berdasarkan analisis seperti


klimatologi, view, noise dan aksesibilitas terhadap kelompok-kelompok
kegiatan yang ada.
b. Ruang
1) Bagaimana menentukan besaran ruang agar kegiatan utama serta
penunjang mendapatkan zona nyaman untuk beraktivitas?
2) Bagaimana zoning ruang-ruang yang mewadahi kegiatan utama serta
penunjang agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan
efektif dan efisien ?
c. Bentuk
1) Bagaimana menampilkan

bentuk

bangunan

pendidikan

yang

menerapkan prinsip-prinsip Arsitektur Kontekstual agar bangunan


selaras dengan lingkungan sekitar tapak ?
D. KERANGKA PUSTAKA
1. Perguruan Tinggi
a. Definisi Perguruan Tinggi
b. Fungsi Perguruan Tinggi
c. Jenis Perguruan Tinggi
d. Pemilihan Jenis Perguruan Tinggi
e. Persyaratan Perguruan Tinggi
f. Sarana dan Prasarana Perguruan Tinggi
2. Mode Busana
a. Definisi Mode Busana
b. Sejarah Perkembangan Mode Busana di Dunia
c. Sejarah Perkembangan Mode di Indonesia
d. Fungsi Mode Busana
e. Jenis Busana Berdasarkan Kualitasnya
f. Pengaruh Busana Terhadap Pemakainya
g. Aliran-aliran Mode
3. Batik
a. Definisi Batik
b. Corak Batik
c. Cara Pembuatan Batik
d. Jenis Batik
4. Arsitektur Kontekstual
a. Definisi Arsitektur Kontekstual
b. Penerapan Arsitektur Kontekstual
c. Desain Arsitektur Kontekstual yang Responsif
d. Kategori Arsitektur Kontekstual
e. Studi Banding Bangunan dengan Arsitektur Kontekstual
f. Kesimpulan Studi Bangunan
5. Surakarta sebagai Lokasi
a. Kondisi Umum Mode Busana di Surakarta
b. Potensi Mode Busana di Surakarta
c. Permasalahan Mode Busana di Surakarta
6. Preseden

a. ESMOD Jakarta
b. Arva School of Fashion Surabaya
c. London Collage of Fashion
E. STRATEGI DESAIN
Salah satu prinsip yang akan diterapkan pada objek rancang bangun,
Akademi Mode Busana Barik dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual yaitu
harmoni/selaras dengan lingkungan yang ada guna menjaga dan melestarikan
tradisi, di mana Kota Surakarta merupakan Kota Budaya dan Kota Heritage. Hal
tersebut didukung adanya penerapan poin penting dalam desain yang responsif,
antara lain :
1. Kemudahan akses dan sirkulasi, diwujudkan ke dalam lokasi objek rancang
bangun yang strategis, misalnya lokasi dilewati oleh berbagai moda
transportasi.
2. Adanya variasi fungsi di dalam kawasan, di mana akademi akan dilengkapi
fasilitas penunjang yang dapat digunakan oleh masyarakat.
3. Terdapat ruang-ruang temporal sehingga dapat di gunakan untuk berbagai
aktivitas yang berbeda pada waktu yang berbeda.
4. Tampilan bangunan dapat mencerminkan fungsi utama bangunan, sebagai
akademi.
5. DAFTAR PUSTAKA
DK Ching: Bentuk, Ruang, dan Tatanan
Junanto. 2000. Kontekstual Dalam Dialog Arsitektur. Group Konservasi Arsitektur
& Kota Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka Malang.
Disain Hiasan Busana dan Lenan, Wijinigsih, IKIP Jogja, 1982.
Petunjuk Lengkap Pecah Pola Aneka Model Busana, Wancik M.H., Gramedia,
2011.
http://id.wikipedia.org/wiki/Perguruan_tinggi
http://pengertian-definisi.blogspot.com/2012/01/definisi-dan-pengertianpendidikan_31.html
http://tugasakhiramik.blogspot.com/2013/07/pengertian-tugas-dan-fungsiperguruan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Batik
http://damaruta.blogspot.com/2014/10/arti-dan-contoh-pendidikan-formal.html
http://www.artikelbagus.com/2012/11/pengertianpendidikan.html#ixzz3UUrnpNnL

Vous aimerez peut-être aussi