Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TOXIC
OLEH
DARMA RIYANI, S.Kep
70900115007
CI LAHAN
CI
INSTITUSI
)
PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2016
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi
Pembesaran pada kelenjar tiroid biasa disebut sebagai struma nodosa atau
struma. Pembesaran pada tiroid yang disebabkan akibat adanya nodul, disebut
struma nodosa (Tonacchera, Pinchera & Vitty, 2009). Biasanya dianggap
membesar bila kelenjar tiroid lebih dari 2x ukuran normal. Pembesaran ini dapat
terjadi pada kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien yang kekurangan hormon
tiroid (hipotiroidisme) atau kelebihan produksi hormon (hipertiroidisme) (Black
and Hawks, 2009).
Menurut Penelitian Framingham, setiap orang berisiko 5-10% untuk
menderita struma nodosa dan perempuan berisiko 4 kali lipat dibanding laki-laki
(Incidence and Prevalence Data, 2012). Kebutuhan hormon tiroid meningkat pada
masa pertumbuhan, masa kehamilan dan menyusui. Pada umumnya struma nodosa
banyak terjadi pada remaja, wanita hamil dan ibu menyusui. Struma nodosa
terdapat dua jenis, toxic dan non toxic. Struma nodusa non toxic merupakan struma
nodusa tanpa disertai tanda- tanda hipertiroidisme (Hermus& Huysmans, 2004).
Pada penyakit struma nodusa non toxic tiroid membesar dengan lambat.
Struma nodosa toxic ialah keadaan dimana kelenjar tiroid yang mengandung nodul
tiroid yang mempunyai fungsi yang otonomik, yang menghasilkan suatu keadaan
hipertiroid. Dampak struma nodosa terhadap tubuh dapat mempengaruhi
kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid
terdapat trakea dan esophagus. Struma nodosa dapat mengarah ke dalam sehingga
mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas
dan disfagia (Rehman, dkk 2006). Hal tersebut akan berdampak terhadap
gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran
keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak,
jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia
B. Etiologi
Penyebab utama struma nodosa ialah karena kekurangan yodium (Black and
Hawks, 2009). Defisiensi yodium dapat menghambat pembentukan hormon tiroid
oleh kelenjar. Hal tersebut memungkinkan hipofisis mensekresikan TSH dalam
jumlah yang berlebihan. TSH kemudian menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan
tiroglobulin dalam jumlah yang besar ke dalam folikel, dan kelenjar menjadi
bertambah besar. Penyebab lainnya karena adanya cacat genetik yang merusak
metabolisme yodium, konsumsi goitrogen yang tinggi (yang terdapat pada obat,
5. Pembesaran kelenjar getah bening disekitar tiroid, ada atau tidak ada
E. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk struma nodosa antara lain (Tonacchera, dkk,
2009):
1. Pemeriksaan laboratorium.
2. Pemeriksaan radiologi.
3. Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration Biopsy). Biopsi ini
dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan.
F. Komplikasi
1. Gangguan menelan atau bernafas
2. Gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga pnyakit jantung
kongestif ( jantung tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh)
3. Osteoporosis, terjadi peningkatan proses penyerapan tulang sehingga tulang
menjadi rapuh, keropos dan mudah patah
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan struma dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Penatalaksanaan konservatif
a. Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid.
Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini
diyakini bahwa pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH.
Oleh karena itu untuk menekan TSH serendah mungkin diberikan hormon
tiroksin (T4) ini juga diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang
terjadi sesudah operasi pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid
(tionamid) yang digunakan saat ini adalah propiltiourasil (PTU) dan
metimasol/karbimasol..
b. Terapi Yodium Radioaktif .
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada
Kelenjar tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang
tidak mau dioperasi maka pemberian yodium radioaktif dapat
mengurangi gondok sekitar 50 %. Yodium radioaktif tersebut
Lobektomi tiroid parsial, yaitu pengangkatan bagian atas atau bawah satu
lobus
-
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, penulis menggunakan pedoman
asuhan keperawatan sebagai dasar pemecahan masalah pasien secara ilmiah dan
sistematis yang meliputi tahap pengkajian, perencanaan keperawatan, tindakan
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari dasar dalam proses keperawatan
secara keseluruhan guna mendapat data atau informasi yang dibutuhkan untuk
menentukan masalah kesehatan yang dihadapi pasien melalui wawancara,
observasi, dan pemeriksaan fisik meliputi :
a.
Aktivitas/istirahat
Data subyektif : insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan
berat.
Data obyektif : atrofi otot.
b.
Eliminasi
data subyektif : urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces,
diare.
c.
Integritas ego
Data subyektif : mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik.
SKALA NYERI
Nilai
Skala Nyeri
Tidak nyeri
Seperti perih
Seperti keram
79
10
Keterangan :
(Nyeri ringan)
46
(Nyeri sedang)
79
(Nyeri berat)
10
(Sangat nyeri)
Intervensi NIC
a. Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala 0-10
b. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri
dan respon pasien
c. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi, imajinasi tebimbing, terapi musik,
terapi bermain, distraksi, kompres hangat atau dingin sebelum, setelah, dan
jika memungkinkan , selama aktivitas yang menimbulkan nyeri, sebelum
penghematan
energi
yang
dibuktikan
oleh
4)
penyakit
menular;
stataus
imun;
keparahan
infeksi;
pada
pasien
teknik
mencuci
tangan
yang
benar
dan