Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1, April 2006
Abstract: The research done in Hamparan Perak, District of Deli serdang, Regent of North
Sumatera. The research aims to know analysis of incomes cattleman in subdistrict of Hamparan
Perak, District of Deli Serdang. This research used survey method by analyzing the families, who
keep the cattles. The writer used propotional stratified random sampling as the method to take
the samples. That was by choosing 3 villages based on cattles population that were Buluh Cina
(high population), Tandam Hilir I (medium population), and Hamparan Perak (low population). The
writer took 49 families of cattles keeping as the samples got from 30% families in each village.
Buluh Cina (31 cattlemen), Tandam Hilir I (16 cattlemen), and Hamparan Perak (2 cattlemen). The
parameter inclusive of: scale of owning mixfarming (sum of cow), age that cattlemen, education
that cattlemen, experience that cattlemen, familys obligation that cattlemen, motivation that
cattlemen, and the workers to influence of incomes cattlemen in subdistrict of Hamparan Perak,
District of Deli Serdang. The result of the data analyzing found that scale of owning mixfarming
(sum of cows) and motivation that cattlemen very significant effected (P<0,01) on the incomes
cattlemen. Where as age that cattlemen, education that cattlemen, experience that cattlemen,
familys obligation that cattlemen and the workers no significant effect (P>0,05) on the incomes
cattlemen.
Key words: analysis, income, cattlemen
Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pendapatan peternak sapi
potong di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode survei dengan unit analisis keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Metode
penarikan sampel yang digunakan adalah proportional stratified random sampling yaitu degan cara
memilih 3 buah desa berdasarkan populasi ternak sapinya, yaitu desa Buluh Cina (populasi
tertinggi), desa Tandam Hilir I (populasi sedang), dan desa Hamparan Perak (populasi rendah).
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 49 keluarga peternak sapi potong yang didapat dari 30%
peternak, masing-masing dari desa Buluh Cina (31 peternak), desa Tandam Hilir I (16 peternak), dan
desa Hamparan Perak (2 peternak). Parameter yang diamati meliputi: pendapatan, skala usaha
(jumlah ternak), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman peternak, jumlah tanggungan
keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja yang mempengaruhi pendapatan peternak
sapi potong di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan penelitian
diperoleh bahwa skala usaha (jumlah ternak sapi), motivasi beternak berpengaruh sangat nyata
(P<0,01) terhadap pendapatan peternak sapi potong. Sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan,
pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh
nyata (P>0,05) terhadap pendapatan peternak sapi potong.
Kata Kunci: analisis, pendapatan, peternak sapi potong
Pendahuluan
Ternak sapi, khususnya sapi potong
merupakan salah satu sumber daya penghasil
bahan makanan berupa daging yang memiliki
nilai ekonomis tinggi dan penting artinya di
dalam kehidupan masyarakat. Seekor ternak
36
Eniza Saleh, Yunilas, dan Yanda Habib Sofyan: Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan
Ada
beberapa
faktor
yang
menyebabkan jumlah produksi daging masih
rendah, antara lain populasi produksi sapi
yang rendah. Hal yang tampak di Sumatera
utara ada beberapa daerah yang sangat
padat, ada yang sedang tetapi ada yang
sangat jarang atau penyebaran ternak sapi
tidak merata. Tentu saja hal ini sangat
mempengaruhi besarnya penghasilan atau
pendapatan
masyarakat
pada
daerah
tersebut, sehingga timbul perbedaan dari segi
ekonomis.
Kecamatan
Hamparan
Perak
merupakan salah satu daerah penyebaran
populasi ternak di Kabupaten Deli Serdang
yang
berpotensi
untuk
dikembangkan.
Populasi sapi/lembu pada tahun 2002 di
Kecamatan Hamparan Perak mencapai 7.539
ekor dan kerbau sebanyak 473 ekor (Biro
Pusat statistik, 2002).
Luas
lahan
yang
mencukupi,
ketersediaan hijauan yang berlimpah, serta
pemanfaatan limbah perkebunan yang sangat
mendukung merupakan suatu peluang untuk
pengembangan
usaha
ternak
sapi
di
Kecamatan Hamparan Perak ini. Namun,
peningkatan populasi ternak sapi bukan hanya
dipengaruhi faktor tersebut di atas, tetapi
faktor sosial ekonomi juga turut andil dalam
peningkatan jumlah ternak. Permasalahan
yang umum terjadi yaitu peternak sebagai
pengelola suatu peternakan memiliki peran
ekonomi yang relatif terbatas.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti
tertarik untuk mengkaji seberapa besar
pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi terhadap
pendapatan peternak sapi potong di
Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli
Serdang.
37
38
Eniza Saleh, Yunilas, dan Yanda Habib Sofyan: Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan
secara alami (6 responden atau 12,25%). Ratarata total pengeluaran untuk bibit sebesar
Rp 264.238,67/peternak/tahun.
- Peralatan
Peralatan
yang
dipakai
berupa
cangkul, arit, kereta sorong, sepeda, ember,
timba, sapu, lampu, pompa air, dan selang.
Masa pakai peralatan berbeda-beda sesuai
jenisnya. Rata-rata total pengeluaran untuk
peralatan sebesar Rp 88.183,65.
Penerimaan
Penerimaan
meliputi:
penjualan
ternak dan penjualan kotoran ternak. Ratarata total penerimaan peternak sapi potong di
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli
Serdang sebesar Rp 9.713.857,14/peternak/
tahun.
- Penjualan Ternak
Ternak yang dijual biasanya berumur
1,5 tahun. Pada umur tersebut bobot karkas
sudah mencapai 100 kg. Penjual sapi
berdasarkan bobot karkas ternak yang dinilai
setiap kilo karkas sapi adalah sebesar Rp
40.000,00. Namun terkadang penjualan
dilakukan pada usia muda. Hal ini biasa
terjadi karena peternak sangat memerlukan
uang, misalnya untuk keperluan perkawinan
anaknya atau kebutuhan sekolah dan lainlain.
Sapi pejantan biasanya dijual pada
kisaran umur 8 bulan sampai umur 1 tahun
dengan harga berkisar 3,6 4 juta rupiah.
Penjualan ternak jantan biasanya bukan untuk
dipotong, namun akan dijadikan bibit
pejantan atau tipe pekerja. Rata-rata total
PENERIMAAN
Penjualan Ternak
Penjualan Kotoran Ternak
SUBTOTAL A
B
PENGELUARAN VARIABEL
Pakan
Obat-obatan & vaksinasi
Inseminasi Buatan
Tenaga Kerja
Listrik
SUBTOTAL B
C
PENGELUARAN TETAP
Lahan
Kandang
Peralatan
Bibit
SUBTOTAL C
D
PENDAPATAN: A (B + C)
Jumlah
(Rp/Peternak/Tahun)
9.392.551,02
321.306,12
9.713.857,14
358.163,26
140.816,32
137.551,02
1.249.662,39
22.646,78
1.908.839,77
1.058.367,35
264.238,67
88.183,65
2.745.823,14
4.156.612,81
3.648.405,77
39
Variabel
Skala usaha
Umur
Pendidikan
Pengalaman
Tanggungan keluarga
Motivasi
Tenaga kerja
Konstanta
R2 Adjusted = 0,498
F table = 2,41
Koefisien Regresi
Standard Error
t hitung
t tabel
1294176.20
-88533.765
-181446.0
23028.892
200017.86
2453421.10
-135519.60
1860644.50
218666.45
50843.104
162370.69
52668.816
361789.33
1207030.40
2099294.70
5.918*
-1.741
-1.117
0.055
0.553
2.033*
-0.065
0.00048
0.089
0.270
0.664
0.583
0.049
0.949
Skala Usaha
Dari persamaan regresi tampak bahwa
apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya
dianggap tetap (tidak berubah), maka setiap
penambahan 1 ST ternak sapi akan meningkatkan
pendapatan peternak sebesar Rp 1.294.176,20.
Dari hasil t statistik terlihat bahwa t hitung > t
tabel yang berarti bahwa skala usaha berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan peternak. Hal
ini berarti setiap penambahan 1 ST ternak sapi
dapat meningkatkan pendapatan peternak dan
hasil ini berpengaruh sangat nyata terhadap
pendapatan peternak dalam memelihara sapi
potong.
Menurut Abidin (2002), meskipun masih
berskala kecil, usaha sapi potong memerlukan
pencatatan. Selain itu perlu disusun rencana
cash flow selama masa usaha. Perlu juga
dipertimbangkan pembelian barang, misalnya
konsentratl dengan cara kredit (tidak kontan).
Hal seperti ini tidak terlalu berpengaruh jika
skala usaha masih kecil, tetapi akan
berpengaruh besar sekali jika skala usaha
semakin besar. Sedangkan menurut Siregar
(2005), jumlah sapi yang akan digemukkan per
periode penggemukan tidak ada batasannya,
tetapi tergantung pada modal usaha yang
dimiliki dan fasilitas-fasilitas penunjang yang
dikuasai seperti lahan, kandang, pakan, dan
kemampuan peternak dalam mengelola dan
mengatur pemasarannya. Apabila tertanggulangi
maka lebih baik mengelola dengan jumlah yang
banyak agar mendapatkan keuntungan yang
lebih besar.
Umur
Apabila nilai koefisien regresi variabel
lainnya dianggap tetap (tidak berubah), maka
setiap penambahan 1 tahun umur peternak
akan menurunkan pendapatan peternak sebesar
Rp 88.553,765,00. Sedangkan berdasarkan hasil
t statistik diperoleh t hitung < t tabel yang
berarti umur peternak tidak berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan yang diperoleh.
40
Eniza Saleh, Yunilas, dan Yanda Habib Sofyan: Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan
beternak
secara
tradisional
sehingga
peningkatan
tingkat
pendidikan
tidak
mempengaruhi besarnya pendapatan peternak
sapi potong. Adapun menurut Yunus (2004),
harus
diakui
bahwa
keberlangsungan
pendidikan sering kali tidak berakar dari
persoalan riil masyarakat pada suatu daerah.
Misalnya, fakta bahwa mayoritas masyarakat
Indonesia ada di pedesaan, yang notabene
adalah masyarakat agraris, tetapi dalam praktik
pendidikannya hampir tidak berorientasi pada
problem masyarakat khususnya masyarakat
desa. Praktik pendidikan yang demikian
disinyalir membuat orang sekolahan menjadi
asing dan tidak mengenal persoalan yang
sedang terjadi di sekitarnya. Hal ini
menjelaskan bahwa pendidikan yang cukup
belum tentu dapat mendorong seseorang untuk
mengatasi persoalan yang dihadapi, khususnya
para peternak dalam hal peningkatan
pendapatan dari usahanya.
Pengalaman
Bila koefisien regresi variabel lainnya
tetap, maka setiap penambahan 1 tahun
pengalaman beternak menyebabkan kenaikan
pendapatan peternak sebesar Rp 23.028,892,00.
Dari uji t statistik diperoleh t hitung < t tabel
yang berarti pengalaman beternak tidak
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
peternak. Hal ini berarti
bahwa setiap
penambahan pengalaman beternak menyebabkan
peningkatan pendapatan, namun peningkatan
tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap
pendapatan.
Dari segi manajemen pemeliharaan
ternak, peternak dengan pengalaman beternak
tinggi lebih menguasai tata laksana beternak
dengan baik seperti pemberian pakan,
perawatan kebersihan kandang dan ternak,
perawatan
kesehatan,
dan
penanganan
penyakit. Namun di lapangan diperoleh tidak
terjadi pengaruh seperti yang diharapkan. Hal
ini dapat disebabkan karena peternak sapi
potong di daerah ini sebagian besar tidak
melakukan perubahan-perubahan positif dalam
usaha meningkatkan pendapatan menurut
pengetahuan yang diperoleh berdasarkan
pengalamanan masing-masing peternak. Banyak
yang memiliki pengalaman yang memadai
namun masih menggelola usaha tersebut
dengan kebiasaan-kebiasaan lama yang sama
dengan waktu mereka mengawali usahanya
sampai sekarang. Menurut Abidin dan
Simanjuntak
(1977),
faktor
penghambat
berkembangnya peternakan pada suatu daerah
dapat berasal dari faktor-faktor topografi,
iklim, keadaan sosial, tersedianya bahan-bahan
makanan rerumputan atau penguat. Di samping
itu, faktor pengetahuan yang dimiliki masyarakat
sangat
menentukan
pula
peternakan di daerah itu.
perkembangan
Tanggungan Keluarga
Apabila nilai koefisien regresi variabel
lain dianggap tetap, maka setiap penambahan
1 orang tanggungan keluarga menyebabkan
peningkatan pendapatan peternak sebesar
Rp 200.017,86,00. Berdasarkan uji t statistik
diperoleh t hitung < t tabel yang berarti jumlah
tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata
tehadap pendapatan peternak. Walaupun
setiap penambahan tanggungan keluarga
menyebabkan peningkatan pendapatan, namun
peningkatan itu tidak berpengaruh nyata
terhadap pendapatan peternak tersebut. Hal
ini dapat disebabkan karena tanggungan anak
dalam keluarga peternak tidak dapat memberi
dorongan
positif
terhadap
peningkatan
pendapatan peternak. Menurut Bossard dan
Boll, yang disitir Ahmadi (2003), masyarakat itu
mula-mula terdiri dari small family (keluarga
kecil), yaitu suatu keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu, dan anaknya paling banyak 2 atau 3
anak. Pada keluarga kecil ini anak-anak lebih
banyak menikmati segi sosial ekonomi dan lebih
banyak diperhatikan orang tuanya.
Motivasi
Bila nilai koefisien regresi variabel
lainnya dianggap tetap, maka setiap perubahan
motivasi beternak menyebabkan peningkatan
pendapatan sebesar Rp 2.453.424,10,00. Ini
berarti setiap perubahan motivasi beternak
dari orang tua ke inisiatif sendiri menyebabkan
peningkatan pendapatan tersebut. Dari hasi uji
t statistk diperoleh t hitung > t tabel yang
berarti motivasi beternak berpengaruh sangat
nyata terhadap pendapatan peternak. Menurut
Fathoni (2004), kekuatan motivasi dari sumber
daya manusia sangat dipengaruhi oleh faktor
ekstrinsik (motivasi yang ditimbulkan oleh
dorongan yang timbul dari dalam dirinya) dan
lingkungannya.
Demikian
juga
menurut
Sudrajad (2005) bahwa tanpa ada motivasi dari
diri sendiri jelas merupakan tipe orang yang
sulit untuk diajak bekerja atau berusaha. Jadi,
orang-orang yang demikian perlu diberikan
motivasi atau dorongan sehingga timbul niat
untuk mau bekerja.
Tenaga Kerja
Jika nilai koefisien regresi variabel
lainnya
dianggap
tetap,
maka
setiap
penambahan 1 orang tenaga kerja menyebabkan
penurunan pendapatan sebesar Rp 135.519,60,00.
Berdasarkan uji t diperoleh t hitung < t tabel
yang berarti penambahan jumlah tenaga kerja
tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan
peternak. Hal ini menunjukkan, walaupun
41
42
Daftar Pustaka
Abidin, A. dan Simanjuntak, D. 1977. Ternak
Sapi
Potong.
Direktorat
Jenderal
Peternakan, Jakarta.
Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Ahmadi, A.H. 2003. Sosiologi Pendidikan. PT
Rineka Cipta, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2002. Kecamatan Hamparan
Perak dalam Angka 2002. BPS Sumatera
Utara, Medan.
Fhatoni, A.H. 2004. Manajemen Sumber Daya
Manusia. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Sembel, R. 1999. Berpikir Ekonomis Di Masa
Kritis. Gramedia, Jakarta.
Siregar, S.B. 2005. Penggemukan Sapi. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Soekartawi, A., Soehardjo, Dillon, J.L.,
Hardaker, J.B. 1986. Ilmu Usaha Tani dan
Penelitian untuk Penggembangan Petani
Kecil. UI-Press, Jakarta.
Sudrajad. 2005. Kiat Mengetas Pengangguran
Melalui Wirausaha. PT Bumi Aksara,
Jakarta.
Sugiyono, 1994. Metode Penelitian Administrasi.
Edisi ketiga. Alfabeta, Bandung.
Yunus, M.F. 2004. Pendidikan berbasis SosialPaolo Freire dan YB. Mangunwijaya.
Longung, Yogyakarta.