GBS merupakan suatu demielinasi polineuropati akut yang dikenal dengan bebera pa nama lain yaitu, polineurutis akut, paralisis asenden Landry, dan polineuropa ti inflamasi akut. Gambaran utama GBS adalah paralisis motorik asendens secara p rimer dengan berbagai gangguan fungi sensorik. GBS adalah gangguan neuron motori k bagian bawah dalam saraf primer, final common pathway, untuk gerakan motorik j uga terlibat. Usaha untuk memisahkan agen penyebab infeksi tidak berhasil dan penyebabnya t idak diketahui. Namun telah diketaui bahwa GBS bukan penyakit herediter atau men ular. Walaupun mungkin tidak terdapat peristirwa pencetus, anamnesis pasien yang lengkap sering kali memperlihatkan suatu penyakit virus biasa yang terjadi 1 hi ngga 3 minggu sebelum awitan kelemahan motorik. Jenis penyakit lain yang mendahu lui sidrom tersebut adalah infeksi pernapasan ringan atau infeksi GI. Pembedahan , imunisasi, penyakit Hodgkin, atau limfoma lain, dan lupus eritomatosus. Keadaa n yang paling sering dilaporkan adalah infeksi Campylobacter jejuni yang secara khas memyebabkan penyakit GI swasirna yang ditandai dengan diare, nyeri abdomen, dan demam. Akibat tersering dari kejadian ini dalam petologi adalah bahwa kejadian pence tus (virus atau proses inflamasi) merubah dalam sistem saraf sehingga sistem imu n mengenali sistem tersebut sebagai sel asing. Sesudah itu, limfosit T yang ters ensitisasi dan amkrofag akan menyerang mielin. Selain itu limfosit mengiduksi li mfosit B untuk menghasilkan antibody yang menyerang bagian tertentu daris selubu ng mielin, menyebabkan kerusakan mielin (NINDS,2000). Akibatnya adalah cedera demielinasi ringan hingga berat yang mengganggu kondu ksi impuls dalam saraf perifer yang terserang. (sebaliknya, demielinasi pasda MS hanya terbatas pada sistem saraf pusat). Perubahan patologi mengikuti pola yang tepat : infiltrasi limfosit terjadi dalam ruang perivaskular yang berdekatan de ngan saraf tersebut dan menjadi fokus degenerasi mielin. Demielinsi akson saraf perifer menyebabkan timbulnya gejala positif dan negat if. Gejala positif adalah nyeri dan perestesia yang berasal dari aktivitas impul s abnormal dalam serat sensoris atau cross-talk listrik antara akson abnormal yang rusak. Gejala negatif adalah kelemahan atau paralisis otot, hilangnya refleks t endon, dan menurunnya sensasi. Dua gejala negatif pertama tersebut disebabkan ol eh kerusakan akson motorik; yagn terakhir disebabkan oleh kerusakan serabut sens orik. Pada GBS, gejala sensorik cenderung ringan dan dapat terdiri dari rasa nyeri, geli, mati rasa, serta kelainan sensasi getar dan posisi. Namun, polineuropati merupakan motorik dominan dan temuan klienis dapat bervarisasi mulai dari kelema han otot hingga paralisis otot pernapasan yang membutuhkan penanganan ventilator . Kelemahan otot rangka sering kali sangat akut sehingga tidak terjadi atrofi ot ot, namun tonus otot hilang dan mudah terdeteksi arefleksia. Kepekaan biasnya di rangsang dengan tekanan yang kuat dan pemerasan pada otot. Lengan dapat menjdi k urus atau otot lengan kurang lemah dibandingkan dengan otot tungkai. Gejala auto nom termasuk hipotensi postural, takikardi sinus, dan tidak kemampuan untuk berk eringat. Bila saraf kranial terlibat, paralisis akan menyerang otot wajah, okula r, dan otot orofaringeal biasanya setelah keterlibatan lengan. Gejala saraf kran ial adalah palsi wajah dan kesulitan bicara, gangguan visual dan kesulitan menel an. Istilah palsi bulbar kadang-kadang digunakan secara khusus untuk peralisis r ahang, faring, dan otot lidah yang disebabkan oleh kerusakan saraf kranial IX, X , dan XI, yang berasal dari medula oblongata dan biasa disebut bulb.