Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Ole h
ARIF
HARTOYO
F 26. 0623
1 9 9 4
B O G O R
Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antitrombotik beberapa varietas
bawang putih yang tumbuh di Indonesia.
Sedangkarl
rendemen ekstrak bawang putih berkisar antara 0.06 - 0.18 g1100 g. Dari data kadar air dan
rendemen didapat bahwa kadar air yang iendah tidak selalu rnenghasilkan rendernen ekstrak yang
tinggi. Selain itu bawang putih dengan rendernen ekstrak yang tinggi tidak selalu diikuti dengan
aktivitas antitrornbotik yang tinggi pula.
Hasil pengukuran kandungan senyawa volatil pereduksi (VRS) menghasilkan nilai
berkisar 3225.17
10353.32 meqlg. Dari data VRS didapat bahwa tidak ada korelasi antara
dikecahui bahwa tidak sernua komponen volatil bawang bersifat antitrobotik dan sebaliknya
ko~nponendalarn bawang putih yang bersifat antitrornbotik tidak semuanya bersifat volatil.
Hasil analisis profil kornponen volatil aktif rnenggunakan krornatografi gas
~nenunjukltan bahwa bawang putih varietas Jawi yang mempunyai aktivitas antitrombotik
rertinggi ~nempunyaipersentase lkornpone~l bersifat antitrombotik lebih besar dibandingkan
densan varietas lokal Belu yang mernpunyai aktivitas antitrombotik rerendah.
Persenrase
kornponen volatil bersifat antitrombotik dalam varietas Jawi dan lokal Belu secara berururan
adalah sebagai berikut : Metil allil trisulfid (1.64 dan 0.34), 3-vinil-(4H)-I.7-ditiin (19.15 darl
17.49). Diallil trisulfid (42.90 dan 32.91) dan 2-vinil-(4H)-I,3-ditiin (15.57 dan 8.47).
Dari
liasil ini diduga bahwa perbedaan aktivitas antitrombotik dalam bawang putih disebabkan
persentase komponen bersifat antitrombotiknya yang berbeda.
Berdasarkan kernarnpuan aktivitas antitrombotik (nilai D,,,) dan jumlah bawang putih
yang diperlukan untuk rnendapatkan D,
SKRIPSI
sebzgai saizh sari syarat ulituk memperolzh gelai
Oleh
ARIF HARTOErO
F 26.0623
1994
FAXULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR.
BOGOR
Oleh
ARLF EfARTOYO
F 26.0623
Dilahirltan pada tanggal 30 April 1970
Di Purbaiingga
Tanggal lulus : 14 Juli 1994
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Illahi Robbi. Hanya dengan karuiiia dan
rahmmat-Nya, laporan ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun bkrdasarkan hasil penelitian
yang dilaksanakan di laboratorium Kimia dan Biokimia, PAU Pangan dan Gizi IPB; laboratorium
jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian IPB; laboratorium Patologi
Klinik RSCM Jakarta.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada:
I.
Bapak (Alm.) dan lbu penulis, yang dengan tulus ikhlas memberikan dorongan serta doa
restu untuk keberhasilan penulis.
2.
Bapak Dr. Ir. Deddy Muchtadi, EV1.S. dan lbu Dr. Ir. Hanny Wijaya, MSc. yang
~nembimbingpenulis selama kuliah di jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fateta. IPB.
3.
lbu dr. Rahayuningsih yang banyak ~nemberikansaran dan inasukan kepada penulis.
4.
Bapak Ir. Herianus dan Agung Prihambodo, atas kerjasama yang terjalin rapi selarna
penelitian.
5.
6.
Rekan-rekanku seperjuangan.
7.
Semua pihak yang dengan senang hati membantu selama penelitian sampai tersusunnya
laporan ini.
Semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi yang memerlukannya. Amin.
Bogor,
Agustus 1994
Penulis
DAFTAR LSI
Halaman
...............................................................
DAFTAR IS1..........................................................................
DAFIAR GAMBAR ................................................................
DAFTAR TABEL ....................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................
I . PENDAHULUAN..............................................................
A. LATAR BELAKANG ....................................................
B. TUJUAN PENELITIAN.................................................
KATA PENGANTAR
........................................................
1. Botani dan Kandungan Zat Gizi Bawang Putih ................
2 . Komponen Bioaktif Bawang Putih ................................
B. AGREGASI TROMBOSIT .............................................
1. Proses Pembentukan Trombosit ...................................
2 . Proses Pembekuan Darah ...........................................
m. BAHAN DAN METODE PENELITW .................................
A. BAHAN DAN ALAT .....................................................
1.Bahan ....................................................................
2 . Alat ......................................................................
B . METODE ..................................................................
1. Persiapan Sampel .....................................................
2 . Analisis ..................................................................
a . Aktivitas Antitrombotik ..........................................
A. BAWANG PUTM
i
ii
iv
v
vi
1
I
2
3
3
3
6
9
9
14
20
20
20
20
21
21
21
21
.......................................
c.Analisis Profil Komponen Volatil Aktif .......................
d. Kadar Air ...........................................................
e. Rendemen Hasil Ekstraksi .......................................
IV . HASDL DAN PEMBAHASAN ..............................................
A. AKTNITAS ANTITROMBOTM:.....................................
.
.
......................................
C. SENYAWA VOLATIL PEREDUKSI (VRS)..........................
D. PROFIL SENYAWA VOLATIL AKTIF...............................
V . KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................
A . KESIMPULAN ............................................................
B. SARAhi ......................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................
B KADAR AIR DAN RENDEMEN
D r n A R GAMBAR
Halaman
............
Gambar 2 . Proses pembekuan darah ..........................................
Gambar 1 Konsep perangsangan trombosit serta akibatnya
........
Gambar 4 . Skema cara mendapatkan PRP-PPP ............................
Gambar 5 . Tipe kurva agregasi dengan beberapa konsentrasi ADP ...
Gambar 6 . Kurva agregasi darah ..............................................
Gambar 7 . Grafik hubungan a g r e g a s i m a k s i dengan konsentrasi
ekstrak bawang putih ..............................................
Gambar 8 . Kadar air bawang putih ...........................................
Gambar 9 . Rendemen ekstrak bawang putih ................................
Gambar 3 . Diagram prosedur penyiapan ekstrak bawang put ih
......................................................................
Gambar 11. Kromatogram kromatografi gas senyawa standar ...........
Gambar 12. Pola kromatogram dari referensi ................................
Gambar 13. Kromatogram kromatografi gas ekstrak bawang putih varietas Jawi
13
16
19
21
27
28
29
32
33
34
39
40
............................................................
41
Gambar 14 Kromatogram kromatografi gas ekstrak bawang putih varietas lokal Belu
42
.....................................................
.
.............
Tabel 2. Kandungan zat gizi umbi bawang ....................................
Tabel 3 . Faktor-faktor pembekuan darah......................................
Tabel 4.Konsentrasi minimum ekstrak bawang putihuntuk menghambat agregasi 50% @, ) ..................................................
Tabel 5 .Jumlah bawang putih yang diperlukanuntukmendapatkannilai D5........................................................................
Tabel 6. Persentase komponen senyawa volatil bawang put& .............
5
6
15
30
32
37
Halaman
Lampiran 1. Data agregasi maksimum darah k e b c i dengan penambahan ekstrak bawang putih vartietas Lumbu Ijo
..........
49
Lampiran 2. Data agregasi maksimum darah kelinci dengan penambahan ekstrak bawang putih vartietas Jawi
..................
50
Lampiran 3. Data agregasi maksimum darab kelinci dengan penambahan ekstrak bawang putih vartietas Lengkong
...........
51
Lampiran 4. Data agregasi maksimum darah kelinci dengan penambahan ekstrak bawang putih vartietas lokal Padang
.......
52
Lampiran 5. Data agregasi maksimum darah kelinci dengan penambahan ekstrak bawang putih vartietas lokal Belu
53
...........
A. LATAR BELAKANG
Memasuki era Pembangunan Jangka Panjang ke dua (PJP 11) selain masalah gizi yang
berkaitan dengan masalah kemiskinan dan penyakit infeksi, Indonesia dihadapkan pula pada
masalah peningkatan penderita penyakit kronik non-infeksi, diantaranya penyakit jantung
koroner. Data hasil Survey Rumah Tangga yang diperoleh Dep.Kes. R1 pada tahun 1980
menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia telah meningkat dan
menempati urutan ke 6, serta menempati urutan ke 3 penyebab kematian. Bahkan menurut
hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992, penyakit ini menjadi pembunuh nomer
satu (Baraas, 1992).
Dengan meningkatnya pendapatan dan perubahan gaya hidup sebagian pendudub
akibat keberhasilan pembangunan ekonomi dan pengaruh budaya global, maka masalah gizi
lebih (over nutrition) akan mengancam kehidupan penduduk golongan menegah ke aras
serta kelompok usia lanjut. Dikala angka kematian turun 15 per 1000 penduduk, dikala
usia harapan hidup meningkat antara 55-60 tahun, maka penyakit jantung dan pernbuluh
darah muncul sebagai persoalan utania kesehatan di negara-negara dunia ke tiga, termasuk
Indonesia
I).
segera diupayakan.
Bawang, terutama bawang merah dan bawang putih meskipun dalam jumlah sedikit
tak pernah terpisahkan dalam setiap masakan Indonesia. Bahan tersebut menjadi penyedap
.2
yang memberikan rasa dan aroma yang disukai banyak orang. Selain sebagai bumbu,
bawang (terutama bawang putih) telah lama dikenal mampu menanggulangi berbagai
penyakit seperti stroke, atherosklerosis, "platelet agregation", kanker dan berbagai
penyakit lainnya (Nakata, 1973; Ariga et al., 1981; Bordia, 1978)
Mengingat bawang putih mempunyai potensi baik dari rasa, gizi serta khasiatnya,
~nalcaperlu dilakukan usaha untuk menghasilkan suatu produk yang tidak hanya diterima
dari segi rasa, tetapi juga bermanfaat bagi tubuh.
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi antitrombotik beberapa
varietas bawang putill yang tumbuh di Indonesia.
Penelitian ini merupakan tahap awal dari rangkaian penelitian untuk menghasilkan
"antithrombotic agent" yang dapat digunakan sebagai "Health Food Suplement" pencegall
timbulnya penyakit jantung koroner.
BAWANG PUTIFl
1.
ascolonicum), bawang putih (Allium satvum, L.), bawang bombay (Allium cepa
Val-.
kering.
Tanaman ini memiliki daun yang pipih, lurus dan padat, sedangkan
umbinya terbagi menjadi bagian kecil-kecil atau dalam bentuk tunggal yang
dililidungi lapisan kulit (Tindall, 1986). Bawang putih dapat dipanen apabila
tanda-tanda umur panen tanaman sudah terlihat yaitu bila 35-65 % daunnya sudah
mengu~iing,ulnbi berhenti tumbuh dan menonjol di atas permukaan tanah serta
ujung umbi mulai berwarlia kecoklatan. Umumnya bawang putih dipanen pada
umur 105-120 hari (Purnomowati et al., 1992).
Waktu panen yang tidak tepat akan mempengaruhikualitas bawang putili
yang dillasilkan. Pemanenan yang terlalu dini dapat lneltyebabkan unibi lnenjadi
keriput, tidak licin dan dagingnya menjadi agak lunak setelah dikeringkan.
4
Sedangkan pemanenan yang terlambat akan memungkinkan timbulnya akar-akar
sekunder selama penyimpanan (Wibowo, 1990).
Setelah dipanen bawang putih kemudian dikeringkan, dibersihkan dari
kotoran, dikelompokkan menurut mut dan ukurannya kemudian disimpan atau
langsung dipasarkan (Purnomowati et al., 1992).
Bawang putih diusahakan di berbagai daerah di Indonesia. Jenis bawang
putih yang banyak dijumpai di Indonesia adalah Lumbu Ijo dan Lumbu Kuning
yang merupakan varietas unggul, Lengkong, Cirebon, Tawangmangu, jenis llocos
dari Philipina dan jenis Tl~ailand. Beberapa jenis bawang putih yang lain dapat
ditemukan di berbagai daerah Indonesia. Tempi jenis-jenis lain itu berasal dari
sumber yang sama. Diduga merupakan modifikasi dari yang sudah ada. Karena
bawang putih diperbanyak dengan umbi secara terus menerus
kernungkinan
terjadi murasi sangat besar yang akan mengubah sifat-sifat bawang putih. Jenis
Santong di Lombok
Jenis
produksi diseluruh wilayali Iiidonesia sebesar 107.407 ton, 42.344 ton (39.4 %)
dihasilkan didaerah Jawa Tengah, 23.669 ton (22 %) dari Jawa Tirnur, Jawa
Barat sebesar 8.94 ton (8.3 %), Bali dan Nusa Tenggara sebesar 22.459 toll (20,9
%).
Untuk
mencukupi kebutuhan bawang putih di dalam negeri sarnpai saat ini Indonesia
memerlukan impor yang cukup besar. Kecenderungan peningkatan produksi dan
konsumsi tampak pada Tabel 1. Diperkirakan jumlah konsumsi bawang putih di
lndonesia akan terus meningkat dari tahun ke tahun (Purnomowati, et al., 1992).
Tabel 1.
Tahun
Produksi
lmpor
Kaanrsl
Tabel 2.
A i r (ml)
Energi (kal)
P r o t e i n (g)
Lemak ( g )
Karbohidrat (g)
S e r a t (g)
K a l s i u m (mg)
P h o s p o r (mg)
B e s i (mg)
V i t . A (ug)
V i t . E l (mg)
" ~ i n d a l l (1986)
."
b .putihl'
b .merahl'
b .b o m b a y "
66
122
7
0.3
25
1.1
26
109
1.2
kelumit
0.23
81
67
1.9
0.3
15
0.7
36
45
87.5
45
1.4
0.2
10.3
0.8
kelumit
0.04
32
44
0.5
50
0.03
Soetomo (1987)
minyak netralnya
bawang kucai dan beberapa jenis bawang lainnya adalah S-(1 propeni1)-sistein
sulfoksida yang akan terhidrolisis dengan cepat oleh enzim allinase secara
hipotetis membentuk asam sulfonat, asam piruvat dan amonia. Selanjutnya asam
sulfonat akan berubah lebih lanjut menghasilkann senyawa "lacrimatory" dan
thiopropanal.5-oksida. Sedangkan pada bawang putih prekursor utamanya adalah
S-(2-propeni1)- sistein sulfoksida yang oleh allinase terhidrolisis membentuk 2propenil propenethiosulfonat (allil thiosulfonat, allisin) (Freeman, 1979).
Jumlah senyawa belerang yang merupakan komponen cita rasa dalam
bawang tergantung pada varietas, kematangan, kultur, kondisi lingkungan, dan
metode dalam persiapan sampel (Shagir et al., 1965). Diallil dlsulfida adalah
komponen utama dalam hancuran bawang putih yang terdapat pada "head spacr"
(Brondnist et al., 1971). Bawang putih yang diekstrak dengan destilas~u i
menghasilkan diallil sulfida sebagai komponen utama. Bila diekstrak dengan etil
alkohol dan air pada suhu ruang akan dihasilkan allisin dan bila diekstrak dengan
etil alkohol murni pada suhu di bawah P C dihasilkan alliin (Block, 1985).
Komponen belerang yang dikandung bawang tidak hanya memberiltan
flavor khas tetapi juga memiliki beberapa sifat sebagai senyawa biologis akt~f.
Paavo Airola yang dikutip oleh Soetomo (1987) berhasil mengisolasi dan
menemukan sejumlah komponen bio-aktif pada bawang putih. Senyawa bio-aktif
tersebut antara lain (1) Allisin, yang bersifat antibakteri dan daya anti radang, (2)
Alliin, bersifat antibiotik, (3) Gurwithrays, merangsang pertumbuhan sel tubuh
dan mempunyai daya peremajaan pada sernua fungsi tubuh, (4) Antihemofillk
..
8
faktor, faktor anti lesu darah, (5)Scordinin, mempercepat pertumbuhan tubuh,
menyembuhkan penyakit kardiovaskuler dan sebagai antioksidan, (6)Merilallil
trisulfida, mencegah pengentalan darah (trombosis) yang dapat menyumbat
pembuluh darah ke jantung dan otak.
Secara tradisional, bawang-bawangan dimanfaatkan sebagai pengawet.
Sifat pengawet bawang terutama disebabkan oleh sifat antimikroba dari senyawa
belerang yang terkandung seperti halnya alliin, allisin dan diallil disulfida dan
sebagainya (Cavallito et aL.,1984; Stoll dan Seebeck, 1951). Selain itu juga
sebagai antioksidan dan obat berbagai penyakit.
Khasiat bawang dalam pengobatan telah lama dikenal. Bangsa Mesir,
Cina, dan India menggunakan bawang putih untuk mengobati berbagai penyaltit
seperti keracunan, cacingan, tumor dan sebagainya. Aristoteles dan Hipocrates
merekomendasikan bawang putih mengingat daya pengobatannya yang luar biasa
(Block, 1985).
Di samping khasiatnya sebagai pencegah tumor atau menghalangi
pengembangan berbagai jenis kanker ke stadium lanjut (Nakata, 1973; Belman,
1983; Cadwel dan Danzer, 1988), bawang-bawanganpun dikenal dengan
khasiatnya sebagai antikolesterol (Bordia, 1978) serta mencegah penyumbatan
pembululi darah (anti-trombotic) dengan komponen-komponennya: meeril allil
trisulfid (Ariga et al., 1981), alliin (Kyriakides et al., 1985), allisin (Kyriakides
et al., 1985), vinilditiins, dialiltrisulfid dan ajoene (Apitz-Castro et al., 1986) yang
B.
AGREGASI TROMBOSIT
1.
vaskuler, sistem trombosit dan sistem pembekuan darah (Oesman dan Setiabudy,
1992).
Apabila pembuluh darah mengalami luka, maka akan terjadi vasokonstrilcsi
yang mula-mula secara reflektoris dan kemudian akan dipertahankan ole11 faktor
lokal seperti 5-hidroksitriptamin (5-HT, serotonin) dan epinefrin. Vasokonstriksi
ini akan mengurangi aliran darah pada daerah yang luka.
Aktivasi trombosit terjadi ketika lapisan endotel pembuluh darah rusak
yang menyebabkan jaringan ikat di bawah endotel seperti serat kolagen, serat
elastin dan membraii basalis terbuka. Aktivasi trombosit ini menyebabkan adesi
trombosit daii pernbentukan sumbat trombosit. Di samping itu terjadi aktifasi
faktor peinbekuan darah baik jalur intrinsik maupun jalur ekstrinsik yang
menyebabkan peinbentukan fibrin.
Troinbosit adalah suatu sel yang tidak berinti, besarnya antara 2-3 inikron.
Berbentuk lonjong dan pipih seperti cakrain dan pada keadaan tertentu dapat
10
beruball menjadi bulat dengan tepi yang tidak rata karena tonjolan yang disebut
pseudopod (Wintrobe, 1981).
Di dalam trombosit metabolisme yang penting adalah metabolisme
nukleotida dan metabolisme prostaglandin untuk menghasilkan energi dan
menjalankan fungsinya. Nukleotida dalam trombosit terdapat dalam dua pool yaitu
pool metabolik dan pool penyimpanan. Pool metabolik menyediakan kebutuhan
energi untuk melaksanakan fungsi trombosit, sedangkan pool penyimpanan berisi
ADP dan ATP yang tidak aktif dalam metabolisme dan dikeluarkan dalam proses
"release" (Wintrobe, 1981).
Dalam metabolisme prostaglandin, fosfolipid dari membran trombosit
diubah menjadi asam arakhidonat oleh fosfolipase, yang selanjutnya ole11
siklooksigenase diubah menjadi prosraglandin endoperoksida (PGG2 dan PGH2).
Zat ini merupakan pelopor terjadinya tromboksan A2 (TXA2) dengan bantuan
tromboksan sintetase. TXA2 ini penting dalam proses agregasi trombosit yang
dalaln waktu singkat akan diubah menjadi tromboksan B2 (TXB2) yang lama
berada dalam darah (Smith, 1980). Di dalam dinding pembuluh darah PGG2 dan
PGH2 oleh pei~garuh mikrosom diubah menjadi prostasiklin (PG12). Zat ini
menghainbat agregasi dan melebarkan pembuluh darah (Mielke dan Rodvien,
1978).
Fungsi trombosit dalam hemostasis adalah membentuk sumbat trombosit.
Pembentukan sumbat trombosit ini melalui beberapa tahap yaitu perubahan
bentuk, adesi, agregasi primer yang diikuti "release", agregasi sekunder yang
11
12
kadar ion Ca rendah, kadar ADP yang rendah menimbulkan agregasi yang
reversibel, sedangkan kadar ADP yang tinggi menimbulkan agregasi yang
ireversibel karena pengeluaran isi granula dan aktivasi jalur arakhidonat.
Kolagen, komplek anti gen-antibodi, virus, dan bakteri menimbulkan agregasi
melalui pelepasan isi granula trombosit dan aktivasi jalur arakhidonat (Packham,
1983).
Bila trombosit mengalami aktivasi maka fosfolipase A2 akan diaktifl~an
sehingga aka11 dilepaskan asam arakhidonat dari fosfolipid membran trombosit.
Selanjutnya asam arakhidonat akan diubah menjadi PGG2 dan PGH2 oleh enzim
siklooksigenase. Kemudian PGH2 akan diubah oleh tromboksan sintetase ineiljadi
TXA2. TXA2 ini dapat merangsang agregasi trombosit (Marcus, 1983). TXA:!
akan merangsang mobilisasi ion Ca dari tempat penyimpanannya. yang
\ ase.
mengakibatkan pelepasan ADP dan penghambatan aktivitas adenilat sil-l
Gambar 1.
Dilaporkan bahwa
14
kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan agregasi trombosit , tetapi mekanisme
yang jelas belum diketahui.
2.
Berbagai faktor
diubah menjadi bentuk aktif oleh faktor sebelumnya dalam reaksi enzimatik.
Faktor pembekuan darah beredar dalam darah sebagai prekursor yang akan diubali
menjadi enziln bila diaktifkan. Etizim ini akan mengubah prekursor selanjutnya
menjadi enzim.
Nama
I
I1
I11
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XI1
XI11
Fibrinogen
Protrombin
Faktor jaringan
Ion Ca
Proakselerin
Prokonvertin
Faktor Anti Hemofili (AHF)
Komponen tromboplastin plasma
Faktor Stuart
Anteceden Tromboplasti~iPlasma (PTA)
Faktor Hageman
Faktor penstabil fibrin (PSF)
High Moleculer Weight Kininogen (HMWK)
Pre Kallikrein (PK)
INTRINSIT
Kerusakan
EKSTRINSIT
Jaringan rusak
:.
VII
> X terak-
X ter- <aktivasi
AKTIVATOR
PROTROMBIN
Y
TABAP 2
PROTRONBIN
'>
TROMBIN
XI11
TAh'AP 3
G a m b a r 2.
FIBRINOGEN ->
BENANG-BENANG
FIBRIN LEPAS
Proses p e m b e k u a n d a r a h
n o s t a k o s , 1990)
17
Menurut Guyton (1964) pada dasarnya pembekuan darah terjadi karena
dua ha1 yaitu: (1) Permukaan pembuluh darah yang kasar (kemungkinan
dikarenakan arterosklerosis, infeksi atau luka) yang menyebabkan melekatnya
platelet dan selanjutnya menginisisasi pembekuan darah (2) Darah kadang-kadang
membeku ketika mengalir sangat lambat melalui pembuluh darali yang
mengakibatkan konsentrasi faktor-faktor pembekuan meningkat cukup tinggi untuk
lnenginisiasi koagulasi.
Pembekuan darah merupakan proses autokatalitik dimana sejumlah enzini
yang terbentuk pada tiap reaksi akan menimbulkan enzim dalam julnlah besar
pada reaksi selanjutnya.
mencegah aktivasi dan
18
HMWK.
Protein C berperan dalam menginaktifkan F Va dan F VIIa. Protein C
beredar dalam bentuk tidak aktif dan akan diaktifkan oleh trombin dengan adanya
kofalctor trombomodulin yang dikeluarkan oleh sel endotel. Protein C yang aktif
akan memecah faktor Va dan F VIIIa menjadi bentuk yang tidak aktif.
Tortora dan Anagnostakos (1990) menjelaskan bahwa walaupun dalam
tubuh manusia terdapat mekanisme antikoagulan tertentu untuk mengontrol
pembekuan darah, namun pembekuan darah masih dapat terjadi dalam sistern
peredaran darah (kardiovaskuler).
19
A.
Bahan
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bawang putih
dari beberapa varietas yaitu varietas Jawi yang berasal dari Tawangmangu (Solo),
varietas Lengkong dari Kretek (Wonosobo), Lumbo Ijo dari Ciwidey (Bandung),
varietas lokal dari Padang (Sumatera Barat) dan Belu (Nusa Tenggara Timur).
Bahan baku bawang putih dipilih dari daerah sentra produksi bawang putih di
Indonesia.
Bahan kimia yang digunakan untuk persiapan sampel dan analisis antara lain
metanol, dietil eter, KMnO,, Na,SO,, KI, dan Na,S,O,.
Untuk pemeriksaan agregasi trombosit digunakan Platelet Rich Plasma (PRP)
dan Platelet Poor Plasma (PPP) darah kelinci ras white New-Zealand, dengan jenis
penginduksi ADP.
2.
Alat
Alat yang digunakan selama penelitian antara lain pisau, waring blender,
neraca analitik, aggrecoder, vakum evaporator, sentrifuse, kromatografi gas dan alatalat dari gelas.
1.
Persiapan Sampel
Pada penelitian ini sampel bawang putih disiapkan dalam bentuk ekstrak
dengan cara mengekstrak 200 gram bawang putih segar dengan metanol. Kemudian
dievaporasi pada suhu 50C dalam keadaan vakum.
kembali dengan dietil eter. Fase eter dicuci dengan air destilata dan ditambahkan
an-hidrous sulfat untuk menghilangkan airnya.
kemudian liasilnya dilarutkan dalam metanol dan disimpan pada suhu -20C (ApitzCastro et al., 1986). Prosedur penyiapan ekstrak bawang putih selengkapnya dapat
dililiat pada Gambar 3.
Elcstrak bawang putih ini kemudian dianalisis aktivitas anti-trombotik, jumlali
komponen pembentuk senyawa volatil dengan alat VRS dan analisis profil kompoiien
aktif bawang dengan kromatografi gas. Untuk bawang putih utuh dianalisis kadar
airnya.
a.
Alctivitas Antitrombotik
Pengujian aktivitas antitrombotik dilakukan dengan cara in-vitro
inenggunakan platelet darah kelinci (Born, 1963) yaitu berdasarkan perubahail
transmisi callaya. Transrnisi cahaya rnelaui PRP adalah rendah. Dengan
FILTRAT
BAWANG PUTIH
e
DIKUPAS
,&T-I
7
LABU PISAH
i-'
FILTRAT
+
'r'
'iSARINGAN VAKUM
LABU PISAH
EVAPORATORVAKUM
SUHU RUANG
-70C
23
sup=rna:zn
<50 ul
PRP
160 r 9/10'
caran slcrat
L.
2000 r
*/ 10
xuo.mrt,n
'
500 ul
PPP
24
Kemudian diambil PPP sebanyak 500 ul, dimasukkan ke dalam kuvet dan
ditempatkan dalam "optical chamber" dari aggrecoder. Tomb01 PPP ditekan
untuk menentukan transmisi 100% dan kuvet diangkat kembali. Selanjutnya
diambil PRP sebanyak 440 ul dan ditambahkan 10 ul ekstrak-metanol bawang
putih.
25
40 menit. Setelah aerasi, semua KMNO, dipindahkan ke dalam erlenmeyer
dan dibilas dengan air destilata kemudian ditambahkan 5 ml H,SO, 6 N dan 3
ml KI 20 %.
Kadar VRS
c.
bl
26
senyawa bioaktifnya.
(peningkatan 5C per menit) dengan suhu injektor 225OC. Gas pembawa yang
digunakan adalah Helium.
d.
ICadar Air
Pengujian aktivitas anti trombotik dalam penelitian ini dilakukan dengan pemeriksaan
agregasi trombosit menurut cara Born (1963) yairu berdasarkan perubahan transmisi
caliaya.
pemeriksaan agregasi trombosit dengan cara inilah yang paling sering dipakai.
Hasil pelneriksaan agregasi trombosit dengan cara Born ini berupa suatu kurva yanz
menggambarkan perubahan tralismisi caliaya. Penilaian hasil dapat dilakukan dengall
lnelnperllarika~lbentul; kurva agregasi atau dengan menghitung persentase transmisi
caliaya inaksimum.
agregator yang dipakai. Pada pemakaian ADP sebagai agregator, dengan kadar ADP
yalig rendah akan menimbulkan agregasi primer yang reversibel dimana agregasi diikuti
dengan deagregasi.
trombosit hingga agregasi primer segera diikuti degan agregasi sekunder. Dengan kadar
ADP yang lebih tinggi lagi akan diperoleli kurva yang monofasik karena gelombang
primer dan sekunder menjadi satu (Gambar 5).
28
monofasik, sedangkan yang ditambahkan ekstrak-metanol bawang putih akan dihasilkan
kurva yang reversibel dimana agregasi akan diikuti deagregasi (Gambar 6).
19
Y *
o w m
-- a
0
,xi
.
0
-07
0
...
.rm-
7
9
m.
J
9.
ul
0)
QI
.C
9
...:.'.
..
--
I)
81)
LO I
n
Q rL
9
a 7 7 ,mu . .
l r W 9
1
9
13
mi
+
-
Xr.9
G
C c4 a
- /-:-J
..
.'K r 9
lX >t ;v
w
--
m-
I-.
xr77
0
-.v
13-
29
Persentase agregasi
/ Y S - S I . ~ ~ - ~ O S . O Xr-0.87
.
0.05
-6-
Gambar 7 .
0.1
0.15
0.20 0.25
0.3
0.35
Konsentrasi (mg/ml PPP)
Y 2 (lokal Padang)
0.4
0.45
Y 5 (lokal Beiu)
Varietas
Jawi
Lokal Padang
Lumbu Ijo
Lengkong
Lokal Belu
0.035
0.048
0.115
0.117
0.160
Dengan melihat hasil tersebut diatas ternyata bawang putih dapat mengurangi
kecenderungan trombosit untuk beragregasi. Hal ini dapat mengurangi resiko terjadinya
penyakit jantung koroner.
Ekstrak bawang putih secara selektif menghambat pembentukan platelet tromboksan
tanpa menghambat sintesis prostasiklin. Tromboksan diproduksi terutama dalam platelet.
Tromboksan ini mempunyai kemampuan sebagai inducer penggumpalan darah dan zat
yang mengerutkan pernbuluh darah. Sedangkan prostasiklin diproduksi di dalam sel
pembuluh darah (sel endotial) dan mempunyai kemampuan sebagai zat anti agregasi
platelet.
31
Perbedaan aktivitas antitrombotik pada kelima varietas bawang putih yang diuji
kemungkinan disebabkan jumlah komponen dengan sifat antitrombosit yang juga
merupakan komponen rasa berbeda. Menurut Kohman (1952), Drawert et al., (1982)
dan Mazza et al., (1980) kecepatan pembentukan senyawa volatil aroma tergantung pada
tingkat kerusakan jaringan.
dinamika dari biogenesis flavor bawang putih menggunakan teknik ekstrak cair
didapatkan variasi dalam konsentrasi masing-masing komponen yang berhubungan
langsung dengan waktu inkubasi.
B.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa bawang putih varietas Jawi yang mempunyai
aktivitas antitrombotik tertinggi, memerlukan bawang putih dalam jumlah terkecil untuk
mendapatkan D,,.
lebih sedikit dibandingkan varietas lokal Padang dan varietas Lumbu Ijo yang mempunyai
aktivitas antitrombotik lebih tinggi (D,, lebih kecil).
Tabel 5. Jumlah bawang putih yang diperlukan untuk mendapatkan D,,.
Varietas
Jaw i
Lokal Padang
Lumbu Ijo
Lengkong
Lokal Belu
33
Denganasumsi trombosit dapat beragregasi dengan sempurna (100 %), bawang putih
sebanyak 5.4 gram pada varietas lokal Padang, mampu menghambat terjadinya agregasi
trombosit sebesar 50 %. Dalam jumlah yang sama (5.4 gram), varietas Lumbu Ijo akan
menghambat agregasi trombosit sebesar 50.4 % sedangkan varietas Lengkong akan
menghambat agregasi trombosit sebesar 52 %.
bawang putih yang diuji, varietas Jawi mempunyai potensi terbaik untuk dimanfaatkan
dalam pengolahan lebih lanjut, diikuti varietas Lengkong, Lumbu Ijo, lokal Padang serta
varietas lokal Belu. Namun demikian beberapa fakror lain seperci harga dan ketersediaan
bawang putih perlu dipertimbangkan.
34
Menurut Saghir et al., (1965) jumlah senyawa sulfur yang merupakan komponen cita
rasa dalam bawang tergantung pada varietas, kematangan, kondisi lingkungan dan metode
dalam persiapan sarnpel. Selain itu perbedaan konsentrasi masing-masing komponen
bawang erat hubungannya dengan tingkat kerusakan jaringan (Kohman, 1952; Mazza et
al., 1980) dan waktu inkubasi (Drawert et al., 1982).
35
Dari data tersebutnampak tidak ada korelasi antara kandungan senyawa volatil
pereduksi dengan kemampuan antitrombotik bawang putih. Dari beberapa penelitian
yang telah dilaporkan diketahui bahwa komponen dalam bawang putih yang mempunyai
sifat antitrombotik, tidak semuanya bersifat volatil, dan sebaliknya komponen volatil yang
terdapat dalam bawang putih tidak semuanya mempunyai sifat antitrombotik.
Pada pengukuran senyawa volatil pereduksi (VRS) digunakan sampel yang
mengandung metanol. Metanol diketahui dapat dioksidasi membentuk metanal dan
oksidasi selanjutnya membentuk asam metanoat.
dengan logam Natrium atau Kalium membentuk senyawa metanolat (Anshory, 1987).
Dalam analisis senyawa volatil pereduksi ini digunakan pereaksi KMnO, yang bersifat
sebagai oksidator kuat, sehingga selain mengoksidasi senyawa volatil pereduksi dalam
bawang putih, senyawa ini juga bereaksi dengan metanol, sehingga mempengaruhi nilai
karakteristik flavor dari bawang olahan menghasilkan juinlah dan kualitas yang berbeda
dalam komposisi komponen volatil terutama alk(en)yl disulfida dan trisulfida, thiosulfinat
dan thiosulfonat. Bernhard (1968) dan Boelen et al., (1971) menyatakan bahwa bawangbawangan yang "diproses" mengalami perubahan penting dalain intensitas flavor dan sifat
dari bahan mentahnya.
36
D.
1971).
berdasarkan titik didih dan berat molekul. Semakin rendah titik didih dan berat molekul
suatu senyawa, puncaknya akan keluar terlebih dahulu.
Berdasarkan kromatogram standar dan beberapa referensi, ditentukan komponen
volatil yang terdapat dalam ekstrak bawang putih untuk varietas Jawi dan varietas lokal
Belu yang merupakan varietas dengan aktivitas antitrombotik tertinggi dan terendah.
Berdasarkan luas area pada kromatogram (Gambar 13 dan 14) diperoleh konsentrasi
senyawa penyusun ekstrak bawang putih tersebut (Tabel 6).
Dari ketujuh senyawa yang menyusun ekstrak bawang putih varietas Jawi dan
varietas Belu yang diidentifikasi, einpat diantaranya inerupakan senyawa yang mempunpai
sifat antitroinbotik, yaitu metil allil trisulfida (Block, 1985), 3-vinil-(4H)-l,2-ditiin dan
2-vinil-(4H)-l,3-ditiin (Nishiinura er al, 1988; Block, 1985), diallil trisulfida (ApitzCastro et al., 1983). Dilihat dari persentase keeinpat senyawa tersebut dalam bawang
37
putih varietas Jawi dan varietas Belu, dalam bawang Jawi persentasenya lebih besar
(Tabel 6 ) . Hal inilah yang mungkin menyebabkan ekstrak-metanol bawang putih Jawi
mempunyai aktivitas antitrombotik yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrakmetanol bawang putih varietas Belu. Namun ha1 ini perlu dikaji lebih lanjut sebab pada
analisis senyawa volatil pereduksi (VRS) didapatkan bahwa tidak ada korelasi antara nilai
VRS dengan sifat antitrombotik. Oleh karena itu perlu dikaji adanya senyawa non volatil
yang bersifat antitroinbotik, seperti ajoene.
merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas antitrombotik, namun senyawa ini tidak
terdeteksi dalam analisis dengan menggunakan kromatografi gas.
Tabel 6. Persentase kompone~isenyawa volatil bawang putih
No. puncak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Nama
Diallil monosulfida
Metil allil disulfida
Diallil disulfida
Metil allil trisulfida
3-vinil-(4H)-1.2-ditiin
Diallil trisulfida
2-vinil-(4H)-1,3-ditiin
Dua komponen besar yang terdapat pada ekstrak-metanol bawang putih dikellal
sebagai 3-vinil-l,2-ditliii-5-enedan 3-vinil-l,2-ditliii-4-ene.Keduanya dibentuk dengan
cara dehidrasi di(2-propenil) thiosulfinat (allisin) dalam gas krolnatografi (Brodnitz et al.,
1971). Menurut Lawson (1991) kedua senyawa tersebut juga ditemukan dalaln ekstrak
bawang putih yang dialialisis dengall kromatografi kinerja tinggi (NPLC), sehingga
38
dipastikan kedua senyawa tersebut ada dalam ekstrak-metanol bawang putih yang diuji
aktivitas anti trombotiknya.
Menurut Block (1985) allisin akan terdekomposisi dengan sendirinya membentuk
asam 2-propene-sulfonat dan thioacrolein. Kodensasi dari dua molekul asam 2-propenesulfonat akan membentuk kembali allisin. Kondensasi dari dua molekul thioacrolein
menghasilkan dua macam komponen siklik, yaitu 2-vinil-(4H)-1,3-dithiin dan 3-vinil(4H)-1,2-dithiin.
Keternngau:
1. DiaW mauosulfid
2. hfefil allil dinulfid
3. DiaW disulfid
4. Metil allil trisulfid
5. 3-viuil-(4H)-1,2-dit&
6. DiaW triwlfid
7. 2-viuil-(Jhl-1.3-dit&
STD
. .
.:*JK
Kctcraugati:
1. Diallil menosullid
2. Xlctil ifllil disidfid
3. Diallii disldfid
4. hletil ;Illit trisalfid
5. 3-vbd-(4H)-l,2-6ilhru1
6 . l)iallil trisllltid
"3
A*.?.
...
.T.hF.
.;,..>
7. 2-~i11iI-(Jh)-1,34I!liiu
--.,
-----P
S
;
1
'li
10
20
30
10
20
30
KESIMPULAN
Pengujian aktivitas antitrombotik terhadap lima varietas bawang putih dilakukan
dengan cara in-vitro menggunakan platelet darah kelinci. Agregator yang digunakan
adalah ADP dengan kadar 10 uM. Hasil analisis dari data yang diperoleh didapat bahwa
konsentrasi minimum ekstrak bawang putih untuk menghambat agregasi trombosit sebesar
50 % (D,,) dari varietas Jawi sebesar 0.035 mglml PPP, varietas lokal Padang sebesar
0.048 mglml PPP, varietas Lumbu Ijo sebesar 0.115 mglml PPP serta varietas Lengkong
dan lokal Belu masing-masing sebesar 0.116 dan 0.160 mglml PPP.
Jumlah bawang putih yang diperlukan setiap varietas untuk mendapatkan konsentrasi
ekstrak bawang putih minimum yang dapat menghambat agregasi trombosit sebesar 50 %
(D,,) dari varietas Jawi, lokal Padang, Lumbu Ijo, Lengkong dan lokal Belu secara
berurutan adalah 3.21 gram, 5.40 gram, 5.22 gram, 4.69 gram dan 15.46 gram.
Kadar air dari kelima varietas bawang putih yang diuji berkisar antara 51.5 - 62.2
%.
mg1100 gram. Dari data kadar air, rendemen ekstrak-metanol dan aktivitas antitrombotik
nampak tidak ada korelasi (baik positif maupun negatif) antara kadar air dan rendemen
ekstrak-metanol
antitrombotik.
Data senyawa volatil pereduksi (Volatil Reducing Substance) menunjukkan nilai
berkisar antara 3225.17-10353.32 meqlgram. Dari data ini ternyata tidak ada korelasi
'
44
antara nilai VRS dengan kemampuan aktivitas antitrombotik. Nilai VRS yang tinggi pada
bawang putih tidak selalu mempunyai kemampuan aktivitas antitrombotik yang tinggi.
Dari analisis profil senyawa volatil aktif bawang diduga bahwa penyebab perbedaan
kemampuan aktivitas antitrombotik dari ke lima varietas bawang putih yang diuji adalah
perbedaan persentase komponen dalam bawang putih yang mempunyai sifat antitrombotik.
Dua varietas bawang putih yang disuntikkan pada alat kromatografi gas, yaitu varietas Jawi
(aktivitas trombotikliya tertinggi) dan varietas lokal Belu (aktivitas antitrombotik terendah)
~neliunjukkanpersentase senyawa aktif bersifat antitrombotik (metil allil trisulfida, vinil
ditiin, diallil trisulfida) pada varietas Jawi lebih besar dari varietas lokal Belu.
Berdasarkan kemampuan aktivitas antitrombotik (nilai D,,) dan jumlali bawang putih
yang diperlukan untuk mendapatkan D,,, bawang putih varietas Jawi dan Lengkong
mempunyai potensi untuk dimanfaatkan dalam pengolahan lebih lanjut.
B.
SARAN
Bawang-bawangan termasuk bawang putih dikonsumsi dalam bentuk olahan seperti
bawang goreng. Oleh karena itu perlu diteliti lebih lanjut pengaruh pengolahan terhadap
aktifitas antitrombotik yang dimiliki. Sehingga dapat diketahui bentuk produk yang masih
~nempunyaimanfaat bagi tubuh (sifat antitrombotik) tetapi masih dapat disulcai oleh
konsumen. Dalaln penelitian lanjutan tersebut dapat digunakan bawang putih varietas Jawi
atau Lengkong yang meliipuliyai potelisi untuk dimanfaatkan dalam pengolahan lebili
Ia~ijut.
DAFTAR PUSTAKA
Scientific American.
Boelens, M., devalois, P.J., dan van der Gern, A. 1971. Volatile flavor cornpounds from anion. J. Agr. Food Chem. 19 : 984.
Bordia, A. 1978. Effect of garlic on human platelet aggregation in-vitro.
Atherosclerosis. 30:355.
Born, G.V.R. and M.J. Cross. 1963. The aggregation of blood platelet. J. Physiol., 168: 95-175.
Born G.V.R. and Foulk J.G. 1977. Inhibition by a stable analogue of adenosine
triphosphat of platelet aggregation by adenosine diphosphat. Br.J. of
Pharmac. 61: 9.
Brodnist, M.H., J.V. Pascale, dan L.V. Derslice. 1971. Flavour components
of garlic extract. J. Agr. Food Chem. 19(2): 273-275.
Bruno J.J. 1983. The mecanism of action ticlopidine. Throm Res. Suppl. IV :
59-67.
Byrne J.J. 1977. Platelet and diabetes mellitus. The New England J. Med. 297 :
7.
Cadwell, D.R. and Danzer , C.J. 1988. Effect of allil sulfides on the growrli of
predominan gut anaerobes. Curr Microb. 16: 273.
Cavallito, C.J. and J.H. Bailey. 1944. Alliicin, the antibacterial principle of
Allium sativum. I. Isolation, physical properties and antibacterial action. J. Am. Chem. Soc., 66:1952.
Day. 1978. Platelet and endothelial cell participation in hemostasis and thrombosis.Di dalam : Mielke and Rodvien R. (eds.). Mechanism of Hemostasis and Thrombosis. Is' ed. Stratton Intercont Med Book Corp. New
York.
Fardiaz, D., Anton A., Sedarnawati Y., Slamet B., Ni Luh P. 1986. Penuntun
Praktikum Analisa Pangan. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Freeman, G.G. 1979. Factor Affecting Flavour during, Growth, Storage, and
Processing of Vegetables. Di dalam: D.G. Land dan H.E. Nursten
(eds.). Progress in Flavour Research. Applied Science Publ. Ltd, London.
Fenwick, G.R. and A.B. Hanley. 1985. The genus Allium part 2. C.R.C.
Crit. Rev. Food Sci. Nutr., 22: 273.
Galetto, W.G., dan Bednarzyk, A.A. 1975. Relative flavor contribution of individual volatile of onion (Alliun cepa). J.Food Sci. 40 : 1165.
Guyton, A.C. 1964. Medical Physiology. W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Harker L.A. Zimmerman. 1983. Measurement of Platelet Function. Churchill
Livingstone, New York. 1-24.
Hoak J. 1983. Mechanism of action aspirin . Throm Res. Suppl IV: 47-51.
Irfan Anshory. 1988. Penuntun Pelajaran Kimia untuk kelas 3 SMA. Ganexa
Exact. Bandung.
Kohman , E.F. 1952. Onion pungency and onion flavor.. Their chemical determination. Food Thechnol. 6: 288.
Kyriakides, L.M., Z. Sinakos and D.A. Kyriakides.
24(3) :600.
1985. Phytochemistry,
. Nihon Eisei-
Moncada S., Vane J.R. 1978. Unstable metabolites of arachidonic acid and
role in haemostasis & thrombosis. Brit Med Bull. 34: 129.
Oesman dan R. Setyabudi. 1992. Fisiologi Hemostasis dan Fibrinolisis. Di
dalam Setyabudi, R. Hemostasis dan Fibrinolisis. Kumpulan Makalah
Seminar. Bagian Patologi Klinik FKUII RSCM. Jakarta.
Pacham, MA. 1983. Platelet function inhibitor. Thromb Hemostasis. 50: 610.
Priyana, A. 1986. Agregasi Thrombosis Terhadap ADP Pada Orang Indonesia
Dewasa Normal. Laporan Penelitian. Bagian Patologi Klinik FKUIRSCM, Jakarta.
Purnomowati, S, Sri Hartinah dan Retno Sumekar. 1992. Bawang Putih: Kegunaan dan Prospek Pemasaran. Pusat Dokumentasi dan Inforlnasi I I miah, LIPI. Jakarta.
Secyabudi, R. 1986. Obat Penghambat Agregasi Trombosit. Makalah Serninar. Bagian Patologi Klinik FKUI/RSCM. Jakarta.
Stoll, A. and E. Seebeck. 1949. Helv. Chem. Acta,
32 : 197