Vous êtes sur la page 1sur 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIV/AIDS

Disusun oleh:
1. Arifin Maulana
2. Mustika K.R
3. Qosos Qolbi.I
4. Tarsu Masfur
5. Teguh Andian
6. Titin Kurniasih

AKADEMI KEPERAWATAN SAIFUDDIN ZUHRI


Jl. Pahlawan No.45 Indramayu 45212-telp 0234 274357
2015

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas


berkah dan ridha-Nya sehingga Makalah Asuhan Keperawatan
HIV/AIDS ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Bahan Makalah ini
terlahir sebagai wacana berpikir dalam menyikapi proses pembelajaran
mahasiswa keperawatan.
Bahan Makalah ini merupakan Media untuk membantu mahasiswa
untuk nantinya memahami Asuhan Keperawatan HIV/AIDS yang kelak
mereka bukan hanya terampil dalam memberikan Asuhan tetapi juga tanggap
dalam mengamati fenomena/perkembangan klien Asuhannya.
Sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan,penyusun menyadari
sepenuhnya bahwa Makalah ini masih sedarhana dan jauh dari wujud
kesempurnaan, maka dari itu penyusun sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu ,penyusun
mengucapkan terima kasih. Semoga bahan Makalah kami ini dapat
bermanfaat. Amin

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................
1.2 Rumusan masalah......................................................................................................
1.3 Tujuan........................................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN ..................................................................................................
2.1 Definisi ......................................................................................................................
2.2 Etiologi ......................................................................................................................
2.3 Patofisiologi...............................................................................................................
2.4 Pathways....................................................................................................................

2.5 Manifestasi Klinis......................................................................................................


2.6 Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................................
2.7 Komplikasi ................................................................................................................
2.8 Pencegahan ...............................................................................................................
2.9 Contoh Kasus ............................................................................................................
BAB III : KESIMPULAN...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berdasarkan data statistik, peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS diindonesia begitu cepat. Ternyata
dasar penularan awal epidemi ini disebabkan oleh jarum suntik. Diperkirakan saat ini terdapatlebih dari
1,3 juta penderita HIV/AIDS akibat jarum suntik. Jika terus berlanjut makan diperkirakan tahun 2020
jumlah itu akan meningkat menjadi 2,3 juta orang.
Dan sebagai mahasiswa keperawatan perlu memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS dan
penatalaksanaaannya secara komprehensif.
Adapun yang melatarbelakangi penulisan makalah ini selain tugas kelompok dan juga merupakan
materi bahasa mata kuliah KMB . dimana mahasiswa dari setiap kelompok akan membahas materi,
sesuai judul masing-masing yang telah ditugaskan kepada masing-masing kelompok. Dalam makalah
ini akan dibahas tentang Asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS yang merupakan penyakit yang
menyerang sistem kekebln tubuh manusia, yang dapat memudahkan atau membuat rentan si penderita
terhadap penyakit dari luar maupun dari dalam tubuh. AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Human Immuno deficiency virus HIV.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIV/AIDS

Konsep Dasar
Definisi
Acquired : berarti didapat, bukan keturunan
Immune : terkait dengan system kekebalan tubuh kita.
Deficiency : berarti kekurangan
Syndrome : berarti penyakit dengan kumpulan gejala, bukan gejala tertentu.
A.

2.1

Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit


yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat
ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma,
cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan
mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit
penyakit infeksi.
(Pedoman Nasional Perawat, Dukungan Dan Pengobatan Bagi ODHA, Jakarta, 2003,
hal 1)
Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah
satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih
tersebut termasuk limfosit yang disebut T. Limfosit atau sel T-4 atau disebut juga
sel CD 4.
2.2 Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus
(HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut
HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama
HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV
Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
2.3Patofisiologi

Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar
limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus
yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam
respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain
dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel
yang
terinfeksi.

Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi
sel
T
penolong.
2.4

Pathways
HIV masuk ke dalam tubuh manusia

Menginfeksi sel yang mempunyai molekul CO4


(Limfosit T4, Monosit, Sel dendrit, Sel Langerhans)

Mengikat molekul CO4

Memiliki sel target dan memproduksi virus

Sel limfosit T4 hancur

Imunitas tubuh menurun

Infeksi opurtinistik

Sist pernafasan

Sist Pencernaan

Peradangan pd

Sulit menelan
Mual

Ggn pertukaran
gas suhu

Peradangan kulit

Peradangan mulut Diare kronis

Sesak, demam

Cairan output

Intake kurang

Timbul lesi/

Penurunan

Turgor kulit

Bersisik

Perubahan
Proses Fikir

Ggn rasa nyaman

Kesadaran, kejang
Nyeri kepala

Gatal, nyeri

Ggn pemenuhan

Bibir kering

Infeksi ssp

bercak putih

Sist Neurologis

Peristaltik

Sist. Integumen

Infeksi jamur

Jaringan paru

nyeri

nutrisi

Kekurangan vol cairan


Ggn eliminasi

2.5 Manifestasi

Klinis

Menurut WHO:
1) Gejala mayor
Penurunan BB 10%
Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan
Diare kronis
Tuberkulosis

2) Gejala minor
Koordinasi orofaringeal
Batuk menetap lebih dari 1 bulan
Kelemahan tubuh
Berkeringat malam
Hilang nafsu makan
Infeksi kulit generalisata
Limfodenopati
Herpes zoster
Infeksi herpes simplek kronis
Pneumonia
Sarkoma kaposi
Manifestasi Klinis
Stadium
I
II

III

Skala Aktivitas Gambaran Klinis


Asimptomatic, aktivitas normal
a. Asimptomatic
b. Limfodenopati generalisata
Simptomatic, aktivitas normal
a. BB menurun < 10%
b. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti:
dermatitis, pruigo, ulkus oral, seboroik, onikomikosis yang
rekuren dan kheilitis angularis
c.
Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
d. Infeksi saluran afas bagian atas seperti: sinusitis
bakteriaslis
Pada umumnya lemah, aktivitas di tempat tidur kurang dari
50%
a. BB > 10%
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c.
Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

d. Kandidiasi orofaringeal
e. Oral hairy leukoplakia
f.
TB Paru dalam tahun terakhir
g. Infeksi bacterial yang berat seperti: pneumonia dan
piomiositish
IV
Pada umumnya sangat lemah, aktivitas di tempat tidur lebih
dari 50%
a. HIV wasting syndrome seperti: yang didefenisikan oleh
CDC
b. Pneumonia pneumocytis carinii
c.
Toksoplasmosis otak
d. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan
e. Retinitis virus sitomegalo
f.
Kriptokokosis extra pulmonal
g. Herpes simplex mukokutan > 1 bulan
h. Leukoensepalopati multifokal progresif
i.
Mikosis disminata seperti histoplasmosis
j.
Kandidiasis disofags, trakea, bronkus dan paru
k.
Mikobakteriasis atipikal diseminata
l.
Septisemia salmonelosis nontifoid
m. Tuberkulosis di luar paru
n. Limfoma
o. Sarkoma Kaposi
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian.
Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta
responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
1. Serologis
- Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi
bukan merupakan diagnosa
- Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>

- T8 ( sel supresor sitopatik )


Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 )
mengindikasikan supresi imun.
- P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) )
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
- Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
- Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
- Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
2. Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan
sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri,
viral.
3. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
4. Tes Lainnya
a.

Sinar X dada

Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya
komplikasi lain
b.

Tes Fungsi Pulmonal

Deteksi awal pneumonia interstisial


c.

Skan Gallium

Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
d.

Biopsis

Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi


e.

Brankoskopi / pencucian trakeobronkial

Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru

b. Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun
akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody
terbentuk dalam 3 12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 12 bulan. Hal ini
menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes
positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah
dan memudahkan evaluasi diagnostic.
Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji
kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau
plasma. Tes tersebut, yaitu :
1. Tes Enzym Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human
Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya
menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam darahnya terdapat antibody
Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut seropositif.
2. Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan
seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)
3. Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
4. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
c. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV)
untuk melacak perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein
virus p24, pemerikasaan p24 antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV 1.
tapi kadar p24 pada penderita infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat
rendah, pasien dengantiter p24 punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari
menjadi AIDS.
Pemeriksaan ini digunakan dengan tes lainnya untuk mengevaluasi efek anti virus.
Pemeriksaan kultur Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau kultur plasma
kuantitatif dan viremia plasma merupakan tes tambahan yang mengukur beban virus (
viral burden )

2.7 Komplikasi
Pada penderita HIV/AIDS dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang berupa
infeksi oportunistik, yaitu :
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis
Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan
berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
- kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency
Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan
motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
- Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala,
malaise, demam, paralise, total / parsial.
-. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
- Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci
Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi,
dan dehidrasi.
- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal
dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus,
dan
strongyloides
dengan
efek
nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa
terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
- Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan
efek nyeri
9.
Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan pasien dengan AIDS untuk sementara ini masih bersifat

memperpanjang hidup bagi orang dengan AIDS dan memperbaiki kualitas hidupnya.
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat membasmi virus HIV. Walaupun
demikian, akhir-akhir ini terdapat racikan baru yang dapat mengurangi kecepatan
pertumbuhan HIV dan dianggap potensial untuk mengatasi AIDS.
Dalam
penatalaksanaan
AIDS
dapat
dibagi
dalam
:
a.
Pengobatan
Supportif
Tujuan pengobatan ini adalah untuk meningkatkan keadaan umum pasien.
Pengobatan ini terdiri atas pemberian gizi yang sesuai, oabt sistemik, serta vitamin.
Disamping itu perlu diupayakan dukungan psikososial agar pasien dapat melakukan
aktivitas
seperti
semula.
b.
Pengobatan
infeksi
Oportunistik
Tujuan utama dari penatalaksaan pasien AIDS yang sakit kritis adalah
menghilangkan, mengendalikan, atau pemulihan infeksi oportunistik, infeksi
nasokomial, atau sepsis. Penatalaksanaan infeksi oportunistik diarahkan pada
dukungan terhadap sistem-sistem yang terlibat. Digunakan agent-agent farmakologik
spesifik untuk mengidentifikasi organisme dan juga agent-agent eksperimental untuk
organisme tidak umum. Pengobatan kanker yang terkait AIDS yaitu limfoma
malignum, sarkoma kaposi dan karsinoma serviks infasif disesuaikan dengan standar
terapi penyakit kanker.
c.
Obat
Anti
Retroviral
Obat ini bertujuan untuk mengurangi/menghilangkan HIV dalam tubuh. Penelitian
terakhir menunjukkan bahwa kombinasi obat anti retroviral dapat menurunkan secara
tajam virus lokal didarah, bahkan juga dikelenjarv limfe. Obat ini diberikan dalam
bentuk kombinasi golongan RTI (Reverse Transcriptase Inhibitor) dan PI (Protease
Inhibitor). Dewasac ini terapi standar yang banyak dianut adalah kombinasi RTI dan
PI . obat yang tergolong RTI : Azidotimidin (AZT), didoracin (DDO), Dideoksisitidin
(DDC), Stavodin(D4T). PI : Indinovir, Ritonovir, Sogwinovir, Navirovir.
2.8Pencegahan :
Ada bebrapa cara yang bisa ditempuh untuk mengurangi penularan penyakit ini, yaitu
:
1) Kontak seksual harus dihindari dengan orang yang diketahui AIDS dan oarang
yang
sering
menggunakan
obat
bius
secara
intra
vena.
2) Hubungan seksual dengan orang yang mempunyai teman kencan AIDS,
memberikan
kemungkinan
lebih
besar
mendapat
AIDS.
3) Orang yang menggunakan intar vena dapat dikurangi dengan cara memberantas
kebiasaan buruk untuk dan melarang penggunaan jarum suntik bersama.
4)
Lingkungan
merubah
perilaku/megadakan
penyuluhan
kesehatan.
5)
Ibu
mengidap
HIV
dianjurkan
tidak
menyusui
bayinya.
6) Untuk jangka pendek, meningkatkan kewaspadaan sendiri, mungkin dengan
deteksi AIDS dan kondomisasi kelompok resiko tinggi.

Prinsip Penularan HIV


Dikenal dengan ESSE :

EXIT: keluar.

SUFFICIENT: cukup

SURVIVE: virusnya hidup

ENTER: masuk.

HIV keluar dari tubuh dalam jumlah cukup dan dalam keadaan hidup masuk ke
dalam tubuh lain.
HIV tidak menular melalui:
1. Gigitan nyamuk
2. Bersalaman, Bersentuhan
3. Pelukan, Ciuman
4. Menggunakan Alat makan bersama
5. Tinggal Serumah
6. Menggunakan Jamban yang sama
2.9 Contoh Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN TN. JHD HIV AIDS
DI RUANG TROPIK LAKI RSDS SURABAYA
TANGGAL 05 07 DESEMBER 2001
Pengkajian
I.

Biodata.

A. Identitas pasien.
1.

Nama

:Tn. JHD (Laki-laki, 37 tahun).

2.

Suku/bangsa

: Banten/Indonesia.

3.

Agama

: Kristen Katholik

4.

Status perkawinan

: Belum kawin

5.

Pendidikan/pekerjaan

: STBA Makasar

6.

Bahasa yang digunakan

: Indonesia

7.

Alamat

: Jl. Makam Peneleh Surabaya

B. Penanggung jawab pasien :


Tidak ada.

II. Alasan masuk rumah sakit


A. Alasan dirawat : mencret sejak 1 bulan yang lalu, malam keringat dingin dan
kadang demam serta tubuh terasa lemah.
B. Keluhan utama : Diare tak terkontrol tanpa merasakan sakit perut
penyebab tidak diketahui, dengan faktor yang memperberat adalah bila
bergerak dan usaha yang dilakukan adalah diam.
III. Riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini : pasien sebelumnya tidak pernah sakit
serius kecuali batuk dan pilek.
B. Riwayat kesehatan sekarang : sejak 12 tahun, yang lalu pasien
mengkonsumsi obat putaw dengan cara suntik. Karena menggunakan obat
terlarang akhirnya dikucilkan oleh saudara-saudaranya. Klien memakai obat
karena merasa terpukul akibat ditinggal menginggal ibunya. Klien tinggal di
Surabaya sejak 6 bulan yang lalu, sebelumnya sejak tahun 1986 bekerja di
Bali sebagai Guide Freeland. Klien juga punya riwayat melakukan Sex bebas
dengan warga asing dan terakhir dengan warga Belanda. Di Surabaya klien
bekerja sebagai Guide freeland di Hotel Sangrila Surabaya. Sejak 1 bulan
yang lalu klin mencret-mencret 3-5 kali sehari. Sejak 15 hari yang lalu
mencretnya makin keras dan tak terkontrol. Klien tgl 10-12002, memeriksakan diri ke UGD RSUD Dr. Soetomo dan selanjutnya di rawat
di Ruang Tropik laki RSDS.
C. Riwayat kesehatan keluarga : Kedua orang tua sudah meninggal, tidak ada
anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama atau PMS. Tidak ada
penyakit bawaan dalam keluarga klien.
IV. Informasi khusus
A. Masa balita : tidak dikaji
B. Klien wanita : tidak dikaji

V. Aktivitas hidup sehari hari


Aktivitas sehari-hari
A. Makan dan minum
1. Nutrisi

2. Minum

B.

Eliminasi

C. Istirahat dan tidur

D. Aktivitas

Pre-masuk rumah sakit


Pola makan tidak teratur,
tetapi tidak ada napsu makan,
terutama jika sudah memakai
obat.
Minum air putih dengan
jumlah tidak tentu kadang
minuman keras.
Mencret 5 X/hari,, seperti
lendir, tidak bercampur darah
dan berbau. BAK 2 X hari dan
tidak ada kelainan.
Pasien tidak bisa
istirahat dan tidur karena
terus keluar memcret serta
perasaan tidak menentu
akibat tidak dapat putaw
sejak 20 hari.
Pasien sebagai guide
freelance sejak sebulan tidak
bekerja.

E. Kebersihan diri

Jarang dilakukan.

F. Rekreasi

Tidak ada, hanya dengan


memakai putaw.

Di rumah sakit

Pola makan 3 kali/hari bub


namun tidak ada napsu m
nyeri saat menelan, maka
hanya 1/2 porsi.
Minum air putih 2-3 gelas
teh hangat 2-3 gelas.

Mencret dengan frekuensi


X/hari, encer, tidak ada
isi tanpa diikuti sakit peru
BAK 2 X/hari serta tidak ad
kelainan.
Pasien istirahat di tempat
saja. Pasien tidak bisa
istirahat dan tidur karena
keluar mencret serta
perasaan tidak menentu a
tidak dapat putaw sejak 20
Pasien mengatakan tidak b
melakukan aktivitasnya ka
lemah, merasa tidak berda
dan cepat lelah. Pasien pa
care.
Mandi dibantu petugas, da
menggosok gigi dilakukan
tempat tidur. Hambatan da
melakukan kebersihan diri
adalah lemah .
Hanya ingin bercerita deng
petugas.

VI. Psikososial.
A. Psikologis : pasien belum tahu penyakit yang dialaminya, klien hanya merasa
ditelantarkan oleh teman dan keluarganya. Klien punya kaka di Bandung,
tetapi sejak lama tidak berkomunikasi.Klien tidak percaya dengan kondisinya
sekarang. Mekanisme koping pasrah. Klien ingin diperlakukan manusiawi.

Klien pada tanggal 14-1-2002 bermaksud melakukan bunuh diri dengan


menjatuhkan diri dari lantai II akibat merasa tidak berguna lagi.
B. Sosial : sejak 12 tahun sudah berkomunikasi dengan keluarga sejak ayah dan
ibunya meninggal, teman-temanya sebagian pemakai putaw yang sekarang
entah dimana.
C. Spiritual : Pada waktu sehat sangat jarang ke Gereja. Klien minta didampingi
Pastur Jelanti dari Menara Kathedral Surabaya.
VII. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum : pasien nampak sakit berat, lemah kurus dan pucat.
Kesadaran kompos mentis, GCS : 4-5-6, T 110/70 mmHg, N 120 x/menit, S
37,8 0C, RR 22 X/menit.
B. Head to toe :
1.

Kepala. Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala nampak kotor dan
berbau.

2.

Rambut. Rambut ikal, nampak kurang bersih.

3.

Mata (penglihatan). Ketajaman penglihatan dapat melihat, konjungtiva


anemis, refleks cahaya mata baik, tidak menggunakan alat bantu kacamata.

4.

Hidung (penciuman). Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum,
epistaksis, rhinoroe, peradangan mukosa dan polip. Fungsi penciuman
normal.

5.

Telinga (pendengaran). Serumen dan cairan, perdarahan dan otorhoe,


peradangan, pemakaian alat bantu, semuanya tidak ditemukan pada pasien.
Ketajaman pendengaran dan fungsi pendengaran normal.

6.

Mulut dan gigi. Ada bau mulut, perdarahan dan peradangan tidak ada, ada
karang gigi/karies. Lidah bercak-bercak putih dan tidak hiperemik serta tidak
ada peradangan pada faring.

7.

Leher. Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba, tekanan vena
jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku kuduk/tengkuk.

8.

Thoraks. Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal. Auskultasi bunyi
paru normal. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada murmur.

9.

Abdomen. Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak membesar,
ada nyeri tekan, perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit.

10. Repoduksi
Penis normal, lesi tidak adai.
11. Ekstremitas
Klien masih mampu duduk berdiri dan berjalan sedikit, tetapi cepat lelah.
Ektremitas atas kanan terdapat tatoo dan pada tangan kiri tampak tanda
bekas suntikan.
12. Integumen.
Kulit keriput, pucat, akral hangat.
VIII. Pemeriksaan penunjang
A. Laboratorium :
Tanggal 10-1 2002
Hb

: 8,7

Leukosit

: 8,8

Trombosit

: 208

PCV

: 0,25

Terapi : tanggal 14-1-2002


-

Diet TKTP

RL 14 X/mnt

Cotimoxazol

: 2 X II tab

Corosorb

: 3 X 1 tab

Valium

: 3 X 1 tab

Analisa data
Data pendukung

1. Subyektif :
Pasien mengatakan lemah, cepat lelah, bila
melaukan aktivitas, terbatas.
Obyektif :
Keadaan umum lemah, pucat,
ADL sebagian dibantu, pasien partial care.
2. Subyektif :
Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan,
saat menelan sakit, mengatakan tidak bisa
menghabiskan porsi yang disiapkan.
Obyektif :
Lemah, 4 hari tidak makan, mulut
kotor, lemah, holitosis, lidah ada bercakbercak keputihan, Hb 8,7g/dl, pucat,
konjungtiva anemis.
3. Subyektif :
Pasien mengatakan diare sejak 1 bulan yang
lalu, mengatakan menceret 5-7 kali/hari,
kadang demam dan keringat pada malam
hari, minum 2-3 gelas/hari.
Obyektif :
Turgor masih baik, inkontinensia alvi, BAB
encer, membran mukosa kering, bising usus
meningkat 20 X/menit
4. Subyektif :
Pasien mengatakan kadang demam.
Obyektif :
Nadi 120 X/menit, RR 22 X/menit, TD 110/70
mmHg, suhu 37,8.

Masalah

Etiologi

Aktivitas

Kelemaha

Nutrisi

Intake yan
tidak adeku

Resiko defisit cairan tubuh

Diare
Intake kura

Resiko Infeksi

Immunocopr
se

Resiko bunuh diri


5. Subyektif :
Klien merasa diasingkan oleh keluarga dan
teman-temannya, klien tidak punya uang
lagi, klien merasa frustasi karena tidak
punya teman dan merasa terisolasi. Minta

Harga diri
rendah

dipanggilkan Pastur Jelantik dari Gereja


Katedral.
Obyektif :
Mencoba melakukan percobaan bunuh diri
tanggal 14-1-2002, dengan berusaha
menceburkan diri dari lantai II.
Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas)
1.

Resiko bunuh diri b.d harga diri rendah

2.

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


yang inadekuat.

3.

Resiko tinggi infeksi : pasien kontak berhubungan dengan adanya


kemugkinan imunokompromise.

4.

Kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan diare.

5.

Aktivitas intolerans berhubungan dengan kelemahan secara umum.

Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil
Resiko melakukan Setelah 4 hari klien
1.
bunuh diri b.d
tidak
2.
keputusasaan.
membahayakan dirinya
sendiri secara fisik.
3.
4.

Perencanaan Keperawatan
Intervensi
Waspada pada setiap ancaman bunuh diri
Jauhkan semua benda berbahaya dari
to
lingkungan klien
u
Observasi secara ketat
Observasi jika klien minum obat
b

5. Komunikasikan kepedulian perawat kepada


klien.

Gangguan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan intake
yang inadekuat.

Kekurangan
cairan tubuh
berhubungan
dengan diare.

Intolerans
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan.
Resiko tinggi
infeksi

6. Waspada jika tiba-tiba menjadi tenang dan


tampak tentram
7. Dukung perilaku positif klien.
Setelah satu 4 hari
1. Monitor kemampuan mengunyah dan
perawatan pasien
menelan.
mempunyai intake kalori2. Monitor intake dan ouput.
dan protein yang
adekuat untuk
3. Rencanakan diet dengan pasien dan orang
memenuhi kebutuhan
penting lainnya.
metaboliknya dengan 4. Anjurkan oral hygiene sebelum makan.
kriteria pasien makan
TKTP, serum albumin
5. Anjurkan untuk beri makanan ringan sedikit
dan protein dalam batas tapi sering.
normal, menghabiskan 6. Timbang TB/BB
porsi yang disiapkan,
tidak nyeri saat
menelan, mulut bersih.
Keseimbangan cairan
1. Monitor tanda-tanda dehidrasi.
dan elektrolit
dipertahankan dengan 2. Monitor intake dan ouput
kriteria intake seimbang 3. Anjurkan untuk minum peroral
output, turgor normal, 4. Atur pemberian infus dan eletrolit : RL 20
membran mukosa
tetes/menit.
lembab, kadar urine
normal, tidak diare
5. Kolaborasi pemberian antidiare antimikroba
setealh 5 hari
perawatan.
Pada saat akan pulang 1. Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas
pasien sudah mampu
2. Berikan bantuan perawatan yang pasien
berpartisipasi dalam
sendiri tidak mampu
kegiatan, dengan
3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak
kriteria bebas dyspnea
mengganggu istirahat.
dan takikardi selama
aktivitas.
Pasien akan bebas
1. Monitor tanda-tanda infeksi baru.
infeksi oportunistik dan 2. gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan

ti

(B

berhubungan
dengan
imunokompromis
e, malnutrisi dan
pola hidup yang
beresiko.

komplikasinya dengan
invasif. Cuci tangan sebelum meberikan
kriteria tak ada tandatindakan.
tanda infeksi baru, lab 3. Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar
tidak ada infeksi
terhadap lingkungan yang patogen.
oportunis, tanda vital 4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai
dalam batas normal,
order.
tidak ada luka atau
5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai order
eksudat.

Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan


Diagnosa
Hari/tanggal
Tindakan keperawatan
kep.
(jam)
Meaaspadai setiap ancaman bunuh diri
1.
2. Menjauhkan semua benda berbahaya dari lingkungan
klien
3. Mengobservasi klien minum obat

2.

10,30

4. Komunikasikan kepedulian perawat kepada klien.


5. Waspada jika tiba-tiba menjadi tenang dan tampak
tentram
6. Dukung perilaku positif klien.
7. Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.
8. Monitor intake dan ouput
9. Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting
lainnya.
10.Anjurkan oral hygiene sebelum makan.

Ja
S:
n
O: l
A:
P

11.Anjurkan untuk beri makanan ringan sedikit tapi sering.


12.Timbang TB/BB
6. Monitor tanda-tanda dehidrasi.

4.

10.30

11.00

5.

10.30

6.

12.00

Ja
S:
7. Monitor intake dan ouput
se
8. Anjurkan untuk minum peroral
O: p
9. Atur pemberian infus dan eletrolit : RL 20 tetes/menit.
m
10.Kolaborasi pemberian antidiare antimikroba
A:
P
4. Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas
Ja
5. Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak
S:
mampu
O: p
6. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak
p
mengganggu istirahat.
A:
P
7. Monitor tanda-tanda infeksi baru.
Ja
8. gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci S :
tangan sebelum meberikan tindakan.
O: T
9. Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap
p
lingkungan yang patogen.
A:
10. Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.
u
11. Atur pemberian antiinfeksi sesuai order
P
1. Mengkaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan
Ja
perawatannya : sedih melihat kondisi pasien, keluarga
S:
mengatakan menyesal mengapa tidak mengetahui
m
bahwa suami mengkonsumsi putaw yang akhirnya seperti O: m
sekarang ini.
A:
2. Mendengarkan keluarga mengungkapkana perasaan
p
secara verbal
P
3. Menjelas kepada keluarga tentang penyakit dan

transmisinya.
1.

2.

Kamis, 6 12 -20011. Mengkaji nyeri pasien dan menganjurkan untuk


17.00
menjelaskan nyerinya.
2. Menganjurkan untuk menggunakan relaksasi, imagery
seperti yang dijelaskan

17.00

1.
2.
3.
4.

3.

17.00

1.
2.
3.
4.
5.

4.

17.00

1.
2.

5.

19.00
1.
2.

1.

Jumat, 07 12 2001
10.00

2.

10.30

Ja
S:
O: m
X
A:
P: t
m
Mengkaji kemampuan mengunyah dan menelan.
Ja
Menganjurkan untuk gosok gigi sebelum makan.
S:
Menganjurkan untuk makan makanan ringan seperti
n
biskuit atau roti
O: l
Menganjurkan untuk menggunakan kumur betadin
ko
A:
P
Mengkaji tanda-tanda dehidrasi.
Ja
Memonitor intake dan ouput
S:
Mengannjurkan untuk minum peroral sesuai kemampuan ka
pasien.
O: p
Mengatur pemberian infus RL 20 tetes/menit.
m
Menyiapkan obat Cotriomiksasol dan hidrase untuk
A:
diminum
P
Menganjurkan isteri pasien untuk mempertahankan
Ja
metode mencegah transmisi HIV.
S:
Menggunakan darah dan cairan tubuh precaution
O: T
(universal precaution) bila merawat pasien dengan
p
menggunakan masker.
A:
u
P
Ja
Mendengarkan keluarga mengungkapkana perasaan
S:
secara verbal
su
Menjelas kepada keluarga tentang penyakit dan
ti
transmisinya.
O: m
A:
p
P
Ja
Mengkaji nyeri pasien dan menganjurkan untuk
S:
menjelaskan nyerinya.
O: m
X
A:
P: t
m
Menganjurkan oral hygiene sebelum makan yaitu
Ja
menggosok gigi atau kumur-kumur.
S:
n
O: l
A:

3.

14.00

1.
2.

4.

14.00

5.

14.30

6.

15.00

1.
2.

P
Menganjurkan untuk minum peroral sesuai kemampuan
Ja
pasien : 4-5 gelas hari
S:
Mengatur pemberian infus RL 15 tetes/menit.
se
O: d
ke
A:
P
Memonitor respon terhadap aktivitas : tidak mampu
Ja
bangun, terpasang infus, nyeri, meringis
S:
O: t
d
A:
P
Menganjurkan isteri pasien menggunakan metode
Ja
mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya :
S:
mencuci tangan setelah menyentuh pasien, hindari
O: T
kontak langsung dengan darah pasien atau cairan dari
p
selaput lendir, gunakan sarung tangan
A:
u
P
Mendengarkan keluarga mengungkapkan perasaan
Ja
secara verbal
S:
Menjelas kepada keluarga tentang penyakit dan
ke
transmisinya.
O: m
A:
p
P

BAB III
KESIMPULAN
Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit
yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat
ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma,
cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan
mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit
penyakit infeksi.
(Pedoman Nasional Perawat, Dukungan Dan Pengobatan Bagi ODHA, Jakarta, 2003,
hal 1)
Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah
satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih
tersebut termasuk limfosit yang disebut T. Limfosit atau sel T-4 atau disebut juga
sel CD 4.

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn, dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3.Jakarta: EGC.
Bruner, Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta :
EGC.
Suzanne C Smeltzer. 2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Vous aimerez peut-être aussi