Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
1. Arifin Maulana
2. Mustika K.R
3. Qosos Qolbi.I
4. Tarsu Masfur
5. Teguh Andian
6. Titin Kurniasih
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................
1.2 Rumusan masalah......................................................................................................
1.3 Tujuan........................................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN ..................................................................................................
2.1 Definisi ......................................................................................................................
2.2 Etiologi ......................................................................................................................
2.3 Patofisiologi...............................................................................................................
2.4 Pathways....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berdasarkan data statistik, peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS diindonesia begitu cepat. Ternyata
dasar penularan awal epidemi ini disebabkan oleh jarum suntik. Diperkirakan saat ini terdapatlebih dari
1,3 juta penderita HIV/AIDS akibat jarum suntik. Jika terus berlanjut makan diperkirakan tahun 2020
jumlah itu akan meningkat menjadi 2,3 juta orang.
Dan sebagai mahasiswa keperawatan perlu memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS dan
penatalaksanaaannya secara komprehensif.
Adapun yang melatarbelakangi penulisan makalah ini selain tugas kelompok dan juga merupakan
materi bahasa mata kuliah KMB . dimana mahasiswa dari setiap kelompok akan membahas materi,
sesuai judul masing-masing yang telah ditugaskan kepada masing-masing kelompok. Dalam makalah
ini akan dibahas tentang Asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS yang merupakan penyakit yang
menyerang sistem kekebln tubuh manusia, yang dapat memudahkan atau membuat rentan si penderita
terhadap penyakit dari luar maupun dari dalam tubuh. AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Human Immuno deficiency virus HIV.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIV/AIDS
Konsep Dasar
Definisi
Acquired : berarti didapat, bukan keturunan
Immune : terkait dengan system kekebalan tubuh kita.
Deficiency : berarti kekurangan
Syndrome : berarti penyakit dengan kumpulan gejala, bukan gejala tertentu.
A.
2.1
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar
limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus
yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam
respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain
dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel
yang
terinfeksi.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi
sel
T
penolong.
2.4
Pathways
HIV masuk ke dalam tubuh manusia
Infeksi opurtinistik
Sist pernafasan
Sist Pencernaan
Peradangan pd
Sulit menelan
Mual
Ggn pertukaran
gas suhu
Peradangan kulit
Sesak, demam
Cairan output
Intake kurang
Timbul lesi/
Penurunan
Turgor kulit
Bersisik
Perubahan
Proses Fikir
Kesadaran, kejang
Nyeri kepala
Gatal, nyeri
Ggn pemenuhan
Bibir kering
Infeksi ssp
bercak putih
Sist Neurologis
Peristaltik
Sist. Integumen
Infeksi jamur
Jaringan paru
nyeri
nutrisi
2.5 Manifestasi
Klinis
Menurut WHO:
1) Gejala mayor
Penurunan BB 10%
Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan
Diare kronis
Tuberkulosis
2) Gejala minor
Koordinasi orofaringeal
Batuk menetap lebih dari 1 bulan
Kelemahan tubuh
Berkeringat malam
Hilang nafsu makan
Infeksi kulit generalisata
Limfodenopati
Herpes zoster
Infeksi herpes simplek kronis
Pneumonia
Sarkoma kaposi
Manifestasi Klinis
Stadium
I
II
III
d. Kandidiasi orofaringeal
e. Oral hairy leukoplakia
f.
TB Paru dalam tahun terakhir
g. Infeksi bacterial yang berat seperti: pneumonia dan
piomiositish
IV
Pada umumnya sangat lemah, aktivitas di tempat tidur lebih
dari 50%
a. HIV wasting syndrome seperti: yang didefenisikan oleh
CDC
b. Pneumonia pneumocytis carinii
c.
Toksoplasmosis otak
d. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan
e. Retinitis virus sitomegalo
f.
Kriptokokosis extra pulmonal
g. Herpes simplex mukokutan > 1 bulan
h. Leukoensepalopati multifokal progresif
i.
Mikosis disminata seperti histoplasmosis
j.
Kandidiasis disofags, trakea, bronkus dan paru
k.
Mikobakteriasis atipikal diseminata
l.
Septisemia salmonelosis nontifoid
m. Tuberkulosis di luar paru
n. Limfoma
o. Sarkoma Kaposi
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian.
Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta
responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
1. Serologis
- Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi
bukan merupakan diagnosa
- Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya
komplikasi lain
b.
Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
d.
Biopsis
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
b. Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun
akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody
terbentuk dalam 3 12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 12 bulan. Hal ini
menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes
positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah
dan memudahkan evaluasi diagnostic.
Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji
kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau
plasma. Tes tersebut, yaitu :
1. Tes Enzym Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human
Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya
menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam darahnya terdapat antibody
Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut seropositif.
2. Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan
seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)
3. Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
4. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
c. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV)
untuk melacak perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein
virus p24, pemerikasaan p24 antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV 1.
tapi kadar p24 pada penderita infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat
rendah, pasien dengantiter p24 punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari
menjadi AIDS.
Pemeriksaan ini digunakan dengan tes lainnya untuk mengevaluasi efek anti virus.
Pemeriksaan kultur Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau kultur plasma
kuantitatif dan viremia plasma merupakan tes tambahan yang mengukur beban virus (
viral burden )
2.7 Komplikasi
Pada penderita HIV/AIDS dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang berupa
infeksi oportunistik, yaitu :
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis
Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan
berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
- kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency
Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan
motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
- Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala,
malaise, demam, paralise, total / parsial.
-. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
- Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci
Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi,
dan dehidrasi.
- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal
dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus,
dan
strongyloides
dengan
efek
nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa
terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
- Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan
efek nyeri
9.
Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan pasien dengan AIDS untuk sementara ini masih bersifat
memperpanjang hidup bagi orang dengan AIDS dan memperbaiki kualitas hidupnya.
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat membasmi virus HIV. Walaupun
demikian, akhir-akhir ini terdapat racikan baru yang dapat mengurangi kecepatan
pertumbuhan HIV dan dianggap potensial untuk mengatasi AIDS.
Dalam
penatalaksanaan
AIDS
dapat
dibagi
dalam
:
a.
Pengobatan
Supportif
Tujuan pengobatan ini adalah untuk meningkatkan keadaan umum pasien.
Pengobatan ini terdiri atas pemberian gizi yang sesuai, oabt sistemik, serta vitamin.
Disamping itu perlu diupayakan dukungan psikososial agar pasien dapat melakukan
aktivitas
seperti
semula.
b.
Pengobatan
infeksi
Oportunistik
Tujuan utama dari penatalaksaan pasien AIDS yang sakit kritis adalah
menghilangkan, mengendalikan, atau pemulihan infeksi oportunistik, infeksi
nasokomial, atau sepsis. Penatalaksanaan infeksi oportunistik diarahkan pada
dukungan terhadap sistem-sistem yang terlibat. Digunakan agent-agent farmakologik
spesifik untuk mengidentifikasi organisme dan juga agent-agent eksperimental untuk
organisme tidak umum. Pengobatan kanker yang terkait AIDS yaitu limfoma
malignum, sarkoma kaposi dan karsinoma serviks infasif disesuaikan dengan standar
terapi penyakit kanker.
c.
Obat
Anti
Retroviral
Obat ini bertujuan untuk mengurangi/menghilangkan HIV dalam tubuh. Penelitian
terakhir menunjukkan bahwa kombinasi obat anti retroviral dapat menurunkan secara
tajam virus lokal didarah, bahkan juga dikelenjarv limfe. Obat ini diberikan dalam
bentuk kombinasi golongan RTI (Reverse Transcriptase Inhibitor) dan PI (Protease
Inhibitor). Dewasac ini terapi standar yang banyak dianut adalah kombinasi RTI dan
PI . obat yang tergolong RTI : Azidotimidin (AZT), didoracin (DDO), Dideoksisitidin
(DDC), Stavodin(D4T). PI : Indinovir, Ritonovir, Sogwinovir, Navirovir.
2.8Pencegahan :
Ada bebrapa cara yang bisa ditempuh untuk mengurangi penularan penyakit ini, yaitu
:
1) Kontak seksual harus dihindari dengan orang yang diketahui AIDS dan oarang
yang
sering
menggunakan
obat
bius
secara
intra
vena.
2) Hubungan seksual dengan orang yang mempunyai teman kencan AIDS,
memberikan
kemungkinan
lebih
besar
mendapat
AIDS.
3) Orang yang menggunakan intar vena dapat dikurangi dengan cara memberantas
kebiasaan buruk untuk dan melarang penggunaan jarum suntik bersama.
4)
Lingkungan
merubah
perilaku/megadakan
penyuluhan
kesehatan.
5)
Ibu
mengidap
HIV
dianjurkan
tidak
menyusui
bayinya.
6) Untuk jangka pendek, meningkatkan kewaspadaan sendiri, mungkin dengan
deteksi AIDS dan kondomisasi kelompok resiko tinggi.
EXIT: keluar.
SUFFICIENT: cukup
ENTER: masuk.
HIV keluar dari tubuh dalam jumlah cukup dan dalam keadaan hidup masuk ke
dalam tubuh lain.
HIV tidak menular melalui:
1. Gigitan nyamuk
2. Bersalaman, Bersentuhan
3. Pelukan, Ciuman
4. Menggunakan Alat makan bersama
5. Tinggal Serumah
6. Menggunakan Jamban yang sama
2.9 Contoh Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN TN. JHD HIV AIDS
DI RUANG TROPIK LAKI RSDS SURABAYA
TANGGAL 05 07 DESEMBER 2001
Pengkajian
I.
Biodata.
A. Identitas pasien.
1.
Nama
2.
Suku/bangsa
: Banten/Indonesia.
3.
Agama
: Kristen Katholik
4.
Status perkawinan
: Belum kawin
5.
Pendidikan/pekerjaan
: STBA Makasar
6.
: Indonesia
7.
Alamat
2. Minum
B.
Eliminasi
D. Aktivitas
E. Kebersihan diri
Jarang dilakukan.
F. Rekreasi
Di rumah sakit
VI. Psikososial.
A. Psikologis : pasien belum tahu penyakit yang dialaminya, klien hanya merasa
ditelantarkan oleh teman dan keluarganya. Klien punya kaka di Bandung,
tetapi sejak lama tidak berkomunikasi.Klien tidak percaya dengan kondisinya
sekarang. Mekanisme koping pasrah. Klien ingin diperlakukan manusiawi.
Kepala. Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala nampak kotor dan
berbau.
2.
3.
4.
Hidung (penciuman). Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum,
epistaksis, rhinoroe, peradangan mukosa dan polip. Fungsi penciuman
normal.
5.
6.
Mulut dan gigi. Ada bau mulut, perdarahan dan peradangan tidak ada, ada
karang gigi/karies. Lidah bercak-bercak putih dan tidak hiperemik serta tidak
ada peradangan pada faring.
7.
Leher. Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba, tekanan vena
jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku kuduk/tengkuk.
8.
Thoraks. Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal. Auskultasi bunyi
paru normal. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada murmur.
9.
Abdomen. Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak membesar,
ada nyeri tekan, perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit.
10. Repoduksi
Penis normal, lesi tidak adai.
11. Ekstremitas
Klien masih mampu duduk berdiri dan berjalan sedikit, tetapi cepat lelah.
Ektremitas atas kanan terdapat tatoo dan pada tangan kiri tampak tanda
bekas suntikan.
12. Integumen.
Kulit keriput, pucat, akral hangat.
VIII. Pemeriksaan penunjang
A. Laboratorium :
Tanggal 10-1 2002
Hb
: 8,7
Leukosit
: 8,8
Trombosit
: 208
PCV
: 0,25
Diet TKTP
RL 14 X/mnt
Cotimoxazol
: 2 X II tab
Corosorb
: 3 X 1 tab
Valium
: 3 X 1 tab
Analisa data
Data pendukung
1. Subyektif :
Pasien mengatakan lemah, cepat lelah, bila
melaukan aktivitas, terbatas.
Obyektif :
Keadaan umum lemah, pucat,
ADL sebagian dibantu, pasien partial care.
2. Subyektif :
Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan,
saat menelan sakit, mengatakan tidak bisa
menghabiskan porsi yang disiapkan.
Obyektif :
Lemah, 4 hari tidak makan, mulut
kotor, lemah, holitosis, lidah ada bercakbercak keputihan, Hb 8,7g/dl, pucat,
konjungtiva anemis.
3. Subyektif :
Pasien mengatakan diare sejak 1 bulan yang
lalu, mengatakan menceret 5-7 kali/hari,
kadang demam dan keringat pada malam
hari, minum 2-3 gelas/hari.
Obyektif :
Turgor masih baik, inkontinensia alvi, BAB
encer, membran mukosa kering, bising usus
meningkat 20 X/menit
4. Subyektif :
Pasien mengatakan kadang demam.
Obyektif :
Nadi 120 X/menit, RR 22 X/menit, TD 110/70
mmHg, suhu 37,8.
Masalah
Etiologi
Aktivitas
Kelemaha
Nutrisi
Intake yan
tidak adeku
Diare
Intake kura
Resiko Infeksi
Immunocopr
se
Harga diri
rendah
2.
3.
4.
5.
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil
Resiko melakukan Setelah 4 hari klien
1.
bunuh diri b.d
tidak
2.
keputusasaan.
membahayakan dirinya
sendiri secara fisik.
3.
4.
Perencanaan Keperawatan
Intervensi
Waspada pada setiap ancaman bunuh diri
Jauhkan semua benda berbahaya dari
to
lingkungan klien
u
Observasi secara ketat
Observasi jika klien minum obat
b
Gangguan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan intake
yang inadekuat.
Kekurangan
cairan tubuh
berhubungan
dengan diare.
Intolerans
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan.
Resiko tinggi
infeksi
ti
(B
berhubungan
dengan
imunokompromis
e, malnutrisi dan
pola hidup yang
beresiko.
komplikasinya dengan
invasif. Cuci tangan sebelum meberikan
kriteria tak ada tandatindakan.
tanda infeksi baru, lab 3. Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar
tidak ada infeksi
terhadap lingkungan yang patogen.
oportunis, tanda vital 4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai
dalam batas normal,
order.
tidak ada luka atau
5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai order
eksudat.
2.
10,30
Ja
S:
n
O: l
A:
P
4.
10.30
11.00
5.
10.30
6.
12.00
Ja
S:
7. Monitor intake dan ouput
se
8. Anjurkan untuk minum peroral
O: p
9. Atur pemberian infus dan eletrolit : RL 20 tetes/menit.
m
10.Kolaborasi pemberian antidiare antimikroba
A:
P
4. Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas
Ja
5. Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak
S:
mampu
O: p
6. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak
p
mengganggu istirahat.
A:
P
7. Monitor tanda-tanda infeksi baru.
Ja
8. gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci S :
tangan sebelum meberikan tindakan.
O: T
9. Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap
p
lingkungan yang patogen.
A:
10. Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.
u
11. Atur pemberian antiinfeksi sesuai order
P
1. Mengkaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan
Ja
perawatannya : sedih melihat kondisi pasien, keluarga
S:
mengatakan menyesal mengapa tidak mengetahui
m
bahwa suami mengkonsumsi putaw yang akhirnya seperti O: m
sekarang ini.
A:
2. Mendengarkan keluarga mengungkapkana perasaan
p
secara verbal
P
3. Menjelas kepada keluarga tentang penyakit dan
transmisinya.
1.
2.
17.00
1.
2.
3.
4.
3.
17.00
1.
2.
3.
4.
5.
4.
17.00
1.
2.
5.
19.00
1.
2.
1.
Jumat, 07 12 2001
10.00
2.
10.30
Ja
S:
O: m
X
A:
P: t
m
Mengkaji kemampuan mengunyah dan menelan.
Ja
Menganjurkan untuk gosok gigi sebelum makan.
S:
Menganjurkan untuk makan makanan ringan seperti
n
biskuit atau roti
O: l
Menganjurkan untuk menggunakan kumur betadin
ko
A:
P
Mengkaji tanda-tanda dehidrasi.
Ja
Memonitor intake dan ouput
S:
Mengannjurkan untuk minum peroral sesuai kemampuan ka
pasien.
O: p
Mengatur pemberian infus RL 20 tetes/menit.
m
Menyiapkan obat Cotriomiksasol dan hidrase untuk
A:
diminum
P
Menganjurkan isteri pasien untuk mempertahankan
Ja
metode mencegah transmisi HIV.
S:
Menggunakan darah dan cairan tubuh precaution
O: T
(universal precaution) bila merawat pasien dengan
p
menggunakan masker.
A:
u
P
Ja
Mendengarkan keluarga mengungkapkana perasaan
S:
secara verbal
su
Menjelas kepada keluarga tentang penyakit dan
ti
transmisinya.
O: m
A:
p
P
Ja
Mengkaji nyeri pasien dan menganjurkan untuk
S:
menjelaskan nyerinya.
O: m
X
A:
P: t
m
Menganjurkan oral hygiene sebelum makan yaitu
Ja
menggosok gigi atau kumur-kumur.
S:
n
O: l
A:
3.
14.00
1.
2.
4.
14.00
5.
14.30
6.
15.00
1.
2.
P
Menganjurkan untuk minum peroral sesuai kemampuan
Ja
pasien : 4-5 gelas hari
S:
Mengatur pemberian infus RL 15 tetes/menit.
se
O: d
ke
A:
P
Memonitor respon terhadap aktivitas : tidak mampu
Ja
bangun, terpasang infus, nyeri, meringis
S:
O: t
d
A:
P
Menganjurkan isteri pasien menggunakan metode
Ja
mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya :
S:
mencuci tangan setelah menyentuh pasien, hindari
O: T
kontak langsung dengan darah pasien atau cairan dari
p
selaput lendir, gunakan sarung tangan
A:
u
P
Mendengarkan keluarga mengungkapkan perasaan
Ja
secara verbal
S:
Menjelas kepada keluarga tentang penyakit dan
ke
transmisinya.
O: m
A:
p
P
BAB III
KESIMPULAN
Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit
yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat
ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma,
cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan
mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit
penyakit infeksi.
(Pedoman Nasional Perawat, Dukungan Dan Pengobatan Bagi ODHA, Jakarta, 2003,
hal 1)
Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah
satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih
tersebut termasuk limfosit yang disebut T. Limfosit atau sel T-4 atau disebut juga
sel CD 4.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn, dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3.Jakarta: EGC.
Bruner, Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta :
EGC.
Suzanne C Smeltzer. 2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC