Vous êtes sur la page 1sur 14

Transfer Gen Adalah Cara Untuk Menghasilkan genetik Tanaman

Transfer gen sebagai alat untuk menghasilkan keragaman genetik tanaman mulai dikembangkan sejak
1980-an, setelah orang menemukan enzim endonuklease restriksi dan mengetahui cara menyisipkan
fragmen DNA organisme asing ke dalam kromosom penerima, dan di ciptakannya alat sekuensi DNA.
Teknik transfer gen juga memerlukan keterampilan dalam budidaya jaringan untuk mendukung proses ini.
Karena memerlukan biaya sangat tinggi, hanya industri agrokimia yang sanggup menggunakan metode
ini.
Akibat dari hal ini berkembangkah isu penguasaan gen sebagai isu politik baru karena gen-gen buatan
dan kultivar yang dihasilkan dikuasai oleh segelintitr perusahaan multinasional besar.
Dalam transfer gen, fragmen DNA dari organisme lain (baik mikroba, hewan, atau tanaman), atau dapat
pula gen sintetik, disisipkan ke dalam tanaman penerima dengan harapan gen baru ini akan terekpresi
dan meningkatkan keunggulan tanaman tersebut.
Strategi pemuliaan ini banyak mendapat penentangnya dari kelompok-kelompok lingkungan karena
kultivar yang dihasilkan dianggap membahayakan lingkungan jika dibudidayakan. Penyisipan gen
dilakukan melalui berbagai cara: transformasi dengan perantara bakteri penyebab puru
tajuk Agrobacterium (terutama untuk tanaman non monokotil), elektroporasi terhadap membran sel,
biobalistik (penembakan partikel), dan transformasi dengan perantara virus.
bahan pemuliaan
penyaringan adalah salah satu cara mengindentifikasi sifat yang dimiliki bahan pemuliaan. Galur di
sebelah kanan rentan terhadap kegaraman tinggi, sedangkan di sebelah kiri toleran.
Bahan atau materi pemuliaan dengan keanekaragaman yang luas selanjutnya perlu diidentifikasi sesuai
dengan tujuan program pemuliaan, dan dievaluasi kestabilan sifatnya sebelum dinyatakan layak dilepas
kepada publik. Dalam proses ini pengiasaan berbagai metode percobaan, metode seleksi, dan juga
naluri oleh seorang pemulia sangat diperlukan.
Artikel Misteri:
keunggulan
Usaha perluasan keanekaragaman akan menghasilkan banyak bahan yang harus diidentifikasi.
Pertimbangan sumber daya menjadi faktor pembatas dalam menguji banyak bahan pemuliaan. Di masa
lalu identifikasi dilakukan dengan pengamatan yang mengandalkan naluri seorang pemulia dalam
memilih beberapa individu unggulan.
Program pemuliaan modern mengandalkan rancangan percobaan yang diusahakan seekonomis tetapi
seakurat mungkin. Percobaan dapat dilakukan di laboratorium untuk pengujian genotipe/penanda genetik
atau biokimia, dirumah kaca untuk penyaringan ketahanan terhadap hama atau penyakit, atau lingkungan
di bawah optimal, serta di lapangan terbuka. Tahap identifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
terintegrasi dengan tahap seleksi.
Seleksi

Banyak metode seleksi yang dapat diterapkan, penggunaan masing-masing ditentukan oleh berbagai hal,
seperti moda reproduksi (klonal, berpenyerbukan sendiri, atau silang), heritabilitas sifat yang menjadi
target pemuliaan, serta ketersediaan biaya dan fasilitas, serta jenis kultivar yang akan dibuat.
Baca juga: 3 Hantu Sering Menempati Pohon Kamboja
Tanaman yang dapat diperbanyak secara klonal merupakan tanaman yang relatif mudah proses
seleksinya. Keturunan pertama hasil persilangan dapat langsung di seleksi dan dipilih yang menunjukkan
sifat-sifat terbaik sesuai yang diinginkan.
Seleksi massa dan seleksi galur murni dapat diterapkan terhadap tanaman dengan semua moda
reproduksi. Hasil persilangan tanaman berpenyerbukan sendiri yang tidak menunjukkan depresi silangdalam seperti padi dan gandum dapat pula diseleksi secara curah (bulk) .
Teknik gandum modifikasi seleksi galur yang sekarang banyak dipakai adalah keturunan biji tunggal
(single seed descent, SSD) karena dapat menghemat tempat dan tenaga kerja.
Terhadap tanaman berpenyerbukan silang atau mudah bersilang, seleksi berbasis nilai pemuliaan
(breeding value) dianggap yang paling efektif. Berbagai metode, seperti seleksi tongkol-ke-baris
(beserta modifikasinya), seleksi saudara tiri, seleksi saudara kandung, dan seleksi saudara kandung
timbal-balik (reciprocal selection), di terapkan apabila tanaman memenuhi syarat perbanyakan seperti ini.
Metode seleksi timbal-balik yang berulang (recurrent reciprocal selection) adalah program seleksi jangka
panjang yang banyak diterapkan perusahaan-perusahaan besar benih untuk memperbaiki lungkang
gen (gene pool) yang mereka miliki. Dua atau lebih lungkang gen perlu dimiliki. Dua atau lebih lungkang
gen perlu dimiliki dalam program pembuatan varietas hibrida.
Penggunaan penanda genetik sangat membantu dalam mempercepat proses seleksi. Apabila dalam
pemuliaan konvensional seleksi dilakukan berdasarkan pengamatan tanaman dengan penanda (genetik)
dilakukan dengan melihat hubungan antara alel penanda dan sifat yang diamati. Agar supaya teknik ini
dapat dilakukan, hubungan antara alel/genotipe penanda dengan sifat yang diamati harus ditegakkan
terlebih dahulu.
Evaluasi
Bahan-bahan pemuliaan yang telah terpilih harus di evaluasi terlebih dahulu dalam kondisi lapangan
karena proses seleksi pada umumnya dilakukan pada lingkungan terbatas dan dengan ukuran populasi
kecil. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah keunggulang yang ditujukan sewaktu seleksi juga
dipertahankan dalam kondisi lahan pertanian terbuka dan dalam populasi besar.
Selain itu, bahan pemuliaan terpilih juga akan dibandingkan dengan kultivar yang sudah lebih dahulu
dirilis. Calon kultivar yang tidak mampu mengungguli kultivar yang sudah lebih dahulu diliris sebagai
kultivar baru.
Dalam prakti, biasanya ada tiga jenis evaluasi atau pengujian yang diterapkan sebelum suatu kultivar
dilepas, yaitu uji pendahuluan (melibatkan 20-50 bahan pemuliaan terseleksi), uji daya hasil
pendahuluan (maksimum 20), dan uji multilingkungan/multilokasi (atau uji daya hasil lanjutan, biasanya
kurang dari 10).

Semakin lanjut tahap pengujian, ukuran plot percobaan semakin besar. Setiap negara memiliki aturan
tersendiri mengenai bakuan untuk masing-masing jenis pengujian dan jenis tanaman.
Calon kultivar yang akan diliris /dilepas ke publik diajukan kepada badan pencatat (registrasi) perbenihan
untuk disetujui pelepasannya setelah pihak yang akan merilis memberi informas mengenai ketersediaan
benih yang akan dipergadangkan.
Benih unggul yang diliris oleh pemulia yang merakitnya dan hak ini dinamakan perlindungan varietas
atau hak pemulia (breeders right). Benih di tangan pemulia disebut benih pemulia (breeder seed) dan
terbatas jumlahnya. Benih pemulia tersedia hanya terbatas dan perbanyakannya sepenuhnya dikontrol
oleh pemulia.

Pengertian dan Proses Terjadinya Transformasi Genetik Istilah rekayasa genetika


memang seringkali digunakan sebagai gambaran dari organisme yang sudah di rekayasa
atau diubah secara genetik.
Ilmu pada rekayasa genetika ini sendiri dikembangkan dengan tujuan untuk membangun
gen sebagai transformasi genetik. Sistem dalam transformasi genetik juga memiliki tiga
komponen utama yaitu:
1.

Sebuah mekanisme guna mengenalkan DNA asing dalam sel tertarget.

2.

Sebuah metode guna mengidentifikasi dan menyeleksi sel berubah ataupun individu.

3.

Sebuah sel maupun jaringan yang cocok digunakan sebagai transformasi.

Keberhasilan di dalam proses transformasi spesies apapun sangat bergantung pada 3


komponen di atas. Jelas, dari masing-masing komponen harus benar-benar dioptimalkan
dan maka dari itu dalam perkembangan teknologi yang pesat seperti sekarang ini,
transformasi memang perlu menjadi suatu aktivitas yang rutin.
Baca Juga :

Pengertian Transkripsi DNA

Fase-fase Meiosis

Proses Glikolisis Aerobik

Karena tujuan akhir dari transformasi adalah mengenalkan sifat baru ke dalam individu.
Maka di saat sifat yang diinginkan terdapat dalam setiap individu lainnya yang kompatibel
secara seksual, transfer sifat merupakan alternatif pertama yang harus dilakukan melalui

persilangan dan juga seleksi yang sudah dilakukan pada pemulihan konvensional terhitung
sejak abad ke-19.
Jagung, kedelai modern, varietas gandum, kapas dan juga sapi, babi maupun jalur unggas
yang dimanfaatkan dalam dunia pertanian guna memberi konsumsi pada dunia awalnya
diperoleh melalui jalur metode tradisional seleksi dan persilangan.
Sayangnya perbaikan genetik secara konvensional ini memiliki keterbatasan pada ciri-ciri di
antara spesies tertentu yang kompatibel secara seksual. Sebagai contoh di dalam bidang
kacang terdapat spesies yang kaya akan kandungan asam amino dengan sulfur di
dalamnya.
Tetapi kacang-kacangan ini sendiri secara alami kekurangan kandungan lisin. Sementara di
sisi lainnya, beras alami kaya akan kandungan lisin namun justru kekurangan asam amino
dengan kandungan sulfur.
Hal seperti ini tidak mungkin dilakukan persilangan alami dari spesies tersebut. Dengan
demikian

pemulihan

tanaman

dari

tingkat

konvensional

tidak

akan

mampu

mengembangkan ladang kacang dengan varietas baru yang memiliki tingkat lisin tinggi
maupun kulticar padi dengan asam amino tinggi yang mengandung sulfur.
Di sisi lain transformasi genetik lebih memungkinkan adanya pertukaran gen antar
organisme meski sebelumnya dibatasi adanya ketidakcocokan secara seksual.
Melalui rekayasa genetika dan juga transformasi, maka mungkin untuk melakukan transfer
gen pada bakteri, tumbuhan, hewan maupun virus. Bahkan salah satu jenis yang menjadi
bidang penelitian di dalam bioteknologi yaitu perbaikan profil nutrisi di tanaman.
Kacang varietas baru lebih banyak gizi serta varietas beras saat ini dapat dikembangkan
dengan kemajuan rekayasa genetika.
Alat dasar di dalam transformasi genetik enzim restriksi sendiri digunakan untuk memotong
DNA di situs tertentu serta legases yang mengkatalisis proses penggabungan fragmen
DNA. Memanfaatkan enzim restriksi yang lebih tepat sangat memungkinkan proses
pemotongan lingkaran DNA plasmid bakteri, hal ini akan menyebabkan melinearisasi.
Adanya ligase juga memungkinkan penambahan fragmen DNA yang memiliki kandungan
sesuai apa yang diinginkan serta bergabung dengan plasmid linierisasi. Di dalam kondisi
yang tepat, maka ujung dari plasmid akan ditambahkan dengan fragmen DNA, kemudian

bergabung untuk dapat membuat atau menciptakan plasmid lingkaran yang baru dengan
sejumlah modifikasi DNA.
Plasmid yang baru ini akan diperkenalkan bakteri khusus melalui proses elektroporasi.
Bakteri tersebut kemudian akan digunakan dalam proses transfer transgen ke spesies yang
diinginkan. Jika memang DNA plasmid ini

VARIASI SOMAKLONAL
Variasi somaklonal didefinisikan sebagai keragaman genetik dari tanaman yang
dihasilkan melalui kultur sel, baik sel somatik seperti sel daun, akar, dan batang, maupun sel
gamet. Variasi somaklonal yang terjadi dalam kultur jaringan merupakan hasil kumulatif dari
mutasi genetik pada eksplan dan yang diinduksi pada kondisi in vitro. Variasi somaklonal
merupakan perubahan genetik yang bukan disebabkan oleh segregasi atau rekombinasi gen,
seperti yang biasa terjadi akibat proses persilangan.
Variasi somaklonal dapat dikelompokkan menjadi keragaman yang diwariskan
(heritable), yaitu yang dikendalikan secara genetik, dan keragaman yang tidak diwariskan, yakni
yang dikendalikan secara epigenetik. Keragaman somaklonal yang dikendalikan secara genetik
biasanya bersifat stabil dan dapat diturunkan secara seksual ke generasi selanjutnya. Keragaman
epigenetik biasanya akan hilang bila diturunkan secara seksual (Skirvin et al. 1993).
Variasi somaklonal dalam kultur jaringan terjadi akibat penggunaan zat pengatur tumbuh
dan tingkat konsentrasinya, lama fase pertumbuhan kalus, tipe kultur yang digunakan (sel,
protoplasma, kalus jaringan), serta digunakan atau tidaknya media seleksi dalam kultur in
vitro(Skirvin et al. 1993; Jain 2001). Zat pengatur tumbuh kelompok auksin 2,4 D dan 2,4,5-T
biasanya dapat menyebabkan terjadinya variasi somaklonal. Pada tanaman kelapa sawit,
perlakuan 2,4-D pada kultur kalus yang mampu beregenerasi membentuk tunas menyebabkan
variasi somaklonal saat aklimatisasi di lapangan (Linacero dan Vazquez 1992; Jayasankar 2005).
Beberapa sifat tanaman dapat berubah akibat variasi somaklonal, namun sifat lainnya tetap
menyerupai induknya. Dengan demikian, variasi somaklonal sangat memungkinkan untuk
mengubah satu atau beberapa sifat yang diinginkan dengan tetap mempertahankan karakter
unggul lainnya yang sudah dimiliki oleh tanaman induk. Tanaman yang berasal dari sel-sel yang
bermutasi akan membentuk tanaman yang mungkin merupakan klon baru yang berbeda dengan
induknya.
Perbaikan tanaman melalui variasi somaklonal telah banyak dilakukan, antara lain untuk
sifat ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik. Cara tersebut bermanfaat bila dapat
menambah komponen keragaman genetik yang tidak ditemukan di alam serta mengubah sifat
dari kultivar yang ada menjadi lebih baik, terutama untuk tanaman yang diperbanyak secara
vegetatif atau menyerbuk sendiri (Ahloowalia 1990).
Dapat dikatakan bahwa variasi somaklonal telah berhasil memperbaiki sifat produksi
beberapa tanaman seperti tomat, tebu, seledri, jagung, padi, dan sorgum Tetapi juga harus
dikatakan tentang ketidaksuksesan beberapa percobaan dengan pendekatan ini, misalnya pada
tanaman gandum, jagung, dan barley meskipun diusahakan dengan skala yang besar dan
ekstensif (Maralappanavaret al., 2000). Meskipun hasil (regeneran) dari variasi somaklonal tidak
dapat diprediksi, beberapa kelebihannya dibandingkan dengan alat (teknik) lainnya adalah: 1)
lebih murah dibandingkan dengan pendekatan bioteknologi dengan hibridisasi somatik dan
transformasi genetik, 2) sistem kultur jaringan dapat menggunakan lebih banyak spesies tanaman
daripada manipulasi dengan hibridisasi somatik dan transformasi genetik, 3) tidak perlu
identifikasi sifat (trait) berdasarkan sifat genetik dibanding de-ngan transformasi yang
memerlukan identifikasi genetik untuk isolasi dan kloning gen dimaksud, dan 4) dilaporkan
varian-varian noveltis telah ba-nyak dihasilkan di antara somaklon yang dihasilkan variasi
somaklonal. Bukti genetik dan sitogenetik mengindikasikan bahwa frekuensi dan distribusi

terjadinya rekombinasi genetik dapat diubah dengan jalan lintas melatui kultur jaringan (Duncan
dan Widholm, 1990, Karp, 1995)

Variasi Somaklonal
Variasi somaklonal adalah keragaman genetik yang dihasilkan melalui
kultur jaringan. Variasi somaklonal pertama kali ditemukan oleh Larkin
dan Scowcorf (1989), yang mendefinisikan sebagai keragaman genetik
dari tanaman yang dihasilkan melalui kultur sel, baik sel somatik
seperti sel daun, akar, dan batang, maupun sel gamet.
Tidak seperti yang biasa terjadi pada persilangan, dimana keragaman
timbul karena segregasi ataupun rekombinasi gen, pada variasi
somaklonal keragaman terjadi akibat adanya penggandaan dalam kromosom
(fusi, endomitosis), perubahan jumlah kromosom (tagging dan
nondisjunction), perubahan struktur kromosom, perubahan gen, dan
perubahan sitoplasma ( Kumar dan Mathur, 2004).
Variasi somaklonal yang terjadi pada tanaman dapat bersifat diwariskan
(heritable) dan tidak diwariskan. Keragaman yang bersifat diwariskan,
dikendalikan secara genetik,bersifat stabil dan dapat diturunkan
secara seksual ke generasi selanjutnya. Sedangkan yang bersifat tidak
bisa diwariskan dikendalikan secara epigenetik, yang biasanya akan
hilang bila diturunkan secara seksual (Skirvin et al,1993).
Wattimena dan Mattjik (1992) menyatakan, keragaman genetik pada kultur
jaringan dapat dicapai melalui fase tak berdiferensiasi (fase kalus
dan sel bebas) yang relatif lebih panjang. Untuk mendapatkan
kestabilan genetik pada kultur jaringan, dapat dilakukan dengan cara
menginduksi sesingkat mungkin fase pertumbuhan tak berdiferensiasi.
Skirvin et al.,1993 dan Jain, 2001 menyatakan bahwa variasi somaklonal
dalam kultur jaringan terjadi akibat penggunaan zat pengatur tumbuh
dan tingkat konsentrasinya, lama fase pertumbuhan kalus, tipe kultur
yang digunakan ( sel, protoplasma, kalus jaringan), serta digunakan
atau tidaknya media seleksi dalam kultur in vitro. Zat pengatur tumbuh

kelompok auksin 2,4-D dan 2,4,5-T biasanya dapat menyebabkan


terjadinya variasi somaklonal. Pada tanaman kelapa sawit, perlakuan
2,4-D pada kultur kalus yang mampu beregenerasi membentuk tunas
menyebabkan variasi somaklonal saat aklimatiasasi di lapangan
(Linacero dan Vazquez, 1992; Jayasankar, 2005).
Beberapa sifat tanaman dapat berubah akibat variasi somaklonal, namun
sifat lainnya tetap menyerupai induknya. Dengan demikian, variasi
somaklonal sangat bermanfaat dalam upaya peningkatan keragaman genetik
untuk mendapatkan suatu sifat unggul dengan tetap mempertahankan sifat
unggul yang lain.

1.
2.
3.
4.

FUSI PROTOPLAS
Fusi protoplas dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh genom dari spesies
yang sama (intraspesies), atau antarspesies dari genus yang sama (interspesies), atau antargenus
dari satu famili (intergenus) (Wattimena 1999). Penggunaan fusi protoplas memungkinkan
diperolehnya hibrida-hibrida dengan tingkat heterosigositas yang tinggi walaupun tingkat
keberhasilannya sangat ditentukan oleh genotipenya (Mollers et al.1992). Teknologi fusi
protoplas juga dapat dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu seperti sifat ketahanan
terhadap hama dan penyakit serta cekaman abiotik (Purwito 1999). Dengan demikian, tanaman
hasil fusi dapat berupa tanaman dengan sifat-sifat gabungan dari kedua tetuanya termasuk sifatsifat yang tidak diharapkan terutama berasal dari spesies liar. Oleh karena itu, untuk
menghilangkan sifat-sifat yang tidak diinginkan tersebut maka perlu dilakukan silang balik (back
cross) dengan tetua budidaya.
Kemajuan pesat dalam penelitian produksi hibrida somatik dan sibrida dalam transfer
DNA tidak terlepas dari teknik isolasi, kultur dan regenerasi protoplas menjadi tanaman. Sejak
pertama kali dilaporkan tentang regenerasi protoplas menjadi tanaman lengkap oleh Takeba et al.
(1971), teknik isolasi, kultur ha-sil fusi, dan regenerasinya pada berbagai tanaman seperti
tembakau, tomat, timun, kentang, slada, terung, dan nilam telah banyak diketahui (Bradsaw dan
Mackey 1994). Banyak publikasi yang melaporkan bahwa keberhasilan kultur protoplas dan
regenerasinya ditentukan oleh beberapa faktor, seperti genotipe dan jaringan yang digunakan,
fisiologi jaringan, jenis dan konsentrasi enzim, masa inkubasi, media kultur, zat pengatur
tumbuh, dan kondisi inkubasi
Pada prinsipnya, fusi dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal berdasarkan
keuntungan produk hasil fusi yang telah diramalkan. Sehingga diperoleh sifat-sifat yang
menguntungkan dari calon tanaman yang akan ditumbuhkan.
Fusi protoplasma pada tumbuhan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
menyiapkan protoplasma dari sel-sel yang masih muda karena dinding selnya masih tipis serta
protoplasmanya masih banyak dan utuh
mengisolasi protoplasma sel dengan cara menghilangkan dinding selnya *) dengan menggunakan
enzim, kemudian dilakukan penyaringan dan sentrifugasi berkali-kali
menguji viabilitas protoplasma tersebut (aktivitas hidupnya) dengan cara melihat aktivitas
organel, misalnya melihat aktivitas fotosintesisnya.
setelah sel-sel mengalami fusi, protoplasma hasil fusi tersebut diseleksi. Protoplasma yang
terseleksi kemudian dibiakkan.
Fusi protoplas dapat dilakukan secara kimiawi dan fisik. Secara kimiawi, umumnya
digunakan polietilen glikol (PEG) yang pertama kali dilaporkan oleh Kao dan Michayluk (1975).
PEG berfungsi sebagai bulking agent, yaitu sebagai jembatan antar protoplas yang mirip
fungsinya dengan plasmodesmata. Terjadinya fusi semakin besar pada saat proses penghilangan
PEG, yaitu pada saat pencucian. Dalam hal ini, keberhasilan fusi sangat dipengaruhi oleh
konsentrasi PEG yang digunakan, masa inkubasi dalam larutan PEG, dan jumlah kerapatan

protoplas yang akan difusikan. Keuntungan fusi protoplas dengan PEG antara lain dapat
dilakukan dengan peralatan sederhana. Secara fisik, fusi dilakukan dengan menggunakan aliran
listrik pada alat yang dilengkapi dengan generator AC dan DC. Generator AC berfungsi untuk
membuat protoplas berjajar membentuk rantai lurus, selanjutnya pulsa DC pada tegangan
tertentu dapat menginduksi terjadinya fusi karena pulsa DC dapat membuat celah yang dapat
balik sehingga protoplas dapat berfusi (Zimmerman dan Scheurich 1981). Kultur jaringan bisa
ditujukan untuk mendapatkan hibrida baru, baik yang interspesifik maupun yang intraspesifik,
dengan fusi protoplasma, sehingga dengan fusi protoplasma, sehingga mendapatkan hibridisasi
somatik.

Fusi sel tumbuhan sering disebut dengan fusi


protoplasma.
karena dalam fusi sel antar tumbuhan ini dinding sel
tumbuhan yang tersusun atas selulosa harus dihancurkan
oleh enzim terlebih dahulu.
maka tinggallah
protoplasma
untuk
difusikan.
Misalnya, tanaman tomato, yaitu tanaman baru yang
berbuah tomat dan berumbi kentang.
Manfaat fusi sel antara lain untuk pemetaan
kromosom, lalu membuat antibody monoclonal dan
membentuk spesies baru. Dan di dalam fusi sel
diperlukan adanya:
1. Sel sumber gen (sumber sifat ideal).
2. Sel wadah (sel yang mampu membelah cepat).
3. Fusigen (zat-zat yang mempercepat fusi sel).
Penjelasan Mengenai Fusi Protoplasma Pada Tanaman Sebuah fusi protoplasma
adalah proses bergabungnya dua jaringan atau sel pada medan listrik.
Proses ini hanya bisa dilakukan oleh sel hewan atau sel tumbuhan tertentu. Fusi
protoplasma digunakan untuk memisahkan sel tumbuhan dari dinding sel. Tujuan
penggunaan fusi protoplasma adalah untuk meningkatkan kualitas pada tanaman.
Pada tanaman, fusi protoplasma dimanfaatkan sebagai teknik persilangan tanaman dengan
menggunakan gen yang telah direkayasa.

Teknik seperti ini dapat digunakan untuk mencampur gen tanaman yang berbeda atau
memisahkan susunan genetic tanaman yang sama. Teknik ini bisa digunakan terhadap
jenis tanaman apapun dengan siklus hidup yang berbeda.
Untuk menggunakan teknik fusi protoplasma biasanya dilakukan dengan cara memakai
cairan kimia seperti polietilen glikol dengan arus listrik.
Hasil dari fusi protoplasma adalah dua sel jaringan yang bersatu atau terpisah, tergantung
penggunaannya. Jika kedua sel bersatu, akan didapat tanaman dengan karakter baru dari
percampuran kedua tanaman.
Namun jika salah satu sel menghilang ketika proses fusi, maka akan menghasilkan sel baru
yaitu sitoplasmik hybrid.
Berbeda hal jika fusi protoplasma jika pada hewan atau manusia. Penerapan fusi
protoplasma pada manusia akan menghasilkan hibridoma.
Hibridoma adalah hasil teknik fusi dari sel myeloma dan sel pembentuk limfosit. Sel
hibridoma jika akan menghasilkan sel limfosit B, namun di sisi lain juga akan menghasilkan
sel myeloma yang bisa mengembangkan kanker.

Cara kerja fusi protoplasma adalah menghilangkan kedua dinding sel lalu digabungkan
dalam medan listrik.
Fusi protoplasma bisa digunakan untuk menggabungkan genom dari kerabat yang sama,
antar kerabat atau antar gen. Teknik fusi protoplasma dapat menghasilkan tanaman hibrida
dengan heterozigositas yang tinggi.
Metode fusi protoplasma juga dapat dimanfaatkan sebagai cara untuk mendapatkan sifat
tertentu yang dapat dipilih.
Tanaman yang dihasilkan dari proses fusi protoplasma akan memiliki sifat gabungan dari
indukan. Untuk menghasilkan benih tanaman yang baik, dalam proses fusi protoplasma
harus mengisolasi sifat buruk tanaman.
Cara lain yang bisa bisa digunakan untuk menghilangkan sifat buruk adalah dengan
melakukan silang balik dengan indukan.
Penggabungan dua jaringan sehingga membentuk satu jaringan baru disebut protoplasma.
Penggabungan ini hanya dapat dilakukan pada medan listrik.
Fusi protoplasma pada tanaman bisa terjadi secara ilmiah pada tanaman dengan
kopleksitas yang lebih tinggi. Hasil fusi protplasma dalam tanaman biasanya akan berjenis
tanaman hybrid.
Tujuan utama dari fusi protoplasma adalah menghasilkan hibrida somatic atau sibrida. Hal
lain yang menjadi keunggulan dari teknik fusi protoplasma adalah dapat melakukan
persilangan antara galur tanaman yang tidak dilakukan dengan cara persilangan biasa.
Untuk mendapatkan hasil yang berkualitas, hasil dari proses fusi protoplasma harus
dilakukan serangkain pengujian terlebih dahulu dengan cara memperhatikan aktivitas
organelnya.
Setelah pengujian dilakukan, hasil bibit kemudian diseleksi. Setelah proses seleksi selesai,
kemudian bibit baru dikembang-biakkan.

Fungsi fusi protoplasma pada tanaman

Untuk memperoleh hybrid somatic

Memperoleh galur tnaman heterozigot yang tidak bisa dilakukan secara normal

Merubah kromosom dengan memindah kode gen

Memindah kode gen yang terdapat dalam sitoplasma ke galur lain

Hasil fusi protoplasa pada tanaman

Menghasilkan tanaman hybrid jika dinsing sel menyatu

Jika salah satu sel hilang akan menghasilkan cibrid


Teknik fusi protoplasma juga mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kelebihannya adalah
bisa menghasilkan tanaman dengan sifat baik dari jenis yang berbeda. Sedangkan
kekurangan dari teknik adalah secara ekonomi biaya yang dikeluarkan tidak sedikit.

Vous aimerez peut-être aussi