Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan
tentang
pasang
laut
sangat
diperlukan
dalam transportasi
laut
adalah
naik
atau
turunnya
samudera yang disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi bulan danmatahari. Ada tiga
sumber gaya yang saling berinteraksi: laut, matahari, dan bulan. Pasang laut
menyebabkan perubahan kedalaman perairan dan mengakibatkan arus
dikenal
sebagai
arus
pasang,
sehingga
perkiraan
kejadian
pusaran
yang
pasang sangat
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannnya praktikum mengenai pasang surut air laut adalah:
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran pasang surut dengan dan menentukan tipe
pasang surut berdasarkan grafik pasang surut.
2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis pasang surut berdasarkan konstantanya.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan menghitung beberapa kondisi muka air.
1.3 Manfaat
Manfaat dilaksanakan praktikum pengantar oseanografi mengenai pasang surut air laut ini
sebagai berikut :
1. Mampu mempersiapkan alat pengukur pasang surut.
2. Mampu melakukan pengukuran pasang surut, memplotkan data pasang surut dan
mengklasifikasi tipe pasang surut.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Definisi Pasang Surut
Gelombanggelombang laut yang paling panjang adalah yang berhubungan dengan
pasang surut, dan dikarakterisasi oleh naik dan turunnya permukaan laut yang berirama
setelah periode beberapa jam. Pasang naik biasanya disebut sebagai aliran/flow (atau
flood), sedangkan sedangkan pasang turun dinamakan (ebb). Istilah surut dan aliran pada
pasang surut juga biasa digunakan untuk mengartikan arus arus pasang itu sendiri (dan,
tentu saja, pasang flood lebih sering digunakan daripada aliran/flow). Dari awal
mulanya telah diketahui bahwa ada hubungan antara pasang surut dengan matahari dan
bulan. Pasang surut dalam keadaan tertinggi pada saat bulan purnama atau baru, dan
waktu waktu pasang surut yang tinggi pada lokasi tertentu dapat diperkirakan (tapi tidak
tepat sekali) dihubungkan dengan posisi bulan di langit. Karena pergerakan relatif bumi,
matahari, bulan cukup rumit, maka mengakibatkan pengaruh mereka akan peristiwa
pasang surut menghasilkan pola pola kompleks yang sama. Meskipun begitu, jarak gaya
gaya yang ditimbulkan oleh pasang surut dapat dirumuskan dengan tepat, walaupun
respon lautan atas gaya gaya ini dimodifikasi oleh efek efek permanen topografi dan
efek sementara dari pola pola cuaca (Dr. Agus Supangat, Pengantar Oseanografi. ITB).
Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selalu berulang dengan periode
tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh masuk kearah hulu dari muara
sungai. Pasang surut terjadi karena adanya gerakan dari benda benda angkasa yaitu rotasi
bumi pada sumbunya, peredaran bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan
mengelilingi matahari. Gerakan tersebut berlangsung dengan teratur mengikuti suatu garis
edar dan periode yang tertentu. Pengaruh dari benda angkasa yang lainnya sangat kecil
dan tidak perlu diperhitungkan.
Gerakan dari benda angkasa tersebut di atas akan mengakibatkan terjadinya
beberapa macam gaya pada setiap titik di bumi ini,yang disebut gaya pembangkit pasang
surut. Masing masing gaya akan memberikan pengaruh pada pasang surut dan disebut
komponen pasang surut, dan gaya tersebut berasal dari pengaruh matahari, bulan atau
kombinasi keduanya.
Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang
rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang
pasang surut (tidal range). Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah
gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut
bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.
Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada
dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi
dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan
baru dan bulan purnama.
Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk
sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang
rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4.
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal.
Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara
langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan
lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya
tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat
daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan
matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut.
Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi
bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
Untuk menjelaskan terjadinya pasang surut maka mula-mula dianggap bahwa bumi
benar-benar bulat serta seluruh permukaannya ditutupi oleh lapisan air laut yang sama
tebalnya sehingga didalam hal ini dapat diterapkan teori keseimbangan. Pada setiap titik
dimuka bumi akan terjadi pasang surut yang merupakan kombinasi dari beberapa
komponen yang mempunyai amplitudo dan kecepatan sudut yang tertentu sesuai dengan
gaya pembangkitnya. Pada keadaan sebenarnya bumi tidak semuanya ditutupi oleh air
laut melainkan sebagian merupakan daratan dan juga kedalaman laut berbeda beda.
Sebagai konsekwensi dari teori keseimbangan maka pasang surut akan terdiri dari
beberapa komponen yang mempunyai kecepatan amplitudo dan kecepatan sudut tertentu,
sama besarnya seperti yang diuraikan pada teori keseimbangan.
Kisaran pasang-surut (tidal range), yakni perbedaan tinggi muka air pada saat
pasang maksimum dengan tinggi air pada saat surut minimum, rata-rata berkisar antara
1m hingga 3m.
Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini
disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang
surut. Jika suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari,
maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut harian tunggal (diurnal tides), namun jika
terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe
harian ganda (semidiurnal tides). Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe
tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasut ini
digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran condong harian ganda (Mixed Tide
predominantly Semi-diurnal Tide) dan tipe campuran condong harian tunggal (Mixed Tide
predominantly Diurnal Tide). (Priyana,1994).
(AO1+AK1)
F=
___________
(AM2+AS2)
Dimana :
F 0.25
: Pasut ganda
Mean Sea Level (MSL) atau Duduk Tengah adalah muka laut rata-rata pada suatu
periode pengamatan yang panjang, sebaiknya selama 18,6 tahun.
Mean Tide Level (MTL) adalah rata-rata antara air tinggi dan air rendah pada suatu
periode waktu.
Mean High Water (MHW) adalah tinggi air rata-rata pada semua pasang tinggi.
Mean Low Water (MLW) adalah tinggi air rata-rata pada semua surut rendah.
Mean Higher High Water (MHHW) adalah tinggi rata-rata pasang tertinggi dari
dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu air
tinggi terjadi pada satu hari, maka air tinggi tersebut diambil sebagai air tinggi
terttinggi.
Mean Lower High Water (MLHW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari dua air
tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terjadi untuk
pasut harian (diurnal).
Mean Higher Low Water (MHLW) adalah tinggi rata-rata air tertinggi dari dua air
rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terdapat
pada pasut diurnal.
Mean Lower Low Water (MLLW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari dua air
rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu air rendah
terjadi pada satu hari, maka harga air rendah tersebut diambil sebagai air rendah
terendah.
Mean High Water Springs (MHWS) adalah tinggi rata-rata dari dua air tinggi
berturut-turut selama periode pasang purnama, yaitu jika tunggang (range) pasut itu
tertinggi.
Mean Low Water Springs (MLWS) adalah tinggi rata-rata yang diperoleh dari dua
air rendah berturut-turut selama periode pasang purnama.
Mean High Water Neaps (MHWN) adalah tinggi rata-rata dari dua air tinggi
berturut-turut selama periode pasut perbani (neap tides), yaitu jika tunggang (range)
pasut paling kecil.
Mean Low Water Neaps (MLWN) adalah tinggi rata-rata yang dihitung dari dua air
berturut-turut selama periode pasut perbani.
Mean Range (Tunggang Rata-rata) adalah perbedaan tinggi rata-rata antara MHW
dan MLW.
Mean Spring Range adalah perbedaan tinggi antara MHWS dan MLWS.
Mean Neap Range adalah perbedaan tinggi antara MHWN dan MLWN.
Fenomena alam tersebut merupakan gerakan periodik, maka pasang surut yang
ditimbulkan dapat dihitung dan diprediksikan (www.bakosurtanal.go.id).
Dalam penelitian lebih lanjut diketahui bahwa untuk setiap tempat yang mengalami
pasang surut mempunyai ciri tertentu yaitu besar pengaruh dari tiap-tiap komponen selalu
tetap dan hal ini disebut tetapan pasang surut. Selama tidak terjadi perubahan pada
keadaan geografinya, tetapan. tersebut tidak akan berubah. Apabila tetapan pasang surut
untuk suatu tempat tertentu sudah diketahui maka besar pasang surut untuk setiap waktu
dapat diramalkan.
10
BAB III
METODOLOGI PEKERJAAN
3.1 Waktu dan Lokasi
Praktikum pengukuran Pasang Surut dilakukan pada:
Waktu
: Jumat Minggu
Tanggal
Lokasi
Pasca Survei Hidrografi 2016 meliputi pengolahan data dan pembuatan laporan
dilaksanakan pada:
Hari
: Senin Kamis
Tanggal
No.
1.
2.
3.
4.
Nama Alat
Jumlah
Pengamatan Pasang Surut
Rambu pasang surut
1 buah
Buku pengamatan pasang surut
1 buah
Senter
1 buah
Karet ban
Secukupnya
11
Karet ban yang digunakan harus yang masih ketat atau tidak lapuk. Karet ban
digunakan untuk mengikat dikarenakan karet ban memiliki gaya gesek besar
sehingga dapat lebih bertahan ketika tergerak oleh gelombang air laut.
12
Persiapan
Orientasi Lapangan
Pengolahan Data
Selesai
Gambar 3.4. Diagram Alir Pengamatan Pasang Surut
13
Tanggal
Jum'at, 29 April 2016
Waktu
07.00 - 12.00
12.00 - 17.00
17.00 - 21.00
21.00 - 24.00
00.00 - 04.00
04.00 07.00
07.00 - 11.00
11.00 13.00
13.00 - 17.00
17.00 - 21.00
21.00 - 24.00
00.00 - 04.00
04.00 07.00
Pelaksana
Kelompok 5
Kelompok 1
Kelompok 8
Kelompok 2
Kelompok 1
Kelompok 7
Kelompok 8
Kelompok 3
Kelompok 6
Kelompok 4
Kelompok 3
Kelompok 7
Kelompok 2
14
Kloter 1
Kloter 2
Salwa Nabilah
(3513100010)
(3513100015)
M. Ibnu Aqil
(3513100043)
Amelia Fadhila
(3513100030)
Nurul Tazaroh
(3513100069)
Dinimiar Fitrah S.
(3513100076)
Renita Elizabeth S.
(3513100091)
Alif Fariqan S.
(3513100098)
Nama
Salwa Nabilah
Pembagian Tugas
(3513100010)
M. Ibnu Aqil
(3513100043)
Dinimiar Fitrah S.
(3513100076)
Renita Elizabeth S.
(3513100091)
Bab I Pendahuluan
Bab V Analisa
Amelia Fadhila
(3513100030)
Bab VI Penutup
Nurul Tazaroh
(3513100069)
Bab V Hasil
Rega Hangasta G.
(3513100085)
Bab V Analisa
Alif Fariqan S.
(3513100098)
15
BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN
4.1 Pengambilan Data Pekerjaan
Data-data yang diambil pada Pengamatan Pasang Surut, antara lain::
1. Bacaan rambu pasang surut
2. Waktu pengamatan pasang surut
Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pengamatan pasang surut selama 48 jam
dari tanggal 29 April 2016 1 Mei 2016 secara manual / dicatat pada form pengkuran
yang telah disiapkan untuk data pasut (pasang surut).
Pengamatan
Pasut
Gambar 4.1 Diagram Alir Pelaksanaan Pemasangan Pasang Surut
16
pasang surut selama 3 hari mulai 29 April 2016 pukul 07.00 sampai 1 Mei 2016
pukul 07.00 dengan selang waktu pengamatan setiap 15 menit.
Keterangan:
MSL
: Metrik pengali.
17
BAB V
HASIL DAN ANALISA
5.1 Hasil Pengamatan Pasang Surut
Adapun hasil pengamatan pasang surut selama 39 jam (Jumat, 29 April 2016 pukul
17.00 WIB s/d Minggu, 1 Mei 2016 pukul 07.00 WIB) dengan hari tengah pengukuran
adalah Sabtu, 17 Mei 2014 pukul 12.00 WIB adalah sebagai berikut.
Tabel 5.1 Data Hasil Pengamatan Pasang Surut
DATA PASUT
NO
TGL
WAKTU
TINGGI PASUT
(H)
METRIK PENGALI
(F)
HASIL (HxF)
4/29/2016
17
0.66
0.66
18
0.44
19
0.4
0.4
20
0.35
21
0.55
22
0.8
0.8
23
1.06
1.31
1.31
1.36
1.36
10
1.38
11
1.18
2.36
12
1.01
13
0.8
0.8
14
0.72
0.72
15
0.685
16
0.81
1.62
17
0.9
0.9
18
10
1.15
1.15
19
11
1.41
2.82
20
12
1.585
21
13
1.66
3.32
22
14
1.628
1.628
23
15
1.465
1.465
24
16
1.16
2.32
25
17
0.95
26
18
0.678
0.678
27
19
0.495
0.495
28
20
0.43
29
21
0.49
0.98
4/30/2016
18
30
22
0.67
31
23
0.855
0.855
1.02
1.02
33
1.195
34
1.35
1.35
35
1.254
36
1.15
37
1.11
1.11
38
0.97
39
0.91
0.91
32
4/1/2016
Untuk mendapatkan nilai Mean Sea Level (MSL), data pengukuran tersebut
dilakukan perhitungan dengan metode Doodson. Metode ini memiliki matriks pengali
untuk waktu pengamatan 1-19 jam. Adapun nilai matriks pengali pada metode Doodson
adalah sebagai berikut.
Tabel 5.2 Matriks Pengali Data Pasang Surut
Adapun perhitungan MSL (Mean Sea Level) menggunakan Metode Dodsoon adalah
sebagai berikut.
MSL =
{(1x0,66)+(0x0,44)+(1x0,4)+(0x0,35)+(0x0,55)+(1x0,8)+(0x1,06)+(1x1,31)+(1x1,36)+(
0x1,38)+(2x1,18)+(0x1,01)+(1x0,8)+(1x0,72)+(0x0,685)+(2x0,81)+(1x0,9)+(1x1,15)+(2
x1,41)+(0x1,585)+(2x1,66)+(1x1,628)+(1x1,465)+(2x1,16)+(0x0,95)+(1x0,678)+(1x0,49
5)+(0x0,43)+(2x0,49)+(0x0,67)+(1x0,855)+(1x1,02)+(0x1,195)+(1x1,35)+(0x1,254)+(0x
1,15)+(1x1,11)+(0x0,97)+(1x0,91) = 1.03436667
MSL = (HxF)/F =
LWL
HWL
1.03436667
0.35
1.66
19
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
Series1
0
1
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Gambar 5.1 Grafik Pasang Surut Pantai Prigi 29 April-1 Mei 2016
20
Pengolahan data pasang surut dilakukan dengan metode Doodson 39 jam untuk
mendapatkan nilai permukaan air laut rata-rata (MSL), pasang tertinggi (HWL), dan
surut terendah (LWL).
Ketika pengamatan pasang surut dilakukan pada tanggal 29 April-1 Mei 2016
dengan selang waktu pengamatan yakni 15 menit, dihasilkan dua kali pasang dan dua kali
surut dengan selang tinggi dan selang periode yang hampir sama, sehingga dapat
disimpulkan hal ini termasuk dalam tipe pasang surut harian ganda (semi diurnal tide).
Yang penjelasannya dapat dilihat di bawah ini :
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Pukul
Bacaan (m)
02.30
1.360
07.00
0.685
13.30
1.640
20.15
0.425
Selain itu, dari data yang diperoleh pada saat pengukuran, pasang tertinggi terjadi
pada tanggal 29 April 2016 pada pukul 12:45 dengan nilai 1.980 m sedangkan surut
terendah terjadi pada tanggal 29 April 2016 pada pukul 20.00 dengan nilai 0.35 m. Dapat
disimpulkan bahwa pada daerah pantai prigi mengalami pasang tertinggi pada siang hari
dan surut terendah pada malam hari.
21
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat setelah melakukan pengamatan pasang surut air laut pada
Jumat, 29 April 2016 pukul 17.00 WIB s/d Minggu, 1 Mei 2016 pukul 07.00 WIB adalah
sebagai berikut :
1. Dalam pengamatan pasang surut tinggi muka air tertinggi adalah 1.980 m, terendah
adalah 0.35 m dan tinggi pasut rata-rata adalah 1.034566667 m dan dianggap sebagai
MSL.
2. Pengamatan pasang surut dilakukan selama 39 jam dengan interval pengamatan setiap
15 menit.
3. Tipe pasang surut di Pantai Prigi adalah pasang surut harian ganda karena dalam satu
hari terjadi dua kali pasang surut secara berurutan.
6.2 Saran
Adapun saran untuk laporan sebagai berikut :
1. Sebelum dilakukan pengamatan pasut harus ada persiapan terlebih dahulu seperti
pengecekan rambu ukur apakah rambu sudah sesuai.
2. Jika pengamatan pasang surut dilakukan pada malam hari dan muka air laut yang
terkena rambu pasang surut tidak terlihat jelas maka gunakan senter dan kamera
digital.
3. Agar pemasangan rambu pasang surut harus benar-benar kuat dan tidak bergesergeser. Maka, rambu pasang surut harus diikat kuat dengan karet ban.
22
DAFTAR PUSTAKA
Adiatman. 2014. Laporan Pasang Surut. dawrenlee.blogspot.co.id, diakses pada 10 Mei 2016
pukul 8:00
Akhmad,
Nur.
2013.
Macam-macam
Tipe
Pasang
Surut
di
Indonesia.
23
LAMPIRAN
Personil Kelompok 1
Personil Kelompok 1
24
25
26