Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk keterampilan dan
kecakapan seseorang untuk memasuki dunia kerja. Pendidikan yang dilakukan di perguruan
tinggi masih terbatas pada pemberian teori dan praktek dalam skala kecil. Agar dapat
memahami dan memecahkan setiap permasalahan yang muncul di dunia kerja, maka
mahasiswa perlu melakukan kegiatan pelatihan dan atau kerja secara langsung di
instansi/lembaga yang relevan dengan program pendidikan yang diikuti. Sehingga tidak hanya
menguasai ilmu yang bersifat teoritis tetapi juga mampu untuk mengimplementasikannya ke
kondisi yang nyata.
Selain mahasiswa dapat menambah pengalaman, pengetahuan dan wawasan langsung
pada dunia kerja, mahasiswa juga diharapkan mampu mendapatkan pembelajaran dan
mengembangkan sifat profesionalisme, team work, tanggung jawab dan berbagai soft skill
lainnya yang hanya dapat diperoleh dari praktek langsung di dunia kerja. Sehingga pada
akhirnya perguruan tinggi mampu menghasilkan Sumber Daya Manusian yang berkualitas
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja saat ini. Salah satu program yang ditempuh untuk
mewujudkan hal tersebut diatas, STT PLN dalam hal ini jurusan Teknik Elektro mengadakan
program kerja magang khususnya pada bidang ketenagalisktrikan.
Pemilihan PT. Consolidated Electric Power Asia sebagai lokasi Praktek Kerja Magang
mengingat perusahaan ini bergerak dalam bidang ketenagalistrikan khususnya pada hal
pembangkitan energi listrik. PT. Consolidated Electric Power Asia (PT CEPA) merupakan
perusahaaan penanaman modal asing yang didirikan dan berada di bawah hukum Republik
1
3. Tujuan didirikaannya STT PLN Jakarta, yaitu memenuhi tuntutan akan tenaga-tenaga ahli
yang terdidik, terampil dan professional di bidang ketenaga listrikan.
1.3 Tujuan Kegiatan
1.3.1 Umum
1. Menambah pengalaman, pengetahuan dan wawasan secara langsung mengenai dunia
kerja sesuai dengan bidang dan prisip ilmu yang ditekuni oleh setiap mahasiswa.
2. Mendapatkan pembelajaran dan mengembangkan sifat profesionalisme, team work,
tanggung jawab dan berbagai soft skill lainnya yang hanya dapat diperoleh dari
praktek langsung di dunia kerja.
3. Membandingkan penerapan teori yang diterima dalam ruang lingkup akademik
1.3.2
1.4.2
1.4.3
Bagi Perusahaan
1. Merupakan sarana untuk menjembatani antara instansi atau perusahaan dengan
lembaga pendidikan untuk bekerja sama lebih lanjut baik bersifat akademis maupun
non akademis. Perusahaan dapat melihat tenaga kerja yang potensial dikalangan
mahasiswa sehingga apabila suatu saat perusahaan membutuhkan karyawan bisa
merekrut mahasiswa tersebut.
2. Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama kerja praktek dapat menjadi
bahan masukan bagi pihak perusahaan untuk menentukan kebijaksanaan perusahaan
di masa yang akan datang khususnya di bidang ketenagalistrikan.
1.5 Pelaksanaan
Tempat: PT. CONSOLIDATED ELECTRIC POWER ASIA
Jl. PLTGU; Desa Patila; Kec. Pammana; Kab. Wajo; Sulawesi Selatan
Indonesia
Waktu
2. Bagaimana peran sistem pengaturan daya reaktif generator sinkron pada PLTGU Sengkang
terhadap kestabilan dan kehandalan kinerja generator tersebut?
1.7 Metode Kegiatan
Metode yang akan digunakan dalam proses kerja magang ini adalah sebagai berikut:
1. Studi Kepustaka
Mengumpulkan dasar teori dengan mempelajari literatur dari mata kuliah, referensireferensi buku maupun jurnal ilmiah pada internet yang mendukung prose kerja magang.
2. Studi Lapangan
Melakukan studi lapangan yang langsung pada unit PLTGU Sengkang.
3. Studi Bimbingan
Melakukan konsultasi dan diskusi dengan pembimbing kerja magang baik pembimbing
yang berasal dari kampus maupun pembimbing lapangan yang berada di PLTGU
Sengkang.
1.8 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan kerja magang ini sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan antara lain tentang latar belakang, dasar pemikiran, tujuan
kegiatan, manfaat kegiatan, waktu dan tempatpelaksanaan, batasan dan rumusan masalah,
metode kegiatan, serta sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini berisi tentang sejarah pembangunan PLTGU Sengkang, profil PT.
Consolidated Electric Power Asia, manajemen PT. Consolidated Electric Power Asia, serta
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
BAB III PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP (PLTGU) SENGKANG
Pada bab ini berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses pembangkitan
energi listrik pada PLTGU Sengkang.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi tentang pengaturan daya reaktif generator sinkron pada PLTGU
Sengkang.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil pelaksanaan Kerja Magang
pada PT. Consolidated Electric Power Asia.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Pembangunan PLTGU Sengkang
Untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan tenaga listrik, mulai tahun 1992
Pemerintah Indonesia mengundang partisipasi pihak swasta dalam pengadaan tenaga listrik.
Proyek listrik swasta ini dikenal dengan nama Independent Power Producer (IPP).
Energy World Corporation (ECW) menanamkan investasi dengan membangun proyek
pembangkit listrik melalui subsidiary-nya yaitu PT. Energi Sengkang dan sekaligus
membangun proyek Kampung Baru Gas Field (Onshore) sebagai penyuplai gas alam untuk
bahan bakar pembangkit listrik melalui subsidiary yang lain yaitu Energy Equity EPIC
Sengkang yang berlokasi di Kampung Baru Kec. Gilireng. Gas alam tersebut kemudian
disalurkan melalui pipa bawah tanah sepanjang 29 km menuju PLTGU Sengkang milik PT.
Energi Sengkang yang berlokasi di Desa Patila Kec. Pammana.
Hingga saat ini, PLTGU Sengkang merupakan unit pusat listrik terbesar yang ada di
Sulawesi Selatan dengan total kapasitas daya yang dibangkitkan sebesar 315 MW. Pusat listrik
ini terdiri dari dua blok unit pembangkit, yaitu Blok I dan Blok II, dengan sejarah
pembangunan proyek sebagai berikut :
STATUS
CAPACITY
UNIT
COD
Combined Cycle
In Operation
135
MW
12 Sept 1998
Gas Turbine 21
In Operation
60
MW
17 Nov 2008
Gas Turbine 22
In Operation
60
MW
08 Mar 2013
Steam Turbine 28
In Operation
60
MW
15 Sept 2013
Proyek listrik ini memberikan berbagai manfaat bagi pemerintah , PLN dan masyarakat
Sulawesi Selatan dengan alasan sebagai berikut :
1. Pemanfaatan gas alam akan mengurangi ketergantungan bada bahan bakar minyak,
mengurangi biaya bahan bakar pembangkit listrik dan berwawasan lingkungan.
2. Proyek ini menyediakan pembangkit listrik yang efisien dan handal untuk memenuhi
kebutuhan listrik saat ini dan di masa yang akan datang di Sulawesi Selatan.
3. Investasi swasta pada proyek ini akan mengurangi kebutuhan investasi dan pinjaman
PLN untuk pengadaan listrik.
4. Proyek ini menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat Sulawesi Selatan baik pada
tahap pembangunan dan pengoperasian
Pembangkit Listrik Sengkang menggunakan teknologi yang efisien dan berwawasan
lingkungan karena menggunakan bahan bakar yang paling bersih yaitu, gas alam. Bahan bakar
ini memiliki dampak minimal terhadap lingkungan dan memiliki tingkat emisi yang rendah.
Keuntungan yang lain adalah terjaganya kualitas lingkungan, tingkat emisi yang rendah,
penggunaan air yang terbatas, tingkat gangguan kebisingan yang rendah, limbah produksi
yang minimal dan tanpa residu bahan bakar.
2.2.
berupa :
Bertanggung jawab memelihara semua peralatan yang ada di Power Plant
Melaksanakan jadwal pemeliharaan mesin.
3. Melaksanakan pemeliharaan rutin terhadap mesin dan juga meyelesaikan
permasalahan permasalahan yang ada pada peralatan atau mesin
4. Melakukan Preventive Maintenance Planned dan Unplanned Corrective
Maintenance
5. Ware House
2.3.2. Operation Department
1.
Bertanggung jawab untuk sistem pengoperasian dari pembangkit listrik secara
2.
3.
Cycle
Berkoordinasi langsung dengan PLN untuk pengaturan jumlah daya listrik yang
4.
BAB III
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP (PLTGU) SENGKANG
3.1.
Listrik Tenaga Gas) dan proses dengan menggunakan Turbin Uap (Pembangkit Listrik Tenaga
Uap).
Gas buang dari PLTG yang umumnya mempunyai suhu di atas 400 C, yang kemudian
dimanfaatkan ke dalam ketel uap PLTU untuk menghasilkan uap penggerak turbin uap.
Dengan cara ini, umumnya didapat PLTU dengan daya sebesar 50% daya PLTG. Ketel uap
yang digunakan untuk memanfaatkan gas buang PLTG mempunyai desain khusus yang
disebut dengan Heat Recovery Steam Generator (HRSG).
Karena daya yang dihasilkan turbin uap tergantung pada banyaknya gas buang yang
dihasilkan unit PLTG, maka dalam pengoperasian PLTGU, pengaturan daya PLTGU dilakukan
dengan mengatur daya unit PLTG, sedangkan unit PLTU mengikuti saja menyesuaikan dengan
gas buang yang diterima dari unit PLTG-nya. Ditinjau dari segi efisiensi pemakaian bahan
bakar, PLTGU tergolong sebagai unit yang paling efisien di antara unit-unit termal lainnya
(bisa mencapai angka di atas 45%).
3.1.1. Prinsip Kerja Pembangkitan Listrik dengan Turbin Gas pada PLTGU Sengkang
13
sudu-sudu turbin gas sehingga energi (enthalpy) gas ini dikonversikan menjadi energi
mekanik dalam turbin penggerak generator (dan kompresor udara) hingga akhirnya
generator menghasilkan tenaga listrik. Sisa gas pemutar turbin gas kemudian dialirkan
menuju HRSG.
3.1.2. Prinsip Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG)
Gas buang dari PLTG yang umumnya mempunyai suhu tinggi masih dapat
dimanfaatkan kembali pada ketel uap (HRSG) PLTU untuk menghasilkan uap
penggerak turbin uap. Prinsip kerja dari HRSG tersebut dijelaskan dengan gambar 3.2
di bawah ini :
Gas buang dari turbin gas dimanfaatkan kembali pada HRSG untuk
memanaskan air, pemanasan air tersebut akan menghasilkan uap yang digunakan untuk
memutar turbin uap. Air yang dipanaskan pada HRSG berasal Feedwater Tank.
Dimana dalam Feedwater Tank, air telah mengalami pemanasan awal dengan
15
16
Adapun proses pembangkitan listrik pada Pusat Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)
secara singkat dinyatakan pada gambar 3.3 di bawah ini :
3.2.
atmosfer
17
Pembakaran dalam Combustion Chumber akan menghasilkan gas bersuhu tinggi sampai
kira-kira 1.100C dengan tekanan 13 kg/cm2. Gas hasil pembakaran ini kemudian dialirkan
menuju turbin gas untuk disemprotkan kepada sudu-sudu turbin gas
3. Turbin
Turbin merupakan komponen yang berfungsi untuk mengekspansi gas panas yang
berasal dari combustion chamber (pada turbin gas) atau uap yang berasal dari HRSG (pada
turbin
uap)
menjadi
energi
mekanis
sehingga
dapat
digunakan
untuk
memanaskan air (berasal dari feed wter tank) guna menghasilkan uap untuk dimanfaatkan
sebagai penggerak turbin uap. HRSG terdiri dari komponen-komponen utama, yaitu
Suplymentery Firing, HP (High Pressure) Superheater, HP Evaporator, HP Economizer,
Stack Damper dan Blowdown Tank.
7. Kondensor
Kondensor merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mengubah fasa uap yang
dihasilkan oleh turbin uap menjadi fasa cair. Uap yang merupakan buangan dari sistem
turbin uap dikondensasikan oleh kondensor dengan cara menurunkan tekanan dan
temperaturnya dengan bantuan pendingin berupa air yang berasl dari Cooling Tower.
8. Cooling Tower
Cooling Tower merupakan alat yang berfungsi sebagai heat exchanger antara panas
dari uap sisa turbin uap dengan air pendingin. Dengan adanya cooling tower, air pendingin
yang digunakan untuk proses kondensasi pada kondensor yang telah dipindahi panas dari
uap sisa turbin uap dapat kembali menjadi dingin.
9. Hotwell
Hotwell merupakan tangki yang berfungsi sebagai tempat penampungan uap air
yang telah dikondensasikan menjadi air oleh kondensor sebelum dipompa ke feedwater
tank.
10. Feedwater Tank
Feedwater tank merupakan tempat penyimpanan air hasil kondensasi uap buang
dari turbin uap sebelum diubah kembali menjadi uap oleh HRSG. Pada feedwater tank ini,
air hasil kondensasi mengalami pemansan awal sebelum dialirkan ke HRSG yang dimana
sumber panas tersebut berasl dari sisa uap turbin uap. Proses dimana air dari feedwater
tank diubah menjadi uap pada HRSG, lalu uap tersebut dimanfaatkan untuk memutar
turbin uap, kemudian sisa uap dari turbin uap dikondensasikan menjadi fasa cair oleh
19
kondensor hingga air tersebut kembali ke HRSG yang berlangsung secara siklus/kontinu
3.3.
n
Dimana :
120 f
p
................................................... (3.1)
Perputaran rotor sekaligus akan memutar medan magnet yang dibangkitkan oleh
kumparan medan. Medan putar yang dihasilkan tersebut akan diinduksikan pada kumparan
jangkar sehingga pada kumparan jangkar yang terletak pada stator akan menghasilkan fluks
magnetik yang nilainya berubah-ubah trehadap waktu.
Oleh karena adanya perubahan fluks magnet pada tiap waktu, maka sesuai prinsip
induksi Faraday dimana pada sekeliling penghantar (kumparan jangkar) terjadi perubahan
20
fluks magnet yang dihasilkan oleh kutub rotor generator, maka pada penghantar tersebut
(kumparan jangkar) akan dibangkitkan suatu gaya gerak listrik.
Adapun nilai efektif besarnya tegangan induksi per fasa pada kumparan stator
dinyatakan pada persamaan berikut :
E 4.44 Kc Kd f
maks
N ................................................... (3.2)
Dimana :
E
Kc
Kd
f
N
= frekuensi [Hz]
= Banyaknya belitan per fasa = Z/2, Z adalah banyaknya sisi belitan per
fasa, satu belitan mempunyai dua sisi.
Adapun karakteristik generator sinkron yang digunakan pada sistem GT11 Blok I
PLTGU Sengkang dinyatakan pada gambar nameplate generator berikut ini :
21
3.4.
22
Keterangan :
1 = batas pemanasan kumparan rotor
2 = batas pemanasan ujung inti stator
3 = batas pemanasan kumparan stator
4 = batas steady state
5 = batas daya penggerak mula
23
24
Dalam laporan kerja magang ini, pembahasan yang dilakuakan hanya terfokus pada
pengaturan daya reaktif generator sinkron yang terdapat pada sistem GT11 Blok I PLTGU
Sengkang.
4.2. Sistem Eksitasi
Sistem eksitasi merupakan sistem pemberian arus searah atau arus medan (i f) pada
kumparan medan yang terdapat pada rotor generator guna menghasilkan tegangan induksi
pada kumparan jangkar yang terdapat pada stator generator. Fungsi dari sistem eksitasi pada
generator adalah untuk mengendalikan tegangan output dan daya reaktif generator agar tetap
stabil pada beban yang bervariasi. Sistem Eksitasi pada Generator Sinkron GT11 Blok I
PLTGU Sengkang dinyatakan pada gambar 4.2 di bawah ini :
Keterangan:
1.
2.
3.
Excitation transformer
Excitation module
Field breaker
4. Exciter
5. Diode wheel
25
Tipe sistem eksitasi yang digunakan merupakan tipe brushless excitation, dimana
dalam mengalirkan arus searah untuk eksitasi pada kumparan rotor generator tidak dibutuhkan
lagi sikat arang. Sumber eksitasi diperoleh dari output generator itu sendiri yang kemudian
akan melalui sebuah step down transformer yang disebut sebagai excitation transformer.
Dalam mengatur tegangan output dan daya reaktif generator, sebenarnya yang diatur
adalah besarnya arus searah yang dialirkan menuju Exciter. Besarnya arus searah untuk
Exciter ini dikontrol oleh unit pengontrolan yang disebut AVR. Pada AVR, arus yang berasal
dari Excitation Transformer akan disearahkan dan diatur jumlahnya sesui dengan nilai setpoint
dari unit Unitrol yang kemudian dialirkan menuju Exciter. Output dari Exciter kemudian
menjadi eksitasi bagi generator utama. Akan tetapi karena output dari Exciter tersebut berupa
arus bolak balik, sedangkan eksitasi yang dibutuhkan oleh generator berupa arus searah, maka
digunkanlah penyearah berupa diode whel (dioda putar) yang terletak pada rotor Exciter.
Adapun pada kondisi generator baru ingin dioperasikan, output dari generator tidaklah
mampu untuk mengeksitasi dirinya sendiri. Dalam kondisi ini, tersedia sistem yang disebut
Field Flashing, yang dimana pada sistem ini sumber eksitasi untuk generator disuplai dari
Battery ataupun Auxilary Transformator. Auxilary Transformator baru digunakan jika
seandainya arus dari Battery tidak mencukupi untuk mengeksitasi generator. Sistem field
flashing bekerja hingga pada kondisi tegangan generator mencapai 30 40 % dari tegangan
nominal generator tersebut. Setelah itu, suplai eksitasi akan berasal dari output generator itu
sendiri.
Data dari Brushless Exciter yang digunakan pada generator sistem GT11 Blok I
PLTGU Sengkang dinyatakan sebagai berikut:
General Data :
Type Designation
: WBF6 4K
No. of poles
:8
Type of rectifier connection
: 3-phase bridge
26
penguatan (eksitasi) pada eksiter. Apabila tegangan output generator di bawah tegangan
nominal tegangan generator, maka AVR akan memperbesar arus penguatan pada eksiter.
Begitupun sebaliknya apabila tegangan output generator melebihi tegangan nominal generator,
maka AVR akan mengurangi arus penguatan pada eksiter. Dengan demikian apabila terjadi
perubahan tegangan output generator, maka akan distabilkan oleh AVR secara otomatis.
Fenomena pengaturan arus penguatan (eksitasi) pada generator dapat dipandang
sebagai fenomena pengaturan daya reaktif. Oleh sebab itu, dalam mengatur arus penguatan
pada generator, kinerja (pengaturan) AVR harus disesuaikan dengan batas kemampuan daya
reaktif dari generator dimana AVR tersebut digunakan.
Pemberian arus penguatan yang tidak sesuai dengan batas kemampuan daya reaktif
generator dapat menempatkan generator pada kondisi pengoperasian generator yang
berbahaya. Selain itu, pemberian arus penguatan yang berlebih dapat mnyebabkan panas yang
berlebih pula pada belitan-belitan generator. Pemanasan berlebih tersebut dapat menyebabkan
kerusakan laminasi dari belitan generator dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi
hubung singkat antar fasa atau dengan body generator. Oleh sebab itu diperlukan fungsi
pembatas untuk mencegah kerusakan pada generator dan peralatan lainnya.
1. Pembatas Eksitasi Berlebih
Pembatas Eksitasi Berlebih atau Over Excitation Limiter (OEL) berfungsi
untuk mencegah AVR mensuplai arus penguatan yang melebihi kemampuan kumparan
medan generator. Sebuah Pembatas Eksitasi Berlebih akan membatasi arus penguatan
sebelum sistem proteksi medan berlebih pada generator bekerja.
2. Pembatas Eksitasi Kurang
Pembatas Eksitasi Kurang atau Under Excitation Limiter (UEL) bertujuan
untuk mencegah AVR mengurangi arus penguatan hingga pada kemampuan eksitasi
minimum generator yang dapat membuat generator kehilangan sinkronisasi. Sebuah
28
5% dari teganagn
nominalnya. Tegangan rata-rata generator tidak akan terlampaui (sesuai kapasitas generator,
68MVA) dan temperature kumparan stator akan tetap dijaga untuk berada pada kondisi kerja
yang aman (alarm pada suhu 120 derajat, dan alat proteksi akan mentripkan sistem pada suhu
130 derajat). Pembebanan dan pengoperasian dari generator tidak akan pernah melebihi dari
batasan kurva kapabilitas generator tersebut, pembebanan dan penyaluran arus eksitasi
generator telah dibatasi oleh suatu sistem kontrol eksitasi generator, yaitu UNITROL F. Modul
sistem eksitasi yang digunakan pada sistem GT11 Blok 1 PLTGU Sengkang dinyatakan pada
gambar berikut :
29
Gambar 4.2. Modul Eksitasi pada sistem GT11 Blok 1 PLTGU Sengkang
Modul eksitasi yang digunakan pada sistem GT11 Blok 1 PLTGU Sengkang terdidri
dari bebrapa komponen, yaitu :
1. UNC 4866, komponen ini terdiri dari unit untuk pengukuran (UNS 0862) dan unit I/O
interface (UNS 0863).
2. UNS 4865, merupakan komponen pengontrol utama pada sistem eksitasi yang
memiliki
fungsi
untuk
mengubah
nilai
parameter
tertentu
(parameter tegangan dan daya reaktif) dalam rangka menyesuaikan nilainya dengan
30
kebutuhan jaringan (mengacu pada permintaan PLN), mengukur nilai actual output
generator, dan mengontrol kinerja jadi komponen-komponen pengatur eksitasi
generator. UNS 4865 disebut juga dengan UNITROL F yang terdiri dari beberapa
4.4.
bagian, yaitu :
- Power interface board, SDCS-PIN 1
- Thyristor bridge
- Communication board, SDCS-CON-1
- Power Supply, SDCS-POW-1
- Signal processing, UNS 1860
- Dioda failure relay, UNS 0864
- Power system stabilizer, UNS 0865
- Control panel for commissioning and Maintenance, UNS 0866
3. UNS 0861, komponen penyuplai daya untuk pengoperasian modul eksitasi.
Sistem Proteksi dalam Pengaturan Daya Reaktif Generator Sinkron
Keandalan dan keberlangsungan suatu generator dalam membangkitkan energi listrik
sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan. Adanya gangguan pada suatu
generator membuat generator tidak bisa bekerja secara optimal, apalagi jika generator sampai
mengalami kerusakan dan kerusakan tersebut meluas ke bagian-bagian lainnya, maka akan
sangat mengganggu proses pembangkitan energi listrik dan operasi sistem tenaga listrik secara
menyeluruh. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem proteksi yang bekerja mengamankan
generator secara penuh dari kemungkinan munculnya gangguan dari pengoperasian generator
tersebut.
Dalam pengaturan daya reaktif generator sinkron, kemungkinan kegagalan AVR dalam
mengatur jumlah eksitasi generator untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan beban
daya reaktif ataupun kegagalan alat pembatas eksitasi baik dalam membatasi eksitasi pada
batas eksitasi maksimum maupun pada batas minimum akan selalu ada. Kegagalan kinerja
peralatan-peralatan tersebut akan menimbulkan gangguan terhadap kinerja dari generator.
Dengan demikian, dibutuhkan suatu peralatan proteksi dari kemungkinnan munculnya
31
gangguan tersebut. Gangguan yang dimaksud dalam pengaturan daya reaktif ini adalah berupa
ganguan ekstitasi berlebih dan gangguan kehilangan eksitasi.
Pada PLTGU Sengkang sistem proteksi generator yang digunakan berupa sistem
proteksi bertipe REG 216/ REG 216 Compact, dimana pada sistem proteksi ini tidak hanya
memproteksi generator melainkan juga memproteksi transformator. Sistem REG 216 terdiri
dari beberapa rele yang dinyatakan pada tabel berikut :
Tabel 4.1. Rele Proteksi pada sistem REG 216
Protection Function
Generator differential
Power transformer
diferential
Definite time overcurrent
Overcurrent or
ANSI Code
87 G
87 T
Description
Three-phase
Three-phase for 2- and 3- winding
51
transformer
Definite time delay, for phase and earth-
50
value evaluation
Restriced earth fault
and undercurrent
Overcurrent operation with definite time
Voltage controlled
overcurrent
Inverse time ovecurrent
Negative phase sequence
87N
51-27
delay
Operation restrained by undervoltage
51
46
current
(undervoltage)
59
27
64
64 S
64 R
undervoltage
Applicable also for
- Stator E/F (95%) (59 G/N)
- Rotor E/F (64 R)
- Intertum fault protection
Based on the displacement principle
calculation of the earth fault resistance
32
Underimpedance
Minimum reactance
Pole slip protection
Power
Overload
21
40
of impedance plane
Circular characteristic for loss of
78
excitation protection
Detecting loss of synchronism of a
32
49
underpower for :
- Active power
- Reactive power
- Reverse power protection
- Minimum forward power
Thermal replica with operation
46
81
24
60
59, 27
single- or three-phasevoltage
Instantenous operation with definite
25
time delay
Supervision of phase angle frequency
and voltage level of two system
4.4.1. Rele Mho (40) Sebagai Pengaman terhadap Gangguan Hilang Eksitasi
Pada kondisi hilang eksitasi, generator masih beroperasi dan turbin masih
berputar. Hilangnya medan penguat pada rotor akan mengakibatkan generator menarik
daya reaktif dari sistem walaupun generator masih mengirimkan daya aktif ke sistem.
Jika gangguan hilang eksitasi tidak diisolisir, dapat mengakibatkan sudut phasa arus
33
Z = Impedansi (ohm)
R = Resistansi (ohm)
X = Reaktansi (ohm)
Adanya perubahan besaran impedansi terminal generator disebabkan oleh
karena adanya perubahan arus pada stator. Dalam kondisi penguatan yang hilang, arus
stator bernilai besar, tegangan terminal menjadi bernilai kecil, impedansi kumparan
stator akan terdeteksi kecil dan rele penguatan hilang akan bekerja.
34
Dalam kondisi operasi normal, generator menghasilkan daya reaktif dan daya
aktif ke dalam sistem yag berarti R dan X bernilai positif pada persaman 4.1 dan
impedansi terminal terletak dalam kuadran pertama dalam bidang R-X. Ketika kondisi
eksitasi berkurangdan menuju kondisi hilangnya eksitasi, generator mulai untuk
menarik daya reaktif dari sistem dan X menjadi negative dari segi pandangan rele
hilang eksitasi. Sebagai hasilnya, impedansi terminal dalam R-X bergerak menuju ke
kuadran empat dan titik ujung impedansi terminal mencakup antara reaktansi transient
(Xd/2) dan reaktansi sinkronisasi (Xd) seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.4.
Dalam pengaplikasiannya, untuk mendeteksi gangguan hilang eksitasi
digunakan dua buah rele mho yang memiliki zona setting yang berbeda seperti yang
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
35
Zona 1 (40.1)
Zona yang pertama disetting dengan suatu garis tengah 1.0 pu dengan suatu waktu
tunda yang pendek untuk menyediakan perlindungan yang cepat ketika kondisi
hilangnya eksitasi terjadi pada beban berat (biasanya disetting pada kondisi beban
lebih tinggi 30%)
Zb+ X ' d
C1 =
; dan R1 =
2
Zb
2
Zona 2 (40.2)
Zona yang kedua disetting pada suatu garis tengah Xd dan suatu waktu tunda lebih
panjang untuk menyediakan perlindungan selama kondisi beban ringan sebagai
pencegahan terhadap kesalahan operasi selama ayunan daya
36
C2 =
Xd+ X ' d
2
; dan R2 =
Xd
2
4.4.2. Rele V/Hz (24) Sebagai Pengaman terhadap Gangguan Eksitasi Berlebih
Pemberian eksitasi berlebih pada generator akan menyebabkan kerapatan
fluks/penguatan berlebih pada generator dan unit generator-transformator. Selain itu,
kondisi fluks berlebih juga dapat terjadi pada kondisi tegangan terminal generator
berada pada tegangan nominalnya akan tetapi frekwensi generator yang brnilai rendah.
Hal ini dapat terjadi pada saat menstart generator dimana frekwensi masih rendah
(putaran rotor generator masih rendah) akan tetapi sudah ada arus penguat yang besar
dari exciter.
Kerapatan fluks yang tinggi ini akan menimbulkan arus pusar yang tinggi pula,
sehingga timbul pemanasan berlebih pada inti generator dan dalam inti tranformator
penaik tegangan yang terhubung dengan generator tersebut. Untuk mendeteksi
terjadinya ganguan eksitasi berlebih pada generator, digunakan alat proteksi berupa
rele V/Hz. Rele V/Hz ini digunakan untuk mengukur perbandingan tegangan dengan
frekwensi (V/Hz), sebab perbandingan ini adalah sebanding dengan tingkat kerapatan
garis gaya dari elektromagnetis mesin.
Eksitasi berlebih pada generator akan terjadi ketika rasio dari tegangan
terhadap frekwensi (V/Hz) pada terminal generator sekitar 1.05 pu (IEEE Standart
C37.91). Sedangkan eksitasi berlebih yang terjadi pada transformator yang terhubung
pada terminal generator akan terjadi ketika rasio tegangan terhadap frekwensi pada sisi
37
sekunder (tegangan tinggi) dari transformator sekitar 1.05 pu pada faktor beban 0.8
atau 1.1 pu pada beban nol (IEEE standart C37.91).
Dalam melakukan proteksi terhadap gangguan eksitasi berlebih digunakan dua
unsur rele V/Hz, yaitu unsur waktu inverse (untuk alarm) dan unsur waktu definite
(untuk mentripkan sistem). Rele V/Hz unsur waktu definite disetting untuk membuka
circuit breaker generator pada nilai 1.18 pu V/Hz (118% V/Hz) dengan waktu tunda 26 detik. Sedangkan rele V/Hz unsur waktu inverse disetting untuk bekerja pada nilai
pickup minimum 1.06 pu V/Hz (106% V/Hz), dimana setting ini memiliki waktu tunda
yang lama sehingga memberikan kesempatan pada sistem eksitasi untuk mengurangi
nilai tegangan sebelum relai proteksi lebih dulu mentripkan sistem. Karakteristik
kinerja rele V/Hz dinyatakan pada gambar berikut :
BAB V
PENUTUP
38
5.1. Kesimpulan Hasil Studi Pengaturan Daya Reaktif Generator Sinkron pada PLTGU
Sengkang.
1. Pengaturan daya reaktif generator sinkron dilakukan dengan cara mengatur arus eksitasi
generator. Sistem eksitasi yang digunakan berupa sistem eksitasi tanpa sikat, atau
Brushless Excitation.
2. Pada operasi normal, supalai eksitasi berasal dari ouput generator itu sendiri. Sedangkang
pada kondisi generator baru beroperasi, output generator belum mencukupi untuk
mengeksitasi dirinya sendiri, sehingga suplai eksitasi berasal dari luar sistem generator,
yaitu battery ataupun transformator bantu, sistem ini disebut dengan sistem field flashing.
3. Pengaturan arus eksitasi dilakukan secara otomatis oleh unit sistem pengontrol tegangan
yang disebut dengan Automatic Voltage Regulator (AVR). AVR memiliki modul eksitasi
yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :
a. UNC 4866, komponen ini terdiri dari unit untuk pengukuran (UNS 0862) dan unit I/O
interface (UNS 0863).
b. UNS 4865, merupakan komponen pengontrol utama pada sistem eksitasi yang
memiliki
fungsi
untuk
mengubah
nilai
parameter
tertentu
(parameter tegangan dan daya reaktif) dalam rangka menyesuaikan nilainya dengan
kebustuhan jaringan (mengacu pada permintaan PLN), mengukur nilai actual output
generator, dan mengontrol kinerja jadi komponen-komponen pengatur eksitasi
generator. UNS 4865 disebut juga dengan UNITROL F
c. UNS 0861, komponen penyuplai daya untuk pengoperasian modul eksitasi.
4. Kemungkinan kegagalan AVR dalam mengatur tegangan dan daya reaktif pada generator
akan selalu ada, kegagalan tersebut dapat menimbulkan gangguan berupa gangguan
eksitasi berlebih dan gangguan eksitasi kurang.
5. Baik gangguan eksitasi berlebih maupun gangguan eksitasi kurang, akan menimbulkan
panas berlebih pada kumparan kumparan generator, jika gangguan ini tidak dapat
39
dideteksi dan dipisahkan dari sistem, maka akan merusak generator dan peralatan
peralatan lainnya.
6. Untuk melindungi generator, digunkan sistem proteksi tipe REG 216. Dimana untuk
mendeteksi dan memisahkan gannguan eksitasi berlebih, pada sistem proteksi ini
mengguanakan rele mho (40). Sedangkan untuk mendeteksi dan memisahkan gannguan
eksitasi kurang, pada sistem proteksi ini mengguanakan rele V/Hz (24).
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan pemeliharaan berkala pada unit unit pengaturan daya reaktif dan rele
proteksinya guna mempertahankan kehandalan koordinasi antara kedua sistem tersebut.
Selain itu, pemelihraan rele proteksi perlu dilakukan baik secara fisik maupun pengujian
kinerjanya guna mempertahankan kehandalan, selektivitas, dan sensitivitas dari rele
proteksi tersebut.
40