Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Kelompok 3 Farmasi 2B
Ketua : M. Athfal Ramadhana (11151020000099)
Anggota : Aziza Nurul Amanah (11151020000095)
: Mayang Ayi Sutari (11151020000087)
: Nadiyah Hilmi (11151020000074)
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan
hidayahNya, Penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah dengan judul Aspek Tasawuf Islam disusun dengan maksud untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengantar studi islam
Penulis menyadari dalam penulisan dalam penulisan makalah ini masih banyak
kesalahan. Maka dari itu itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan penulisan Makalah ini. Dan semoga Allah swt
senantiasa menuntun kita ke jalan yang diridhoi-Nya, Aamiin.
Ciputat,
Maret
2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar...............................................................ii
Page | 2
Daftar Isi.......................................................................iii
Bab I Pendahuluan..........................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................1
1.3 Manfaat Penulisan..............................................2
Bab II Pembahasan.........................................................3
2.1 Tasawuf Islam.....................................................3
A. Sejarah Asal Mula Tasawuf...................................3
1. Faktor Ekstern.................................................3
2. Faktor Intern....................................................3
B. Pengertian Tasawuf dan Tasawuf Islam.................4
1. Secara lughowi.................................................4
2. Secara Istilahi..................................................4
C. Tasawuf dalam Pandangan Al-Quran dan As-Sunnah
5
1. Dalil-dalil Al-Quran..........................................5
2. Dalil-dalil As-Sunnah........................................6
D. Ciri Umum Tasawuf..............................................7
E. Alur Ajaran Tasawuf.............................................7
F. Tujuan Tasawuf....................................................9
1. Takhali.............................................................9
2. Tahalli..............................................................9
3. Tajalli..............................................................9
G. Perkembangan Tasawuf.....................................10
1. Sejarah Perkembangan Tasawuf Akhlaqi.........11
Page | 3
Page | 4
d. Rabiatul Al-Adawiyah....................................29
e. Hasan AlBashri............................................30
Bab III Penutup.............................................................33
Kesimpulan............................................................33
Saran.....................................................................33
Daftar Pustaka...............................................................vi
Page | 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan
lebih
Page | 6
pengaruh
jasmani.
Penyucian
ini
penting
dalam
rangkah
Rumusan Masalah
manfaatnya?
Manfaat Penulisan
cara
2 Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, Jakarta: Penerbit Erlangga 2006, hal:
04
Page | 7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tasawuf Islam
A. Sejarah Asal Mula Tasawuf
Tasawuf dalam Islam, menurut ahli sejarah, sebagai ilmu yang
berdiri sendiri, lahir sekitar abad ke 2 atau awal abad ke 3 Hijriyah.
Pembicaraan para ahli tentang lahirnya tasawuf lebih banyak
menyoroti faktor-faktor yang mendorong kelahiran tasawuf. FaktorFaktor tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu3:
1. Faktor Ekstern
Tasawuf lahir karena pengaruh dari paham Kristen yang
seseorang
kontemplasi.
Tasawuf lahir
medorong
meninggalkan
karena
manusia
pengaruh
meninggalkan
dunia
dan
ajaran
Hinduisme
dunia
melakukann
dan
yang
berupaya
4 Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabay: Bina Ilmu, 1997), hlm. 10
Page | 8
Artinya: dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang
Aku,
Maka
(jawablah),
bahwasanya
aku
adalah
dekat.
aku
Page | 9
diri
setelah
memilih
(sebelumnya
menyembunyikan
hidup)
penuh
diri
setelah
saat.
Menurut Muhammad Ali Al-Qassab. Tasawuf adalah akhlak
mulia yang timbul pada waktu mulia dari seorang yang mulia
di tangan makhluk.
Menurut Al-Junaidi.
Ia
mendefinisikan,
Tasawuf
adalah
Page | 10
Artinya: dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah
kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan
Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji8.
2. Dalil-dalil As-Sunnah
Sama
halnya
dengan
mengungkapkan
berkenaan
Al-Quran,
dengan
As-sunnah
perilaku
dan
banyak
pengalaman
7 Prof. Dr.M.Solihi M.Ag dan Prof.Dr.Rosihon Anwar, M.Ag , Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka
Setia. 2014 hlm. 15
Page | 11
Bukhari)10.
Rasulullah Saw bersabda:
Zuhudlah11 terhadap dunia maka Allah akan mencintaimu.
Zuhudlah pada apa yang ada di tangan orang lain maka mereka
akan mencintaimu.(HR. Ibnu Majah)
wahyu.
Selama
di
Gua
Hira,
Rasulullah hanyalah
9 Prof. Dr.M.Solihi M.Ag dan Prof.Dr.Rosihon Anwar, M.Ag , Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka
Setia. 2014 hlm. 28
10 Prof. Dr.M.Solihi M.Ag dan Prof.Dr.Rosihon Anwar, M.Ag , Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka
Setia. 2014 hlm. 29
11 Zuhud dalam Islam artinya adalah meninggikan jiwanya diatas hawa nafsunya. Didalam
Buku Abu WafaAl Ghanimi al-Taftazani, Tasawuf Islam Telaah Historis dan perkembangannya.
Jakarta: Gaya Media Pratama, 2008. hlm 68
Page | 12
dalam
kedudukannya
sebagai
ilmu
tentang
tingkatan
seorang sufi.
Penggunaan simbol-simbol
pengungkapan
yang
biasanya
Page | 13
16 Prof. Dr.M.Solihi M.Ag dan Prof.Dr. Rosihon Anwar, M.Ag , Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka
Setia. 2014 hlm. 35
17 Ismail R. Al-Faruqi dan Lois Lamya Al-Faruqi, Atlas Budaya Islam, terj. Ilyas Hasan,
Bandung: Mizan, 2000 hlm. 327
Page | 14
Meninggikan ruh
Anti-dunia
Anti-masyarakat
Pendukung utama gerakan ini adalah:
Ibrahim bin Al-Adham [Amir dari Balkhi, Khurasan][161H/
777M]
Abdullah bin Mubarak,Marw [181 H/797 M]
Syaqiq Al-Bakhi, Balkh [194 H/810 M]
Haytam Al-Ashamm, Balkh [237 H/852 M]
Abu Yazid Al-Bisthami, Bistham [261 H/875 M]18
F. Tujuan Tasawuf
Menurut A. Rivay Siregar secara umum tujuan terpenting dari sufi
adalah berada sedekat mungkin dengan Allah. Selain itu tasawuf juga
bertujuan untuk mencapai marifat dengan cara Fana. Arti Fana ialah
leburnya pribadi pada kebaqaan Allah di mana perasaan keinsanan
lenyap diliputi rasa ketuhanan dalam keadaan aman. Ketika itu antara
diri dan Allah menjadi satu dalam baqanya tanpa hulul/ berpadu dan
tanpa ittihad/bersatu dalam pengertian seolah-olah manusia dan
Tuhan sama19.
Terjadinya
marifatullah
sebenarnya
didahului
oleh
proses
18 Ismail R. Al-Faruqi dan Lois Lamya Al-Faruqi, Atlas Budaya Islam, terj. Ilyas Hasan,
Bandung: Mizan, 2000 hlm. 327
19 Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabay: Bina Ilmu, 1997), hlm. 164.
Page | 15
dalam
21 Drs. H.Ahmad Bangun Nasution, M.A dan Dra. Hj. Rayani Hanum Siregar, M.H, Akhlak
Tasawuf, Jakarta, PT Rajagrafindo persada, 2013, hlm 72-74
Page | 16
Sebenarnya
diri Nabi
Waktu
malam
beliau
sedikit
sekali
tidur,
waktunya
sebagai
tasawuf
Falsafi.
Tasawuf
jenis
kedua
banyak
22 Drs. H.Ahmad Bangun Nasution, M.A dan Dra. Hj. Rayani Hanum Siregar, M.H, Akhlak
Tasawuf, Jakarta, PT Rajagrafindo persada, 2013, hlm 18
Page | 17
Pembagian
dua
jenis
tasawuf
di
atas
didasarkan
atas
(zuhud)
ini
banyak
dipandang
sebagai
pengantar
kemunculan
tasawuf. Fase asketisme ini tumbuhh pada abad pertama dan kedua
Hijriyah. Pada Fase ini, terdapat individu-individu dari kalangan
muslim
yang lebih
menjalankan
memusatkan dirinya
konsepsi
asketis
dalam
pada
ibadah. Mereka
kehidupan,
yaitu
tidak
24 Prof. Dr.M.Solihi M.Ag dan Prof.Dr. Rosihon anwar, M.Ag , Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka
Setia. 2014 hlm 63.
Page | 18
Page | 19
para
ulama
tasawuf
untuk
mengembangkan
ajaran
tasawufnya masing-masing. Akibatnya, kota Bagdad yang hanya satusatunya kota yang terkenal sebagai pusat kegiatan tasawuf yang
paling besar sebelum masa itu, tersaingi oleh kota-kota besar
lainnya26.
Sistem pengajaran tasawuf yang sering disebut tarekat, diberi
nama yang sering dinisbatkan kepada nama penciptanya (gurunya),
atau sering pula dinisbatkan kepada lahirnya kegiatan tarekat itu.
Ciri-ciri lain yang terdapat pada abad ini, ditandai dengan
semakin kuatnya unsur filsafat yang mempengaruhi corak tasawuf,
karena banyaknya buku filsabat yang tersebar dikalangan umat Islam
dari hasil terjemahan orang-orang muslim sejak permulaan Dinasti
Abbasiyah. Pada abad ini pula mulai dijelaskannya perbedaan ilmu
zahir dan ilmu batin, yang dapat dibagi oleh ahli tasawuf menjadi
empat macam, yaitu:
a. Ilmu Syariah
25 Prof. Dr.M.Solihi M.Ag dan Prof.Dr. Rosihon Anwar, M.Ag , Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka
Setia. 2014 hlm. 62-63
26 Prof. Dr.M.Solihi M.Ag dan Prof.Dr. Rosihon Anwar, M.Ag , Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka
Setia. 2014 hlm. 64-65
Page | 20
b. Ilmu Tariqoh
c. Ilmu Haqiqah
d. Ilmu Marifah
pembaharuan, yakni dengan mengembalikannya ke landasan AlQuran dan As-Sunnah. Dengan demikian, abad kelima Hijaiyah
merupakan tonggak yang menentukan bagi kejayaan tasawuf salafi
(akhlaqi), Pada abad tersebut, tasawuf salafi tersebar luas di kalangan
dunia Islam27.
abad
keenam
Hijriyah,
sebagai
akibat
pengaruh
28 Prof. Dr.M.Solihi M.Ag dan Prof.Dr. Rosihon Anwar, M.Ag , Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka
Setia. 2014 hlm.66-67
Page | 21
menuju ketempat yang lebih tinggi bukan hanya mengenal Tuhan saja
(marifatullah) melainkan yang lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul
wujud
(kesatuan
wujud).
Di
dalam
tasawuf
filsafi
metode
Pertama,
latihan
rohanian
dengan
rasa,
intuisi,
serta
Keempat,
menciptakan
ungkapan-ungkapan
yang
Page | 22
Page | 23
mematikan. Ghoflah adalah sumber munculnya segala dosa. Dengan demikian taubat
adalah merupakan pangkal tolak peralihan dari hidup lama (ghoflah) ke kehidupan baru
secara sufi. Yakni hidup selalu ingat tuhan sepanjang masa.
2. Wara
Dalam risalah al-qusyairiyah banyak membahas tentang makam
wara beserta pandangan atau rumusan para sufi tentang hal ini.
Wara adalah meninggalkan hal yang syubhat: tarku syubhat yakni
menjauhi atau meninggalkan segala hal yang belum jelas haram dan
halalnya.
Wara itu ada dua tingkat, wara segi lahir yaitu hendaklah kamu tidak bergerak
terkecuali untuk ibadah kepada Allah. Dan wara batin, yakni agar tidak masuk dalam
hatimu terkecuali Allah SWT31.
3. Zuhud
Sesudah maqam wara di kuasai mereka baru berusaha mengapai maqam (station)
di atasnya, yakni maqam zuhud. Berbeda dengan wara yang pada dasarnya merupakan
laku menjahui yang syubhat dan setiap yang haram, maka zuhud pada dasarnya adalah
tidak tamak atau tidak ingin dan tidak mengutamakan kesenangan duniawi.
Adapun zuhud menurut bahasa Arab materinya tidak berkeinginan. Dikatakan,
zuhud pada sesuatu apabila tidak tamak padanya. Adapun sasaranya adalah dunia.
Dikatakan pada seseorang apabila bila dia menarik diri untuk tekun beribadah dan
menghindarkan diri dari keinginan menikmati kelezatan hidup adalah zuhud pada dunia.
Dalam tasawuf zuhud dijadikan maqam dalam upaya melatih diri dan menyucikan hati
31 Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabay: Bina Ilmu, 1997), hlm. 89
Page | 24
untuk melepas ikatan hati dengan dunia. Maka di dalam tasawuf diberi pengertian dan
diamalkan secara bertingkat. Pada dasarnya dibedakan zuhud pada tingkat awal (biasa)
dan zuhud bagi ajaran sufi32.
4. Fakir
Al-Faqr adalah tiidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dipunyai dan
merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki, sehingga tidak meminta sesuatu yang
lain33.
5. Sabar
Dalam tasawuf sabar dijadikan satu maqam sesudah maqam fakir. Karena
persyaratan untuk bisa konsentrasi dalam zikir orang harus mencapai maqam fakir.
Tentu hidupnya akan dilanda berbagai macam penderitaan dan kepincangan. Oleh
karena itu harus melangkah ke maqam sabar34.
6. Tawakal
Tasawuf menjadikann maqam tawakkal sebagai wasilah atau sebagai tangga untuk
memalingkan dan menyucikan hati manusia agar tidak terikat dan tidak ingin dan
memikirkan keduniaan serta apa saja selain Allah35.
32 Prof. Dr.M.Solihi M.Ag dan Prof.Dr. Rosihon Anwar, M.Ag , Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka
Setia. 2014 hlm.78
33 Al-Kalabazi, Taarruf fi Madzhab At-Tashawwuf, Isa Al-Babi Al-Halabi, Mesir, 1960, hlm.
105.
34 Prof. Dr.M.Solihi M.Ag dan Prof.Dr. Rosihon Anwar, M.Ag , Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka
Setia. 2014 hlm. 80
35 Dikutip dari Asmaran As, Pengantar Studi Tasawuf, Jakarta: PT Raaja Grafindo Persada,
1996, hlm 122
Page | 25
7. Ridho
Setelah mencapai maqam tawakkal, nasib hidup mereka bulat-bulat diserahkan
pada pemeliharaan dan rahmat Alloh, meniggalkan membelakangi segala keinginan
terhadap apa saja selain Tuhan, maka harus segera diikuti menata hatinya untuk
mencapai maqam. Maqam ridho adalah ajaran menanggapi dan mengubah segala
bentuk penderitaan, kesengsaraan, dan kesusahan, menjadi kegembiraan dan
kenikmatan. Yakni sebagaimana di katakana imam ghozali, rela menerima apa saja36.
2.2
Tarekat
A.Pengertian Tarekat
Asal kata Tarekat dalam bahasa Arab ialah thariqah yang
berarti jalan, keadaan, aliran, atau garis pada sesuatu 37. Tarekat
adalah Jalan yang ditempuh para sufi dan dapat digambarkan
sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut
syar, sedangkan anak jalan disebut thoriq. Kata turunan
ini
37 Luis Makhluf, Al-Munjid fi Al-Lughat wa Al-Alam, Dar Al-Masyriq, Beirut, 1986, hlm. 465
38 Annemarie Schimel, Dimensi Mistik dalam Islam, terj. Supardi Djoko Damono dkk, dari
Mystical Dimension of Islam (1975), Pustaka Firdaus, Jakarta, 1986, hlm. 101
Page | 26
mengandung
arti
organisasi
[Tarekat].
Tiap
tariqat
Page | 27
43 Yasir Nasution, Manusia Menurut Al-Ghazali, (Jakarta: Rajawali Pres, 1998) hlm. 90
Page | 28
Allah Swt baik secara Jahar (lisan) atau secara Sirr (rahsia). Di dalam Tariqah, zikrullah
diyakini sebagai cara yang paling efektif untuk membersihkan jiwa dari segala macam
kekotoran dan penyakit-penyakitnya sehingga hampir semua tariqah menggunakan cara
ini44. Selain zikrullah, Tazkiyatun Nafs ini juga diperolehi dengan:
Mengamalkan Syariat
Melaksanakan amalan-amalan sunnah
Berperilaku zuhud dan wara
2. Taqarrub (Mendekatkan Diri Kepada Allah swt)
Taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah swt merupakan antara tujuan
utama para sufi dan ahli tariqah. Ini diupayakan dengan beberapa cara yang tersendiri.
Cara-cara tersebut dilaksanakan di samping perlaksanaan dan upaya mengingat Allah
(zikir) secara terus-menerus, sehingga sampai tidak sedetik pun seorang salik itu lupa
kepada Allah swt. Antara cara yang biasanya dilakukan oleh para pengikut tariqah untuk
mendekatkan diri kepada Allah dengan lebih berkesan ialah:
dilakukan di dalam tariqah adalah suatu cara (wasilah) agar pendekatan diri kepada
Allah swt dapat dilakukan dengan mudah dan ringan. Di antara bentuk-bentuk Tawassul
yang biasa dilakukan adalah menghadiahkan bacaan Al-Fatihah kepada Syeikh yang
memiliki silsilah tariqah yang diikutinya sejak Nabi Muhammad saw sampai kepada
mursyid yang mengajar zikir kepadanya45.
Muraqabah (Pengawasan)
Muraqabah ialah duduk bertafakkur atau mengheningkan perbuatan dengan
45 Dr.H.M. Jamil, MA, Akhlak Tasawuf, Ciputat: Referensi (Gaung Persada Press Grop) 2013,
hlm 153
Page | 29
sesuatu
imbalan
ataupun
pertolongan
dalam
melaksanakan tujuan pengamalan tersebut. Kadang kalanya amalanamalan inilah yang biasanya memenuhi masa ruang para Salik. Di
antara amalan-amalan tersebut ialah :
Wirid
Wirid adalah suatu amalan yang harus dilaksanakan secara
Page | 30
atau
Hirqah.
Sedangkan
wirid
tidak
semestinya
harus
untuk
kepentingan-kepentingan
tertentu
yang
lain,
Ratib
Ratib
adalah
amalan
yang
harus
diwiridkan
oleh
para
suatu
jumlah
Hizib
Hizib
adalah
suatu
doa
yang
panjang,
dengan
susunan
perkataan dan bahasa yang indah disusun oleh seorang sufi besar.
47 Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, Jakarta: Pengerbit Erlangga , 2006 hlm
241
48 Dr.H.M. Jamil, MA, Akhlak Tasawuf, Ciputat: Referensi (Gaung Persada Press Grop) 2013,
hlm 104
Page | 31
Hizib ini biasanya merupakan doa pelindung bagi seorang sufi yang
juga diberikan kepada muridnya secara ijazah. Hizib diyakini oleh
kebanyakan masyarakat Islam sebagai amalan yang dimiliki daya
yang sangat besar terutama jika diperhadapkan dengan ilmu-ilmu
ghaib dan kesaktian.
Manaqib
Manaqib sebenarnya adalah biografi seorang sufi besar atau
wali Allah seperti As-Syeikh Abdul Qadir Jailani dan Syeikh Bahauddin
An-Naqsyabandi. Diyakini
oleh
para
49 Abu Wafa al-Ghanimi al-Taftazani, Tasawuf Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2008 hlm
119
Page | 32
Kelima
adalah
nama
tarekat
yang
diambil
dari
nama
51 Prof. Dr.M.Solihi M.Ag dan Prof.Dr.Rosihon Anwar, M.Ag , Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka
Setia. 2014 hlm. 211
Page | 33
Didirikan oleh Muhammad Bahauddin An-Naqsabandi Al-Awasi AlBukhari di Turkistan. Tarekat Naqsabandiyah mempunyai dampak dan
pengaruh sangat besar kepada masyarakat muslim di berbagai
wilayah yang berbeda-beda. Ciri menonjol tarekat
Naqsabandiyah
tidak
menjadi
ukuran
sah
atau
tidaknya
menjadi
murid
Tijaniyah53.
5. Tarekat Sammaniyah
Didirikan oleh Muhammad binAbd Al-Karim Al-Madani Asy-Syafii
As-Samman. Sammaniya adalah tarekat yang pertama mendapat
pengikut massal di Nusantara. Hal menarik dari tarekat ini yang
52 Prof. Dr.M.Solihi M.Ag dan Prof.Dr.Rosihon Anwar, M.Ag , Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka
Setia. 2014 hlm. 212
53 Abu Wafa al-Ghanimi al-Taftazani, Tasawuf Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2008 hlm
297
Page | 34
menjadi ciri khasnya adalah corak wahdat al-wujud yang dianut dan
syatahat yang terucap olehnya tidak bertentangan dengan syariat.
Syekh Samman adalah seorang sufi yang telah menggabungkan
antara syariat dan tarekat54.
2.3 Tokoh-Tokoh Ahli Suf
a. Ibn Arabi
Nama lengkap Ibn Arabi adalah Muhammad bin Ali bin Ahmad
bin Abdullah ath-Thai al Haitami. Beliau lahir pada tahun 560 H.
(1163 M) di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol. Dari keluarga yang
berpangkat, hartawan, dan ilmuwan. Tahun 620 H, ia tinggal di Hijaz
dan meninggal disana pada tahun 638 H.
Pada usia delapan tahun yaitu tahun 568 H / 1172 M Ibnu Arabi meninggalkan
kota kelahirannya dan berangkat menuju kota Lisabon. Di kota ini ia
menerima
pendidikan agama Islam pertamanya, yang berupa membaca al-Quran dan mempelajari
hukum-hukum Islam dari gurunya, Syekh Abu Bakr Ibnu Khallaf. Kemudian ia pindah
kekota Sevilla yang waktu itu merupakan pusat para sufi Spanyol, ia tinggal dan
menetap disana selama 30 tahun.
Diantara karya monumentalnya adalah Al-Futuhat Al-Makkiyah yang ditulis
pada tahun 1201 tatkala ia sedang menunaikan ibadah haji. Karya lainnya adalah
Tarjuman Al-Asywaq yang ditulisnya untuk mengenang kecantikan, ketakwaan dan
kepintarann seorang gadis cantik dari keluarga seorang sufi di persia. Karya lainnya,
sebagaimana dilaporkan oleh Muolvi, adalah Masyahid Al-Ashar, MathaliAl-Anwar AlIlahiyyah, Hilyat Al-Abdal, Kimiya As-Saadat, Muhadharat Al-Abrar, Kitab AlAkhlaq, Majmu Ar-Rasail Al-Ilahiyyah55, dan beberapa karya lainnya.
Ajaran Tasawuf Ibn Arabi adalah tentang wahdat al-wujud (kesatuan wujud).
Meskipun demikian, istilah wahdat al-wujud yang dipakai untuk menyebut ajarannya
54 Prof. Dr.M.Solihi M.Ag dan Prof.Dr.Rosihon Anwar, M.Ag , Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka
Setia. 2014 hlm. 216
Page | 35
itu, tidaklah berasal dari dia, tetapi berasal dari Ibn Taimiyah, tokoh yang paling keras
dan mengecam dan mengkritik ajaran sentral tersebut setidak-tidaknya, Ibn Taimiyah
yang telah berjasa dalam memopulerkannya ke tengah masyarakat Islam, meskipun
tujuannya negatif. Menurut Ibn Taimiyah, wahdat al-wujud adalah penyamaan Tuhan
dengan alam. Menurut penjelasannya, orang-orang yang mempunyai paham wahdat alwujud mengatakan bahwa wujud itu sesungguhnya hanya satu dan wajib al-wujud yang
dimiliki oleh Khaliq juga mumkin al-wujud yang dimiliki oleh makhluk56.
Menurut Ibn Arabi, wujud semua yang ada ini hanya satu dan wujud makhluk
pada hakikatnya adalah wujud Khaliq pula. Tidak ada perbedaan antara keduanya dari
segi hakikat. Wujud alam pada hakikatnya adalah wujud Allah dan Allah adalah hakikat
alam. Ibn Arabi menjelaskan hubungan antara Tuhan dengan alam. Menurutnya, alam
adalah bayangan Tuhan atau bayangan wujud yang hakiki dan alam tidak mempunyai
wujud sebenarnnya. Oleh karena itu, alam merupakan tempat tajali dan mazhar
(penampakan) Tuhan. Ketika Allah menciptakan alam ini, ia juga memberikan sifat-sifat
ketuhan pada segala sesuatu. Alam ini seperti cermin yang buram dan seperti badan
yang tidak bernyawa. Oleh karena itu, Allah menciptakan manusia untuk memperjelas
cermin itu.
Dari konsep wahdat al-wujud Ibn Arabi, muncul lagi dua konsep yang sekaligus
merupakan lanjutan atau cabang dari konsep wahdat al-wujud, yaitu konsep al-hakikat
al-muhammadiyah dan konsep wahdat al-adyan (kesamaan agama)57.
b. Al-Jili
Nama lengkapnya adalah Abdul Karim bin Ibrahim Al-Jili. Ia lahir pada tahun
1365 M. di Jilan (Gilan), sebuah provinsi di sebelah selatan Kaspia dan wafat pada
tahun 1417 M. Ia adalah seorang sufi yang terkenal di Bagdad. Riwayat hidupnya tidak
banyak diketahui oleh para ahli sejarah, tetapi sebuah sumber mengatakan bahwa ia
56 Dr.H.M. Jamil, MA, Akhlak Tasawuf, Ciputat: Referensi (Gaung Persada Press Group) 2013,
hlm 132
57 Prof. Dr.M.Solihi M.Ag dan Prof.Dr.Rosihon Anwar, M.Ag , Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka
Setia. 2014 hlm. 182
Page | 36
pernah melakukan perjalanan ke India tahun 1387 M, kemudia belajar tasawuf dibawah
bimbingan Abdul Qadir Al-Jailani, seorang pendiri dan pemimpin tarekat Qadiriyah
yang sangat terkenal.
Ajaran Tasawuf Al-Jili yang terpenting adalah paham Insan Kamil (manusia
sempurna). Menurut Al-Jili, insan kamil adalah nuskhah atau copy Tuha, seperti
disebutkan dalam hadist: Allah menciptakan Adam dalam bentuk yang Maharahman.
sebagaimana diketahui, Tuhan memiliki sifat-sifat seperti hidup, pandai, mampu
berkehendak, mendengar dan sebagainya. Manusia (Adam) pun memiliki sifat-sifat
seperti itu.
Sebagai seorang sufi, Al-Jili dengan membawa filsafat Insan Kamil merumuskan
beberapan maqam yang ahrus dilalui seorang sufi, yang menurut istilahnya ia disebut almartabah (jenjang atau tingkat). Tingkat-tingkatan itu adalah:
Islam
Islam yang didasarkan pada lima pokok atau rukun dalam pemahaman kaum sufi
tidak hanya dilakukan secara ritual saja, tetapi harus dipahami dan dirasakan
lebih dalam.
Iman
Yakni membenarkan dengan sepennuh keyakinan akan rukun iman, dan
melaksanakan dasar-dasar Islam. Iman merupakan tangga pertama untuk
mengungkap tabir alam gaib, dan alat yang membantu seseorang mencapai
tingkat yang lebih tinggi.
Shalah
Yakni dengan maqam ini, seorang sufi mencapai tingkat ibadah yang terus
menerus kepada Allah dengan penuh perasaan khauf dan raja. Tujuan ibadah ini
adalah mencapai nuqthah ilahiah pada lubuk hati sang hamba.
Ihsan
Yakni maqam ini menunjukkan bahw seorang sufi telah mencapai tingkat
menyaksikan efek nama dan sifat Tuhan, sehingga dalam ibadahnya, ia merasa
seakan-akan bberadda di hadapan-Nya.
Syuhada
Page | 37
Seorang sufi dalam tingkatan ini telah mencapai iradah yang mencirikan,
mahabbah kepada Tuhan tanpa pamrih, menngingat-Nya secara terus menerus,
dan meninggalkan hal-hal yang menjadi keinginan pribadi.
Shiddiqiyah
Istilah ini menggambarkan tingkat pencapaian hakikat yang makrifat yang
diperoleh secara bertahap dari ilmu al-yaqin, ain al-yaqin, sampai haqq alyaqin.
Qurbah
Tingkatan ini yang memungkinkan seorang sufi dapat menampakkan diri dalam
sifat dan nama yang mendekati sifat dan nama Tuhan58.
c. Imam Ghazali
Imam Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad Ibnu
Muhammad bin Muhammad bin Taus Ath-Thusi Asy-Syafii Al-Ghazali, secara singkat
dipanggil Al-Ghazali karena dilahirkan di kampung Ghazlah, suatu kota di Khurasan,
Iran, pada tahun 450 H/1058 M, tiga tahun setelah kaum saljuk mengambil alih
kekuasaan di Bagdad.
Ayah Al-Ghazali adalah seorang miskin pemintal kain wol yang taat, sangat
menyenangi ulama, dan sering aktif menghadiri majelis-majelis pengajian. Ketika
menjelang wafatnya, ayahnya menitipkan Al-Ghazali dan adiknya bernama Ahmad
kepada seorang sufi. Ia menitipkan sedikit harta kepada sufi itu seraya berkata dalam
wasiatnya: Aku menyesal sekali karena aku tidak belajar menulis, aku berharap
mendapatkan apa yang tidak kudapatkan itu melalui dua putraku ini). Sang sufi
menjalankan isi wasiat itu dengan cara medidik dan mengajar keduanya.
Selanjutnya sufi menitipkan keduanya di madrasah untuk belajar sekaligus
menyambung hidup mereka. Di madrasah tersebut, Al-Ghazali mempelajari ilmu fiqh
kepada Ahmad bin Muhammad Ar-Rizkani. Kemudian ia memasuki sekolah tinggi
Nizhamiyah di Naisabur, dan disinilah ia berguru kepada Imam Haramain hingga
menguasai ilmu mantiq, ilmu kalam, fiqh-ushul fiqh, filsafat, tasawuf dan retorika
58 Prof. Dr.M.Solihi M.Ag dan Prof.Dr.Rosihon Anwar, M.Ag , Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka
Setia. 2014 hlm. 190
Page | 38
perdebatan. Imam Al Ghozali termasuk penulis yang tidak terbandingkan lagi, kalau
karya imam Al Ghazali diperkirakan mencapai 300 kitab, diantaranya adalah59 :
Maqhasid al falasifah (tujuan para filusuf), sebagai karangan yang pertama dan
berisi masalah-masalah filsafah. Tahaful al falasifah (kekacauan pikiran para filusifi)
buku ini dikarang sewaktu berada di Baghdad di kala jiwanya di landa keragu-raguan.
Dalam buku ini Al Ghazali mengancam filsafat dan para filusuf dengan keras. Miyar al
ilmi/miyar almi (kriteria ilmu-ilmu).
Ihya ulumuddin (menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama). Kitab ini
merupakan karyanya yang terbesar selama beberapa tahun ,dalam keadaan berpindahpindah antara Damakus, Yerusalem, Hijaz, Dan Thus yang berisi panduan fiqih, tasawuf
dan filsafat. Al munqiz min al dhalal (penyelamat dari kesesatan) kitab ini merupakan
sejarah perkembangan alam pikiran Al Ghazali sendiri dan merefleksikan sikapnya
terhadap beberapa macam ilmu serta jalan mencapai tuhan.
Al-maarif al-aqliyah (pengetahuan yang nasional). Miskyat al anwar (lampu
yang bersinar), kitab ini berisi pembahasan tentang akhlak dan tasawuf. Minhaj al
abidin (jalan mengabdikan diri terhadap tuhan). Al iqtishad fi al itiqod (moderisasi
dalam aqidah).
Ajaran tasawuf Al-Ghazali, tasawuf sunni yang berdasarkan Al-Quran dan Sunnah
Nabi ditambah dengan doktrin Ahlussunnah wal Jamaah. Dari paham tasawufnya itu, ia
menjauhkan semua kecendrungan yang mempengaruhi para filosof Islam, sekte
Ismailiyyah, aliran Syiah, Ikhwan Ash-Shafa dan lain-lainnya. Al-Ghazali menjadikan
59 Dr.H.M. Jamil, MA, Akhlak Tasawuf, Ciputat: Referensi (Gaung Persada Press Group) 2013,
hlm 111
Page | 39
tasawuf sebagai sarana untuk berolah rasa dan berolah jiwa, sehingga sampai kepada
makrifat yang membantu menciptakan (Saadah)60.
d. Rabiyatul Adawiyah
Rabiah adalah anak keempat dari empat saudara. Semuanya
perempuan. Ayahnya menamakan Rabiah, yang artinya empat, tak
lain karena ia merupakan anak keempat dari keempat saudaranya itu.
Pernah suatu ketika ayahnya berdoa agar ia dikaruniai seorang anak
laki-laki. Keinginan untuk memperoleh anak laki-laki ini disebabkan
karena keluarga Rabiah bukanlah termasuk keluarga yang kaya raya,
tapi sebaliknya hidup serba kekurangan dan penuh penderitaan.
Setiap hari ayahnya kerap memeras keringat untuk menghidupi
keluarganya, sementara anak-anaknya saat itu masih terbilang kecilkecil. Apalagi dengan kehadiran Rabiah, beban penderitaan ayahnya
pun dirasakan semakin bertambah berat, sehingga bila kelak
dikaruniai anak laki-laki, diharapkan beban penderitaan itu akan
berkurang karena anak laki-laki bisa melindungi seluruh keluarganya.
Atau
paling
tidak
bisa
membantu
ayahnya
untuk
mencari
penghidupan.
Rabiah memang tidak mewarisi karya-karya sufistik, termasuk
syair-syair Cinta Ilahinya yang kerap ia senandungkan. Namun
begitu, Syair-syair sufistiknya justru banyak dikutip oleh para penulis
biografi Rabiah, antara lain J. Shibt Ibnul Jauzi (w. 1257 M) dengan
karyanya Mirat az-Zaman (Cermin Abad Ini), Ibnu Khallikan (w. 1282
M) dengan karyanya Wafayatul Ayan (Obituari Para Orang Besar),
YafiI asy-Syafii (w. 1367 M) dengan karyanya Raudl ar-Riyahin fi
Hikayat ash-Shalihin (Kebun Semerbak dalam Kehidupan Para Orang
60 Prof. Dr.M.Solihi M.Ag dan Prof.Dr.Rosihon Anwar, M.Ag , Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka
Setia. 2014 hlm. 146
Page | 40
Page | 41
Perasaan takut yang menyebabkan hatimu tentram lebih baik dari pada rasa
tentran yang menimbulkan perasaan takut.
dunia ini adalah seorang janda tua yang telah bungkuk dan beberapa kali
ditinggalkan mati suaminya.
orang yang beriman akan senantiasa berduka cita pada pagi dan sore hari
karena berada diantara dua perasaan takut ; takut mengenang dosa yang telah
lampau dan takut memikirkan ajal yang masih tinggal serta bahaya yang akan
mengancam.
hendaklah
setiap
orang
sadar
akan
kematian
yang
senantiasa
62 Prof. Dr.M.Solihi M.Ag dan Prof.Dr.Rosihon Anwar, M.Ag , Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka
Setia. 2014 hlm. 122
Page | 42
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Page | 43
dalam
rangka
pendekatan
diri
kepada
Allah
untuk
melalui
jalan
atau
perintah
yang
telah
ditetapkan
(Beribadah). Telah banyak tokoh-tokoh sufi yang ada, misalnya AlGhazali, Hasan Al-Bashri, Rabiatul Al-Adawiyah dan tokoh lainnya,
dapat jadikan contoh untuk senantiasa berupaya mendekatkan diri
kepadaNya, dengan mengharapkan keridhoanNya. Dengan begitu kita
sebagai hambaNya senantiasa merasakan kehadiranNya bersama
dalam diri kita. Sehingga kita dapat menyadari sesungguhnya dunia
dan alam semesta ini hanya tempat persinggahan sementara, nanti
setelah tiba waktu yang dikehendakiNya dunia beserta alam semesta
akan kembali kepadaNya.
Saran: Sebagai penulis kami sadar bahwa apa yang kami tulis masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu, kami mohon kepada para pembaca agar dapat
memberikan saran-saranya demi terlahirnya karya-karya yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Page | 44
Page | 45