Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
wawancara dan pengamatan, auditor melakukan evaluasi pada desain pengendalian internal
klien.
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh auditor adalah menentukan tingkat materialitas
suatu audit. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam
asersi dapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh
besarnya salah saji tersebut.Perhitungan planning materialitas (PM) berdasarkan kondisi
perusahaan pada periode tersebut.Perusahaan mengalami laba pada dua periode terakhir
sehingga auditor memutuskan menentukan materialitas dengan cara sebagai berikut:
PM= 5% X EBIT
Dari rumus diatas diperoleh TE sebesar Rp 185.040.898. Angka tersebut menjadi dasar
auditor dalam mempertimbangkan salah saji yang dapat ditoleransi. Tetapi, TE dapat
dialokasikan sesuai dengan proporsi besarnya nilai setiap akun atau akun-akun yang memiliki
kecenderungan terjadinya salah saji.
Trial Balance,
General Ledger PT IINAF,
Laporan Laba Rugi PT INAF yang berakhir pada 31 Desember 2014,
Sales Register selama tahun 2014,
Auditort erlebih dahulu meminta data-data diatas melalui e-mail kepada Manajer Keuangan
PT INAF. Tidak semua data itu diberikan, sehingga pada saat audit fieldwork, auditor
melakukan follow up terhadap data request tersebut. Selain itu, perusahaan juga lama dalam
merespon permintaan data. Data tersebut dimasukan ke dalam kertas kerja terkait dan
dijadikan bukti audit.
2. Menyiapkan Kertas Kerja untuk Penjualan
Di dalam kertas kerja ini auditor mendokumentasikan data-data dan prosedur audit
yang dilakukan selama mengaudit sebuah akun tertentu.Kertas kerja dibuat dalam format Ms.
Excel untuk mempermudah dalam mengolah data. Berikut ini adalah hal-hal yang dimuat
pada kertas kerja secara umum selama proses audit dilaksanakan:
Informasi umum seperti nama kantor akuntan publik, nama perusahaan klien,
tanggal laporan keuangan, jenis akun yang diaudit, kode tiap kertas kerja, nama
auditor yang membuat kertas kerja, nama auditor yang melakukan review serta
penjualan.
Temuan audit yang diperoleh selama pelaksanaan audit untuk akun penjulan PT
INAF.
Secara khusus mengenai audit penjualan, terdapat hal-hal yang dimuat pada kertas
kerja akun penjualan sebagai berikut:
Pertama adalah kertas kerja berisi tentang lead schedule akun penjualan.
Kedua adalah kertas kerja berisi tentang rekap penjualan atau pencocokan saldo
Prosedur ini dikerjakan pada kertas kerja pertama yaitu yang berisi tentang rekap
penjualan atau pencocokan saldo sesuai dengan sales register. Pada proses ini auditor tidak
menemukan adanya perbedaan saldo total per 31 Desember 2014 dengan per buku. Sehingga
tidak ada selisih yang ditemukan saat menjalankan prosedur ini. Melalui prosedur ini, salah
satu tujuan audit terkait saldo berhasil terpenuhi yaitu detail tie in.
6. Melakukan prosedur analitis terhadap penjualan
Prosedur selanjutnya dalam audit atas penjualan adalah melakukan prosedur analitis.
Pada tahap ini auditor menggunakan cara yang paling umum yaitu comparison techniques
atau perbandingan. Auditor membandingkan nilai total penjualan yang tertera dalam laporan
keuangan PT INAF tahun 2014 dengan nilai total penjualan tahun 2013 untuk menilai
kewajaran atas saldo akun penjualan tersebut.
Deskripsi
31 Desember
31 Desember
Kenaikan
% Kenaikan
2014 (Rp)
2013 (Rp)
(Penurunan)
(Penurunan)
Penjualan
1.363.015.606.628 1.324.389.839.34
Lokal
Penjualan
18.420.971.487
Ekspor
Total
1.381.436.578.115 1.337.498.191.71
4
13.108.352.366
(Rp)
38.625.767.284
1,02%
5.312.619.121
1,4%
43.938.386.405
1,03%
Tabel diatas menunjukan perbandingan penjualan PT INAF pada tahun 2014 dan 2013. Dari
tabel perbandingan tersebut auditor dapat mengetahui kenaikan dan penuruanan penjualan PT
INAF, berikut ini adalah kesimpulan dari auditor: Pendapatan pada tahun 2014 mengalami
kenaikan sebesar 1,03% karena adanya kenaikan pada penjualan lokal dan ekspornya
walaupun tidak terlalu besar.
Berdasarkan standar penugasan audit, bahwa metode perbandingan yang digunakan dalam
melakukan prosedur analitis sulit menghasilkan tingkat assurance tinggi. Sehingga harus
tetap dilakukan pengujian substantif atas transaksi yang akan dijelaskan selanjutnya.
7. Melaksanakan pengujian substantif atas transaksi
Setelah melakukan prosedur analitis, selanjutnya penulis melakukan prosedur
pengujian atas transaksi. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, prosedur analitis yang telah
dilakukan dinilai menghasilkan tingkat kepastian yang rendah, sehingga perlu dilakukan
pengujian substantif atas transaksi pada akun penjualan PT INAF.
Pertama kali yang harus dilakukan adalah menentukan berapa banyak sampel transaksi untuk
pengujian. Senior auditor yang menentukan jumlah transaksi tersebut, dan junior
auditormelakukan pengujian. Pengujiam dilakukan dengan mengambil 12 (dua belas)
transaksi yang memiliki nilai terbesar dari masing-masing akun pendapatan. Nilai transaksi
dari sampel tersebut mencangkup 30% dari seluruh total penjualan tahun 2014. Pengujian
dilakukan dengan cara vouching atau melihat semua dokumen terkait transaksi tersebut.
Menurut standar penugasan pada KAP terdapat 4 atribut yang menjadi dasar dalam
melaksanakan pengujian ini, yaitu:
a. Informasi yang jelas dan dapat diverifikasi
Informasi yang terdapat dalam transaksi tersebut harus jelas diantaranya nama
pelanggan, barang/jasa, kuantitas, harga dan lain-lain. Selain itu, informasi yang
disajikan dalam transaksi tersebut dapat diverifikasi.
b. Transaksi sudah diotorisasi
Ada 3 (tiga) hal yang harus dilakukan penulis dalam memeriksa kelengkapan otorisasi
yaitu otorisasi saat menyiapkan transaksi, meninjau transaksi dan menyetujui
transaksi. Saat menyiapkan transaksi diotorisasi oleh staf keuangan, kemudian saat
meninjau transaksi diotorisasi oleh manajer keuangan dan terakhir disetujui oleh
direktur PT INAF.
Gambar tabel diatas merupakan tabel pengujian substantif atas transaksi penjualan,
terdapat 5 (lima) transaksi yang dilakukan vouching untuk memeriksa transaksi sudah sesuai
dengan tujuan audit atau belum. Dari hasil pengujian diatas tidak ditemukan adanya ketidak
lengkapan atribut sehingga bisa disimpulkan bahwa dokumen diproses dengan tepat dan
terdapat otorisasi. Tujuan audit yang ingin dicapai dalam melaksanakan prosedur ini adalah
keterjadian (occurence), kelengkapan (completeness), akurasi (accuracy) klasifikasi
(classification).
8. Melakukan Prosedur cut-off
Prosedur terakhir dalam melaksanakan audit atas penjualan adalah prosedur cut-off.
Prosedur ini bertujuan untuk mengetahui apakah transaksi-transaksi telah dicatat pada periode
akuntansi yang tepat. Artinya auditor harus menguji dan memastikan bahwa transaksi
penjualan yang dilakukan oleh klien telah dicatat pada periode akuntansi yang tepat karena
terdapat risiko dimana penjualan yang terjadi mendekati akhir periode akuntansi dicatat pada
periode yang salah.
melaksanakan prosedur cut-off atas akun penjualan PT INAF, penulis melakukan hal-hal
berikut ini:
Buku besar ini bukan menjadi bukti audit melainkan hanya digunakan untik
Seluruh transaksi yang diuji telah dicatat dalam periode akuntansi yang tepat. Artinya
tujuan audit yang telah terpenuhi berupa pisah batas (cut off), keberadaan (existence), dan
kelengkapan (completeness).
Setelah melakukan serangkaian prosedur diatas, penulis tidak menemukan audit
adjustment yang diajukan kepada klien. Prosedur yang telah dijalankan diatas menghasilkan
bukti audit yang memadai untuk menyimpulkan kewajaran dari akun penjualan PT INAF.
Dengan demikian tidak terdapat perubahan saldo penjualan antara angka sebelum audit dan
setelah dilakukan audit.