Vous êtes sur la page 1sur 13

Perbedaan Risiko Kejadian Hipertensi Menurut Pola Merokok (Santi Martini, Lucia Y.

Hendrati)

PERBEDAAN RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI MENURUT


POLA MEROKOK
Santi Martini, Lucia Y. Hendrati*)

ABSTRACT
RISK DIFFERENCE OF HYPERTENSION OCCURRENCE BASED ON SMOKING
PATTERN
Cigarette smoking is a main risk faktor for cardiovascular morbidity and mortality;
one of them is hypertension, researches on hypertension still shw no significant
relationship. Beside that, hypertaension cause severe complications such as stroke,
coronary heart diseasea, occular and renal disorders. The purpose of research is
study risk difference of hypertension occurrence based on smoking frquency,
number of cigarette a day, type of cigerette, way of smoking, age intiation of
smoking, and duration of smoking.
The study was an observational research with case control design. The study was
condubted in Haji Hospital, Surabaya city. The subyect was recruited from patients
who attended to the hospital. As a case is with inclusiom criterias are hypertension
patient and smoke, dot have any diseases related to hypertension such as diabetes
melitus, chronic renal failure, to participate in this study voluntary with informed
consent As a control is a smoke without primary hypertension and secondary; and to
participate in this study voluntary with informed consent. The number of case are 75
patients and of control are 75 patients.
Bivariate analysis show that a risk difference of hypertension occurence based on age
initiation of smoking at 16 18 years old with risk 3,39 times (95% Cinfidence
Interval 1,41 8,28) more than age of initiation of smoking at 19 35 years old.
Duration of smoking for 18-35 years show a risk difference of hypertension
occurence with risk 5,21 times (95% CI 2,02 13,68) and duration of smoking for 18
32 years show it risk 3,78 times (95% CI 1,51 9,58). Multivariate analysis show that
there is a risk difference of hypertension occurrence based on age of intiation at 16
18 years old with risk 4,81 times (95% CI 1,79 12,94) more than age of intiation at 19
35 years old. The number of cigarettes a day is 10-20 pieces, it show a risk
differrence of hypertension occurrence with risk 3,02 times (95% CI 1,19-7,63) more
than number of cigarete is < 10 pieces a day.

*)

Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga

169

Jurnal Penelitian Medika Eksakta Vol. 5 No. 2 Agustus 2004: 169181

Resarch resul show; Satar to smoking at 16 18 years old, number of cigarettes is 10


20 piece a dya and length of smoking more than 17 tahun, thay show a risk
difference of hypertension occurrence. Hypertension cases can be decreased until
more than 65% if the risk factor can be eliminated.

Keywords: Risk difference, hypertension, cigarette smoking

PENDAHULAUN

Merokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang sudah membuadaya sejak


lama di Indonesia. Menjadi kenyataan bahwa di Negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia, perilaku merokok cukup tinggi
prevalensinya juga dikalangan anak (Wawolumaya, 1996). Dari tahun ke
tahun prevalensi kebiasaan merokok pada masyarakat Indonesia semakin
meningkat, hal ini tampak pada hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) 1980 adalah 46,4% pada pria dan 2,4% pada wanita, angka tersebut
menjdai 52,9% dan 3,6% pada SKRT 1986. Hasil SKRT pada tahun 1965
menunjukkan bahwa prevalensi perokok laki-laki 68,8% dan pada wanita
2,6% (Suhardi, 1997).
Merokok adalah faktor risiko utama untuk mobilitas dan mortalitas
kardiovaskuler. Adanya hubungan antara merokok dengan penyakit
jantung koroner (PJK) telah dibuktikan banyak penelitia. Dari beberapa
studi dilaporkan bahwa risiko terjadinya penyakit jantung koroner di
kalangan perokok meningkat sebesar 44% pada laki-laki dan 68% pada
wanita sedangkan penelitian mengenai merokok dengan terjadinya
hipertensi masih menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (Gani, 1993;
Hanafiah dan Gani, 1993).
Di Indonesia, banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang
tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi
hipertensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari
sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi
hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor
risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Di samping itu akibat
lebih lanjut yang ditimbulkan oleh hipertensi adalah stroke, penyakit
jantung koroner, kerusakan pada mata dan ginjal (Bustan, 1997).
Hipertensi esensial adalah hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya sehingga amatlah penting untuk mempelajari faktor risiko
terjadinya hipertensi, yang secara umum terbagi menjadi faktor resiko yang

170

Perbedaan Risiko Kejadian Hipertensi Menurut Pola Merokok (Santi Martini, Lucia Y. Hendrati)

dapat diubah (changeable) dan tidak dapat diubah (unchangeable). Salah satu
faktor risiko yang dpat diubah adalah perilaku merokok dan penelitian ini
masih perlu dilakukan karena selama ini penelitian tentang hubungan atau
pengaruh rokok terhadap kejadian hipertensi masih menunjukkan
hubungan atau pengaruh tidak signifikan. Seperti diketahui bahwa di
dalam rokok mengandung banyak bahan yang berbahaya bagi tubuh salah
satu diantranya frekuensi denyut jantung dan tekanan darah. Merokok
merupakan faktor risiko yang potensial untuk ditiadakan dalam upaya
melawan arus peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit
kardiovakuler secara umum di Indonesia.
Tujuan penelitaian ini adalah mempelajari perbedaan risiko kejadian
hipertensi menurut frekuensi merokok, jumlah yang diisap per hari, jenis
rokok yang diisap, cara menghisap, umur mulai merokok dan lama kaejadia
merokok. Manfaat penelitian adalah memberikan masukan untuk program
pencegahan primer terhadap hipertensi, sehingga dalam jangka panjang
akan menurunkan prevalensi penyakit hipertensi dan penyakit pada
pembuluh darah pada umumnya. Pada akhirnya juga menambah
pengetahuan mengenai penyakit yang berhubungan dengan merokok.
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan


rancangan kasus kontrol. Penelitian ini dilakukan di RSU haji Surabaya.
Subyek penelitian adalah penderita hipertensi sebagai kelompok kasus
dengan kriteria 1) merokok, 2) tidak menderita diabetes Mellitus, 3) tidak
menderita Gagal Ginjal Kronis atau Gagal Ginjal Terminal, 4) Bersedia ikut
dalam penelitian. Kelompok kontrol adalah perokok yang bukan penderita
hipertensi primer maupun skunder dan bersedia ikut dalam penelitian ini.
Kelompok kasus 75 orang dan kelompok kontrol 75 orang, sehingga total
sample adalah 150 orang. Variabel tergantung adalah hipetensi, adapun
variabel bebas meliputi: frekuensi merokok, jumlah rokok yang dihisap per
hari, jenis roko yang dihisap, cara menghisap rokok, umur mulai merokok
dan lama kebiasaan merokok.
Besar risiko kejadian hipertensi dengan menghitung odds ratio (OR) untuk
masing-masing variabel dan untuk mengetahui ada perbedaan risiko
dengan menhitung apabila nilai interval keyakinan 95% tidak melewati
angka 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada kelompok kasus hipertensi, rata-rata usia lebih tua dibandingkan


dengan kelompok tidak hipertensi (53,08 tahun vs 44,32 tahun). Demikian
171

Jurnal Penelitian Medika Eksakta Vol. 5 No. 2 Agustus 2004: 169181

pula umur minimum maupun maksimum responden, pada kelompok kasus


hipertensi lebih tua dibandingkan pada kelompok tidak hipertensi. Angka
umur responden dikelompokkan mejadi 4 kelompok, maka pada kelompok
hipertensi sebagian besar responden (77,3%) berusia 4180 tahun,
sedangkan pada kelompok tidak hipertensi hampir separo (48%) berda pada
usia 2140 tahun. Pada usia 41 sampai 80 tahun, sebgian besar responden
merupakan pasien hipertensi. Sedangkan pada umur 21 sampai 40, sehingga
besar responden tidak hipertensi.
Tabel 1. Karakteristik Responden Menurut Kejadian Hipertensi Pada Pasien RRU
Haji Tahun 2003
Karakteristik responden
Rata-rata (tahu) SD Minimu Maksimum (tahun)
Umur responden
21 40 tahun
41 60 tahun
61 80 tahun
81 100 tahun
Tingkat Pendidikan
Sampai dengan SD
SLTP
SMU
Akdemi/Perguruan Tinggi
Pekerjaan
Pegawai Negeri Sipil / ABRI
Swasta
Pensiunan
Tidak Bekerja

Hipertensi
n
%
53,08 14,30
24 87

Tidak Hipertensi
n
%
44,32 + 16,09
20 83

16
30
28
1

21,3
40,0
37,3
1,3

36
21
17
1

48,0
28,0
22,7
1,3

7
14
34
20

9,3
18,7
45,3
26,7

9
7
39
20

12,0
9,3
52,0
26,7

25
25
21
4

33,3
33,3
28
5,3

24
33
14
4

32,0
44,0
18,7
5,3

Pada kelompok hipertensi maupun tidak hipertensi sebagian besar


responden mempunyai tingkat pendidikan SMU dan sederajat, yaitu 45%
dan 52%. Pada kelompok hipertensi, persentae terendah (9,3%) pada tingkat
pendidikan sampai dengan SD termasuk tidak sekolah atau tidak lulus SD.
Pada kelompok tidak hipertensi, persentase (9,3%) pada tingkat pendidikan
SLTP. Pada kelompok hipertensi, jenis pekerjaan terbanyak adalah PNS atau
ABRI (33,3%) dan swasta (33,3%), sedangkan pada kelompok tidak
hipertensi, jenis pekerjaan terbanyak adalah swasta (44,0%) (Tabel 1).
Hasil analisis bivariat terhadap variabel pola merokok, diantara variabel
tersebut yang menunjukkan perbedaan risiko adalah umur mulai merokok
pada 1618 tahun dengan besar risiko terjadi hipertensi 3,39 kali
dibandingkan dengan umur 1935 tahun, dengan interval keyakinan 95%
adalah 1,418,28. Adapun nilai OR untuk lama kebiasaan merokok 3358

172

Perbedaan Risiko Kejadian Hipertensi Menurut Pola Merokok (Santi Martini, Lucia Y. Hendrati)

tahun adalah 5,21 (interval keyakinan 95% 2,02-13,68). Berarti responden


dengan lama kebiasaan merokok 33-58 tahun mempunyai risiko terjadi
hipertensi sebesar 5,21 kali dibandingkan responden dengan lama kebiasaan
merokok 1-17 tahun, dan lama kebiasaan merokok 1832 tahun mempunyai
risiko terjadi hipertensi sebesar 3,78 (interval keyakinan 95% (1,51-9,58)
dibandingkan lama kebiasaan merokok 117 tahun. Apabila dilihat nilai
interval keyakinan 95% berarti ada perbedaan risiko kejadian hipertensi
menurut lama kebiasaan merokok (Tabel 2).
Pada variabel lain dari pola menolak tidak diperoleh perbedaan risiko
untuk terjadi hipertensi, yaitu variabel frekuensi merokok didapatkan nilai
OR adalah 1,0 (interval keyakinan 95% 0,185,59). Hal ini berarti responden
yang menolak setiap hari mempunyai risiko sama dengan responden yang
merokok 13 kali/minggu untuk terjadi hipertensi dan nilai PAR (Popuation
Attribute Risk) untuk variabel frekuensi sebesar 0. Variabel jumlah rokok
yang dihisap per hari diperoleh nilai OR untuk jumlah rokok yang dihisap
per hari > 20 batang adalah 1,14 (interval keyakinan 95%, 0,363,65) dan
untuk jumlah rokok yang dihisap per hari 1020 batang adalah 2,16 (interval
keyakinan 95%, 0,935,04). Hal tersebut berarti responden yang merokok
dengan jumlah > 20 batang setiap hari mempunyai risiko sebesar 1,14 kali
untuk terjadi hipertensi dibandingkan responden yang merokok < 10 batang
per hari. Apabila dibandingkan terhadap responden yang merokok < 10
batang per hari, maka responden merokok 1020 batang per hari
mempunyai risiko terjadi tidak ada perbedaan resiko kejadian hipertensi
menurut jumlah rokok yang dihisap setiap hari.
Adpaun nilai OR untuk jenis rokok yang dihisap adalah 1,75 (interval
keyakinan 95% 0,863,58). Berarti responden yang merokok tanpa filter
mempunyai resiko sebesar 1,75 kali untuk terjadi hipertensi dibandingkan
responden yang merokok dengan filter. Apbila dilihat nilai interval
keyakinan 95% mka tidak ada perbedaan resiko kejadian hipertensi
menurut jenis rokok yang dihisap.
Pada variabel cara menghisap rokok diperoleh nilai OR untuk cara
menghisap rokok adalah 0,51 (interval keyakinan 95% 0,511,60). Berarti
responden yang menghisap rokok sampai dalam mempunayi risiko sebesar
0,51 kali untuk terjadi hipertensi dibandingkan responden yang langsung
menghembuskan asap rokonya. Apabila dilihat nilai interval keyakinan 95%
maka tidak ada perbedaan risiko kejadian hipertensi menurut cara
menghisap rokok.

173

Jurnal Penelitian Medika Eksakta Vol. 5 No. 2 Agustus 2004: 169181

Tabel 2. Analisis Bivariat Perbedaan Risiko Hipertensi Menurut Pola Merokok Pada
Pasien RSU Haji tahun 2003
Pola Merokok

Hipertensi
n
%

Tidak Hipertensi
n
%

OR (95%
Coonfidence interval)

Frekuensi merokok
setiap hari
1-3 kali / minggu
Jumlah roko dihisap
> 20 batang

71
4

94,6
5,4

71
4

94,6
5,4

1.00 (0,185,59)
1.00

10

13,3

14

18,7

10-20 batang

50

66,7

37

49,3

< 10 batang
Jenis rokok
Non Filter

15

20,0

24

32,0

1,14
(0,36 3,66)
2,16
(0,93 5,04)
1,00

35

46,7

25

33,3

Filter
Cara menghisap roko
Dihisap sampai dalam

40

53,3

50

66,7

64

85,3

69

92,0

Lansung dihembuskan
Umur mulai merokok
6 15 tahun

11

14,7

8,0

16

21,3

29

38,7

16 18 tahun

38

50,7

16

21,3

19 35 tahun
Lama kebiasaan merokok
33 58 tahun

21

28,0

30

40,0

32

42,7

17

22,7

18 32 tahun

30

40,0

22

29,3

1 17 tahun

13

17,3

36

48,0

1,75
(0,86 3,58)
1.00
0,51
(0,15 1,60)
1,00
0,79
(0,32 1,95)
3,39
(1,41 8,28)
1,00
5,21
(2,02 13,68)
3,78
(1,51 9,58)
1,00

Nilai OR untuk umur mulai merokok pada 6 15 tahun adalah 0,79 (interval
keyakinan 95% 0,321,95). Berarti responden yang mulai merokok pada
umur 6-15 tahun mempunya risiko terjadi hipertensi sebesar 0,79 kali
dibandingkan kali pertama merokok pada umur 1935 tahun. Apabila
dilihat nilai interval keyakinan 95% yang melewati angka 1 berarti tidak ada
perbedaan risiko kejadian hipertensi menurut pada umur mulai merokok 6
15 tahun. Sedangkan pada umur mulai merokok 1618 tahun, interval
keyakinan 95% tidak melewati angka 1, berarti terdapat perbedaan risiko
yang bermakna pada umru mulai merokok 1618 tahun dibandingkan
dengan umur mulai merokok 1935 tahun (Tabel 2).
Kejadian hipertensi dapt dicegah sebesar 71% apabila faktor risiko mulai
merokok pada umur 1618 tahun (nilai PAR adalah 0,71). Adapun nilai PAR

174

Perbedaan Risiko Kejadian Hipertensi Menurut Pola Merokok (Santi Martini, Lucia Y. Hendrati)

(Population Attribute Risk) untuk lama kebiasaan merokok 33 58 tahun


adalah 0,81 dan 0,74 untuk lama kebiasaan merokok 18 32 tahun. Hal ini
berarti bahwa sebesar 81% kejadian hipertensi dapat dicegah dengan
menghilangkan faktor risiko lama kebiasaan merokok 33 58 tahun dan
sebesar 74% kejadian hipertensi dapat dicegah dengan menghilangkan
faktor risiko lama kebiasaan merokok 1832 tahun.
Hasil analisis multivariat terhadap kejadian hipertensi (Tabel 3)
menunjukkan bahwa variabel jumlah rokok yang dihisap 1020 batang per
hari dan umur mulai merokok pada 1618 tahzxun berisiko secara significan
terhadap kejadian hipertensi. Orang yang merokok dengan jumlah rokok
yang dihisap per hari 1020 mempunyai risiko sebesar 3,02 kali terhadap
kejadian hipertensi dibandingkan orang yang merokok sebanyak < 10
batang per hari. Orang yang mulai merokok pada usia 1618 tahun
mempunyai risiko sebesar 4,81 kali terhadap kejadian hipertensi
dibandingkan dengan orang yang mulai merokok pada usia > 18 tahun.
Sedangkan variabel lain tidak menunjukkan perbedaan risiko yang
signifikan terhadap kejadian hipertensi.
Tabel 3. Analisis multivariat perbedaan risiko hipertensi menurut pola merokok
pada pasien RUS Haji tahun 2003
Variabel
Merokok setiap hari
Jumlah rokok yang hisap per hari
> 20 batang
10 20 batang
Jenis rokok non filter
Rokok dihisap sampai dalam
Umur mulai merokok
6 15 tahun
16 18 tahun
Lama kebiasan merokok
33 58 tahun
18 32 tahun
Umur responden
81 100 tahun
61 80 tahun
41 60 tahun

OR
0,83

95% Confidence
Interval
0,13 5,08

B
-0,19

2,63
3,02
1,48
0,61

0,70 10,31
1,19 7,63
0,66 3,30
0,17 2,29

0,99
1,10
0,39
-049

0,81
4,81

0,30 2,23
1,79 12,94

-0,21
1,57

2,13
2,00

0,50 9,06
0,70 5,70

0,76
0,69

1,26
3,60
2,41

0,04 37,66
0,79 16,50
0,80 7,30

0,23
1,28
0,88

Dalam beberapa tahun terakhir ini perilaku merokok meningkat di


Indonesia, terutama usia pertama kali merokok semakin muda. Hal ini akan
berpengaruh terhadap terjadinya penyakit yang dihubungkan dengan
merokok. Pada akhirnya akan menimbulkan beban penyakit yang sangat
besar karena yang ditimbulkan akibat rokok merupkan penyakit yang

175

Jurnal Penelitian Medika Eksakta Vol. 5 No. 2 Agustus 2004: 169181

perjalanannya kronis. Merokok telah dikenal sebagai penyebab penyakit


kanker, penyakit paru, penyakit jantung koroner dan stroke. Selain itu
merokok merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan
pembuluh darah (Wardoyo, 1996, Kiongdo, 1996). Adanya hubungan antara
merokok dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK) telah dibuktikan banyak
peneliti, sedangkan penelitian tentang hubungan merokok dengan
hipertensi masih banyak temuan yang inkosisten (Bustan, 1997).
Telah diketahui bahwa rokok mengandung lebih dari 4000 jenis bahan
kimia termasuk bahan-bahan yang aktif secara farmakologis, antigenik,
sitoktosik, mutagenik dan karsinogenik (Hanafiah dan Sani 1993; Holbrook,
1998). Salah satu zat aktif tesebut adalah nikotin. Nikotin sebagai
stimulansia mempengaruhi sistem tubuh, yaitu berperan merangsang
pelepasan andrenalin, meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah,
meningkatkan kebutuhan oksigen jantung serta menyebabkan ganggunan
irama jantung (Hanafiah dan Sani, 1993; Jamal, 1992; MacArdle dan
Kleiman, 2003). Selain itu, nikotin juga bekerja meningkatkan asam lemak
bebas dalam darah (Jamal, 1992). Pada perokok, rasio lipoprotein densitas
tinggi terhadap liporotein densitas rendah berkurang. Meskipun ada studi
yang melaporkan bahwa merokok sigaret bukan merupakan faktor risiko
untuk terjadinya hipertensi, namun para perokok hipertensi mempunyai
risiko lebih besar untuk menjadi hipertensi maligna dan meninggal karena
hipertensi (Holbrook, 1998). Studi lain melaporkan bahwa perokok
mempunya tekanan darah 10 poin tinggi dibandingkan bukan perokok.
Berdasarkan analisis bivariat, terdapat perbedaan risiko yang signifikan
terhadap kejadian hipertensi menurut umur mulai merokok dan lama
kebiasaan merokok.. Lama kebiasaan merokok memungkinkan zat beracun
yang ada dalam rokok tertimbun dalam darah. Nikotin, meskipun dalam
jumlah yang kecil tetap membahayakan bagi jantung dan peredaran berupa:
kenaikkan tekanan darah dan denyut jantung, pekerjaan jantung lebih berat,
dapat memperberat pengapuran pembuluh darah (mempertebal dinding
pembuluh darah), dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam
pembuluh darah serta dapat mengganggu irama denyut jantung (Wardoyo,
1996).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama kebiasaan merokok
menyebabkan perbedaan risiko terjadinya hipertensi. Responden yang
mempunyai kebiasaan merokok 3358 tahun mempunyai risiko tejadi
hipertensi sebesar 5,21 kali dibandingkan responden dengan lama kebiasaan
merokok 117 tahun. Lama kebiasaan merokok merupakan faktor yang
mendukung atau mempercepat terjadinya hipertensi, seperti yang
ditunjukkan pada penelitian ini (Tabel 4). Jika lama merokok kurang dari

176

Perbedaan Risiko Kejadian Hipertensi Menurut Pola Merokok (Santi Martini, Lucia Y. Hendrati)

atau sama dengan 17 tahun, proposal kejadian hipertensi hanya 26,3% pada
kelompok umur 21-40 tahun; 22,2% pada kelompok umur 4160 tahun dan
50 persen pada kelompok umur 6180 tahun. Apabila lama kebiasan
merokok lebih dari 17 tahun sampai 32 tahun, proporsi kejadian hipertensi
sebesar 42,9% pada kelompok umur 2140 tahun, 58,1 persen pada
kelompok umur 41 60 tahun dan 85% pada kelompok umur 6180 tahun.
Proporsi kejadian hipertensi akan lebih meningkat pada kelompok umur
diatas 40 tahun jika lama kebiasaan merokok lebih dari 32 tahun. Sedangkan
lama kebiasaan merokok merupakan faktor yang mempercepat timbulnya
hipertensi atau manifestasi hipertensi semakin dini (Tabel 4).
Tabel 4. Analisis Deskripsi Kejadian Hipertensi Menurut Umur Responden Dan
Lama Kebiasaan Merokok Pada Pasien RSU Haji tahun 2003
Lama merokok
1-17 tahun

18 32 tahun

33 58 tahun

Umur responden
21 40 tahun
41 60 tahun
61 80 tahun
81 100 tahun
21 40 tahun
41 60 tahun
61 80 tahun
81 100 tahun
21 40 tahun
41-60 tahun
61 80 tahun
81 100 tahun

Hipertensi
n
10
2
1
0
6
18
6
0
0
10
21
1

%
26,3
22,2
50,0
0,0
42,9
58,1
85,7
0,0
0,0
90,9
58,3
50,0

Tidak Hipertensi
n
%
28
73,7
7
77,8
1
50,0
0
0,0
8
57,1
13
41,9
1
14,3
0
0,0
0
0,0
1
9,1
15
41,7
1
50,0

Demikian pula umur mulai merokok pada 615 tahun, proporsi hipertensi
hanya 15,8% pada kelompok umur responden 2140 tahun, 40% pada
kelompok umur 4160 tahun dan 56,3% pada kelompok umur 6180 tahun.
Sedangkan bila umur mulai merokok pada usia 16-18 tahun maka proporsi
hipertensi semakin meningkat pada kelompok umur responden menjadi
47,6% pada kelompok umur 4160 tahun serta 90% pada kelompok umur
61-80 tahun.
Berarti merokok pertama kali pada usia 1618 tahun meningkatkan proporsi
hipertensi pada umur yang lebih muda, yaitu hampir 50% pada kelompk
umur 21-41 tahun dan hampir 83% pada kelompok umur 4160 tahun.
Sedangkan proporsi hipertensi sebanyak 90% pada kelompok umur 6180
tahun (Tabel 5).
Hal ini menunjukkan bahwa mulai merokok pada umur 1618 tahun
merupakan faktor yang meningkatkan kejadian hipertensi, proporsi
hipertensi semakin banyak pada kelompok umur muda (kurang dari 61
tahun) dibandingkan mulai merokok pada usia < 16 dan > 18 tahun.
177

Jurnal Penelitian Medika Eksakta Vol. 5 No. 2 Agustus 2004: 169181

Sehingga bisa dikatakan mulai merokok pada umur 1618 tahun


mempercepat terjadinya hepertensi. Hal ini kemungkinan disebabkan para
perokok yang pertama kali merokok pada umur 16 sampai 18 tahun
langsung menjadi perokok menetap atau teratur (regular smoker), bukan lagi
sebagai upaya coba-coba (experimental smoker).
Tabel 5. Analisis Deskripsi Kejadian Hipertensi Menurut Umur Responden Dan Usia
Pertama Kali Merokok Pada pasien RSU Haji tahun 2003
Usia pertama kali merokok
6-15 tahun

16 18 tahun

19 35 tahun

Umur responden
21 40 tahun
41 60 tahun
61 80 tahun
81 100 tahun
21 40 tahun
41 60 tahun
61 80 tahun
81 100 tahun
21 40 tahun
41 60 tahun
61 80 tahun
81 100 tahun

Hipertensi
n
%
3
15,8
4
40,0
9
56,3
0
0,0
10
47,6
19
82,6
9
90,0
0
0,0
3
25,0
7
38,9
10
52,6
1
50,0

Tidak Hipertensi
n
%
16
84,2
6
60,0
7
43,8
0
0,0
11
52,4
4
17,4
1
10,0
0
0
9
75,0
11
61,1
9
47,4
1
50,0

Berdasarkan analsisi multivariat dengan memasukkan variabel merokok


dan umur responden diperoleh bahwa variabel jumlah rokok dan umur
mulai merokok yang menunjukkan perbedaan risiko yang signifikan
terhadap kejadian hipertensi. Penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan
risiko merokok akan berbeda berdasarkan jumlah rokok yang dihisap setiap
hari, tampak adanya hubungan dose respons. Semakin banyak rokok yang
dihisap setiap hari maka semakin besar risiko terhadap kejadian hipertensi,
meskipun dalam penelitian ini jumlah rokok yang dihisap > 20 batang per
hari tidak menunjukkan perbedaan risiko yang signifikan.
Hali tersebut seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6, proporsi hipertensi
akan meningkat pada kelompok umur respoden 2140 tahun jika merokok
1020 batang per hari (41,4%) dibandingkan jumlah rokok yang dihisap
setiap hari < 10 batang (15,4%). Demikian pula hasil yang serupa
didapatkan pada kelompok umur 4160 tahun, proporsi hipertensi 46,2%
(jumlah rokok yang dihisap < 10 batang per hari) menjadi 68,8% (jumlah
rokok yang dihisap 1020 batang per hari). Hal yang serupa juga
didapatkan pada kelompok umur 61 80 tahun, proporsi hipertensi 53,8%
menjadi 62,5% dengan jumlah rokok yang dihisap per hari meningkat dari
< 10 batang menjadi 1020 batang (Tabel 6).

178

Perbedaan Risiko Kejadian Hipertensi Menurut Pola Merokok (Santi Martini, Lucia Y. Hendrati)

Umur mulai merokok merupakan faktor yang signifikan dalam kaitannya


dengan perbedaan risiko hipertensi. Mulai merokok pada umur 16-18 tahun
menunjukkan risiko sebesar 4,81 kali untuk terjadi hipertensi dibandingkan
usia mulai merokok lebih dari 18 tahun. Hal ini karena efek kumulatif dari
nikotin yang berada dalam tubuh. Kemungkinan lain adalah pada usia lebih
dari atau sama dengan 16 tahun, perilaku merokok bukan lagi sebagai
upaya coba-coba untuk merokok tetapi merokok telah mejadi kebutuhan
atau kebiasaan sehingga para perokok tersebut cenderung menjadi perokok
berat.
Tabel 6. Analisis Deskripsi Kejadian Hipertensi Menurut Umur Responden Dan
Jumlah Batang Yang Dihisap Per Hari
Jumlah batang yang
dihisap per hari
< 10 batang

10 20 batang

> 20 batang

Umur responden
21 40 tahun
41 60 tahun
61 80 tahun
81 100 tahun
21 40 tahun
41 60 tahun
61 80 tahun
81 100 tahun
21 40 tahun
41 60 tahun
61 80 tahun
81 100 tahun

Hipertensi
n
%
2
15,4
6
46,2
7
53,8
0
0,0
12
41,4
22
68,8
15
62,5
1
50,0
2
20
2
33,3
6
75,0
0
0,0

Tidak Hipertensi
n
%
11
84,6
7
53,8
6
46,2
0
0,0
17
58,6
10
31,3
9
37,5
1
50,0
8
80,0
4
66,7
2
25,0
0
0,0

Pada penelitian ini, frekuensi merokok, jenis rokok yang dihisap, cara
menghisap rokok, lama kebiasaan merokok dan umur responden tidak
menunjukkan perbedaan risiko yang signifikan terhadap kejadian
hipertensi.
Kemungkinan karena masih banyak keterbatasan dan kelemahan dalam
penelitian ini seperti variabel jenis rokok yang terdiri atas kretek atau filter
yang lebih berarti adalah kandungan nikotin atau tar dari rokok yang
biasanya dihisap. Mengenai frekuensi merokok, variabel ini tidak
memperlihatkan jumlah rokok yang dihisap setiap kali merokok. Sehingga
yang lebih berarti adalah jumlah kumulatif rokok yang telah dihisap selama
ini. Serta tidak mengkaji jumlah batang rokok yang dihabiskan selama
mempunyai kebiasan merokok, setiap batang rokok yang dihisap apakah
selalu dihabiskan, selama mulai merokok secara intensif (lama merokok
yang intensif).

179

Jurnal Penelitian Medika Eksakta Vol. 5 No. 2 Agustus 2004: 169181

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan

(1) Pada analisis bivariat, terdapat perbedaan risiko yang signifikan


terhadap kejadian hipertensi berdasarkan mulai merokok pada umur 1618
tahun yaitu sebesar 3,39 kali; (2) Terdapat perbedaan risiko yang signifikan
terhadap kejadian hipertensi menurut lama kebiasaan merokok. Semakin
lama kebiasaan merokok dijalani maka risko hipertensi semakin meningkat.
Risiko hipertensi sebesar 3,78 kali bila kebiasaan merokok telah dijalani
selama 1832 tahun dan sebesar 5,21 kali bila kebiasaan merokok telah
dijalani selama 3358 tahun (analisis bivariat); (3) Pada analisis multivariat,
jumlah rokok yang dihisap setiap hari 1020 batang mempunyai risiko
sebesar 3,02 kali dan mulai merokok pada umur 1618 tahun mempunyai
risiko sebesar 4,81 kali terhadap terjadinya hipertensi.
Saran

(1) Perlu segera dilakukan kampanye Stop smoking (henti merokok)


dikalangan para perokok; (2) Penggalakan kampanye anti merokok sedini
mungkin, terutama di kalangan remaja dan anak usia SD untuk tidak
mencoba melakukan kegiatan merokok sehingga diharapkan tidak menjadi
perokok yang menetap (regular smoker); (3) Penelitian tentang kandungan
nikotin dan tar yang dihubungkan dengan penyakit yang berhubungan
dengan merokok; (4) Penelitian tentang merokok yang dikaitkan dengan
penyakit lain yang ditimbulkan oleh rokok menurut variabel merokok.
DAFTAR PUSTAKA
Wawolumaya, C., 1996. Studi pengetahuan Sikap & Perilaku Merokok Pada Anak
Sekolah Dasar Negeri Kelas V & VI di dua SD Negeri wilayah Jakarta Pusat
1994-1995. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia, Tahun XXIV, No. 3: 18497.
Suhardi, 1997. Perilaku Merokok di Indonesia. Seri Survei Kesehatan Rumah Tangga,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Gani, A., 1993. Dampak Merokok ditinjau dari sudut ekonomi Kesehatan. Majalah
Kesehatan Masyarakat Indonesia, Tahun XXI, No. 8: 461 71.
Hanafiah, A., Sani, A., 1993. Merokok dan Penyakit Kardiovaskuler. Majalah
Kesehatan Masyarakat Indonesia, Tahun XXI, No. 12: 770 3.
Bustan, M.N., 1997. Epidemiologi Penyakit tidak menular. Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
Wardoyo, B., 1996. Pencegahan penyakit jantung koroner. CV. Aneka, Solo.
Kiondo, G. 1996. Penatalaksanaan hipertensi ringan menurut rekomendasi WHO/
ISH, 1993 (Bagian I), Medika, No. 9 Tahun XXII, September : 726 8.
Holbrook, J.H., 1998. Nicotine addiction in: Harrisons principles of internal
medicine, 14th et. McGraw Hill Companies Inc, USA.

180

Perbedaan Risiko Kejadian Hipertensi Menurut Pola Merokok (Santi Martini, Lucia Y. Hendrati)

Jamal, S., 1992. Pengaruh rokok terhadap kesehatan. Cermin dunia Farmasi, No. 11:
14 7.
MacAdrle, J., Kleiman, E., 2003. Tobacco Kills In Artcles by Prominent People and
Organisations. http;//www.ucdmc.ucdavis.edu/acdhs/helath, 12 Desember
2003.

181

Vous aimerez peut-être aussi