Vous êtes sur la page 1sur 29

Absorber dan Stripper

Absorber dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau
lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen
yang dipisahkan dari campurannya sedangkan pelarut (solvent ; sebagai separating agent)
adalah cairan atau gas
yang melarutkan solut. Karena perbedaan kelarutan inilah, transfer massa solut dari fase satu
ke fase yang lain dapat terjadi.
Absorbsi adalah operasi pemisahan solut dari fase gas ke fase cair, yaitu dengan
mengontakkan gas yang berisi solut dengan pelarut cair (solven / absorben ) yang tidak
menguap.
Stripping adalah operasi pemisahan solute dari fase cair ke fase gas, yaitu dengan
mengontakkan cairan yang berisi solute dengan pelarut gas ( stripping agent) yang tidak larut
ke dalam cairan.
Berdasarkan cara kontak antar fase, alat transfer massa difusional dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu :
1. proses keseimbangan dimana operasi dengan keseimbangan antar fase, yaitu alat
dengan kontak bertingkat ( stage wise contact / discreet ), misalnya menara
menggunakan plat atau tray.

2. proses dikontrol kecepatan transfer massa, yaitu alat dengan kontak kontinyu (
continuous contact ), misalnya menara sembur, gelembung atau menggunakan bahan
isian (packing).
Keseimbangan
Menurut teori lapisan film, jika dua fase dikontakkan, di batas antar fase terdapat
keseimbangan fase. Oleh karena itu, korelasi atau data-data di lapisan batas fase ini sangat
perlu diketahui. Data-data keseimbangan telah banyak tersedia, meskipun penelitian tentang
hal ini masih perlu dilakukan. Beberapa buku, terutama termodinamika telah menyajikan data
keseimbangan untuk sistem tertentu, misal data kelarutan gas di Perry ( 6th ed., pp. 3-101
3-103)
Kolom Absorpsi
Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses pengabsorbsi
(penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut. Struktur
yang terdapat pada kolom absorber dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

Bagian atas: Spray untuk megubah gas input menjadi fase cair

Bagian tengah: Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh sehingga mudah
untuk diabsorbsi

Bagian bawah: Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam reaktor.

Keterangan :
(a) input gas
(b) gas keluaran
(c) pelarut

(d) hasil absorbsi


(e) disperser
(f) packed column
Prinsip Kerja Kolom Absorpsi
Kolom absorbsi adalah sebuah kolom, dimana ada zat yang berbeda fase mengalir
berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer dari satu fase cairan ke
fase lainnya, terjadi hampir pada setiap reaktor kimia. Proses ini dapat berupa absorpsi gas,
destilasi, pelarutan yang terjadi pada semua reaksi kimia.
Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor diumpankan kebawah menara
absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu fasa gas dan fasa cair
mengakibatkan perpindahan massa difusional dalam umpan gas dari bawah menara ke dalam
pelarut air sprayer yang diumpankan dari bagian atas menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi
pada sebuah kolom yang berisi packing dengan dua tingkat. Keluaran dari absorber pada
tingkat I mengandung larutan dari gas yang dimasukkan tadi.

Gambar diatas adalah contoh proses Sebuah kolom destilasi juga dapat digunakan untuk
mendaur ulang. Absorber yang terpolusi dilewatkan kedalam destilasi kolom. Dibawahnya,
pelarut dikumpulkan dan dikirim kembali ke absorber.
Sumber: http://mardi-subiono.blogspot.com/search/label/Chemical%20Engineering

Serupa Tapi Tak Sama..

Ada beberapa istilah didalam dunia per-teknik kimia-an


khususnya pada peralatan operasi teknik kimia yang sering
kita jumpai yang serupa tapi tak sama, Baik dari segi nama,
fungsi, atau cara kerja dari masing2 alat tersebut. Sekedar
ingin me-refresh-kan memory kuliah, saya mencoba coret2 di
blog ini mengenai perbedaan beberapa istilah2 tersebut
dengan sederhana.
Jika ada kekurangan dari informasi ini harap mohon
dimaklumi, karna saya hanya manusia biasa yang tak
sempurna, dan juga dalam proses pembelajaran. Jika ada
kekurangan mohon ditambahkan, Jika ada kesalahan mohon
dibenarkan....Hehehe
Silakan disimak gan, smoga bermanfaat.
1) Absorber dan Adsorber :
Kedua alat ini memiliki nama yang hamper serupa, tapi
berbeda fungsinya. Adapun perbedaannya adalah :

Adsorber
Adsorber adalah Alat yang digunakan untuk proses Adsorbsi,
yaitu proses penyerapan fluida gas/cair pada permukaan zat
padat sebagai penyerap (adsorben). Proses adsorbsi digunakan
untuk memisahkan suatu gas atau cairan dari suatu campuran
gas/cairan dengan menggunakan zat padat sebagai penyerap.
Zat padat yang digunakan sebagai adsorben adalah zat padat
yang berpori, karna memiliki daya serap permukaan yang
besar. Adapun contoh proses Adsorbsi ini adalah penyerapan

kandungan uap air dari campuran gas oleh silika gel/karbon


aktif.

Absorber
Absorber adalah Alat yang digunakan untuk proses Absorbsi,
yaitu proses penyerapan fluida gas oleh seluruh bagian zat
cair sebagai absorben. Proses Absorbsi digunakan untuk
memisahkan suatu komponen gas dari campuran gas dengan
menggunakan zat cair sebagai penyerap/ absorben. Absorben
yang digunakan ditentukan dari daya larut gas pada zat cair
tertentu. Adapun Contoh dari proses absorbsi adalah
pemisahan oksigen dari campuran gas dengan menggunakan
airsebagai absorben.
2)

Absorber, Srubber, Stipper


Ketiga alat tersebut memiliki cara kerja yang sama,yaitu
dengan mengontakkan fase gas dan zat cair, akan tetapi
fungsinya berbeda.

Absorber
Seperti yang dijelaskan sebelumnya absorber adalah alat
pemisahan suatu komponen gas oleh zat cair sebagai pelarut.
Prinsip kerjanya adalah suatu campuran gas diumpankan dari
bawah (bottom) tower absorber, untuk dikontakkan dengan zat
cair dari atas (top) absorber. Kompenen gas yang mempunyai
kelarutan terbesar pada cairan tersebut akan larut bersama
adsorben (zat cair) dan menjadi bottom produk, sedangkan
komponen gas lainnya yang tidak terlarut dalam absorben
akan ke atas sebagai top produk. Karna prinsip kerja Absorber
berdasarkan kelarutan gas dalam cairan, maka kondisi operasi
Absorber adalah pada temperatur rendah, dan tekanan tinggi.
Dimana pada kondisi ini, daya larut gas dalam fase cair akan
maksimal (ingat hukum gas ideal ).

Stipper,
Stiper adalah kebalikan dari absorber. Sripper adalah alat yang
digunakan untuk memisahkan suatu komponen zat cair dari
campurannya dengan menggunakan gas sebagai penyerap.
Prinsip kerja stipper berdasarkan kemampuan zat cair untuk
menguap ke gas stipping. Kebalikan dari absorber, kondisi
operasi stipper yaitu pada temperatur tinggi dan tekanan
rendah. Temperatur yang digunakan disesuaikan dengan titik
didih larutan yang ingin dipisahkan dari campurannya.
Adapun cara kerja nya yaitu camouran zat cair di umpankan
dari top stipper, dan dikontakkan dengan gas stipping dari
bottom stipper. Komponen zat cair tertentu akan tersripping/
menguap bersama aliran gas kebagian top sripper, sedangkan
cairan ang tidak terstipping akan mengalir ke bottom stipper
sebagai bottom produk.

Scrubber
Srubber mempunnyai prinsip kerja dan fungsi yang sama
dengan Absorber, yaitu alat untuk memisahkan suatu
komponen gas dari campurannya dengan menggunakan zat
cair sebagai penerap/pelarut. Jika pada absorber, komponen
yang diserap oleh zat cair adalah komponen yang di inginkan
(produk), tetapi pada scrubber yang diserap oleh zat cair
adalah
komponen
gas
yang
tidak
diinginkan
(pengotor/impurity).

Hubungan Absorber dan Stipper Klo di flow sheet

Nah..ini penampakan asli Absorber dan Stripper klo


dilapangan...
3) Cooler dan Chiller
Seperti yang telah kita ketahui bahwa cooler dan chiller
adalah alat yang digunakan untuk mendingankan fluida.
Keduanya merupakan heat exchanger yang berfungsi untuk
mendinginkan fluida panas, dengan cara mempertukarkan
panasnya dengan fluida lain yang mempunyai temperatur
yang lebih rendah. Adapun perbedaan kedua alat tersebut
yaitu :

Cooler :
Hanya mampu mendinginkan fluida hingga pada
temperatur 25 C

Fluida yang digunakan sebagai media pendinginnya


adalah air.
Digunakan untuk memdinginkan air proses

Chiller
Mampu mendinginkan fluida hingga temperatur dibawah
25C
Fluida yang digunakan sebagai media pendinginya adalah
amoniak atau refrigrant lainnya.
Digunakan pada sistem refrigrasi pada kulkas atau AC.
http://ocha-zone.blogspot.co.id/2011/10/serupa-tapi-tak-sama.html

ADSORBER
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di
bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting
dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga
dapat memberikan daya dukung bagi mahluk hidup untuk hidup secara
optimal. Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi
yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal
dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran,
dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi
terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber
pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam,
seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll.
Dampak

dari

pencemaran

udara

tersebut

adalah

menyebabkan

penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan


manusia.
Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar
manusia

perlu

mendapatkan

perhatian

yang

serius.

Pertumbuhan

pembangunan seperti industri, transportasi, dll disamping memberikan


dampak positif namun disisi lain akan memberikan dampak negatif
dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan kebisingan baik
yang terjadi didalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor)
yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya penularan
penyakit.

Hasil

studi

menunjukkan

bahwa

sumber

emisi

industri

memberikan kontribusi penting terhadap keberadaan partikulat dan


polutan gas di atmosfer.
Emisi partikulat maupun polutan gas dari berbagai jenis industri selama
ini dapat diturunkan degan alat pengendali pencemaran udara. Pada
umumnya, alat pengendali pencemaran udara digunakan jika emisinya
cukup mengganggu, bersifat toksik atau adanya ambang batas recovery.
Adanya peraturan-peraturan, pengendalian pencemaran udara menjadi
lebih ketat untuk beberapa industri utama.
Kualitas

udara

dapat

dicapai

dengan

memasang

alat

pengendali

pencemaran udara untuk mengurangi emisi agar sesuai dengan baku


mutu yang ada. Namun demikian, baku mutu emisi ini juga dapat dicapai
melalui kemungkinan perubahan sumber energi, substitusi bahan baku,
atau mengubah proses produksi yang akan dijalankan. Salah satu alat
pengendali untuk pencemaran gas adalah adsorber.
1.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Memenuhi

tugas

mata

kuliah

pemantauan

dan

pengendalian

pencemaran udara;
2. Mengetahui mekanisme pengendalian pencemaran udara dengan
sistem adsorpsi;
3. Mengetahui aplikasi pengendalian pencemaran udara dengan sistem
adsorpsi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Adsorpsi adalah suatu proses penyerapan suatu fasa tertentu (gas,cair)
pada permukaan adsorben yang berupa padatan. Adsorpsi ada dua
macam, yaitu:
1. Adsorpsi Fisika, terjadi karena gaya Van der Walls dimana ketika gaya
tarik molekul antara larutan dan permukaan media lebih besar
daripada gaya tarik substansi terlarut dan larutan, maka substansi
terlarut akan diadsorpsi oleh permukaan media. Contohnya adalah
adsorpsi oleh karbon aktif.
2. Adsorpsi Kimia, terjadi ketika terbentuknya ikatan kimia antara
substansi terlarut dalam larutan dengan molekul dalam media.
Contohnya adalah ion exchange.
Proses adsorpsi pada pengendalian pencemaran udara digunakan untuk
pemurnian

udara

dan

solvent

recovery.

Proses

pemurnian

udara

dilakukan pada suatu kondisi dimana kontaminan ada dalam jumlah yang
kecil (< 1 ppm) tetapi sangat berbau atau beracun. Sistem yang
digunakan untuk pemurnian udara adalah small thin bed adsorbers.
Sedangkan
menyisihkan

solvent
kadar

recovery,
organik

yang

yang

biasanya

lebih

besar

digunakan
dari

1000

untuk
ppm,

membutuhkan sistem yang lebih besar. Tingkat penyisihan dalam solvent


recovery menentukan besarnya sistem adsorpsi yang diperlukan.
2.2 Teori Adsorpsi
2.2.1 Mekanisme Adsorpsi
Proses adsorpsi meliputi 3 tahap, yaitu:
1. Kontaminan mengalami difusi ke bagian permukaan luar adsorben;
2. Kontaminan berpindah dari permukaan luar adsorben ke bagian poriporinya, sebagian besar kontaminan akan masuk ke bagian ini karena

daya tampung pori ini lebih besar dibandingkan bagian permukaan


luarnya;
3. Molekul kontaminan akan menempel pada bagian permukaan pori.
2.2.2 Proses Adsorpsi Fisis
Gaya-gaya yang tidak seimbang ada pada hampir setiap padatan. Gaya ini
memiliki besar yang sama dengan gaya yang dapat menahan molekul gas
yang melaluinya. Untuk menyeimbangkan gaya-gaya ini maka padatan
menarik molekul-molekul gas dan secara fisik akan menempel pada
bagian permukaan porinya.
Dalam proses adsorpsi fisis, ikatan yang paling kuat terbentuk antara
molekul gas dengan permukaan adsorben yang memiliki tingkat polaritas
yang sama. Tingkat polaritas (polar atau non polar) sangat tergantung
dari distribusi electron atomnya. Senyawa polar terbentuk dari ikatan
atom-atom yang memiliki muatan permukaan berbeda, contohnya air.
Karakteristik penting yang penting pada proses adsorpsi fisis adalah
tidak terjadi perubahan kimia pada molekul kontaminan yang terserap.
Jika molekul polutan hanya terikat secara kohesi yang lemah, maka
proses adsorpsi dapat mengalami reversibel, sehinngga adsorben dapat
di-recovery untuk digunakan kembali
2.2.3 Proses Adsorpsi Kimia
Proses adsorpsi kimia dihasilkan dari interaksi kimia antara molekul
polutan dan adsorben. Molekul polutan akan menempel pada bagian
permukaan adsorben dengan membentuk ikatan kimia, yaitu melalui
tukar menukar electron yang akan membentuk senyawa baru. Oleh
karena itu, adsorpsi kimia tidak mudah mengalami reversibel, untuk
beberapa kondisi senyawa polutan tidak mungkin dipisahkan dari
adsorben. Hanya sedikit industri yang menggunakan system adsorpsi
kimia sebab memerlukan biaya tinggi untuk meregenerasi maupun
mengganti adsorben.
2.2.4 Bahan-Bahan Adsorben

Beberapa

bahan

diproduksi

secara

komersial

sebagai

adsorben

diantaranya karbon aktif, silica gel, activated alumina, dan zeolit.


Karakteristik

penting yang menentukan

tingkat efektifitas

sebuah

adsorben adalah sifat dan struktur kimia, total luas permukaan, porositas
dan ukuran partikel.
Sesuai dengan sifat polaritasnya, maka jika polutan gas yang akan
disisihkan banyak mengandung uap air sebaiknya digunakan jenis
adsorben nonpolar, agar gas polutan yang akan disisihkan dapat secara
efektif diserap oleh adsorben. Jenis adsorben nonpolar yang sering
digunakan adalah karbon aktif yang dapat menyisihkan terutama polutan
organik seperti bau, gas beracun dan uap gasolin.
Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai jenis bahan dari
adsorben:
a) Karbon Aktif
Karbon aktif dapat diproduksi dari berbagai jenis sumber organic,
misalnya kayu, batu bara, kelapa dan lain-lain. Partikel karbon
diaktifkan dengan cara memanaskannya dalam udara hampa. Proses
pemanasan ini menghasilkan porositas partikel karbon yang tinggi
dan luas permukaan internal yang luas, yang sangat diperlukan dalam
proses adsorpsi. Tingkat adsorpsi karbon aktif dapat divariasikan
dengan membedakan suhu, jumlah oksigen atau jumlah sumber
karbon yang digunakan ketika tahap pembuatannya. Total luas
permukaan efektif karbon aktif dapat mencapai 600 1600 m 2/gram
(2,9x106 7,8x106 ft2/lb).
b) Silica Gel
Silica Gel terbuat dari sodium silica yang dicampur dengan asam sulfat.
Adanya presipitan dapat dihilangkan dengan cara dikeringkan atau
dipanggang. Tingkat adsorpsi silica gel juga dapat divariasikan selama
pembuatan. Luas efektif silica gel kira-kira 750 m2/gram (3,7x106
ft2/lb). Silica gel biasanya digunakan untuk menghilangkan kadar uap
air (kelembaban) pada suhu < 2600 C.

c) Aluminium Oksida (Activated Alumina)


Aluminium oksida dibuat dengan cara memanaskan activated alumina
atau bauksit dalam ruang hampa sehingga dihasilkan aluminium
oksida dengan tingkat porositas tinggi dalam bentuk pelet. Aluminium
Oksida tidak banyak digunakan dalam pengendalian pencemaran
udara, tetapi digunakan untuk pengeringan gas khususnya dalam
tekanan yang tinggi dan sebagai bahan pendukung katalis. Contohnya
adalah penggunaan aluminium oksida dan platina (paladium) sebagai
katalis dalam proses insinerasi. Luas permukaan efektif aluminium
oksida antara 200 300 m2/gram (0,98x106 -1,5x106 ft2/lb).
2.3 Proses Adsorpsi
Berbagai macam variasi digunakan untuk mengontakkan aliran udara
tercemar

dengan

adsorben.

Salah

satu

cara

yang

paling

sering

digunakan adalah melewatkan aliran ke arah bawah dalam suatu tangki


yang berisi adsorben. Gambar 2.1 menunjukkan keseluruhan proses
kontak dalam adsorpsi hingga adsorben mencapai kondisi jenuh.
Gambar 2.1 Kurva Proses Penjenuhan Adsorben
Dari kurva dapat dilihat bahwa polutan akan sangat menurun pada
kondisi awal, namun kemudian akan mengalami penurunan efisiensi
penyisihan hingga adsorben jenuh. Pada kondisi ini adsorben tidak
mampu lagi mengadsorpsi polutan, oleh karena itu untuk menghasilkan
proses adsorpsi yang kontinu maka adsorben secara periodik harus
diregenerasi dengan cara desorpsi polutan sebelum mencapai titik
jenuhnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menentukan tingkat efisiensi
penggunaan sistem adsorpsi antara lain:
a) Temperatur
Peningkatan suhu akan menurunkan tingkat adsorpsi gas polutan.
Seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.2. Menaikkan suhu operasi
merupakan bagian proses desorpsi adsorben. Sebagai acuan umum,

proses adsorpsi dilakukan pada suhu di bawah 55 0 C. Namun hal ini


tergantung dari jenis polutan dan adsorben yang digunakan.
Gambar 2.2 Hubungan Adsorpsi dengan Suhu
b) Tekanan
Seperti

pada

gambar

2.3,

terlihat

bahwa

tingkat

adsorpsi

akan

meningkat seiring dengan peningkatan tekanan saat operasi. Namun


factor tekanan tidak terlalu berpengaruh dibandingkan dengan factor
suhu. Dalam beberapa sistem, penurunan tekanan digunakan dalam
proses desorpsi.
Gambar 2.3 Hubungan Adsorpsi dengan Tekanan
c) Kecepatan gas
Waktu kontak antara kontaminan dengan adsorben ditentukan oleh
kecepatan aliran udara yang melalui adsorben. Kecepatan aliran
udara yang rendah akan meningkatkan probabilitas kontak polutan
dengan adsorben. Untuk mencapai capture efisiensi lebih dari 90%,
beberapa sistem adsorpsi karbon direncanakan untuk pengaliran
maksimum melalui adsorben kira-kira 30 m/menit (100 ft/menit).
Sedangkan kecepatan minimumnya kira-kira 6 m/menit (20 m/menit)
untuk menghindari efek channelling.
Kecepatan aliran melalui media adsorben merupakan fungsi dari
diameter

adsorber

dan

debit

alirannya.

Dengan

menentukan

kecepatan maksimum pengaliran maka dapat ditentukan diameternya


dan luas permukaan melintang media yang diperlukan. Contohnya,
300 m3/menit udara akan diolah dengan kecepatan aliran maksimum
30 m/menit, maka luas permukaan melintang media adalah 10 m2.
Kecepatan aliran juga mempengaruhi timbulnya kehilangan tekan selama
dalam media. Makin tinggi kecepatan aliran makin besar pula
kehilangan tekanan yang terjadi. Dalam perencanaan, kehilangan
tekanan maksimum yang diperbolehkan ditandai dengan tingginya
tangki unit adsorber. Disamping itu, kehilangan tekanan juga
dipengaruhi oleh tebal media adsorben yang digunakan.
d) Partikulat

Adanya partikulat dalam aliran udara akan menurunkan efisiensi


adsorpsi,

meningkatkan

kehilangan

tekanan

dan

sering

kali

menyebabkan penyumbatan pada media adsorben.


2.4 Ketebalan Media
Penentuan ketebalan media merupakan hal penting dalam pencapaian
efisiensi adsorpsi yang diharapkan. Tebal media dalam perhitungannya
ditentukan oleh enam factor yaitu ukuran partikel adsorben, kecepatan
aliran, konsentrasi gas polutan, suhu, tekanan dan karakteristik gas yang
dialirkan. Perhitungan tebal media dapat didekati dengan persamaan
Kovach

(1978),

dimana

biasanya

para

produsen

system

adsorpsi

menggunakan data dari skala pilot.


Dengan:
D = Tebal media (m);
Xs = Persen derajat kejenuhan media (biasanya 50%);
Cb = Persen titik breakthrhough (%);
Cs = Persen jenuh media (%);
MTZ = Mass Transfer Zone (m);
MTZ adalah total tebal peristiwa adsorpsi yang terjadi dalam media.
Persamaan ini digunakan untuk meyakinkan bahwa tebal media harus
lebih panjang dari MTZ. Persamaan Kovach juga dapat diubah untuk
menghitung persen titik breakthrough, dengan rumus sebagai berikut:
Kehilangan

tekanan

dalam

adsorber

ketabalan media dan laju aliran gas.


2.5 Sistem Pengendali Proses Adsorpsi

dipengaruhi

langsung

oleh

Sebagian besar sistem adsorpsi menggunakan tipe fixed bed adsorption.


Dalam tipe ini ketebalan media adsorben antara 0,3 1,2 m, tergantung
pada konsentrasi polutan yang akan disisihkan. Gas polutan terlebih
dahulu melalui filter untuk menyisihkan partikulat sebelum masuk ke
dalam media adsorbs. Kemudian dialirkan ke bawah melalui media.
Aliran udara ke atas dihindari agar tidak menghasilkan partikel karbon
pada udara hasil adsorpsi.
Untuk menghasilkan proses adsorpsi yang kontinu maka perlu dilakukan
proses desorpsi (regenerasi) media agar dapat digunakan kembali atau
diganti dengan yang baru. Tipe Fixed Bed ini terdiri dari beberapa lapis
media dan dilengkapi dengan inlet untuk uap panas (saat regenerasi)
sehingga dapat menghindari timbulnya kejenuhan adsorben setelah
dioperasikan. Sistem Fixed Bed biasanya menggunakan multiple bed,
agar saat terjadi proses regenerasi tidak mengganggu proses adsorpsi.
2.5.1 Metode Regenerasi
Metode yang paling sering digunakan sebagai teknik regenerasi adalah
dengan

memasukkan

(injeksi)

udara

panas

ke

dalam

adsorber.

Pemanasan media akan memutuskan ikatan lemah antara adsorben


dengan polutan. Keuntungan sistem desorpsi ini antara lain:
a) Pada suhu tinggi (1000 C) desorpsi dapat menghilangkan hampir
semua polutan dalalm adsorben, namun tidak boleh terlalu tinggi
suhunya agar tidak menimbulkan polimerisasi sehingga terbentuk
senyawa baru yang tidak diinginkan;
b) Teknik steam ini akan membantu media melepaskan panas akibat
kondensasi yang menambah tingkat desorpsi;
c) Beberapa senyawa organik dapat dilepaskan dari efluen steam dengan
cara kondensasi, distilasi dan beberapa kasus dengan dekantasi;
d) Pemanasan dengan uap air lebih cepat dan efektif dibandingkan degan
udara panas sehingga peningkatan suhu media lebih cepat.
Kerugian dari sistem ini adalah sebagai berikut:
a) Timbulnya polusi air dari kondensasi efluen steam;

b) Senyawa organic yang bereaksi dengan air dapat menghasilkan


senyawa korosif sehingga akan mengurangi umur tangki adsorber;
c) Media memerlukan pendinginan dan pengeringan sebelum digunakan
kembali untuk meyakinkan bahwa proses adsorpsi akan seperti
semula.
2.5.2 Aplikasi Sistem Adsorpsi
Adsorber banyak digunakan untuk menyisihkan kandungan senyawa
organik udara yang relative bebas dari partikulat. Contoh penerapan unit
ini antara lain dalam industri dry cleaning, degreasing, pelapisan logam,
processing karet, flexographic dan gravure printing. Sistem ini juga
digunakan dalam mengatasi masalah baud an gas toksik pada industry
makanan, pengolahan air buangan, dan industri kimia lainnya (minyak,
semen, pupuk dan obat-obatan).
Gambar 2.4 Carbon Bed Adsorber
Gambar 2.5 Single-Bed Carbon Adsorber

BAB III
DESAIN ADSORBER
Contoh Soal Desain Adsorber
Sebuah pabrik percetakan mengeluarkan emisi sebesar 100 lb / jam,
toluena dikontrol oleh adsorber karbon. Pabrik mengoperasikan adsorber
dalam mode kontinyu untuk 8.640 h / tahun (360 hari). Sementara
operasi, dua bed karbon akan menyerap, sementara ketiga akan
desorbing / stand by. Untuk kenyamanan, pabrik telah memilih waktu
adsorpsi dan desorpsi masing-masing 12 jam dan 5 jam. Aliran limbah
gas total 10.000 acfm pada kondisi adsorber inlet (satu atm dan 77 oF).
Gas buang mengandung jumlah partikel yang dapat diabaikan dan
kelembaban. Selanjutnya, peraturan VOC yang berlaku mengharuskan
adsorber mencapai efisiensi penyisihan rata-rata 98% selama siklus

adsorpsi keseluruhan. Asumsikan bahwa toluena pulih didaur ulang pada


sumbernya.
Carbon Working Capacity :
Pada aliran lain dan loading polutan, konsentrasi inlet toluena adalah 710
ppm.

Hal

ini

terkait

dengan

tekanan

parsial

0,0104

psia.

Mensubstitusikan tekanan parsial dan parameter isoterm toluena (dari


Tabel 3.1.) ke dalam persamaan 3.1, kita memperoleh kapasitas
keseimbangan (We) 0,333 lb/lb. Kapasitas kerja yang diperoleh 0,167
lb/lb (yaitu, 0,333 /2).
Tabel 3.1 Parameter untuk Adsorpsi Isotherms Terpilih
Persamaan 3.1:
We = kPm = 0.333 lb/lb
Carbon Requirement:
Sebagaimana dinyatakan pada soal, adsorber ini akan memiliki dua bed
on-line dan tiga bed off-line. Apakah ini asumsi yang masuk akal?
Persamaan 3.2 dapat menjawab pertanyaan ini. Pergantian waktu
adsorpsi dan jumlah hasil penyerapan dan desorbing tempat tidur:
Persamaan 3.2:
Karena waktu desorpsi lain (5 jam) kurang dari 6 jam, konfigurasi bed
yang diusulkan adalah layak. Selanjutnya, menghitung kebutuhan karbon
(MC) dari persamaan 3.3:
Persamaan 3.3 :

BAB IV
KESIMPULAN

Dari penulisan diatas, dapat disimpulkan:


1. Adsorpsi melibatkan proses perpindahan massa dan menghasilkan
kesetimbangan distribusi dari satu ataulebih larutan antara fasa
cair

dan

partikel.

Pemisahan

dari

suatu

larutan

tunggal

antaracairan dan fasa yang diserap membuat pemisahan larutan


dari fasa curah cair dapat dilangsungkan;
2. Penentuan

ketebalan

media

merupakan

hal

penting

dalam

pencapaian efisiensi adsorpsi yang diharapkan. Tebal media dalam


perhitungannya ditentukan oleh enam factor yaitu ukuran partikel
adsorben, kecepatan aliran, konsentrasi gas polutan, suhu, tekanan
dan karakteristik gas yang dialirkan.
http://el-andalucy.blogspot.co.id/2011/06/adsorber.html

ADSORBER PART I

Rate This
Untuk adsorbers yang umumnya digunakan pada penyerapan berupa campuran liquid atau
gas. Dan juga adsorbent yang digunakan berbentuk butiran-butiran halus yang berpori, hal ini
dimaksudkan untuk dapat memperluas biang kontak penyerapan adsorbant oleh adsorbent.
Umumnya diindustri adsorbent nya berupa campuran, oeh karena itu tidak mudah dalam
pengoperasian adsorber. Disamping itu pengelompokkan adsorbers didasarkan pada apakah
terdapat recycle dari adsorbant atau tidak? Pada adsorber diperhitungan letak adsorbent nya,
kecepatan masuk rekatan, kedaaan dari adsorbent.
VII.A. Tanpa Recycle Adsorbant
Adsorber jenis ini dapat digunakan pada keadaan yang batch dan continous. Diantaranya ;
1. Fixed atau Packed Beds Vertical Adsorber
Adsorber jenis ini merupakan adsorber yang terdiri dari kolom penyerapan yang berada
ditengah tangki adsorber. Dimana adsorbent dileakkan ditengah kolom, lalu jatuh secara
gravitasi. Sedangkan dari batas pula masuk reaktan secara paralell (reaktan umumnya gas).

Gambar 1. Beds Vertical Adsorber


Dari gambar 1 diatas terlihat bahwa pada bagian bawah terdapat fluida untuk meneregerasi
adsorbent yang digunakan. Hal ini dimaksudkan karena pada adsorber jenis ini semakin
turun kebawah adsorbent akan menjadi jenuh, dimana penambahan reaktan untuk penyerapan
lebih lanjut tidak akan sempurna. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan penyerapan
adsorbent, digunakan fluida untuk dapat meneregerasi adsorbent tersebut. Disebut beds
karena terdapat papan untuk meletakkan granular adsorbent, karena pori-pori adsorbent
berbeda-beda, maka untuk dapat terjadi adsorpsi yang baik, maka reaktan yang masuk harus
benar-benar menempati pori yang sesuai dengan ukuran molekul dari rekatan. Beds granular
adsorbents terletak diatas dan dibawah kolom adsorber, dibawah digunakan untuk
membuang adsorbent jika adsorbent tersebut sudah tidak bisa diregenerasi lagi.

Gambar 2. Flat Screen Support (Atas Kolom


Adsorber)

Gambar 3. Conical Type of Support Removal Adsorbent


Adsorber jenis ini umumnya memiliki tinggi sekitar 45 feet dan diameter sekitar 8-10 feet.
Namun, kekurangan dari adsorber ini ialah adanya penurunan tekanan yang cukup tinggi atau
pressure drop cukup tinggi. Hal ini tidak boleh terjadi karena dapat mengakibatkan reaktan
dan fluida regenerasi tidak berkontak baik untuk proses adsorpsi ini.
1. Fixed atau Packed Beds Horizontal Adsorber
Adsorber jenis ini tidak jauh berbeda dengan adsorber yang sebelumnya, hanya saja
posisinya dalam horisontal, sehingga pressure drop dapat diminimumkan, karena umumnya
bekerja pada tekanan atmosfer. Fluida regenerasi yang digunakan ialah steam. Reaktan
berupa campuran uap-gas yang masuk dari ujung sisi kiri dikontakkan dengan beds
adsorbent. Produk keluar pada ujung kanan pada kolom adsorber.

Gambar 4.Beds Horizontal Adsorber


Terlihat bahwa steam masuk pada bagian kiri kolom adsorber, melewati screen dan
adsorbent untuk mengeringkan, lalu keluar bersama dengan gas atau uap yang tidak terserap
atau tidak teradsorpsi. Dibagian atas kolom adsorber terdapat manhole atau lubang untuk
operator adsorber masuk, umumnya operator masuk untuk memeriksa keadaan adsorber,
mengangkat adsorbent karena sudah tidak dapat diregenerasi lagi, dan sebagainya. Untuk
beds adorbent nya digunakan flat screen support.
Untuk jenis adsorber baik vertical adsorber maupun horizontal adsorber karena
menggunakan sistem packed atau fix bed maka panjang dari bed yang berisi adsorbent akan
sangat mempengaruhi proses adsorpsi, diamping itu pula kosentrasi reaktan mula-mula dan
kapasitas dari adsorbent untuk menyerap adsorbant juga berpengaruh. Hubungan hal-hal
tersebut diatas dapat digambarkan sebagai berikut ;

1. Rotary Bed Adsorber


Beranjak dari kekurangan pada kolom adsorber dimana adsorbent bergerak secara searah
dengan reaktan, yang akan mengakibatkan kesulitan dalam mengontrol kecepatan aliran dari
jatuhnya adsorbent walaupun terdapat screen support adsorbent dan juga kecepatan masuk
reaktan. Karena dua hal tersebut akan sangat mempengaruhi proses adsorpsi yang akan
terjadi. Rotary bed adsorber merupakan solusinya, dimana kolom adsorber yang berbentuk
bola akan berputar bersamaan dengan adsorbent.

Gambar 5. Rotary Bed Adsorber


Dari gambar terlihat bahwa fluida reaktan yang masuk berupa udara, adsorbent yang
digunakan ialah karbon aktif. Dimana udara berputar karena adanya gaya centrifugal dari
perputaran motor. Produk hail adsorpsi akan keluar berupa gas dan uap yang nantinya akan
dikondensasikan sehingga diperoleh produk berupa cairan. Untuk regenerasi digunakan fluida
steam yang masuk pada poros perputaran rotary bed. Sehingga dapat dikatakan bahwa
adsorbent, adsorbant, dan steam berkontak pada satu tempat.
https://radiks.wordpress.com/2012/12/03/adsorber-part-i/

3.5 Stripping
3.6 Kolom Stripper
Kolom stripper merupakan salah satu peralatan utama dalam proses distilasi karena kolom ini
berfungsi untuk mempertajam pemisahan komponen komponen, sehingga bisa
memperbaiki mutu suatu produk dengan memisahkan fraksi ringan yang tidak dikehendaki
dalam produk tersebut.

Pada dasarnya prinsip kerja kolom stripper adalah proses penguapan biasa, pada temperatur
tertentu fraksi ringan yang temperatur didihnya lebih rendah dari temperatur top kolom akan
menguap dan keluar melalui top kolom. Secara umum untuk membantu penguapan dilakukan
dengan injeksi steam atau dengan bantuan alat penukar panas reboiler untuk menaikkan
temperatur.
Ada dua macam jenis stripper yaitu :
Stripper dengan Injeksi Steam
Injeksi steam bertujuan untuk menurunkan tekanan partial diatas permukaan cairan, sehingga
fraksi ringan yang terikut ke dasar kolom stripper akan lebih mudah menguap dan kembali ke
kolom fraksinasi.
Stripper dengan Reboiler
Pemanasan kembali pada bottom solar stripper bertujuan agar terjadi penguapan. Uap dalam
reboiler mempunyai Specific Gravity (SG) yang lebih rendah dari pada SG cairan di dasar
stripper, cairan di dasar stripper akan mendorong uap kembali ke stripper dan seterusnya
menguap kembali ke kolom fraksinasi. Stripper dengan reboiler ada dua macam :
Stripper dengan Dapur Reboiler
Reboiler jenis ini banyak digunakan. Bentuknya seperti dapur yang berfungsi untuk
memanaskan fluida cair dari dasar stripper yang masih banyak mengandung fraksi fraksi
ringan yang tidak dikehendaki. Dengan bantuan pompa cairan dilewatkan melalui dapur dan
dipanaskan sampai suhu tertentu, sehingga fraksi ringan yang tidak dikehendaki didalam
produk akan teruapkan melalui puncak stripper. Dengan menguapkan fraksi ringan maka
produk dari dasar stripper flash pointnya akan naik.

Stripper dengan Thermosiphon Reboiler


Reboiler jenis ini berbentuk seperti alat penukar panas yang terdiri dari shell and tube dan
banyak digunakan pada unit yang mempunyai produk dengan temperatur yang masih tinggi
sehingga panasnya dimanfaatkan sebagai reboiler stripper.
Prinsip kerja reboiler ini bekerja atas dasar perbedaan spesific Gravity yaitu dengan adanya
pemanasan dari media pemanas cairan yang ada pada dasar stripper. Cairan yang lebih panas
mempunyai Specific Gravity lebih kecil, sehingga cairan pada dasar stripper mendesak cairan
yang berbeda pada alat penukar panas kembali ke stripper, sehingga terjadi aliran pada alat
penukar panas tersebut. Dengan adanya aliran tersebut, fraksi ringan yang masih terkandung
didasar stripper akan naik dan menguap melalui puncak stripper. Dengan demikian produk
yang diambil dari dasar stripper diharapkan sudah sesuai dengan spesifikasinya.
http://stripper-novanesk.blogspot.co.id/
Stripper dalam Arti Kimia. Stripper adalah pemisah, sedangkan prosesnya
disebut dengan stripping. Dalam Kimia dan teknik kimia, proses pemisahan
digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari
suatu campuran senyawa kimia.
Stripper dalam Arti Kimia - Sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam
dalam keadaan yang tidak murni. Biasanya, suatu senyawa kimia berada dalam
keadaan tercampur dengan senyawa lain. Untuk beberapa keperluan seperti
sintesis senyawa kimia yang memerlukan bahan baku senyawa kimia dalam
keadaan murni atau proses produksi suatu senyawa kimia dengan kemurnian
tinggi, proses pemisahan perlu dilakukan. Proses pemisahan sangat penting
dalam bidang teknik kimia. Suatu contoh pentingnya proses pemisahan adalah
pada proses pengolahan minyak bumi. Minyak bumi merupakan campuran
berbagai huuuhidrokarbon. Pemanfaatan hidrokarbon-hidrokarbon penyusun
minyak bumi akan lebih berharga bila memiliki kemurnian yang tinggi. Proses
pemisahan minyak bumi menjadi komponen-komponennya akan menghasilkan
produk LPG, solar, avtur, pelumas, dan aspal.
Secara mendasar, proses pemisahan dapat diterangkan sebagai proses
perpindahan massa. Proses pemisahan sendiri dapat diklasifikasikan menjadi
proses pemisahan secara mekanis atau kimiawi. Pemilihan jenis proses
pemisahan yang digunakan bergantung pada kondisi yang dihadapi. Pemisahan

secara mekanis dilakukan kapanpun memungkinkan karena biaya operasinya


lebih murah dari pemisahan secara kimiawi. Untuk campuran yang tidak dapat
dipisahkan melalui proses pemisahan mekanis (seperti pemisahan minyak bumi),
proses pemisahan kimiawi harus dilakukan.
Stripper dalam Arti Kimia. Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan
dengan berbagai metode. Metode pemisahan yang dipilih bergantung pada fase
komponen penyusun campuran. Suatu campuran dapat berupa campuran
homogen (satu fase) atau campuran heterogen (lebih dari satu fase). Suatu
campuran heterogen dapat mengandung dua atau lebih fase: padat-padat,
padat-cair, padat-gas, cair-cair, cair-gas, gas-gas, campuran padat-cair-gas, dan
sebagainya. Pada berbagai kasus, dua atau lebih proses pemisahan harus
dikombinasikan untuk mendapatkan hasil pemisahan yang diinginkan.
Prinsip proses pemisahan
Untuk proses pemisahan suatu campuran heterogen, terdapat empat prinsip
utama proses pemisahan, yaitu:

1. Sedimentasi

2. Flotasi

3. Sentrifugasi

4. Filtrasi

Proses pemisahan suatu campuran homogen, prinsipnya merupakan pemisahan


dari terbentuknya suatu fase baru sehingga campuran menjadi suatu campuran
heterogen yang mudah dipisahkan. Fasa baru terjadi / terbentuk dari adanya
perbedaan sifat fisik dan kimiawi masing-masing komponen. Berbagai metode
tujuh digunakan untuk terjadinya suatu fase baru sehingga campuran homogen
dapat dipisahkan adalah:
Absorpsi

1. Adsorpsi

2. Kromatografi

3. Kristalisasi

4. Distilasi

5. Evaporasi

6. Elektroforesis

7. Evaporation

8. Ekstraksi

9. Leaching

10.Ekstraksi cair-cair

11.Ekstraksi padat-cair

12.Pembekuan fraksional

13.Presipitasi

14.Rekristalisasi

15.Stripping

16.Sublimasi
http://muslimdzimmi.blogspot.co.id/2013/09/stripper-dalam-arti-kimia.html

Vous aimerez peut-être aussi