Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
NAMA KELOMPOK :
2.9 Inayatun Toyibbah
3.9 Dwi Lusiana Maya Sari
4.9 Ifa Kharimatun Nisa
10
BAB I
TINJAUAN TEORI
1.1 DEFINISI URETROLITHIASIS
Batu Uretra adalah batu yang terdapat disaluran uretra, umumnya merupakan
batu sekunder karena tidak terbentuk di uretra. Batu berasal dari saluran proksimal uretra,
baik vesika urinaria, ureter maupun ginjal yang kemudian turun sampai ke uretra. Batu
primer jarang terbentuk di uretra, kecuali terdapat divertikula di uretra.
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari buli-buli melalui
proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2 bagian yait uretra posterior dan
uretra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani.
Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan bulibuli dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra
posterior dan anterior.
Batu uretra biasanya berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang turun ke bulibuli, kemudian masuk ke uretra. Batu uretra yang merupakan batu primer terbentuk di
uretra sangat jarang, kecuali jika terbentuk di dalam divertikel uretra.angka kejadian batu
uretra ini tidak lebih 1% dari seluruh batu saluran kemih.
11
1.2 ETIOLOGI
- Infeksi : disebabkan karena kelainan-kelainan pada kelenjar prostat.
- Trauma internal atau external pada uretra.
- Kelainan bawaan
Terbentuknya batu pada ginjal diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih
belum terungkap ( idiopatik )
Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu pada ginjal.
Faktor-faktor itu adalah 1:
1. Faktor intrinsik
Yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang. Faktor intrinsik dan faktor idiopatik
umumnya sukar untuk dikoreksi, sehingga mempunyai kecenderungan untuk kambuh 2.
Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
a. Hereditair dan Ras
Penyakit nefrolithiasis diduga diturunkan dari orang tuanya 1 dan ternyata anggota
keluarga nefrolithiasis lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menderita penyakit yang sama
dari pada orang lain. Misalnya faktor genetik familial pada hipersistinuria, hiperkalsiuria primer
dan hiperoksaluria primer2. Batu saluran kemih juga lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia
sedangkan pada penduduk Amerika dan Eropa jarang ditemukan. 2
b. Umur.
Penyakit nefrolithiasis paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50 tahun
c. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan 1
dan pada pria lebih banyak ditemukan batu ureter dan buli-buli sedangkan pada wanita lebih
sering ditemukan batu ginjal atau batu piala ginjal.
2. Faktor ekstrinsik
Yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Faktor ekstrinsik, bila
penyebabnya diketahui dapat diambil langkah-langkah untuk mengubah faktor lingkungan atau
kebiasaaan sehari-hari sehingga terjadinya rekurensi dapat dicegah 2. Beberapa faktor ekstrinsik,
diantaranya adalah :
a. Geografi
12
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu yang lebih tinggi daripada
daerah lain, sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
b. Iklim dan temperatur
Tempat yang bersuhu panas, misalnya di daerah tropis, di kamar mesin, menyebabkan
banyak mengeluarkan keringat yang akan mengurangi produksi urin dan mempermudah
pembentukan batu. Sedangkan pada daerah yang dingin, akan menyebabkan kurangnya asupan
air pada masyarakatnya.
c. Asupan air
Kurangnya asupan air menyebabkan kadar semua substansi dalam urin akan meningkat
dan akan mempermudah pembentukan batu 2 dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikomsumsi dapat meningkatkan insidensi batu1.
d. Diet
Diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terbentuknya batu 1. Pada
golongan masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani, angka morbiditas batu berkurang
sedangkan pada golongan
morbiditas meningkat. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering
menderita batu buli-buli dan uretra dan hanya sedikit yang ditemukan menderita batu ginjal atau
batu piala ginjal
e. Pekerjaan
Penyakit nefrolithiasis sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktivitas atau sedentary life
f. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti
pembentukan batu. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum ( urea splitting organism ) dan
membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garamgaram fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada. 2
g. Obstruksi dan stasis urin
13
Adanya obstruksi saluran kemih, misalnya oleh tumor, striktur dan hiperplasi prostat,
akan menyebabkan stasis urin sedangkan urin sendiri adalah substansi yang banyak mengandung
kuman sehingga mempermudah terjadinya infeksi dan pembentukan batu. 2
Selain faktor-faktor di atas terdapat faktor lain yang turut mempengaruhi, misal gangguan
metabolisme. Gangguan metabolisme yang dimaksud adalah yang dapat mengakibatkan
peningkatan kadar produk yang dapat mengendap dan menjadi batu. Misalnya hiperkalsemia
yang disebabkan oleh hiperparatiroidisme, sindroma susu alkali, mieloma multiple, metastase Ca
dan sarkoidosis. Hiperurikemia dan terapi dengan sitostatika atau diuretika yang lama, serta
hipersistinemia yang disebabkan oleh renal tubular acidosi.
1.3 PATOFISILOGI
Lesi pada epitel uretra atau putusnya jaringaan / kontinuitas, baik oleh
proses infeksi maupun akibat trauma akan menimbulkan terjadinya reaksi peradangan.
Iritasi dari urine pada uretra akan mengundang reaksi fibroblastik yang berkelanjutan dan
proses
fibrosis
semakin
menghebat
sehingga
terjadilah
penyempitan
bahkan
penyumbatan dari lumen uretra serta aliran urine mengalami hambatan dengan segala
akibatnya. (Nursalam :2011).
Secara teoritis, batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih, terutama pada tempattempat yang sering mengalami hambatan aliran urine ( stasis urine ), yaitu pada sistem kalises
ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises ( stenosis uretero pelvis ),
divertikulum, obstruksi intravesika kronis seperti pada hiperplasi prostat benigna, striktura dan
buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan
batu.
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal, kemudian berada di kaliks ginjal, pielum,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang
mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa
sehinggga disebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises
14
masih rapuh dan belum cukup mampu menyumbat saluran kemih. Untuk itu, agregat kristal
menempel pada epitel saluran kemih, membentuk retensi kristal, dan dari sini bahan-bahan lain
diendapkan pada agregat sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran
kemih.1
Kondisi tetap terlarut dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine,
konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih atau adanya korpus
alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu 1 . Kemih yang terus menerus
bersifat asam dapat terjadi pada asidosis metabolik dan pada keadaan pireksia, sedangkan kemih
yang terus menerus bersifat basa menyatakan adanya infeksi pada saluran kemih, keadaan
asidosis tubulus ginjal, kekurangan kalium dan pada sindrom Fanconi. 5
Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih, ditentukan juga oleh adanya
keseimbangan antara zat-zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat-zat yang mampu mencegah
timbulnya batu. Dikenal beberapa zat yang dapat menghambat terbentuknya batu di saluran
kemih, yang bekerja mulai dari proses reabsorbsi kalsium di dalam usus, proses pembentukan inti
batu atau kristal, proses agregasi kristal, hingga retensi kristal. Ion magnesium dikenal dapat
menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan oksalat, akan membentuk garam
magnesium oksalat, sehingga jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium untuk
membentuk batu kalsium oksalat menurun. Demikian pula dengan sitrat, jika berikatan dengan
ion kalsium, akan membentuk garam kalsium sitrat, sehingga jumlah kalsium yang akan berikatan
dengan oksalat maupun fosfat berkurang. Hal ini menyebabkan kristal kalsium oksalat atau
kalsium fosfat jumlahnya berkurang. Beberapa protein atau senyawa organik lain mampu
bertindak sebagai inhibitor dengan cara menghambat pertumbuhan kristal, menghambat agregasi
kristal, maupun menghambat retensi kristal. Senyawa itu antara lain adalah glikosaminoglikan,
protein Tamm Horsfall atau uromukoid, nefrokalsin, dan osteopontin. Defisiensi zat-zat yang
16
berfungsi sebagai inhibitor batu merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya batu saluran
kemih.
B.
Komposisi Batu
1. Batu kalsium
Batu ini lebih sering ditemukan pada laki-laki; usia rata-rata timbulnya penyakit ini
adalah pada dekade ketiga. Sebagian besar orang yang membentuk batu kalsium tunggal
akhirnya membentuk batu yang lain, dan interval antara batu yang terbentuk secara berurutan
memendek atau tetap konstan. Kecepatan rata-rata pembentukan batu setiap 2 atau 3 tahun.
Penyakit batu kalsium sering bersifat familial.
Volume urine yang jumlahnya sedikit ( < 2 liter / hari ) atau dehidrasi
3. Batu sistin
Batu ini jarang ditemukan, berwarna kuning jeruk, dan berkilauan, radioopak
disebabkan oleh adanya kandungan sulfur. Kristal sistin tampak dalam urin sebagai
lempengan yang datar, heksagonal.
17
4. Batu struvit
Batu struvit biasa ditemukan dan secara potensial berbahaya. Batu ini terjadi
terutama pada perempuan dan akibat infeksi saluran kemih dengan bakteri yang
menghasilkan urease, biasanya spesies Proteus. Batu daspat tumbuh menjadi ukuran yang
besar dan mengisi pelvis renalis dan kaliks menimbulkan gambaran tanduk (staghorn).
Batu struvit ini bersifat radioopak dan mempunyai berbagai densitas internal. Di dalam urin
kristal struvit adalah prisma rektanguler yang dikatakan menyerupai tutup peti mati.
1.5 DIAGNOSTIK
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, dan pemeriksaan fisik, selain itu perlu
ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium, radiologik, dan dengan pencitraan untuk
menentukan kemungkinan adanya gangguan fungsi ginjal.
Pemeriksaan Penunjang yang dapat menegakan diagnosis Nefrolithiasis antara lain :
Laboratorium :
1. Urin
pH urin
Batu kalsium, asam urat dan batu sistin terbentuk pada urin dengan pH yang
rendah (pH<7).
Batu struvit terbentuk pada urin dengan pH yang tinggi
(pH> 7)
Sedimen
Sel darah meningkat (90%), pada infeksi sel darah putih akan meningkat.
Biakan urin untuk melihat jenis mikroorganisme penyebab infeksi pada saluran
kemih
2. Darah
Hemoglobin, adanya gangguan fungsi ginjal yang kronis dapat terjadi
anemia
leukositosis
-
19
Radiologik :
1. Foto Polos Abdomen
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran kemih.
Batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling sering dijumpai,
sedangkan batu asam urat bersifat radiolusen.
2. Pielografi Intra Vena
Bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu juga dapat mendeteksi
adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut.
Jika pielografi intra vena ( selanjutnya disebut dengan PIV ) belum dapat menjelaskan keadaan
sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai gantinya adalah
pemeriksaan pielografi retrograde.
3. Ultrasonografi
Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan
alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil.
Pemeriksaan ultrasonografi dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang
ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau adanya pengkerutan ginjal.
20
1.6 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan batu saluran kemih harus benar-benar tuntas, sehingga bukan hanya
mengeluarkan batu saja, tetapi harus disertai dengan terapi penyembuhan penyakit batu atau
paling sedikit disertai dengan terapi pencegahan. Hal ini terjadi karena batu sendiri hanya
sebagai gejala dari penyakit batu saja, sehingga pengeluaran batu dengan cara apapun bukanlah
merupakan terapi yang sempurna. Selanjutnya perlu juga diketahui bahwa pengeluaran batu
baru diperlukan bila batu menyebabkan gangguan saluran air kemih. Bila batu ternyata tidak
memberi gangguan pada fungsi ginjal, maka batu tersebut tidak perlu diangkat apalagi misalnya
pada batu ureter diharapkan dapat keluar dengan sendirinya.
Tujuan pengelolaan batu pada ginjal adalah untuk menghilangkan obstruksi, mengobati
infeksi, menghilangkan rasa nyeri, mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi
kemungkinan terjadinya rekurensi. Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah yang
dapat diambil adalah sebagai berikut :
Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasi dan besarnya batu
Menentukan akibat adanya batu seperti rasa nyeri, obstruksi yang disertai perubahan pada
ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal
21
Analisis batu
dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau
22
dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal
adalah :
a. PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy )
Yaitu mengeluarkan batu
endoskopi ke sistem kalises ginjal melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. Uretero atau Uretero-renoskopi
Yaitu memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat kedaan ureter atau
sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter
maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureterorenoskopi.
4. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan
endourologi, laparaskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui
pembedahan terbuka. Pembedahan itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk
mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi
karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan telah terjadi pionefrosis, korteksnya sudah sangat
tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang
menahun
1.8 PENCEGAHAN
23
Tindakan selanjutnya yang tidak kalah penting setelah pengeluaran batu adalah upaya
menghindari timbulnya kekambuhan. Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas
kandungan unsur yang menyusun batu yang diperoleh dari analisis batu 3. Pada umumnya
pencegahan itu berupa 2:
Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 L/hari
Aktivitas harian yang cukup
Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu
Jenis Batu
Faktor
Pengobatan
predisposisi
pencegahan
untuk mencapai
pH kemih ynag
Kalsium oksalat
dibutuhkan
Kemih basa ( pH
6)
Hiperkalsiuria
>6)
Sayuran,
buah
susu,
kecuali
plum,
Kristal asam urat
Kemoterapi gout
plum
kering, cranberry )
Natrium
bikarbonat
sitrat
Kemih asam
Kemih basa
Triple fosfat
Infeksi
kemih
atau
saluran
Daging,
roti,
makanan
berprotein,
jus
24
Kalsium fosfat
cranberry,
Hiperkalsiuria,
plum kering
imobilitas lama
mandelanin
plum,
1.8 PROGNOSIS
Prognosis batu pada saluran kemih, dan ginjal khususnya tergantung dari faktor-faktor
ukuran batu, letak batu, adanya infeksi serta adanya obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu,
makin jelek prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah
terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi
akan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal, sehingga prognosis menjadi jelek. 2
1.9 KOMPLIKASI
Komplikasi batu saluran kemih antara lain timbulnya obstruksi, infeksi sekunder dan
infeksi yang berkepanjangan pada urotelium yang dapat menyebabkan tumbuhnya keganasan
yang sering berupa karsinoma epidermoid.
Sebagai akibat obstruksi, khususnya di ginjal atau ureter dapat terjadi hidroureter atau
hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan
kegagalan faal ginjal yang terkena. Bila terjadi pada kedua ginjal akan timbul uremia karena
adanya gagal ginjal total. Hal yang sama dapat juga terjadi akibat dari batu kandung kemih,
terlebih bila batu tersebut membesar, sehingga juga menyebabkan gangguan pada aliran kemih
dari kedua orifisium ureter.
Batu di pielum dapat menimbulkan hidronefrosis, batu di kaliks mayor dapat
menimbulkan kaliekstasis pada kaliks yang bersangkutan. Jika disertai dengan infeksi sekunder,
dapat menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, ataupun pielonefritis.
Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kerusakan ginjal, dan jika mengenai kedua sisi dapat
mengakibatkan gagal ginjal permanen.
25
1. Keluhan Utama : sulit kencing atau tidak dapat kencing sama sekali yang mendadak
(retensi urine). Keluhan lainnya biasanya adalah berhubungan dengan gejala iritasi dan
infeksi seperti penis yang membengkak.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan tentang factor yang melatar belakangi atau hal-hal yang mempengaruhi atau
mendahului keluhan, bagaimana sifat terjadinya, bagaimana gejalanya (mendadak,
perlahan-lahan, terus-menerus, berupa serangan, hilang timbul, atau berhubungan dengan
waktu), lokasi terjadinya gejala dan sifatnya (menjalar, menyebar, berpindah-pindah atau
menetap), berat ringannya keluhan dan perkembangannya (apakah menetap, cenderung
bertambah atau berkurang), lamanya keluhan berlangsung, kapan dimulainya, dan upaya
apa yang telah dilakukan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang :
Riwayat pemakaian obat : apa jenisnya, berapa dosisnya, berapa dosis terakhirnya,
Riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau penyakit yang pernah di
1)
Pernafasan :
Biasanya tidak terjadi gangguan pernafasan, karena batu uretra terdapat di uretra yang
termasuk dalam system perkemihan, tidak melewati atau memasuki saluran peernafasan.
2)
Kebutuhan nutrisi
Mengalami anoreksia
Mual-muntah
3)
Kebutuhan eliminasi
4)
5)
6)
28
8)
9)
Adanya gangguan karena adanya penyebaran nyeri ke area paha dan genitalia.
Kebutuhan psikologi
Ansietas karenakurang informasi.
Integritas ego
Mengalami stress baik emosional maupun fisik
Hubungan pasien dengan keluarga, tetangga, tim medis, dan juga dengan pasien
lain
11) Kebutuhan spiritual
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dengan palpasi pada penis di dapatkan adanya suatu kelainan akibat
fibrosis di uretra atau terbentuknya suatu fistula.
1)
2)
TD : peningkatan TD (hipertensi)
29
3)
Head to toes
Leher
: bentuk normal.
Kepala
Mata
dan pupil.
Telinga
Hidung
Mulut
Dada
frekuensi pernapasan.
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
genitalia.
e. Pengkajian Diagnostik (Nursalam : 2011)
1). Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk pelengkap pelaksanaan pembedahan dan
untuk mengetahui adanya tanda-tanda infeksi melalui pemeriksaan urinalisis dan kultur
urine.
2). Uroflowmetri
Pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urine.
3). Radiologi
30
Diagnosis pasti dibuat dengan uretrografi sehingga dapat melihat letak penyempitan dan
besarnya penyempitan uretra.
f. Pengkajian Penatalaksanaan medis
Tidak ada terapi medis untuk mengobati penyakit ini, tetapi untuk mengatasi masalah
ini dengan cara pembedahan seperti :
a. Pelebaran uletra baik secara uretrotomi internal atau pemasangan sten uretra.
b. Bedah rekonstruksi.
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan efek mengejan pada saat miksi sekunder dan nyeri paska
bedah.
2. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan.
3. Gangguan eliminasi berhubungan dengan retensi urine.
2.3 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan efek mengejan pada saat miksi sekunder dan nyeri paska
bedah.
Tujuan
Kriteria hasil
RASIONAL
31
Jelaskan
Berguna
dalam
kefektifan
pengawasan
obat,
kemajuan
penyembuhan.
dan
bantu
klien
dan
lainnya
telah
keefektifan
non-farmakologi
menunjukkan
dalam mengurangi
nyeri.
Manajemen nyeri:
Lakukan manajemen nyeri:
Ajarkan
teknik
relaksasi
intake
oksigen
sekunder.
Meningkatkan
menurunkan
stimulus
internal.
Tingkatkan
pengetahuan
tentang
penyebab
danmenghubungkan berapa
nyeri akan berlangsung.
mengembangkan
kecemasan
Kriteria hasil
INTERVENSI
RASIONAL
Mengetahui sejauh mana tingkat
sehingga
memudahkan
Jelaskan semua
prosedur
pengobatan
diberikan
untuk
penyembuhan
masih
ada
proses
penyakitnya,
yang
berkuasa
: Dalam waktu 5x24 jam pola eliminasi optimal sesuai kondisi klien.
Kriteria hasil
RASIONAL
penting
dalam
33
dilaksanakan.
Intervensi bedah dilakukan untuk
1.
Pelebaran
uretra,
baik
secara
mengatasi
eliminasi
masalah
urine.
Pemilihan
jenis
dan
tingkat
tolerasi
individu.
gangguan
batu
uretra
dari
yang
paling
umum.
uretra
dapat
termasuk
instrumen
yang
34
35
BAB III
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat
yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam
air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Antomi system perkemihan terdiri dari :
1.
Ginjal
2.
Ureter
3.
Kandung kemih
4.
Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju
lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria
memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan
kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 4 cm dan diameter lubangnya
adalah 6 mm. Selain itu, pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos
terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars
membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa
(distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).
Batu Uretra adalah batu yang terdapat disaluran uretra, umumnya merupakan batu
sekunder karena tidak terbentuk di uretra. Batu berasal dari saluran proksimal uretra, baik vesika
urinaria, ureter maupun ginjal yang kemudian turun sampai ke uretra. Batu primer jarang
terbentuk di uretra, kecuali terdapat divertikula di uretra.
36
3.2.
SARAN
1.
Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta upaya pencegahan
penyakit Batu Uretra agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
2.
Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang Batu Uretra lebih dalam sehingga
dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit Batu Uretra.
3.
4.
37
38