Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH :
NAMA
NIM
: P07120014081
KELAS
I.
C. Klasifikasi
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF)
dibagi menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :
1. Derajat I :
Panas 2 7 hari , gejala umum tidak khas, uji tourniquet hasilnya
positif
2. Derajat II :
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala gejala pendarahan
spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis,
melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya.
3. Derajat III :
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti
nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20
mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan
sistolik dibawah 80 mmHg.
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140
mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak
biru.
Klasifikasi DHF berdasarkan patokan dari WHO (1999) DBD dibagi
menjadi 4 derajat :
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji
tourniquet (+), trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat
lain.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
darah rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan
ujung jari.
4. Derajat IV
4
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak
dapat diukur.
Dengue Shock Syndrome ( DSS )
Dengue shock syndrome ( DSS ) adalah sindroma syok yang
terjadi pada penderita Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) atau
demam berdarah dengue.
Dengue syok sindrom bukan saja merupakan suatu permasalahan
kesehatan masyarakat yang menyebar dengan luas atau tiba tiba,
tetapi juga merupakan suatu permasalahan klinis, karena 30 50 %
penderita demam berdarah dengue akan mengalami renjatan dan
berakhir pada kematian terutama bila tidak ditangani secara dini dan
adekuat.
D. Manifestasi Klinis
1. Demam :Awalnya akut, cukup tinggi, dan kontinu, berlangsung lama
2 7 hari
2. Setiap manifestasi perdarahan berikut : petekia, purpura, ekimosis,
epistaksis, gusi berdarah, dan hematemesis dan / atau melena.
3. Uji torniquet positif : Uji torniquet dilakukan dengan memompa
manset tekanan darah sampai suatu titik tengah antara tekanan sistolik
dan diastolik selama 5 menit. Hasil uji di nyatakan positif jika tampak
10 atau lebih petekia per 2,5 cm2. Pada kasus DHF, uji tersebut
biasanya memberikan hasil yang pasti positif bila tampak 20 petekia
atau lebih. Hasil uji mungkin negatif atau agak positif selama fase
syok yang dalam. Hasil tersebut kemudian akan menjadi positif,
bahkan terkadang sangat positif, jika dilakukan setelah pulih dari
syok.
4. Pembesaran hati (hepatomegali) : Tampak pada beberapa tahap
penyakit yaitu sekitar 90 98 % pada anak anak di thailand, tetapi di
negara lain frekuensinya mungkin bervariasi.
5. Syok : Di tandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah di sertai
tekanan denyut yang menurun ( 20 mmHg atau kurang ), atau
hipotensi, juga dengan kulit yang lembab, dingin, dan gelisah.
6. Temuan laboratorium
a. Trombositipenia ( 100.000 / mm3 atau kurang )
Pada demam dengue juga terjadi trombositopeni atau
penuruan nilai trombosit yang dapat mencapai < 100.000.
5
atau
(peningkatan
menggambarkan
hematokrit
adanya
>
20%)
kebocoran
hipovolemi.
Hipovolemi
juga
dapat
disebabkan
peningkatkan
trombosit
sehingga
terjadi
gangguan
fungsi
trombosit,
kompleks
virus
antibodi,
dalam
sirkulasi
akan
merupakan
mediator
kuat
sebagai
faktor
meningginya
Beredar
dalam
aliran
darah
Arbovirus (melalui
nyamuk aedes
aegypty)
Membentuk
dan
melepaskan
zat C3a, C5a
PGE2 Hipotalamus
Hipertermi
Infeksi Virus
dengue
Mengaktifkan
sistem
komplemen
Peningkatan
reabsorpsi Na+
dan H2O
Agregasi
trombosit
Permeabilitas
membran
meningkat
Kerusakan endotel
pembuluh darah
Trombositopen
i
Merangsang dan
mengaktivasi faktor
pembekuan
Resiko syok
hipovolemik
Renjatan
hipovolemik
dan hipotensi
DIC
Resiko perdarahan
Kebocoran
plasma
Perdarahan
Resiko Perfusi
jaringan tidak efektif
Asidosis metabolik
Resiko syok
(hipovolemik)
Paruparu
Efusi
pleura
Ketidakefektifan
pola napas
Hipoksia
jaringan
Kekurangan volume
cairan
Hepa
r
Hepatomegali
Penekanan intra
abdomen
Nyeri
Ke
ekstravaskuler
abdome
n
Acites
Mual
muntah
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
10
G. Komplikasi
1. Syok
Pada Dengue Hemorrhagic Fever derajat IV akan terjadi syok yang
disebabkan kehilangan banyak cairan melalui pendarahan yang
diakibatkan oleh ekstravasasi cairan intravaskuler.
2. Ikterus pada kulit dan mata
Adanya pendarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana
hemoglobin akan dipecah menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh
adanya deposit bilirubin.
3. Kematian
Kematian merupakan komplikasi
lebih
lanjut
dari
Dengue
peningkatan
permeabilitas
kapiler
dan
12-16 gr/dL
Pria
14-18 gr/dL
11
Anak
10-16 gr/dL
12-24gr/dL
c.
2.
3.
Purpura,
Ekimosis,
Perdarahan
konjungtiva,
Penatalaksanaan
1. Medis
a.
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan
pasien dehidrasi dan haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1
- 2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat
antipiretik dan kompres dingin. Jika terjadi kejang diberikan
antikonvulsan. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur < 12
bulan 50 mg im; anak > 1 tahun 75 mg. jika 15 menit kejang
belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/ kg BB.
Infus RL diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang
b.
cenderung meningkat.
Pasien mengalami syok segera dipasang infuse RL sebagai
pengganti cairan hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang
diberikan biasanya RL. Infuse ringer laktat adalah larutan steril
yang mengandung Natrium Klorida, Kalium Klorida, Kalsium
Klorida, dan Natrium Laktat dalam air untuk obat suntik. Infuse
ringer laktat mengandung berbagai macam elektrolit, sehingga
digunakan untuk memenuhi kebutuhan elektrolit ataupun cairan
tubuh secara fisiologis. Ringer laktat berisi komponen-komponen
seperti Na Laktat, NaCl, KCl, dan CaCl2.2H2O. Larutan ini
merupakan modifikasi dari larutan ringer yang berfungsi sama
dengan ringer laktat. Yang membedakan adalah adanya NaHCO3.
13
NaHCO3
memungkinkan
adanya
terlepasnya
CO2
yang
2. Keperawatan
a. Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa
Ht, Hb dan trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 2
b.
c.
cairan biasa.
Derajat III dan IV (DSS)
15
diperlukan.
Makanan dan
minuman
dihentikan,
bila
mengalami
16
II.
g. Sistem Urinaria
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
5. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi
tirah baring.
6. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya
volume cairan tubuh.
7. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
18
umum pasien.
Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam)
R/ : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
Berikan kompres hangat
R/ : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan
yang mempercepat penurunan suhu tubuh.
Berikan kompres dingin
R/ : kompres dingin akan membantu terjadi pemindahan
tebal
R/ : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh
Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai
program dokter
relaksasi
Berikan aktifitas hiburan yang tepat
R/ : Memfokuskan kembali perhatian; meningkatkan
kebutuhan terapeutik
Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
20
setelah pulang
Ajarkan pasien
dan
Libatkan
keluarga
pasien
pada
takikardi
Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
Kaji suhu warna kulit dan kelembabannya
R/ : pernapasan yang berbau aseton berhubungan dengan
pemecahan asam aseto-asetat dan harus berkurang bila
21
program pengobatan.
Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500
ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung.
R/ : mempertahankan volume sirkulasi.
Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
R/ : kekurangan cairan dan elektrolit menimbulkan muntah
sehingga kekurangan cairan dan elektrolit.
Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema,
peningkatan BB, nadi tidak teratur
R/ : pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat berpotensi
sesuai
dengan
b. Intervensi :
Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
22
lanjut.
Berikan transfusi sesuai program dokter
23
perdarahan
yang
dialami
mungkin.
Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
R/ : Aktivitas pasien yang tidak
pasien
sedini
terkontrol
dapat
menyebabkan perdarahan
Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda
perdarahan lebih lanjut
R/ : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini
mungkin.
Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya
R/ : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis
yang diberikan.
Contoh resep : R/ Amoxcycillin 500mg , dosis / S : 3 dd 1.
Jelaskan pada pasien Obat amoxcycillin berfungsi sebagai
antibiotic agar terhindar dari infeksi, aturan minum atau
dosisnya yakni di minum 3 kali 1 tablet setiap hari.
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan langkah
keempat
dalam
tahap
proses
medis. Tindakan
fungsi
melakukan
kegiatan
sehari-hari.
Mendorong
untuk
b. Pemberian obat
c. Penyuntikan
Oleh karena itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung
jawab dokter. Setiap tindakan perawat yang berdasarkan perintah
dokter, dengan menghormati hak pasien tidak termasuk dalam
tanggung jawab perawat.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi Interdependen. carried out in conjuction with other health
team members . Fungsi perawat dalam interdepanden ini bahwa
hanya tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim
perawatan atau tim kesehatan lainnya. Fungsi ini tampak ketika
perawat bersama tenaga kesehatan lainnya melakukan kolaborasi
dalam
memberikan
pelayanan
kesehatan
yang
bertujuan
tenaga
kesehatan,
masing-masing
tenaga
kesehatan
26
Peran Kolaborasi
Merupakan peran perawat dalam mengatasi permasalahan secara
teamwork dengan tim kesehatan. Contoh tindakan kolaborasi :
a. Mencatat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
b. Mengobservasi adanya kelelahan yang meningkat, edema,
peningkatan BB, nadi tidak teratur
c. Memantau masukan dan pengeluaran cairan
d. Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
e. Mengidentifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki yang
sesuai dengan program diit.
E. Evaluasi Keperawatan
1. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5-37,5C
2. Nyeri hilang atau berkurang
3. Gangguan pemenuhuan kebutuhan nutrisi tubuh tercukupi
4. Keseimbangan volume cairan
5. Aktivitas dan kebuthan sehari-hari terpenuhi
6. Syok hipovolemik tidak terjadi
7. Tidak terjadi perdarahan luas
27
DAFTAR PUSTAKA
//bagibagiwak.blogspot.com/2012/12/laporan-pendahuluan-dhf-
dengue.html
Anonym. 2013. Laporan Pendahuluan DHF (Dengue Haemoragic Fever).
http://efrialfred.blogspot.com/2013/02/laporan-pendahuluan-dhfdengue.html
Anonym.
2011.
Laporan
Pendahuluan
DHF
http://rereners.blogspot.
com/2011/02/laporan-pendahuluan-dhf.html
28
Mengetahui,
Pembimbing Praktik
Mahasiswa
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
29