Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat adalah suatu zat yang dimaksud untuk manusia untuk
mengurangi rasa sakit, menghambat, atau mencegah penyakit yang
menyerangnya. Obat yang diberikan pada pasien tersebut harus melalui
banyak proses di dalam tubuh. Dan bahan obat yang diberikan tersebut,
dengan cara apapun juga harus memiliki daya larut dalam air untuk
kemanjuran terapeutiknya.
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk
sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat
penting artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari
kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap
ke dalam tubuh.
Suatu bahan obat yang diberikan dengan cara apapun dia harus
memiliki daya larut dalam air untuk kemanjuran terapeutiknya. Senyawasenyawa yang relatif tidak dapat dilarutkan mungkin memperlihatkan
absorpsi yang tidak sempurna, atau tidak menentu sehingga menghasilkan
respon terapeutik yang minimum. Daya larut yang ditingkatkan dari
senyawa-senyawa ini mungkin dicapai dengan menyiapkan lebih banyak
turunan yang larut, seperti garam dan ester dengan teknik seperti
mikronisasi obat atau kompleksasi.
Dalam bidang farmasi, laju disolusi sangat diperlukan karena
menyangkut tentang tentang waktu yang dibutuhkan untuk penglepasan obat
dalam bentuk sediaan dan diabsorbsi dalam tubuh. Jadi, semakin cepat
disolusinya maka makin cepat pula obat atau sediaan memberikan efek
kepada tubuh.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Menentukan kecepatan disolusi suatu zat
2. Menggunakan alat penentu kecepatan disolusi suatu zat
3. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi suatu
zat.
DISOLUSI
DISOLUSI
berturut-turut dalam lambung dan dalam usus halus. Proses melarutnya
suatu obat disebut disolusi (Ansel, 1985).
Bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan dalam saluran
cerna, obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya.
Kalau tablet tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padat juga mengalami
disintegrasi menjadi granul-granul, dan granul-granul ini mengalami
pemecahan menjadi partikel-partikel halus. Disintegrasi, deagregasi dan
disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari
bentuk dimana obat tersebut diberikan (Martin, 1993).
Kecepatan disolusi adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya
suatu zat terlarut dalam pelarut tertentu setiap satuan waktu. Persamaan
kecepatan menurut Noyes dan Whitney sebagai berikut (Ansel, 1993):
dM.dt-1
: Kecepatan disolusi
: Koefisien difusi
Cs
Suhu
Meningginya suhu umumnya memperbesar kelarutan (Cs) suatu zat
yang bersifat endotermik serta memperbesar harga koefisien difusi zat.
Menurut Einstein,koefisien difusi dapat dinyatakan melalui persamaan
berikut (Martin, 1993):
2.
: koefisien difusi
: jari-jari molekul
: konstanta Boltzman
: viskositas pelarut
: suhu
Viskositas
DISOLUSI
Turunnya viskositas pelarut akan memperbesar kecepatan disolusi
suatu zat sesuai dengan persamaan Einstein. Meningginya suhu juga
menurunkan viskositas dan memperbesar kecepatan disolusi.
3.
pH pelarut
pH pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat yang
bersifat asam atau basa lemah.
Untuk asam lemah:
Jika (H+) kecil atau pH besar maka kelarutan zat akan meningkat.
Dengan demikian, kecepatan disolusi zat juga meningkat.
Untuk basa lemah:
Jika (H+) besar atau pH kecil maka kelarutan zat akan meningkat.
Dengan demikian, kecepatan disolusi juga meningkat.
4.
Pengadukan
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi (h).
jika pengadukan berlangsung cepat, maka tebal lapisan difusi akan cepat
berkurang.
5.
Ukuran Partikel
Jika partikel zat berukuran kecil maka luas permukaan efektif
menjadi besar sehingga kecepatan disolusi meningkat.
6.
Polimorfisme
Kelarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya polimorfisme.
Struktur internal zat yang berlainan dapat memberikan tingkat kelarutan
yang berbeda juga. Kristal meta stabil umumnya lebih mudah larut
daripada bentuk stabilnya, sehingga kecepatan disolusinya besar.
7.
DISOLUSI
1.
Metode Suspensi
Serbuk zat padat ditambahkan ke dalam pelarut tanpa pengontrolan
terhadap luas permukaan partikelnya. Sampel diambil pada waktu-waktu
tertentu dan jumlah zat yang larut ditentukan dengan cara yang sesuai.
2.
POM, 1995) :
1.
Alat terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan
transparan yang inert, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor
dan keranjang yang berbentuk silinder dan dipanaskan dengan tangas air
2.
OH
DISOLUSI
NHCOCH3
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Kegunaan
: Sebagai sampel.
2.3 Prosedur Kerja
a. Pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat
Isilah bejana dengan 900 ml
Pasang thermostat pada suhu 300C
Jika suhu air di dalam bejana sudah mencapai suhu 30 0C, masukkan 2
rpm
Ambil sebanyak 20 ml air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15,
20, 25, dan 30 menit setelah pengadukan. Setiap selesai pengambilan
DISOLUSI
Lakukan percobaan yang sama untuk kecepatan 100 dan 150 rpm
Tabelkan hasil yang diperoleh
Buat kurva antara konsentrasi paracetamol yang diperoleh dengan
DISOLUSI
DISOLUSI
Konsentrasi (ppm)
12
17
24
36
48
a = 0,021
absorban
0,2
0,28
0,41
0,57
0,76
b = 0,015
r = 0,998
b. Data serapan Tablet parasetamol 500 mg
Suhu 250C
0,016
0,097
0,191
0,268
0,358
0,430
0,494
Waktu (menit)
0
5
10
15
20
25
30
Suhu 370C
0,025
0,413
0,250
0,371
0,498
0,958
1,078
Konsentrasi (ppm)
Suhu 250C
0,333
5,066
11,333
16,446
22,466
27,266
31,533
Rumus : y = a + b
y a
b
Suhu 250C.
0,0160,021
= 0,333
0,015
0,0970,021
2. Menit 5 :
= 5,066
0,015
0,1910,021
3. Menit 10 :
= 11,333
0,015
1. Menit 0 :
Suhu 370C
0,266
26,133
15,266
23,333
31,8
61,933
70,466
DISOLUSI
0,2680,021
0,015
0,3580,021
5. Menit 20 :
0,015
0,4300,021
6. Menit 25 :
0,015
0,4940,021
7. Menit 30 :
0,015
4. Menit 15 :
= 16,466
= 22,466
= 27,266
= 31,533
Suhu 370C.
0,0250,021
= 0,266
0,015
0,4130,021
2. Menit 5 :
= 26,133
0,015
0,2500,021
3. Menit 10 :
= 15,266
0,015
0,3710,021
4. Menit 15 :
= 23,333
0,015
0,4980,021
5. Menit 20 :
= 31,8
0,015
0,9500,021
6. Menit 25 :
= 61,933
0,015
1,0780,021
7. Menit 30 :
= 70,466
0,015
d. Perhitungan jumlah obat terkoreksi
1. Menit 0 :
Waktu
Konsentrasi
Faktor
(menit)
(mg)
Koreksi
0
0,299
0
5
4,559
0,0016
10
10,199
0,0269
15
14,819
0,0835
20
20,219
0,1650
25
24,539
0,2781
30
29,379
0,4144
Perhitungan :
V . yangdiambil
xkons .+ Fk . Sebelumnya
Fk =
V . Medium
Volume yang diambil = 5 mL
Volume medium
= 900
5
x 0,299+ 0=0,0016
1.
900
5
x 4,559+0,0016=0,0269
2.
900
AYU MELINDAANDI MIFTAHUL JANNAH
15020140081
Jumlah Obat
Terkoreksi (mg + fk)
0,299
4,5606
10,2259
14,49025
20,3848
24,8171
28,7934
DISOLUSI
3.
4.
5.
6.
5
x 10,199+ 0,0269=0,0835
900
5
x 14,819+ 0,0835=0,1658
900
5
x 20,219+ 0,1658=0,2781
900
5
x 24,539+ 0,2781=0,4144
900
mg + fk
1. 0 + 0,0299 = 0,299
2. 0,0016 + 4,559 = 5,5606
3. 0,0269 + 10,199 = 10,2259
4. 0,0835 + 14,819 = 15,654
5. 0,1658 + 20,219 = 20,3848
6. 0,2781 + 24,539 = 24,8171
7. 0,4144 + 28,379 = 28,7934
e. Perhitungan Efisiensi Disolusi (%ED)
Waktu
(menit)
0
5
10
15
20
25
30
Luas bidang A
0,747
12,149
36,96
64,69
90,09
113,004
134,026
Luas A + B
E%ED30
(luas bidang A/luas
A+B) x 100%
%ED =
492,881 x
30 menit
=14786,43
luasbidangA
x 100
luasbidanA + B
450,919
x 100
=
14786,43
= 3,0495 %
0,299+ 4,5606
x ( 50 )=12,14
2
4,5606+10,2259
x ( 105 ) =36,96
2
10,2259+15,654
x (1510)=64,69
2
15,654 +20,3848
x ( 2015 ) =90,09
2
20,3848+ 24,8171
x ( 2520 )=113,004
2
24,8171+28,7934
x ( 3025 )=134,0
2
4.2 Pembahasan
DISOLUSI
Disolusi obat adalah suatu proses hancurnya obat (tablet) dan
terlepasnya zat-zat aktif dari tablet ketika dimasukkan ke dalam saluran
pencernaan dan terjadi kontak dengan cairan tubuh.
Pada percobaan kali ini dilakukan uji laju disolusi terhadap tablet
gliseril guaiakolat. Tujuan dilakukannya uji laju disolusi yaitu untuk
mengetahui seberapa cepat kelarutan suatu tablet ketika kontak dengan
cairan tubuh, sehingga dapat diketahui seberapa cepat keefektifan obat yang
diberikan tersebut.
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu penentuan bentuk-bentuk sediaan
yang akan dibuat sesuai dengan sifat zat aktif sehingga dicapai kecepatan
pelarutan dalam cairan tubu sehingga dicapai kecepatan pelarutan dalam
cairan tubuh sehingga cepat diabsorbsi dan cepat memberikan efek
farmakologinya
Secara umum mekanisme disolusi suatu sediaan dalam bentuk tablet
yaitu tablet yang ditelan akan masuk ke dalam lambung dan di dalam
lambung akan dipecah, mengalami disintegrasi menjadi granul-granul yang
kecil yang terdiri dari zat-zat aktif dan zat-zat tambahan yang lain. Granul
selanjutnya dipecah menjadi serbuk dan zat-zat aktifnya akan larut dalam
cairan lambung atau usus, tergantung di mana tablet tersebut harus bekerja.
Percobaan ini dilakukan untuk menetukan laju disolusi suatu obat
(paracetamol). Aadapun mekanisme dari amoxicilin pada pemberian secara
oral (psoses absorbsi di dalam tubuh) yaitu amoxicilin dimasukkan ke dalam
saluran cerna dalam bentuk padatan, amaka sebagian zat tersbut akan
mengalami disintegrasi menjadi granul-granul dan granul-granul ini akan
dipecah menjadi partikel-partikel halus (disebut degranulasi). Kemudian
disolusi dalam cairan tubuh, kemudian diabsorbsi ke dalam darah atau
cairan tubuh lainnya dan diikat ole reseptor setela itu baru memberikan efek
terhadap tubuh.
Pada percobaan ini akan ditentukan tetapan disolusi dari tablet
paracetamol 500 mg dalam media air suling, dimana besarnya tetapan
tersebut menunjukkan cepat lambatnya disolusi atau kelarutan dari tablet
paracetamol tersebut. Di sini digunakan air suling sebagai media disolusi
karena air merupakan cairan penyususn utama dalam tubuh manusia, jadi
AYU MELINDAANDI MIFTAHUL JANNAH
15020140081
DISOLUSI
diumpamakan obat berdisolusi di dalam tubuh. Selain itu juga karena
paracetamol kelarutannya dalam air sangat baik.
waktu larutandiambil, harus diusahakan pada bagian yang sama dari
cairan, yaitu tepat di samping keranjang sampel, sebab pada bagian tersebut
zat aktif langsung keluar dari keranjang dan dapat dipipet dengan tepat.
Pemipetan yang dilakukan pada tempat yang berbeda dapat mengakibatkan
perbedaan kadar zat aktif yang sangat besar. Dilakukan tiga kali agar hasil
yang diperoleh dapat dibandingkan.
Pemipetan dilakukan pada waktu yang berbeda-beda untuk melihat
kapan paracetamol akan terdisolusi dengan optimal pada media pelarut. Dari
hasil yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa mula-mula paracetamol akan
terdisolusi dengan lambat dan lama kelamaan akan bertambah cepat. Setelah
terdisolusi sempurna zat aktif akan diabsorbsi, dimetabolisme, dan
kemudian akan memberikan efek terapi jika obat berada dalam tubuh.
Hasil yang diperoleh pada percobaan untuk data kurva baku pada ppm
12 absorbannya 0,2;ppm 17 absorbannya 0,28; ppm 24 absorbannya
0,41;ppm 36 absorbannya 0,57 dan untuk ppm 48 absorbannya 0,76.
Konstanta laju disolusi paracetamol yaitu 7,9 x 10-3 mg/menit. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin banyak waktu yang dibutuhkan oleh
suatu obat untuk berdisolusi maka semakin tinggi pula konsentrasi (Kadar)
zat tersebut dalam cairan (media pelarut).
Adapun Faktor-faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi hasil
yang diperoleh dalam percobaan kali ini antara lain :
o Suhu larutan disolusi yang tidak konstan.
o Ketidaktepatan jumlah dari medium disolusi, setelah dipipet beberapa
ml.
o Terjadi kesalahan pengukuran pada waktu pengambilan sampel
menggunakan pipet volume.
o Terdapat kontaminasi pada larutan sampel.
o Suhu yang dipakai tidak tepat.
DISOLUSI
mg/menit.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih aktif lagi dalam melakukan praktikum dan
hati-hati dalam menggunakan alat laboratorium agar tidak terjadi kesalahan
yang tidak diinginkan.
DISOLUSI
DAFTAR PUSTAKA
Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press: Jakarta
Ansel. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press: Jakarta
Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta, 90, 96, 412, 675.
Martin, Alfred, 1993. Farmasi Fisik. Universitas Indonesia Press: Jakarta