Vous êtes sur la page 1sur 40

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk keterampilan dan

kecakapan seseorang untuk memasuki dunia kerja. Pendidikan yang dilakukan di perguruan
tinggi masih terbatas pada pemberian teori dan praktek dalam skala kecil. Agar dapat
memahami dan memecahkan setiap permasalahan yang muncul di dunia kerja, maka
mahasiswa perlu melakukan kegiatan pelatihan dan atau kerja secara langsung di
instansi/lembaga yang relevan dengan program pendidikan yang diikuti. Sehingga tidak hanya
menguasai ilmu yang bersifat teoritis tetapi juga mampu untuk mengimplementasikannya ke
kondisi yang nyata.
Selain mahasiswa dapat menambah pengalaman, pengetahuan dan wawasan langsung
pada dunia kerja, mahasiswa juga diharapkan mampu mendapatkan pembelajaran dan
mengembangkan sifat profesionalisme, team work, tanggung jawab dan berbagai soft skill
lainnya yang hanya dapat diperoleh dari praktek langsung di dunia kerja. Sehingga pada
akhirnya perguruan tinggi mampu menghasilkan Sumber Daya Manusian yang berkualitas
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja saat ini. Salah satu program yang ditempuh untuk
mewujudkan hal tersebut diatas, STT PLN dalam hal ini jurusan Teknik Elektro mengadakan
program kerja magang khususnya pada bidang ketenagalisktrikan.
Pemilihan PT. Consolidated Electric Power Asia sebagai lokasi Praktek Kerja Magang
mengingat perusahaan ini bergerak dalam bidang ketenagalistrikan khususnya pada hal
pembangkitan energi listrik. PT. Consolidated Electric Power Asia (PT CEPA) merupakan
perusahaaan penanaman modal asing yang didirikan dan berada di bawah hukum Republik
1

Indonesia. PT Consolidated Electric Power Asia merupakan perusahaan kontraktor


pengoperasian dan pemeliharaan PLTGU Sengkang.
Dalam pembangkitan energi listrik, generator sinkron merupakan salah satu peralatan
utama yang berperan untuk mengonversi energi mekanik menjadi energi listrik, sehingga
kehandalan kinerja generator sinkron perlu dipertahankan secara terus menerus. Akan tetapi
dalam pengoperasiannya, beban generator yang terhubung pada suatu sistem tenaga listrik
akan selalau dapat berubah-ubah, baik itu beban berupa daya aktif maupun beban berupa daya
reaktif.
Perubahan beban daya reaktif generator sinkron menyebabkan terjadinya perubahan
tegangan keluaran dari generator dan juga dapat berdampak pada hilangnya sikronisasi antara
generator terhadap sistem tenaga listrik dimana generator tersebut terhubung. Kondisi ini akan
mengganggu stabilitas kinerja generator dan secara menyeluruh akan mempengaruhi stabilitas
dan kehandalan dari sistem tenaga listrik tersebut. Oleh karena itu, fenomena pengaruh
perubahan pembebanan daya reaktif terhadap kestabilan tegangan generator perlu dipelajari
dalam rangka mendukung stabilitas dan kehandalan sistem tenaga listrik. Dalam program kerja
magang ini, akan diangkat penbahasan dengan judul Studi Pengaturan Daya Reaktif
Generator Sinkron pada PLTGU Sengkang.
1.2 Dasar Pemikiran
1. Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, ber-etos
kerja, professional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
2. Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu : Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat.
2

3. Tujuan didirikaannya STT PLN Jakarta, yaitu memenuhi tuntutan akan tenaga-tenaga ahli
yang terdidik, terampil dan professional di bidang ketenaga listrikan.
1.3 Tujuan Kegiatan
1.3.1 Umum
1. Menambah pengalaman, pengetahuan dan wawasan secara langsung mengenai dunia
kerja sesuai dengan bidang dan prisip ilmu yang ditekuni oleh setiap mahasiswa.
2. Mendapatkan pembelajaran dan mengembangkan sifat profesionalisme, team work,
tanggung jawab dan berbagai soft skill lainnya yang hanya dapat diperoleh dari
praktek langsung di dunia kerja.
3. Membandingkan penerapan teori yang diterima dalam ruang lingkup akademik
1.3.2

kampus dengan pengaplikasiannya pada dunia kerja.


Khusus
1. Untuk memenuhi beban Satuan Kredit Semester (SKS) yang harus ditempu sebagai
persyaratan akademis pada Jurusan Teknik Elektro, Sekolah Tinggi Teknik PLN
Jakarta.
2. Mengetahui kinerja dan/atau peran pengaturan daya reaktif generator sinkron pada
PLTGU Sengkang.
3. Mengetahui proses manajemen perusahaan PT. Consolidated Electric Power Asia
dalam kegiataan usahanya berupa Pemeliharaan dan Pengoperasian PLTGU
Sengkang.

1.4 Manfaat Kegiatan


1.4.1 Bagi Mahasiswa
1. Sebagai sarana latihan dan penerapan ilmu pengetahuan perkuliahan.
2. Meningkatkan kemampuan dan sosialisasi lingkungan kerja.
3. Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan di lapangan kerja mengenai dunia
kerja khususnya mengenai kinerja dan/atau peran pengaturan daya reaktif generator
sinkron pada PLTGU Sengkang.
3

1.4.2

Bagi Perguruan Tinggi


1. Terciptanya hubungan kerja sama yang saling menguntungkan antara kedua belah
pihak, yaitu dapat menempatkan mahasiswa yang potensial untuk mendapatkan
pengalaman di tempat yang bersangkutan.

1.4.3

Bagi Perusahaan
1. Merupakan sarana untuk menjembatani antara instansi atau perusahaan dengan
lembaga pendidikan untuk bekerja sama lebih lanjut baik bersifat akademis maupun
non akademis. Perusahaan dapat melihat tenaga kerja yang potensial dikalangan
mahasiswa sehingga apabila suatu saat perusahaan membutuhkan karyawan bisa
merekrut mahasiswa tersebut.
2. Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama kerja praktek dapat menjadi
bahan masukan bagi pihak perusahaan untuk menentukan kebijaksanaan perusahaan
di masa yang akan datang khususnya di bidang ketenagalistrikan.

1.5 Pelaksanaan
Tempat: PT. CONSOLIDATED ELECTRIC POWER ASIA
Jl. PLTGU; Desa Patila; Kec. Pammana; Kab. Wajo; Sulawesi Selatan
Indonesia
Waktu

: 02 Maret 2015 29 Mei 2015

1.6 Batasan dan Rumusan Masalah


Mengingat bahwa tidak semua bidang dapat dipelajari serta keterbatasan waktu dan
kemampuan, maka Praktek Kerja Magang ini hanya difokuskan untuk membahas sistem
pengaturan daya rekatif generator sinkron pada PLTGU Sengkang dengan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem pengaturan daya reaktif generator sinkron pada PLTGU Sengkang?
4

2. Bagaimana peran sistem pengaturan daya reaktif generator sinkron pada PLTGU Sengkang
terhadap kestabilan dan kehandalan kinerja generator tersebut?
1.7 Metode Kegiatan
Metode yang akan digunakan dalam proses kerja magang ini adalah sebagai berikut:
1. Studi Kepustaka
Mengumpulkan dasar teori dengan mempelajari literatur dari mata kuliah, referensireferensi buku maupun jurnal ilmiah pada internet yang mendukung prose kerja magang.
2. Studi Lapangan
Melakukan studi lapangan yang langsung pada unit PLTGU Sengkang.
3. Studi Bimbingan
Melakukan konsultasi dan diskusi dengan pembimbing kerja magang baik pembimbing
yang berasal dari kampus maupun pembimbing lapangan yang berada di PLTGU
Sengkang.
1.8 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan kerja magang ini sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan antara lain tentang latar belakang, dasar pemikiran, tujuan
kegiatan, manfaat kegiatan, waktu dan tempatpelaksanaan, batasan dan rumusan masalah,
metode kegiatan, serta sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini berisi tentang sejarah pembangunan PLTGU Sengkang, profil PT.
Consolidated Electric Power Asia, manajemen PT. Consolidated Electric Power Asia, serta
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
BAB III PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP (PLTGU) SENGKANG
Pada bab ini berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses pembangkitan
energi listrik pada PLTGU Sengkang.
BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang pengaturan daya reaktif generator sinkron pada PLTGU
Sengkang.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil pelaksanaan Kerja Magang
pada PT. Consolidated Electric Power Asia.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Pembangunan PLTGU Sengkang
Untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan tenaga listrik, mulai tahun 1992
Pemerintah Indonesia mengundang partisipasi pihak swasta dalam pengadaan tenaga listrik.
Proyek listrik swasta ini dikenal dengan nama Independent Power Producer (IPP).
Energy World Corporation (ECW) menanamkan investasi dengan membangun proyek
pembangkit listrik melalui subsidiary-nya yaitu PT. Energi Sengkang dan sekaligus
membangun proyek Kampung Baru Gas Field (Onshore) sebagai penyuplai gas alam untuk
bahan bakar pembangkit listrik melalui subsidiary yang lain yaitu Energy Equity EPIC
Sengkang yang berlokasi di Kampung Baru Kec. Gilireng. Gas alam tersebut kemudian
disalurkan melalui pipa bawah tanah sepanjang 29 km menuju PLTGU Sengkang milik PT.
Energi Sengkang yang berlokasi di Desa Patila Kec. Pammana.
Hingga saat ini, PLTGU Sengkang merupakan unit pusat listrik terbesar yang ada di
Sulawesi Selatan dengan total kapasitas daya yang dibangkitkan sebesar 315 MW. Pusat listrik
ini terdiri dari dua blok unit pembangkit, yaitu Blok I dan Blok II, dengan sejarah
pembangunan proyek sebagai berikut :

Tanggal 23 April 1996, Penandatanganan Power Purchase Amandemen (PPA) antara


PT. Energi Sengkang dengan PT. PLN

Tanggal 27 September 1997, Commercial Operation of 85 MW Open Cycle Power

Plant (2 x 45 MW ALSTOM Gas Turbines)


Tanggal 12 September 1998, Commercial Operation of 135 MW Combined Cycle

Power Plant (Blok 1).


Tanggal 19 September 2002, Penandatangan Power Purchase Amandemen (PPA)

menjadi 195 MW. Additional 60 MW simple cycle (Blok II)


Maret 2008, Konstruksi 60 MW simpe cycle dan commercial operation pada tanggal

17 november 2008, O&M dipegang langsung oleh PT Energi Sengkang.


12 November 2010, Penandatangan Power Purchase Amandemen (PPA) menjadi 315
MW. Additional 120 MW untuk blok II menjadi 180 MW Combined Cycle Power
Plant dan telah commercial operation pada september 2013.
Dengan demikian, total kapasitas daya yang dibangkitkan pada blok I dan blok II

PLTGU Sengkang sebesar 315 MW.


Tabel 2.1 Kapasitas Daya yang Dibangkitkan
DEVELOPMENT

STATUS

CAPACITY

UNIT

COD

Combined Cycle

In Operation

135

MW

12 Sept 1998

Gas Turbine 21

In Operation

60

MW

17 Nov 2008

Gas Turbine 22

In Operation

60

MW

08 Mar 2013

Steam Turbine 28

In Operation

60

MW

15 Sept 2013

Gambar 2.1. PLTGU Sengkang

Proyek listrik ini memberikan berbagai manfaat bagi pemerintah , PLN dan masyarakat
Sulawesi Selatan dengan alasan sebagai berikut :
1. Pemanfaatan gas alam akan mengurangi ketergantungan bada bahan bakar minyak,
mengurangi biaya bahan bakar pembangkit listrik dan berwawasan lingkungan.
2. Proyek ini menyediakan pembangkit listrik yang efisien dan handal untuk memenuhi
kebutuhan listrik saat ini dan di masa yang akan datang di Sulawesi Selatan.
3. Investasi swasta pada proyek ini akan mengurangi kebutuhan investasi dan pinjaman
PLN untuk pengadaan listrik.
4. Proyek ini menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat Sulawesi Selatan baik pada
tahap pembangunan dan pengoperasian
Pembangkit Listrik Sengkang menggunakan teknologi yang efisien dan berwawasan
lingkungan karena menggunakan bahan bakar yang paling bersih yaitu, gas alam. Bahan bakar
ini memiliki dampak minimal terhadap lingkungan dan memiliki tingkat emisi yang rendah.
Keuntungan yang lain adalah terjaganya kualitas lingkungan, tingkat emisi yang rendah,

penggunaan air yang terbatas, tingkat gangguan kebisingan yang rendah, limbah produksi
yang minimal dan tanpa residu bahan bakar.
2.2.

Profil PT. Consolidated Electic Power Asia


PT.Consolidated Electric Power Asia, merupakan perusahaan penanaman modal asing
yang bergerak dalam bidang kontraktor pengoperasian dan pemeliharaan unit pembangkit
tenaga listrik, dimana PT.Consolidated Electric Power Asia dalam menjalankan bisnisnya
memiliki komitmen untuk memastikan seluruh proses berjalan dengan cara yang aman, efisien
dan ramah terhadap lingkungan. PT.Consolidated Electric Power Asia merupakan anak
perusahaan dari Energi World Corporation LTD yang memiliki kantor pusat di Hongkong .
Perusahaan ini memiliki rekan kerja yang terdapat di benua Benua Asia dan Australia. Energi
World Corporation LTD merupakan perusahaan yang bergerak dibidang penghasil energi
yaitu energi listrik, minyak dan gas di dunia yang 60% proses kegiatan produksinya berada
Indonesia yaitu di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Name
PT. CONSOLIDATED ELECTRIC POWER ASIA
Type of Business
Power Generation
Site Office
Address
Jln. PLTGU Sengkang Desa Patila Kec. Pammana, Sulsel
Post Code
90971
Phone No.
0485 22228
Fax no.
0485 22366
E-mail Address
cepa@cepa.co.id
Head Office
Address
Graha Pena Building 17 Floor jln Urip Sumoharjo Makassar
Post Code
90234
Phone No.
0411 421879
Fax no.
0411 42072
PT. Consolidated Electric Power Asia telah mengoperasikan dan memelihara unit-unit
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) yang dimiliki oleh PT. Energi Sengkang

sejak tanggal 13 Maret 2012 setelah menggantikan kontraktor pengoperasian dan


pemeliharaan sebelumnya, PT. ALSTOM Power Energy System Indonesia.
PT. CEPA sangat menekankan Kesehatan, Keselamatan Kerja Dan Penangan
Lingkungan sehingga mendapat berbagai penghargaan dan sertifikat dari pemerintah setempat,
Nasional maupun Internasional. PT. CEPA telah memperoleh sertifikat Quality Management
System Standard ISO 9001:2008, Environmental Management System Standard ISO
14001:2004, Occupational Health and Safety Management System Standard OHSAS
18001:2007, penghargaan dari pemerintah provinsi sulawesi selatan mengenai penerapan
prinsip-prinsip manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (smk3) dan penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), penghargaan dari Kementrian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dalam Kecelakaan Kerja Zero.
Dalam melaksanakan kegiatan perusahaan, PT. Consolidated Electric Power Asia
memiliki Visi dan Misi sebagai berikut :
Vision :
To be the most valued and respected power plant operator and maintenance company
in the industry through outstanding performance
Mission :
To build an operation and maintenance company for a sustainable electricity
generation, which is able to provide the highest profit to shareholders and become a
leader in occupational health and safety, environmental protection and social
responsibility
2.3.

Manajemen PT. Consolidated Electric Power Asia


Pengoperasian dan Pemeliharaan unit-unit pembangkit pada Pembangkit Listrik
Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Sengkang yang dilaksanakan oleh PT. Consolidated Electric
Power Asia dipimpin oleh seorang Power Station General Manager. Untuk menunjang kinerja
10

General Manager, maka dibentuk beberapa departemen yang masing-masing departemen


dipimpin seorang Manager dan dibantu oleh Engineer dan Supervisor.
2.3.1. Maintenance Department
Deapartemen ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian Mechanical dan
Elecrical Control and Instrument (EC&I). Secara umum tugas dari departetemn ini
1.
2.

berupa :
Bertanggung jawab memelihara semua peralatan yang ada di Power Plant
Melaksanakan jadwal pemeliharaan mesin.
3. Melaksanakan pemeliharaan rutin terhadap mesin dan juga meyelesaikan
permasalahan permasalahan yang ada pada peralatan atau mesin
4. Melakukan Preventive Maintenance Planned dan Unplanned Corrective

Maintenance
5. Ware House
2.3.2. Operation Department
1.
Bertanggung jawab untuk sistem pengoperasian dari pembangkit listrik secara
2.

keseluruhan untuk supply listrik ke jaringan PLN


Mengoperasikan pembangkit listrik dalam keadaan Open Cycle dan Combined

3.

Cycle
Berkoordinasi langsung dengan PLN untuk pengaturan jumlah daya listrik yang

4.

akan di supply ke jaringan PLN


Menjaga keandalan dan ketersediaan daya listrik serta mengoprasikan pembangkit

dengan cara yang aman.


2.3.3. Administration and Purchaching Department
1. Supporting the two other department
2. Purchacing/Procurement function
3. Accounting function
4. Human function
5.
Human resources administration function
6.
General administration duties.
2.3.4 QEHS Departement
1. Memastikan semua aktivitas yang dilakukan di seluruh area Power Plant
berlangsung dengan cara aman dengan tidak membahayakan orang, lingkungan dan
peralatan.
11

2. Mengembangkan Quality Envirinmental, health dan safety manajemen sistem di


perusahaan.
3. Memastikan sistem manajemen terpadu yang diterapkan di perusahaan terpelihara
dan terimplementasi.
4. Melaksanakan dan mengordinasikan pelaksanaan internal dan eksternal audit.
2.4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Usaha keselamatan dan kesehatan kerja PT. Consolidated Electric Power Asia
mempunyai sasaran umum dan sasaran khusus. Sasaran umum yang hendak dicapai adalah :
1. Perlindungan terhadap karyawan yang berada di tempat kerja agar selalu terjamin
keselamatan dan kesehatan sehingga dapat diwujudkan peningkatan produktivitas
kerja.
2. Perlindungan setiap orang lainnya yang yang berada dilingkungan kerja selalu dalam
keadaan selamat dan sehat.
3. Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai dan digunakan
secara aman dan efisien.
Sedangkan secara khusus, usaha keselamatan dan kesehatan kerja ditujukan untuk :
1. Mencegah atau mengurangi kecelakaan, kebakaran, ledakan dan penyakit akibat kerja.
2. Mengamankan mesin instalasi, alat kerja dan hasil produksi.
3. Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat, dan penyesuaian
antara pekerjaan dengan manusia ataupun manusia dengan pekerjaan.

BAB III
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP (PLTGU) SENGKANG
3.1.

Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)


Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) merupakan pembangkit listrik yang
menggunakan gas dan uap sebagai sumber energi untuk membangkitkan tenaga listrik. Proses
PLTGU melibatkan dua proses yakni proses dengan menggunakan Turbin Gas (Pembangkit
12

Listrik Tenaga Gas) dan proses dengan menggunakan Turbin Uap (Pembangkit Listrik Tenaga
Uap).
Gas buang dari PLTG yang umumnya mempunyai suhu di atas 400 C, yang kemudian
dimanfaatkan ke dalam ketel uap PLTU untuk menghasilkan uap penggerak turbin uap.
Dengan cara ini, umumnya didapat PLTU dengan daya sebesar 50% daya PLTG. Ketel uap
yang digunakan untuk memanfaatkan gas buang PLTG mempunyai desain khusus yang
disebut dengan Heat Recovery Steam Generator (HRSG).
Karena daya yang dihasilkan turbin uap tergantung pada banyaknya gas buang yang
dihasilkan unit PLTG, maka dalam pengoperasian PLTGU, pengaturan daya PLTGU dilakukan
dengan mengatur daya unit PLTG, sedangkan unit PLTU mengikuti saja menyesuaikan dengan
gas buang yang diterima dari unit PLTG-nya. Ditinjau dari segi efisiensi pemakaian bahan
bakar, PLTGU tergolong sebagai unit yang paling efisien di antara unit-unit termal lainnya
(bisa mencapai angka di atas 45%).

3.1.1. Prinsip Kerja Pembangkitan Listrik dengan Turbin Gas pada PLTGU Sengkang

13

Gambar 3.1. GT11 Overview


Keterangan :
2.4.2.1. Copressor
4. Gear Box
2.4.2.2. Combustion Chumber 5. Generator
2.4.2.3. Gas Turbine

Tahap mula, udara luar dimasukkan kedalam kompresor untuk dinaikkan


tekanannya menjadi kira-kira 13 kg/cm3 melalui Air Intake, dimana dalam Air Intake
ini udara mengalami penyaringan agar partikel debu tidak ikut masuk dalam
kompresor. Kemudian udara bertekanan tersebut dialirkan ke Combustion Chamber
(ruang bakar) yang kemudian dicampur dengan bahan bakar. Apabila digunakan bahan
bakar gas, maka dapat langsung dicampur dengan udara untuk dibakar, tetapi apabila
digunakan bahan bakar minyak, maka minyak ini harus dijadikan kabut terlebih dahulu
kemudian baru dicampur dengan udara untuk dibakar.
Pembakaran bahan bakar dalam Combustion Chumber menghasilkan gas
bersuhu tinggi sampai kira-kira 1.100C dengan tekanan 13 kg/cm 2. Gas hasil
pembakaran ini kemudian dialirkan menuju turbin gas untuk disemprotkan kepada
14

sudu-sudu turbin gas sehingga energi (enthalpy) gas ini dikonversikan menjadi energi
mekanik dalam turbin penggerak generator (dan kompresor udara) hingga akhirnya
generator menghasilkan tenaga listrik. Sisa gas pemutar turbin gas kemudian dialirkan
menuju HRSG.
3.1.2. Prinsip Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG)
Gas buang dari PLTG yang umumnya mempunyai suhu tinggi masih dapat
dimanfaatkan kembali pada ketel uap (HRSG) PLTU untuk menghasilkan uap
penggerak turbin uap. Prinsip kerja dari HRSG tersebut dijelaskan dengan gambar 3.2
di bawah ini :

Gambar 3.2. HRSG Overview

Gas buang dari turbin gas dimanfaatkan kembali pada HRSG untuk
memanaskan air, pemanasan air tersebut akan menghasilkan uap yang digunakan untuk
memutar turbin uap. Air yang dipanaskan pada HRSG berasal Feedwater Tank.
Dimana dalam Feedwater Tank, air telah mengalami pemanasan awal dengan

15

menggunakan Preheater. Kemudian air tersebut disalurkan menuju HRSG untuk


diubah menjadi uap kering.
Pada HRSG, air dialirkan ke dalam HP Economizer untuk mengambil panas
dari gas buang sehingga suhunya menjadi tinggi, kemudian air yang bersuhu tinggi
tersebut mengalir ke HP Drum. Setelah itu, air diuapkan didalam HP Evaporator, uap
yang terbentuk akan dimasukkan kembali ke HP Drum, begitu seterusnya sehingga
terjadi proses sirkulasi. Adanya proses sirkulasi ini akan mempercepat proses
terjadinya penguapan.
Uap yang berasal dari HP Evaporator yang terkumpul pada HP Drum, masih
berupa uap basah. Sedangkan uap yang diperlukan untuk menggerakkan sudu-sudu
turbin harus brupa uap kering. Oleh sebab itu, diiperlukan HP Superheater untuk
memanaskan uap lebih lanjut sehingga uap betul-betul kering. (uap yang dihasilkan
mempunyai tekanan dan suhu yang tinggi dimana bisa mencapai 100kg/cm 2 dan
550C). Setelah itu uap kemudian dialirkan menuju turbin uap.
3.1.3. Prinsip Kerja Pembangkitan Listrik dengan Turbin Uap pada PLTGU
Pada turbin uap, energi yang terkandung dalam uap yang berasal dari HRSG
dikonversikan menjadi energi mekanik penggerak generator, dan akhirnya energi
mekanik dari turbin uap tersebut dikonversikan menjadi energi listrik oleh generator.
Uap yang telah digunakan untuk memutar turbin uap kemudian dialirkan ke
kondensor untuk diubah fasanya menjadi fasa cair. Air hasil kondensasi kemudian
ditampung pada feedwater tank yang pada tahap selanjutnya akan diubah kembali
menjadi uap pada HRSG yang kemudian digunakan lagi untuk memutar turbin uap.
Dengan demikian. terjadi siklus air dan uap pada sistem PLTU.

16

Adapun proses pembangkitan listrik pada Pusat Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)
secara singkat dinyatakan pada gambar 3.3 di bawah ini :

Gambar 3.3 Plant Process Overview

3.2.

Komponen Utama dalam Pembangkitan Listrik pada PLTGU Sengkang


1. Kompresor
Kompresor adalah suatu alat yang berfungsi untuk meningkatkan tekanan udara
yang akan masuk ke dalam ruang pembakaran dengan cara udara dari

atmosfer

dimapatkan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke ruang pembakaran. Secara umum


udara yang dihisap oleh kompresor yakni udara dari atmosfer yang merupakan campuran
dari beberapa gas yang tersusun dari

78% gas nitrogen, 21% gas oksigen, dan 1%

campuran Argon, Carbondioksida, Uap Air, dll.


2. Combustion Chamber
Combustion Chamber merupakan sebuah ruang bakar tempat terjadinya perubahan
energi kimia (bahan bakar) menjadi energi thermal. Proses pembakaran ini membutuhkan
tiga hal, yaitu bahan bakar (gas alam), udara (berasal dari kompresor), dan pemantik.

17

Pembakaran dalam Combustion Chumber akan menghasilkan gas bersuhu tinggi sampai
kira-kira 1.100C dengan tekanan 13 kg/cm2. Gas hasil pembakaran ini kemudian dialirkan
menuju turbin gas untuk disemprotkan kepada sudu-sudu turbin gas
3. Turbin
Turbin merupakan komponen yang berfungsi untuk mengekspansi gas panas yang
berasal dari combustion chamber (pada turbin gas) atau uap yang berasal dari HRSG (pada
turbin

uap)

menjadi

energi

mekanis

sehingga

dapat

digunakan

untuk

menggerakkan/memutar rotor generator.


4. Gear Box
Merupakan penghubung antara penggerak mula generator (turbin) dengan
generator. Pada blok 1 PLTGU Sengkang, gear box didesain dengan perbandingan antara
kecepatan putar turbin dengan kecepatan putur rotor pada generator sebesar 2 : 1. Dengan
kecepatan putar turbin sebesar 6000 rpm, maka kecepatan putar rotor generator sebesar
3000 rpm.
5. Generator
Generator merupakan peralatan yang mengubah energi mekanik yang dihasilkan
oleh penggerak mula generator (turbin) menjadi energi listrik. Generator terdiri dari dua
komponen utama, yaitu rotor dan stator. Rotor merupakan bagian berputar/bergerak pada
generator yang terkopel dengan shaft turbin dan tempat dililitkannya belitan medan untuk
dialirkan arus penguat (eksitasi) guna membangkitkan fluksi magnet. Sedangkan stator
merupakan bagian dari generator yang tidak bergerak dan merupakan tempat dililitkannya
belitan jangkar. Kumparan jangkar tersebut berfungsi sebagai tempat diimbaskannya gaya
gerak listrik.
6. HRSG (Heat Recovery Steam Generator)
HRSG merupakan peralatan yang berfungsi sebagai ketel uap pada suatu sistem
PLTGU. Sisa gas buang dari proses utama turbin gas dimanfaatkan oleh HRSG untuk
18

memanaskan air (berasal dari feed wter tank) guna menghasilkan uap untuk dimanfaatkan
sebagai penggerak turbin uap. HRSG terdiri dari komponen-komponen utama, yaitu
Suplymentery Firing, HP (High Pressure) Superheater, HP Evaporator, HP Economizer,
Stack Damper dan Blowdown Tank.
7. Kondensor
Kondensor merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mengubah fasa uap yang
dihasilkan oleh turbin uap menjadi fasa cair. Uap yang merupakan buangan dari sistem
turbin uap dikondensasikan oleh kondensor dengan cara menurunkan tekanan dan
temperaturnya dengan bantuan pendingin berupa air yang berasl dari Cooling Tower.
8. Cooling Tower
Cooling Tower merupakan alat yang berfungsi sebagai heat exchanger antara panas
dari uap sisa turbin uap dengan air pendingin. Dengan adanya cooling tower, air pendingin
yang digunakan untuk proses kondensasi pada kondensor yang telah dipindahi panas dari
uap sisa turbin uap dapat kembali menjadi dingin.
9. Hotwell
Hotwell merupakan tangki yang berfungsi sebagai tempat penampungan uap air
yang telah dikondensasikan menjadi air oleh kondensor sebelum dipompa ke feedwater
tank.
10. Feedwater Tank
Feedwater tank merupakan tempat penyimpanan air hasil kondensasi uap buang
dari turbin uap sebelum diubah kembali menjadi uap oleh HRSG. Pada feedwater tank ini,
air hasil kondensasi mengalami pemansan awal sebelum dialirkan ke HRSG yang dimana
sumber panas tersebut berasl dari sisa uap turbin uap. Proses dimana air dari feedwater
tank diubah menjadi uap pada HRSG, lalu uap tersebut dimanfaatkan untuk memutar
turbin uap, kemudian sisa uap dari turbin uap dikondensasikan menjadi fasa cair oleh

19

kondensor hingga air tersebut kembali ke HRSG yang berlangsung secara siklus/kontinu
3.3.

dan disebut sebagai proses Water Steam Cycle (WSC)


Generator Sinkron
Generator Sinkron adalah generator arus bolak balik yang digunakan untuk mengubah
energi mekanik menjadi energi listrik. Sinkron dalam hal ini berarti bahwa generator tersebut
memiliki sinkronisasi antara kecepatan putar mekanik (kecepatan putar rotor) dan kecepatan
medan putar pada statornya. Generator sinkron bekerja berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik, dimana rotor berlaku sebagai kumparan medan yang akan dialiri arus searah
(eksitasi) untuk membangkitkan medan magnet dan akan diinduksikan pada stator yang
berperan sebagai kumparan jangkar untuk menghasilkan energi listrik.
Selain itu, rotor dikopel dengan turbin putar (penggerak mula) dan ikut berputar pada
kecepatan nominalnya.

n
Dimana :

120 f
p

................................................... (3.1)

n = Kecepatan putar rotor [rpm]


p = Jumlah kutub
f = frekuensi listrik [Hz]

Perputaran rotor sekaligus akan memutar medan magnet yang dibangkitkan oleh
kumparan medan. Medan putar yang dihasilkan tersebut akan diinduksikan pada kumparan
jangkar sehingga pada kumparan jangkar yang terletak pada stator akan menghasilkan fluks
magnetik yang nilainya berubah-ubah trehadap waktu.
Oleh karena adanya perubahan fluks magnet pada tiap waktu, maka sesuai prinsip
induksi Faraday dimana pada sekeliling penghantar (kumparan jangkar) terjadi perubahan

20

fluks magnet yang dihasilkan oleh kutub rotor generator, maka pada penghantar tersebut
(kumparan jangkar) akan dibangkitkan suatu gaya gerak listrik.
Adapun nilai efektif besarnya tegangan induksi per fasa pada kumparan stator
dinyatakan pada persamaan berikut :
E 4.44 Kc Kd f

maks

N ................................................... (3.2)

Dimana :
E
Kc
Kd

f
N

= Tegangan induksi per fasa (volt)


= Faktor Kisar
= Faktor Distribusi
maks

= Fluks per kutub [Webber]

= frekuensi [Hz]
= Banyaknya belitan per fasa = Z/2, Z adalah banyaknya sisi belitan per
fasa, satu belitan mempunyai dua sisi.

Adapun karakteristik generator sinkron yang digunakan pada sistem GT11 Blok I
PLTGU Sengkang dinyatakan pada gambar nameplate generator berikut ini :

Gambar 2.4. Nameplate Generator Sinkron GT11 Blok I PLTGU Sengkang

21

3.4.

Kurva Kapabilitas Generator


Kurva kapabilitas generator merupakan kurva yang menggambarkan kemampuan dari
sebuah generator dalam menyalurkan daya aktif (MW) dan daya reaktif (MVar) ke jaringan
sistem tenaga listrik dimana generator tersebut terhubung. Kapasitas sebuah generator
dinyatakan dalam MVA, dimana:
MVA= MW 2 + MVar 2 ....................................................................... (3.3)
Komponen daya aktif MW diatur dengan mengatur kopel yang dihasilkan oleh mesin
penggerak mula generator. Sedangkan komponen daya reaktif diatur dengan mengatur arus
penguat generator (eksitasi). Hal ini dilakukan dengan mengatur tahanan dalam sirkuit arus
penguat. Keluaran daya aktif generator dibatasi oleh kemampuan penggerak mula. Sedangkan
kemampuan keluaran daya reaktif dibatasi oleh empat faktor, yaitu batas pemanasan kumparan
stator, batas pemanasan kumparan rotor, batas pemanasan ujung inti stator, dan batas kondisi
keadaan mantap (Steady State Stability Limit).

Gambar 2.5 Kurva Kapabilitas Generator

22

Keterangan :
1 = batas pemanasan kumparan rotor
2 = batas pemanasan ujung inti stator
3 = batas pemanasan kumparan stator
4 = batas steady state
5 = batas daya penggerak mula

Faktor daya generator sinkron menentukan bagian-bagian yang akan mengalami


pemanasan (pada sistem GT11 blok 1 PLTGU Sengkang, faktor daya generator diatur pada
range 0,5 induktif hingga 0,5 kapasitif ). Faktor daya lagging menyebabkan pemanasan belitan
rotor, faktor daya leading menyebabkan pemanasan ujung inti stator, sedangkan faktor daya
diantara keduanya menyebabkan pemanasan belitan stator.
Pada bagian induktif (lagging), yaitu di bagian mana generator menghasilkan daya
reaktif, arus penguat harus besar, namun karena ada keterbatasan sistem eksitasi dalam
menghasilkan arus penguat, maka lanjutan busur lingkaran CB dipatahkan menjadi
lengkungan BA.
Pada bagian kapasitif (leading) tidak dibutuhkan arus penguat yang besar jika
dibandingkan di bagaian induktif, artinya arus penguat diperkecil. Jika pengurangan arus
penguat terus dilakukan, suatu saat generator tidak lagi mengirim daya reaktif ke jaringan
sistem tenaga listrik melaikan sebaliknya akan menyerap daya reaktif dari sistem tenaga
listrik. Selain itu, jika arus penguat terus diperkecil, ada resiko generator lepas sinkron dari
sinkronisasi sehingga generator tersebut menjadi generator asinkron. Keadaan asinkron
tidaklah dikehendaki, maka lanjutan dari busur lingkaran BC dipatahkan menjadi lengkung
CD.
BAB IV

23

PENGATURAN DAYA REAKTIF GENERATOR SINKRON PADA SISTEM GT11 BLOK


1 PLTGU SENGKANG
4.1. Pendahuluan
Dalam membangkitkan energi listrik, generator sinkron merupakan salah satu peralatan
utama yang dibutuhkan untuk mengonversi energi mekanik menjadi energi listrik, sehingga
kehandalan kinerja generator sinkron perlu dipertahankan secara terus menerus. Akan tetapi
dalam pengoperasiannya, beban generator yang terhubung pada suatu sistem tenaga listrik
akan selalau dapat berubah-ubah, baik itu beban berupa daya aktif maupun beban berupa daya
reaktif.
Perubahan beban daya reaktif yang selalu terjadi dalam sistem tenaga listrik akan
mempengaruhi kestabilan tegangan keluaran suatu generator. Penyesuaian oleh generator
terhadap perubahan beban daya reaktif dilakukan melalui pengaturan eksitasi generator.
Ketidak mampuan suatu sistem eksitasi generator untuk melakukan penyesuaian terhadap
perubahan beban daya reaktif menjadi penyebab utama ketidakstabilan tegangan keluaran
generator dan pada kondisi tertentu dapat menyebabkan generator kehilangann sinkronisasi
terhadap sistem tenaga listrik dimana ia terhubung. Kondisi ini akan mentripkan sistem
generator secara mendadak dan mengganggu kestabilan sistem tenaga listrik secara
menyeluruh.
Dengan demikian diperlukan upaya untuk mempertahankan kestabilan tegangan
keluaran generator sinkron dan sinkronisasi kinerjanya terhadap sistem dengan cara mengatur
daya reaktif pada generator tersebut. Fenomena pengaturan daya reaktif generator sinkron
tersebut dapat dipandang sebagai fenomena pengaturan eksitasi generator.

24

Dalam laporan kerja magang ini, pembahasan yang dilakuakan hanya terfokus pada
pengaturan daya reaktif generator sinkron yang terdapat pada sistem GT11 Blok I PLTGU
Sengkang.
4.2. Sistem Eksitasi
Sistem eksitasi merupakan sistem pemberian arus searah atau arus medan (i f) pada
kumparan medan yang terdapat pada rotor generator guna menghasilkan tegangan induksi
pada kumparan jangkar yang terdapat pada stator generator. Fungsi dari sistem eksitasi pada
generator adalah untuk mengendalikan tegangan output dan daya reaktif generator agar tetap
stabil pada beban yang bervariasi. Sistem Eksitasi pada Generator Sinkron GT11 Blok I
PLTGU Sengkang dinyatakan pada gambar 4.2 di bawah ini :

Gambar 4.1 Sistem Eksitasi Generator Sinkron PLTGU Sengkang

Keterangan:
1.
2.
3.

Excitation transformer
Excitation module
Field breaker

4. Exciter
5. Diode wheel

25

Tipe sistem eksitasi yang digunakan merupakan tipe brushless excitation, dimana
dalam mengalirkan arus searah untuk eksitasi pada kumparan rotor generator tidak dibutuhkan
lagi sikat arang. Sumber eksitasi diperoleh dari output generator itu sendiri yang kemudian
akan melalui sebuah step down transformer yang disebut sebagai excitation transformer.
Dalam mengatur tegangan output dan daya reaktif generator, sebenarnya yang diatur
adalah besarnya arus searah yang dialirkan menuju Exciter. Besarnya arus searah untuk
Exciter ini dikontrol oleh unit pengontrolan yang disebut AVR. Pada AVR, arus yang berasal
dari Excitation Transformer akan disearahkan dan diatur jumlahnya sesui dengan nilai setpoint
dari unit Unitrol yang kemudian dialirkan menuju Exciter. Output dari Exciter kemudian
menjadi eksitasi bagi generator utama. Akan tetapi karena output dari Exciter tersebut berupa
arus bolak balik, sedangkan eksitasi yang dibutuhkan oleh generator berupa arus searah, maka
digunkanlah penyearah berupa diode whel (dioda putar) yang terletak pada rotor Exciter.
Adapun pada kondisi generator baru ingin dioperasikan, output dari generator tidaklah
mampu untuk mengeksitasi dirinya sendiri. Dalam kondisi ini, tersedia sistem yang disebut
Field Flashing, yang dimana pada sistem ini sumber eksitasi untuk generator disuplai dari
Battery ataupun Auxilary Transformator. Auxilary Transformator baru digunakan jika
seandainya arus dari Battery tidak mencukupi untuk mengeksitasi generator. Sistem field
flashing bekerja hingga pada kondisi tegangan generator mencapai 30 40 % dari tegangan
nominal generator tersebut. Setelah itu, suplai eksitasi akan berasal dari output generator itu
sendiri.
Data dari Brushless Exciter yang digunakan pada generator sistem GT11 Blok I
PLTGU Sengkang dinyatakan sebagai berikut:
General Data :
Type Designation
: WBF6 4K
No. of poles
:8
Type of rectifier connection
: 3-phase bridge
26

No. of positive polarity diodes


: 12
No. of negative polarity diodes
:12
No. of diode groups
:6
Diode in parallel per group
:4
Standards:
Design standard
: IEC
Design type according to IEC
: IM 5611
Degree of protection according to IEC
: IP 54
Degree of cooling according to IEC
: IC 9A1 W7
Insulation:
Stator insulation class
:F
Rotor insulation class
:F
Stator temperature rise class
:B
Rotor temperature rise class
:B
Stator test voltage for 1 min.
: 1500 V
Rotor test voltage for 1 min.
: 3500 V
Stator insulation resistance
: Greater than 1 megaohm at 500 V
Rotor insulation resistance
: Greater than 5 megaohm at 500 V
Rated Data for Continous Operation
Power output (P)
: 244 kW
Voltage (U)
: 265 V
Current (I)
: 920 A
Field winding voltage
: 69 V
Field winding current
: 14 A
Data for Short-Time Operation:
Max. duration of operation
: 10 s
Ceiling factor
:1.50
Power output (P)
: 452 kW
Voltage (V)
: 360 V
Current (I)
: 1255 A
Field winding voltage
: 106 V
Field current winding
: 22 A
Frequency
: 200 -/=
Mechanical Data:
Rated speed
: 3000 min-1
Overspeed test
: 3600 min-1
Stator mass
: 1616 kg
Rotor mass
: 574 kg
4.3. Automatic Votage Regulator (AVR) dan Alat Pembatas Eksitasi
Unit AVR (Automatic Voltage Regulator) berfungsi untuk menjaga agar tegangan
keluaran generator tetap stabil (pada nilai yang telah ditentukan) meskipun beban daya reaktif
dari generator teresebut selalu berubah-ubah. Prinsip kerja dari AVR adalah mengatur arus
27

penguatan (eksitasi) pada eksiter. Apabila tegangan output generator di bawah tegangan
nominal tegangan generator, maka AVR akan memperbesar arus penguatan pada eksiter.
Begitupun sebaliknya apabila tegangan output generator melebihi tegangan nominal generator,
maka AVR akan mengurangi arus penguatan pada eksiter. Dengan demikian apabila terjadi
perubahan tegangan output generator, maka akan distabilkan oleh AVR secara otomatis.
Fenomena pengaturan arus penguatan (eksitasi) pada generator dapat dipandang
sebagai fenomena pengaturan daya reaktif. Oleh sebab itu, dalam mengatur arus penguatan
pada generator, kinerja (pengaturan) AVR harus disesuaikan dengan batas kemampuan daya
reaktif dari generator dimana AVR tersebut digunakan.
Pemberian arus penguatan yang tidak sesuai dengan batas kemampuan daya reaktif
generator dapat menempatkan generator pada kondisi pengoperasian generator yang
berbahaya. Selain itu, pemberian arus penguatan yang berlebih dapat mnyebabkan panas yang
berlebih pula pada belitan-belitan generator. Pemanasan berlebih tersebut dapat menyebabkan
kerusakan laminasi dari belitan generator dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi
hubung singkat antar fasa atau dengan body generator. Oleh sebab itu diperlukan fungsi
pembatas untuk mencegah kerusakan pada generator dan peralatan lainnya.
1. Pembatas Eksitasi Berlebih
Pembatas Eksitasi Berlebih atau Over Excitation Limiter (OEL) berfungsi
untuk mencegah AVR mensuplai arus penguatan yang melebihi kemampuan kumparan
medan generator. Sebuah Pembatas Eksitasi Berlebih akan membatasi arus penguatan
sebelum sistem proteksi medan berlebih pada generator bekerja.
2. Pembatas Eksitasi Kurang
Pembatas Eksitasi Kurang atau Under Excitation Limiter (UEL) bertujuan
untuk mencegah AVR mengurangi arus penguatan hingga pada kemampuan eksitasi
minimum generator yang dapat membuat generator kehilangan sinkronisasi. Sebuah

28

Pembatas Eksitasi Kurang harus mencegah peralatan proteksi kehilangan arus


penguatan dan kehilangan sinkronisasi pada generator untuk bekerja.
3. Pembatas Volts per Hertz
Pembatas ini untuk melindungi generator dan transformator penaik tegangan
dari kerusakan dalam kaitan dengan fluks magnet yang berlebih. Pembatas V/Hz
mengendalikan tegangan medan rotor generator agar supaya ketika nilai perbandingan
antara tegangan generator terhadap fekuensi generator tersbut melebihi nilai V/Hz
yang telah ditetapkan sebelumnya, maka proteksi V/Hz akan mentripkan generator.
Pada sistem GT11 Blok I PLTGU Sengkang, untuk melindungi kinerja dari generator
yang telah beropersi paralell dengan jaringan kelistrikan PLN, tegangan output dari generator
tersebut dijaga untuk beroperasi tetap stabil tidak melebihi

5% dari teganagn

nominalnya. Tegangan rata-rata generator tidak akan terlampaui (sesuai kapasitas generator,
68MVA) dan temperature kumparan stator akan tetap dijaga untuk berada pada kondisi kerja
yang aman (alarm pada suhu 120 derajat, dan alat proteksi akan mentripkan sistem pada suhu
130 derajat). Pembebanan dan pengoperasian dari generator tidak akan pernah melebihi dari
batasan kurva kapabilitas generator tersebut, pembebanan dan penyaluran arus eksitasi
generator telah dibatasi oleh suatu sistem kontrol eksitasi generator, yaitu UNITROL F. Modul
sistem eksitasi yang digunakan pada sistem GT11 Blok 1 PLTGU Sengkang dinyatakan pada
gambar berikut :

29

Gambar 4.2. Modul Eksitasi pada sistem GT11 Blok 1 PLTGU Sengkang

Modul eksitasi yang digunakan pada sistem GT11 Blok 1 PLTGU Sengkang terdidri
dari bebrapa komponen, yaitu :
1. UNC 4866, komponen ini terdiri dari unit untuk pengukuran (UNS 0862) dan unit I/O
interface (UNS 0863).
2. UNS 4865, merupakan komponen pengontrol utama pada sistem eksitasi yang
memiliki

fungsi

untuk

mengubah

nilai

parameter

tertentu

(parameter tegangan dan daya reaktif) dalam rangka menyesuaikan nilainya dengan
30

kebutuhan jaringan (mengacu pada permintaan PLN), mengukur nilai actual output
generator, dan mengontrol kinerja jadi komponen-komponen pengatur eksitasi
generator. UNS 4865 disebut juga dengan UNITROL F yang terdiri dari beberapa

4.4.

bagian, yaitu :
- Power interface board, SDCS-PIN 1
- Thyristor bridge
- Communication board, SDCS-CON-1
- Power Supply, SDCS-POW-1
- Signal processing, UNS 1860
- Dioda failure relay, UNS 0864
- Power system stabilizer, UNS 0865
- Control panel for commissioning and Maintenance, UNS 0866
3. UNS 0861, komponen penyuplai daya untuk pengoperasian modul eksitasi.
Sistem Proteksi dalam Pengaturan Daya Reaktif Generator Sinkron
Keandalan dan keberlangsungan suatu generator dalam membangkitkan energi listrik
sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan. Adanya gangguan pada suatu
generator membuat generator tidak bisa bekerja secara optimal, apalagi jika generator sampai
mengalami kerusakan dan kerusakan tersebut meluas ke bagian-bagian lainnya, maka akan
sangat mengganggu proses pembangkitan energi listrik dan operasi sistem tenaga listrik secara
menyeluruh. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem proteksi yang bekerja mengamankan
generator secara penuh dari kemungkinan munculnya gangguan dari pengoperasian generator
tersebut.
Dalam pengaturan daya reaktif generator sinkron, kemungkinan kegagalan AVR dalam
mengatur jumlah eksitasi generator untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan beban
daya reaktif ataupun kegagalan alat pembatas eksitasi baik dalam membatasi eksitasi pada
batas eksitasi maksimum maupun pada batas minimum akan selalu ada. Kegagalan kinerja
peralatan-peralatan tersebut akan menimbulkan gangguan terhadap kinerja dari generator.
Dengan demikian, dibutuhkan suatu peralatan proteksi dari kemungkinnan munculnya

31

gangguan tersebut. Gangguan yang dimaksud dalam pengaturan daya reaktif ini adalah berupa
ganguan ekstitasi berlebih dan gangguan kehilangan eksitasi.
Pada PLTGU Sengkang sistem proteksi generator yang digunakan berupa sistem
proteksi bertipe REG 216/ REG 216 Compact, dimana pada sistem proteksi ini tidak hanya
memproteksi generator melainkan juga memproteksi transformator. Sistem REG 216 terdiri
dari beberapa rele yang dinyatakan pada tabel berikut :
Tabel 4.1. Rele Proteksi pada sistem REG 216
Protection Function
Generator differential
Power transformer
diferential
Definite time overcurrent
Overcurrent or

ANSI Code
87 G
87 T

Description
Three-phase
Three-phase for 2- and 3- winding

51

transformer
Definite time delay, for phase and earth-

50

fault, over and undercurrent


Instantaneous operation or with definite

undercurrent with peak

time delay wide frequency range, over-

value evaluation
Restriced earth fault

and undercurrent
Overcurrent operation with definite time

Voltage controlled
overcurrent
Inverse time ovecurrent
Negative phase sequence

87N
51-27

delay
Operation restrained by undervoltage

51

Inverse current dependent time delay,

46

for phase and earth fault


Negative phase sequence current with

current

definite time delay or inverse time delay

Definite time overvoltage

with thermal replica


Definite time delay, over- and

(undervoltage)

100% stator and rotor


earth fault protection

59
27
64

64 S
64 R

undervoltage
Applicable also for
- Stator E/F (95%) (59 G/N)
- Rotor E/F (64 R)
- Intertum fault protection
Based on the displacement principle
calculation of the earth fault resistance
32

Underimpedance
Minimum reactance
Pole slip protection
Power

Overload

Negative phase sequence


current
Frequency
Overexcitation
Voltage balance
Voltage peak value
evaluation
Synchro check

21

Circular characteristics centered origin

40

of impedance plane
Circular characteristic for loss of

78

excitation protection
Detecting loss of synchronism of a

32

generator as against the network


Any characteristic angle, over and

49

underpower for :
- Active power
- Reactive power
- Reverse power protection
- Minimum forward power
Thermal replica with operation

46

characteristic, according to ASA-C50.13


- Standard stator current (49 S)
- Rotor current (49 R)
Evaluation of negative phase sequence

81
24
60

of current inverse time delay


Evaluation of voltage input
Voltage/frequency protection
Monitoring/comparing two groups of

59, 27

single- or three-phasevoltage
Instantenous operation with definite

25

time delay
Supervision of phase angle frequency
and voltage level of two system

4.4.1. Rele Mho (40) Sebagai Pengaman terhadap Gangguan Hilang Eksitasi
Pada kondisi hilang eksitasi, generator masih beroperasi dan turbin masih
berputar. Hilangnya medan penguat pada rotor akan mengakibatkan generator menarik
daya reaktif dari sistem walaupun generator masih mengirimkan daya aktif ke sistem.
Jika gangguan hilang eksitasi tidak diisolisir, dapat mengakibatkan sudut phasa arus

33

mendahului terhadap tegangan sehingga generator akan berubah menjadi generator


asinkron/induksi.
Pada tahap ini generator dikatakan kehilangan sinkronisasi dan berputar di luar
kecepatan sinkronnya (kecepatan rotor mencapai 105% kecepaatan nominalnya). Daya
output generator turun menjadi 20%-30% daya nominal. Jika hilang sinkronisasi tidak
segera diisolasi maka generator akan berada pada kondisi reverse power. Hal ini
menyebabkan daya reaktif yang diambil dari sistem dapat melebihi rating generator
sehingga menimbulkan kerusakan mekanis yaitu kerusakan turbin diikuti kerusakan
generator yang berakibat fatal.
Hilang eksitasi dapat terjadi karena terbukanya saklar medan (field circuit
breaker), hubung singkat, open circuit dalam rangkaian medan atau gangguan pada
AVR. Untuk menghindari ini generator harus trip apabila rangkaian medan terbuka.
Untuk mendeteksi gangguan hilang eksitasi, digunakan rele jarak jenis rele
Mho. Rele jarak ini bekerja berdasarkan perubahan pada impedansi terminal generator,
dimana nilai impedansi tersebut seperti yang terhitung pada persamaan berikut ini :
Z = R jX ................................................................................. (4.1)
Dimana :

Z = Impedansi (ohm)
R = Resistansi (ohm)
X = Reaktansi (ohm)
Adanya perubahan besaran impedansi terminal generator disebabkan oleh

karena adanya perubahan arus pada stator. Dalam kondisi penguatan yang hilang, arus
stator bernilai besar, tegangan terminal menjadi bernilai kecil, impedansi kumparan
stator akan terdeteksi kecil dan rele penguatan hilang akan bekerja.

34

Karakteristik kinerja Rele Mho dapat digambarkan dalam skema diagram R


X, dimana Rele Mho tersebut mempunyai suatu nilai offset sepanjang sumbu axis X
seperti yang terlihat pada gambar berikut :

Gambar 4.3. Karakteristik Rele Mho

Dalam kondisi operasi normal, generator menghasilkan daya reaktif dan daya
aktif ke dalam sistem yag berarti R dan X bernilai positif pada persaman 4.1 dan
impedansi terminal terletak dalam kuadran pertama dalam bidang R-X. Ketika kondisi
eksitasi berkurangdan menuju kondisi hilangnya eksitasi, generator mulai untuk
menarik daya reaktif dari sistem dan X menjadi negative dari segi pandangan rele
hilang eksitasi. Sebagai hasilnya, impedansi terminal dalam R-X bergerak menuju ke
kuadran empat dan titik ujung impedansi terminal mencakup antara reaktansi transient
(Xd/2) dan reaktansi sinkronisasi (Xd) seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.4.
Dalam pengaplikasiannya, untuk mendeteksi gangguan hilang eksitasi
digunakan dua buah rele mho yang memiliki zona setting yang berbeda seperti yang
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

35

Gambar 4.4. Karakteristik Operasi Proteksi Hilang Eksitasi


Keterangan :
C1 = Titik pusat lingkaran 1
Zb = Impedansi dasar generator sinkron
C2 = Titik pusat lingkaran 2
Xd = Reaktansi sinkron
R1 = Jari jari lingkaran 1Xd= Reaktansi transient
R2 = Jari jari lingkaran 2

Zona 1 (40.1)
Zona yang pertama disetting dengan suatu garis tengah 1.0 pu dengan suatu waktu
tunda yang pendek untuk menyediakan perlindungan yang cepat ketika kondisi
hilangnya eksitasi terjadi pada beban berat (biasanya disetting pada kondisi beban
lebih tinggi 30%)
Zb+ X ' d
C1 =
; dan R1 =
2

Zb
2

Zona 2 (40.2)
Zona yang kedua disetting pada suatu garis tengah Xd dan suatu waktu tunda lebih
panjang untuk menyediakan perlindungan selama kondisi beban ringan sebagai
pencegahan terhadap kesalahan operasi selama ayunan daya
36

C2 =

Xd+ X ' d
2

; dan R2 =

Xd
2

4.4.2. Rele V/Hz (24) Sebagai Pengaman terhadap Gangguan Eksitasi Berlebih
Pemberian eksitasi berlebih pada generator akan menyebabkan kerapatan
fluks/penguatan berlebih pada generator dan unit generator-transformator. Selain itu,
kondisi fluks berlebih juga dapat terjadi pada kondisi tegangan terminal generator
berada pada tegangan nominalnya akan tetapi frekwensi generator yang brnilai rendah.
Hal ini dapat terjadi pada saat menstart generator dimana frekwensi masih rendah
(putaran rotor generator masih rendah) akan tetapi sudah ada arus penguat yang besar
dari exciter.
Kerapatan fluks yang tinggi ini akan menimbulkan arus pusar yang tinggi pula,
sehingga timbul pemanasan berlebih pada inti generator dan dalam inti tranformator
penaik tegangan yang terhubung dengan generator tersebut. Untuk mendeteksi
terjadinya ganguan eksitasi berlebih pada generator, digunakan alat proteksi berupa
rele V/Hz. Rele V/Hz ini digunakan untuk mengukur perbandingan tegangan dengan
frekwensi (V/Hz), sebab perbandingan ini adalah sebanding dengan tingkat kerapatan
garis gaya dari elektromagnetis mesin.
Eksitasi berlebih pada generator akan terjadi ketika rasio dari tegangan
terhadap frekwensi (V/Hz) pada terminal generator sekitar 1.05 pu (IEEE Standart
C37.91). Sedangkan eksitasi berlebih yang terjadi pada transformator yang terhubung
pada terminal generator akan terjadi ketika rasio tegangan terhadap frekwensi pada sisi

37

sekunder (tegangan tinggi) dari transformator sekitar 1.05 pu pada faktor beban 0.8
atau 1.1 pu pada beban nol (IEEE standart C37.91).
Dalam melakukan proteksi terhadap gangguan eksitasi berlebih digunakan dua
unsur rele V/Hz, yaitu unsur waktu inverse (untuk alarm) dan unsur waktu definite
(untuk mentripkan sistem). Rele V/Hz unsur waktu definite disetting untuk membuka
circuit breaker generator pada nilai 1.18 pu V/Hz (118% V/Hz) dengan waktu tunda 26 detik. Sedangkan rele V/Hz unsur waktu inverse disetting untuk bekerja pada nilai
pickup minimum 1.06 pu V/Hz (106% V/Hz), dimana setting ini memiliki waktu tunda
yang lama sehingga memberikan kesempatan pada sistem eksitasi untuk mengurangi
nilai tegangan sebelum relai proteksi lebih dulu mentripkan sistem. Karakteristik
kinerja rele V/Hz dinyatakan pada gambar berikut :

Gambar 4.5. Karakteristik Rele V/Hz

BAB V
PENUTUP

38

5.1. Kesimpulan Hasil Studi Pengaturan Daya Reaktif Generator Sinkron pada PLTGU
Sengkang.
1. Pengaturan daya reaktif generator sinkron dilakukan dengan cara mengatur arus eksitasi
generator. Sistem eksitasi yang digunakan berupa sistem eksitasi tanpa sikat, atau
Brushless Excitation.
2. Pada operasi normal, supalai eksitasi berasal dari ouput generator itu sendiri. Sedangkang
pada kondisi generator baru beroperasi, output generator belum mencukupi untuk
mengeksitasi dirinya sendiri, sehingga suplai eksitasi berasal dari luar sistem generator,
yaitu battery ataupun transformator bantu, sistem ini disebut dengan sistem field flashing.
3. Pengaturan arus eksitasi dilakukan secara otomatis oleh unit sistem pengontrol tegangan
yang disebut dengan Automatic Voltage Regulator (AVR). AVR memiliki modul eksitasi
yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :
a. UNC 4866, komponen ini terdiri dari unit untuk pengukuran (UNS 0862) dan unit I/O
interface (UNS 0863).
b. UNS 4865, merupakan komponen pengontrol utama pada sistem eksitasi yang
memiliki

fungsi

untuk

mengubah

nilai

parameter

tertentu

(parameter tegangan dan daya reaktif) dalam rangka menyesuaikan nilainya dengan
kebustuhan jaringan (mengacu pada permintaan PLN), mengukur nilai actual output
generator, dan mengontrol kinerja jadi komponen-komponen pengatur eksitasi
generator. UNS 4865 disebut juga dengan UNITROL F
c. UNS 0861, komponen penyuplai daya untuk pengoperasian modul eksitasi.
4. Kemungkinan kegagalan AVR dalam mengatur tegangan dan daya reaktif pada generator
akan selalu ada, kegagalan tersebut dapat menimbulkan gangguan berupa gangguan
eksitasi berlebih dan gangguan eksitasi kurang.
5. Baik gangguan eksitasi berlebih maupun gangguan eksitasi kurang, akan menimbulkan
panas berlebih pada kumparan kumparan generator, jika gangguan ini tidak dapat
39

dideteksi dan dipisahkan dari sistem, maka akan merusak generator dan peralatan
peralatan lainnya.
6. Untuk melindungi generator, digunkan sistem proteksi tipe REG 216. Dimana untuk
mendeteksi dan memisahkan gannguan eksitasi berlebih, pada sistem proteksi ini
mengguanakan rele mho (40). Sedangkan untuk mendeteksi dan memisahkan gannguan
eksitasi kurang, pada sistem proteksi ini mengguanakan rele V/Hz (24).
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan pemeliharaan berkala pada unit unit pengaturan daya reaktif dan rele
proteksinya guna mempertahankan kehandalan koordinasi antara kedua sistem tersebut.
Selain itu, pemelihraan rele proteksi perlu dilakukan baik secara fisik maupun pengujian
kinerjanya guna mempertahankan kehandalan, selektivitas, dan sensitivitas dari rele
proteksi tersebut.

40

Vous aimerez peut-être aussi