Vous êtes sur la page 1sur 5

Arus balik Gerakan Studi Hukum Kritis dan Anarkhisme Penafsiran

A. Kebuntuan Hermeunitika
Apa yang membedakan teologi Kristen dan berbagai lanskap teologis dalam hal pertentangan
bukan masalah keragaman konvensional dalam perspektif hermeunitik . terdapat dua
kelompok yang terdiri dari :
1). Kelompok yang bersikeras menafsirkan kitab suci sesuai dengan dirinya sendiri (tidak
bersifat literal ) ;
2). Kelompok yang menentang kemungkinan adanya interpretasi obyektif tersebut , karena
memandang kitab suci sebagai suatu refleksi dari lingkungannya saat itu dan dalam interaksi
dialektis dengan para penafsir zamannya. ( terangkum dalam pertentangan ( Billy Graham
dalam The Bible Says dengan Robert Funk (Jesus Seminar) .
Berbagai hermeunitikal biblikal telah menciptakan jurang yang lebar dan memcahbelah
gereja pada akhir abad ke -20 .
Perbedaan Esensial antara hermeunitikal klasiki dengan hermeunitikal baru (kontemporer) ,
Terdapat dalam buku buku klasik semacam Biblical Hermeunitics karya Milton S. Terry
yang menyatakan bahwa Teks Skriptual dapat diketahui secara objektif yang memiliki makna
dengan jelas makna tersebut dapat ditemukan jika teks itu dibiarkan untuk menafsiri dirinya
sendiri tanpa campur tangan prasangka personal .A. Klugg meringkas pendekatan ini yang
mendominasi ruang interpretasi skriptual paling tidak sejak era reformasi.
Satu prinsip fundamental dari asumsi ini adalah mengasumsikan , bahwa ada maksud ,
bersifat literal , pengertian yang tepat bagi satu pesan dalam kitab suci . Jadi Pengertian
Literal selalu menempati posisi pertama dan setiap penafsiran harus menghindari
kemauannya sendiri agar tidak kehilangan makna sesungguhnya dari kitab suci .
Hermeunitika dibagi menjadi dua , antara lain :
a). Hermeunitika Klasik
Tokoh : Rudolf Bultman dan para pengikut metode Formsgeschichtliche ( Filsafat Kritis yang
lebih tinggi )
Hubungan teks dengan penafsir saling terikat dalam satu cara murni yang obyektif , yaitu
bahwa tidak lagi mempermasalahkan pemahaman tanpa pra pemahaman atas teks . penafsir
selalu memberlakukan pemahamannya sendiri atas teks . bukan kejadian atau deskripsi atas
suatu kejadian yang yang dapat merepresentasikan kebenaran objektif dalam satu pengertian
absolut.
b). Hermeunitika Kontemporer
Tokoh ; Roy J . Howard
Ada 3 aspek penting dalam hermeunitika kontemporer :

1). Tidak ada pengetahuan tanpa pra pemahaman ;


2). Tidak ada posisi awal yang seragam dalam mengawali perenungan sehingga tidak ada
keseragaman pengertian ketika mengakhirinya, hermeunitikal bersedia mempertimbangkan
kembali logika dialektis hegel tetapi tidak menerima kesimpulan ttg roh mutlak ;
3). Hermeunitikal mengakui bahwa maksud itu hadir , operatif dan efektif pada dua sisi dan
dalam suatu cara dialektis . Efektifitas inii mungkin berada dalam kondisi sosial penelliti ,
atau dalam logika aktifitas penelitiannya atau pilihan jenis dan jenis pertanyaan yang
diarahka pada pengalaman.
Alasan Tawaran Penggunaan Hermeunitikal dalam Hukum antara lain :
a. Para Pengacara yang diketahuinya selama berabad-abad hanya mementingkan materi
daripada mempertimbangkan moral dan kurang memiliki kualitas moral dan spiritual , secara
diam diam ternyata dapat menawarkan solusi teologis terhadap dilema hermeunitik ;
b. Hukum adalah sesuatu yan sangat penting yang mewarnai seluruh aspek kehidupan sosial
sehingga solusi-solusinya terhadap problem fundamental memiliki bobot yang powerfull.
Hermeunitik hukum tidak hanya merepresentasikan teori akademik , ia telah
mengembangkan satu respon penting untuk memecahkan konflik-konflik yang sangat rumit
di masyarakat secara damai . Intinya hermeunitika merupakan semen representatif yg
menghindarkan masyarakat dari perpecahan .

Bagaimana Pengacara Membaca Dokumen


Menurut Freiderich William Maitland menjelaskan bahwa form of action yang tertulis dalam
dokumen adalah faktor tunggal yang paling penting dalam perkembangan tradisi hukum
kebiasaan Anglo-Saxon . contoh ; Sejak awal abad ke -17 , bukti kontrak tertulis jauh lebih
kuat dibandingkan kontrak secara lisan . Instrumen tertulis lain selain kontrak seperti perilaku
, kehendak dan kepercayaan , UU legislatif dan konstitusi merepresentasikan esensi hukum
dan interpretasi yang tepat bagi operasi perangkat keadilan yang efektif .
The Oxfords Concise Dictionary of Law memuat aturan aturan prinsip interpretasi UU
sebagai berikut :
1). Suatu Perbuatan harus dikonstruksikan secara keseluruhan agar inkonsistensi internal
dapat dihindari ;
Konstruksi perilaku mengikuti pola pendekatan yg sama , suatu perilaku bertujuan untuk
mengungkapkn sesuatu yg ingin dikatakan , maka tafsir perilaku hrs sma dgn yg
diucapkannya.
2). Literal Rule adalah kata-kata yang secara nalar hanya memiliki satu makna , harus diberi
makna itu apapun akibatnya ;

3). Golden Rule, yang berarti kata biasa harus diartikan secara biasa , kecuali arti itu
menimbulkan absurditas;
4). Mischief Rule , ketika suatu perbuatan bertujuan utk melenyapkan kecacatan dalam
hukum , maka suatu ambiguitas harus dipecahkan untuk mengetahui tujuan perbuatan
tersebut ;
5). Ujusdem Generis Rule , ketika satu daftar item tertentu yang merupakan kelas yang sama
dan diikuti kata yang umum , makakata kata umum tsbt dianggap membatasi item-item lain
di kelas yg sama ;
6). Aturan expressio unius est exclusio alterius , artinya inklusi baggi satu hal berarti ekslusi
bagi hal lain ; ketika satu daftar item tertentu tidak diikuti oleh kata kata umum , maka ia
harus diambil secara keseluruhan , sebagai contoh akhir pekan dan hari libur umum , berarti
meminggirkan hari-hari lain dalam minggu itu .
Di dalam hukum tentang kontrak parol evidence rule menggunakan filsafat hermeunitik yg
sama , tulisan 2 yg terintegrasi tdk ditambah , dikurangi atau dicampur dengan pengakuan
bukti ekstrinsik dari kesepakatan kesepakatan lisan atau tertulis pada masa itu . bukti
ekstrinsik digunakan utk mengklarifikasi dan menjelaskan tulisan 2 tersebut tetapi tdk boleh
kalau bttgn dg isi tulisan tersebut .
Lord baron ,mengenai interpretasi dokumen , ketika hkim melenceng dari yg tersurat , maka
ia sudah mjdi legislator , Sir Rolland Burrow juga menekankan pada poin yang sama .
Pendapat Aliran Studi Hukum Kritis
Menurut para pakar filsafat hukum , yang menyatakan bahwa hermeunitikal klasik hanya
mendeskripsikan pujian seragam yg tidak dapat diterima. Studi hukum kritis sebagai aliran
filsafat hukum yang sangat radikal dan populer pada era 70 an di dalam karya Robert Unger
dan Duncan Kennedy memaparkan dengan cara konstruksionis , menentang seluruh
instrumen hukum , Aliran Studi Hukum Kritis menganggap bahwa penafsir hukum memiliki
posisi sangat penting dan teks sebagai sesuatu yg malleable (begitu gampanng ditempa)
secara tak terbatas akan menguntungkan aktivisme politik , tetapi aliran ini tidak mampu
menunjukkan ide dan terobosannya dalam aplikasi praktis di wilayah hukum , karena
posisinya yg meremehkan Rule of Law .
Ronald Dworkin
Mempertahankan pendapat yang menyatakan bahwa interpretasi dalam bidang hukum dan
bidang-bidang lain secara esensial berkaitan dengan tujuan . tapi arti tujuan disini bukan
dalam arti penulis melainkan tujuan dari penafsir . interpretasi konstruktif kurang lebih
adalah masalah meletakkan tujuan terhadap suatu praktek . ia juga menyatakan bahwa
interpretasi konstruktif bukan berarti seorang penafsir bebas melakukan apa saja yang
diinginkannya . dalam hal ini teks / objek adalah pagar batasan yg membatasi apa yg ingin
dilakukan oleh penafsir .

Dworkin tidak setuju pada aliran American Legal Realism dan takut pada Studi Hukum Kritis
. dia sangat tepat menjelaskan tesisnys One Right answernya yakni suatu pandangan yang
dalam kasus tertentu , dapat memberikan keputusan yg tepat dengan satu jawaban tunggal .
Meskipun terkesan inkonsisten dengan pandangan interpretasi konstruktif nya , tetapi hal
tersebut teatap menunjukkan bahwa Dworkin adalah seorang objektifis sejati ygb menolak
untuk mengorbankan integritas tradisi dokumenter hukum terhadap subjektifitas penafsir.
Para Hermeunitika hukum Kontemporer yang paling powerfull adalah para pemikir yangb
berada dalam original intent , seperti yang diutarakan oleh John Marshall , bahwa teks harus
dipahami dalam pengertian aslinya, bukan dipelintir agar seesuai agenda penafsir . Robert
bark misalnya yang mengalami kesulitan untuk mengetahui maksud sesungguhnay dari para
Founding Father seperti yang tercantum dalam Konstitusi AS.
Pendekatan Wittgeinstein Popper (Analogi Sepatu dan Kaki )
Interpretasi ibarat sepatu dan teks ibarat kaki . Seseorang berusaha untuk menemukan
interpretasi yang tepat sesuai teks dengan cara membiarkan teks itu menafsirkan dirinya
sendiri. ( Maksud dan Pemahaman ditentukan oleh teks itu sendiri ) .
Pendapat ini mendukung bahwa teks harus dibiarkan untuk menafsiri dirinya sendiri , dalam
arti bahwa ketika terjadi interpretasi yang beragam dan saling bertentangan maka pengartian
makna hartus dikembalikan pada teks untuk menemukan interpretasi yang tepat , karena
fungsi interpretasi tidak berbeda dengan teori ilmiah yg keabsahannya didasarkan atas fakta
yang dijelaskan . Dalam teori ilmiah fakta adalah nilai usaha kita untuk memahaminya.
Dalam Pendapat ini , penafsir membawa prasangkanya , pra pemahaman dan bias-bias
terhadap teks , tetapi teks jugalah yang memutuskan atau menilai prasangka. Jika fakta atau
teks tidak memilliki makna inheren dan seseorang harus berpikir keluar dari teks untuk
menemukan pemaknaan yg sebenarnya , maka hal tersebut harus sesuai dengan fakta
ekstrinsik yang diacu oleh orang tersebut .
Masukan Hukum Bebas ( Free Legal ) terhadap para Teolog
Hermeunitika hukum menawarkan reinforcement dengan sangat powerful pada interpretasi
tradisional , yaitu interpretasi historis gramatikal terhadap injil . reinforcement penting
dikarenakan terjadi pelencengan yang tragis dari standar interpretasi literal atau tekstual pada
bibel saat ini . Secara umum para penafsir modern menolak untuk berpijak pada pemahaman
hermeneutikal klasik yang menyatakan bahwa kitab suci mengartikan dirinya sendiri . mereka
tidak mengakui bibel sebagai Wahyu Tuhan yang unik , mereka menggunakan dokumen
ekstra biblikal dokumen kuno , Teori Ilmu Pengetahuan dan Sosial modern untuk menata
dan mengakji kitab suci .
Pendekatan kontemporer diartikan sebagai penyimpangan pemahaman atas ajaran agama
yang secara utuh sebagaimana dokumen hukum . dimana kebanyakan para yuris tidak berani
melakukannya , karena jika melakukannya peradilan akan berantakan .

Vous aimerez peut-être aussi