Vous êtes sur la page 1sur 9

DEDI KUSNADI THAMIN : SEBUAH ANALISIS POLITIK TERKAIT DENGAN

PRESIDEN JOKOWI SEBAGAI PETUGAS PARTAI.


Sekretariat Gerakan Mahasiswa Politik UIN (GMP)
jumat (08/05/015).
Pidato Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Sukarnoputri yang isinya mengkritik
Presiden Joko Widodo karena dianggap tidak menjalankan garis perjuangan partai, menimbulkan
pro dan kontra di masyarakat. Di media sosial dan dalam liputan pers banyak yang beranggapan
bahwa, sindiran Ibu Megawati kepada presiden Jokowi itu dianggap terlalu berlebihan. Mereka
beranggapan, bahwa presiden, Jokowi seharusnya tidak bisa lagi mengatasnamakan partai, di
karnakan rakyat yang telah memilihnya.
Tetapi di pihak lain adapun anggapan bahwa kritikan Megawati dianggap menjadi
penting, agar Jokowi lebih meningkatkan komunikasi dengan partai-partai pendukungnya yang
tergabung dalam koalisi Indonesia hebat, terutama PDI Perjuangan yang telah mencalonkannya
sebagai presiden. Hal ini "Hukum demokrasilah yang mengatur itu, dan bahwa presiden serta
wakil presiden memang sudah sewajarnya dan sangat wajar menjalankan garis kebijakan politik
Partai," kata Ibu Megawati di hari pertama Kongres PDI Perjuangan di Bali, Di hadapan Joko
Widodo dan peserta kongres, Megawati lantas mengungkap landasan hukum di balik
pernyataannya bahwa, "Landasan konstitusional pun sangat, sangat, sangat jelas: UU no 42 tahun
2008," sambil menyebutkan pencalonan presiden dilakukan oleh partai politik atau gabungan
partai politik. Pernyataan Ibu Megawati ini yang menyulut polemik di masyarakat, Ibu megawati
dianggap seolah-olah 'mengerdilkan' Presiden Joko Widodo seolah-olah hanya sebagai 'tukang
partai saja'.
Pengamat politik dari LIPI, Siti Zuhro mengatakan, Megawati dan kalangan partai tidak
perlu menganggap Jokowi sebagai ancaman bagi kepemimpinannya di PDIP karna "Presiden
Jokowi justru mempelopori suatu prinsip bahwa yang menjabat di pemerintahan tidak boleh
menjabat di partai," kata Siti Zuhro. Selain dari itu, kata Siti Zuhro, "Bu Mega tidak bisa berpikir
hanya untuk dirinya dan partainya saja. Dia juga harus memikirkan negara dan rakyat Indonesia
hal itulah yang semestinya yang menjadi pioritas untuk dipikirkan.
Banyaknya acaman dan peluan presiden jokowi, maka banyak yang membuat suatu
analisis bahwa Presiden Jokowi adalah presiden terlemah sepanjang Indonesia merdeka.
Karenanya ada pesimisme yang membesar.
Rakyat pada khususnya dan lapisan menengah mulai mempertanyakan kemampuan Presiden
Jokowi dalam menjalankan pemerintahan untuk mewujudkan janji-janjinya pada kampanye
pilpres kemarin. Meskipun demikian, agar lebih adil, kita bisa menggunakan analisis sederhana,
faktor manakah yang lebih besar antara kelemahan dan kekuatan serta ancaman dan peluang apa
yang dihadapi dan dimiliki Jokowi. Dan hal yang perlu dipahami bahwa Jokowi terpilih menjadi

presiden karena ia dipandang sebagai sosok yang mewakili rakyat banyak sebagai kawula,
sebagai rakyat jelata. Ia berasal dari rakyat yang tergolong sangat miskin, karena sewaktu kanakkanak ia pernah tinggal di bantaran kali di Solo. Tapi meski berasal dari lapisan rakyat biasa
yang tidak tergolong elit, Jokowi membuktikan bahwa ia seorang pemimpin yang efektif. Ia
tercatat sebagai walikota Solo paling berhasil dan menjadi gubernur Jakarta yang sangat
menjanjikan..
Rakyat mendukung Jokowi karena kepercayaan, karna ia mampu mengantarkan
Indonesia menjadi negara maju dan sejahtera. Sebagian lagi Jokowi dapat dukung dari rakyat
karena ia menjanjikan pemerintahan yang bersih dari korupsi. Kepercayaan rakyat itulah yang
menjadi kekuatan utama Jokowi, sehingga ia mendapatkan dukungan 54% dari rakyat yang
berhak memilih pada Pilpres 2014 kemarin. Akan tetapi dukungan rakyat itu mulai tergerus. dan
menjadi ancaman berat yang dihadapi Presiden Jokowi. Dukungan rakyat kecil tergerus karena
sejumlah kebijakannya yang memberatkan rakyat, seperti menaikkan harga BBM yang
berdampak pada naiknya harga berbagai barang kebutuhan pokok termasuk ongkos transportasi.
Meskipun Presiden Jokowi kemudian menurunkan harga BBM karena turunnya harga minyak
dunia, Tetapi barang-barang yang sudah terlanjur naik tidak kembali turun. Sedangkan
dukungan rakyat dan lapisan menengah tergerus karena tidak satupun perkataan Jokowi dengan
perbuatan, khususnya dalam hal pemberantasan korupsi. Hal itu sebenarnya hanyalah sebagai
akibat dari posisi Jokowi yang lemah di partainya sendiri, PDIP. Dia diposisikan hanya sebagai
petugas partai, sebagaimana yang ditegaskan Puan Maharani, Puteri Mahkota PDIP. Artinya
Jokowi hanyalah pekerja dan orang suruhan atau kalau boleh saya menyebutnya jongos dari
pemimpin partai.
Hari ini Rakyat melihat, karena posisi presiden jokowi yang lemah di partainya, ia mulai
melenceng dari janji-janjinya. Jokowi menjanjikan kabinet yang ramping, tetapi yang
dilakukannya mala membentuk kabinet yang gemuk untuk mengakomodasi masuknya orangorang partai di pemerintahan.
Jokowi menjanjikan akan membentuk pemerintahan yang bersih dari korupsi. Tetapi ia
memilih Budi Gunawan (BG) sebagai calon tunggal kapolri. Pada hal BG sudah sejak lama
dipublikasikan oleh media masa sebagai perwira polisi yang memiliki rekening gendut, yang
tidak sewajarnya dimiliki oleh seseorang yang selamanya berkarir sebagai polisi. Jokowi
memilih BG karena ia adalah orang dekat Megawati yang menjadi ajudannya sewaktu menjabat
sebagai presiden pada 2001 sampai 2004.
Bahkan setelah KPK menetapkan BG sebagai tersangka, Jokowi bergeming. Ia tidak
membatalkan keputusannya mengusulkan BG sebagai calon tunggal kapolri ke DPR. Anehnya
DPR kompak menyetujui usulan Jokowi, sama tidak pedulinya dengan Presiden Jokowi, bahwa
BG berstatus tersangka korupsi. Maka terjadilah keriuhan. Lalu Polri membalas. Terjadilah
pertarungan cicak lawan buaya jilid tiga. Bambang Wijojanto Wakil Ketua KPK dijadikan pula
sebagai tersangka oleh Polri. Akibatnya Presiden Jokowi tersentak dan akhirnya memutuskan
menunda pelantikan BG sebagai kapolri. Sampai hari ini kisruh politik tentang jadi tidaknya BG
dilantik menjadi kapolri belum selesai. Presiden Jokowi terus mengulur waktu. Ia menyangka
suasana gaduh akan berhenti sendirinya sehingga ia bisa mengambil keputusan dengan
tenang.Meskipun demikian, Presiden Jokowi masih mempunyai banyak peluang bagi

keberhasilan pemerintahannya. Hasil kerja kerasnya bersama para menteri selama 100 hari
pemerintahannya mendapatkan apresiasi dari banyak pihak. Koalisi Merah Putih (KMP) yang
sebelumnya menjadi lawan politik Jokowi justru mulai mendukung kebijakan pro rakyat yang
dijalankannya. Prabowo dan ARB sebagai pemimpin KMP menyatakan mendukung apapun
keputusan yang diambil Jokowi dalam penetapan Kapolri. Dan meskipun Kebijakan Presiden
Jokowi yang menaikkan harga BBM yang mengecewakan rakyat kecil, dan berlanjut pada
penghapusan sebagian besar subsidi BBM, menghasilkan ruang fiskal lebih dari Rp 200 Triliun.
Dengan demikian setiap tahun pemerintah Jokowi akan didukung oleh ketersediaan dana yang
cukup signifikan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan rakyat dan pembangunan
infrastruktur ekonomi.
Peluang berikutnya adalah mulusnya pembahasan APBN-P 2015 di DPR, yang menurut
rencana akan diputuskan pada hari Jumat (13/2/2015) yang akan datang. Dengan
demikian, setidaknya selama setahun ke depan, Presiden Jokowi dapat merealisasikan visi dan
misinya sesuai Nawacita dengan lancar. Apalagi APBN-P ditetapkan pada awal tahun, sehingga
pemerintah memiliki waktu yang cukup panjang untuk merealisasikan berbagai program dan
proyek yang sudah ditetapkan. Peluang lainnya adalah tingginya apresiasi para pemimpin dunia
kepada Presiden Jokowi, temasuk Presiden Obama dari AS dan Presiden Xi Yinping dari China.
Undangan Presiden Jokowi kepada para pengusaha dalam pertemuan APEC pada akhir 2014
juga mendapatkan sambutan positif. Para investor tertarik dengan berbagai proyek pembangunan
infrastruktur ekonomi yang akan dibangun, serta adanya janji untuk memudahkan perizinan.
Dengan demikian, jika Presiden Jokowi lolos dari kemelut pengangkatan Kapolri dan mampu
membebaskan diri dari tekanan serta jeratan KIH, besar harapan Presiden Jokowi akan berhasil
dalam menjalankan roda pemerintahannya. Apalagi jika Presiden Jokowi berhasil memenuhi
berbagai janjinya. Jokowi menjanjikan akan menjadikan Indonesia berswasembada pangan
dalam tiga tahun, membangun Tol Laut, pembangkit listrik 35000 MW, Jalan Tol lintas
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, dan sebagainya. Jika berbagai janji itu
terealisasikan, maka pastilah rakyat akan kembali memberikan kepercayaan dan dukungan
kepada Presiden Jokowi.
Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri menyerahkan tumpeng kepada Menteri
KKP Susi Pudjiastuti yang disaksikan Presiden Joko Widodo, politisi PDI-P sekaligus Menteri
Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat acara Peringatan HUT ke-42
PDI-P di kantor DPP PDI-P, Lenteng agung, Acara tersebut juga dihadiri para menteri Kabinet
Kerja serta pengurus, kader PDI-P, dan Politisi PDI Perjuangan. Hendri Yosodiningrat menilai
Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri sama sekali tidak merendahkan Presiden Joko
Widodo saat menyebutnya sebagai petugas partai. Karna Pada kenyataannya, kata ibu megawati,
Jokowi adalah Presiden yang diusung oleh partai politik sehingga harus menjalankan amanat
partai yang dianggap bermanfaat bagi rakyat. Disini "Saya tidak melihat dia (Jokowi)
direndahkan martabatnya, prinsipnya memang begitu, dia petugas partai seperti kami di DPR.
Seperti caleg, kalau dia terpilih maka dia ditugaskan.
Terlebih lagi, presiden Jokowi di saat beliau menghadiri Kongres IV PDI-P yang
merupakan acara partai. Jokowi juga, mengatakan bahwa dia, hadir sebagai kader partai dan
bukan sebagai Presiden. Jokowi mengunggapkan "Ketika dia masuk rumah, kembali ke rumah,
disitu dia kembali menjadi petugas partai," Hendri sangat menyadari akan, tanggungjawab

Presiden terhadap Negara dan rakyat indonesia karena dipilih langsung oleh rakyat. Namun, visimisi yang diusung Jokowi saat mendaftar sebagai calon Presiden, dia disusun bersama parpol
pengusungnya. Dan Mau tidak mau Jokowi harus menjalankan visi misi tersebut. Dan Parpol
pun bertugas untuk terus melakukan penggawasan terhadap presiden Jokowi agar visi misi yang
dicita-citakan untuk Indonesia itu bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Ibu Megawati soekarnoputri sebelumnya meminta semua kadernya yang ada di jajaran
eksekutif dan legislatif untuk menjalankan tugas sesuai dengan garis perjuangan partai. Instruksi
itu diberikan Megawati tanpa bisa ditawar-tawar. Karna hal itu, Sebagai kepanjangan tangan
partai, dan kalian itu adalah petugas partai. Kalau tidak mau disebut sebagai petugas partai,maka
silahkan KELUAR!!!! ( kata Megawati dalam pidato penutupan Kongres IV PDI-P, di Sanur,
Bali).
Meskipun presiden Jokowi mendapat sindiran tajam dalam isi pidato ketua umum PDIP di depan
publik, Jokowi tidak selamanya harus dan tunduk patut pada keinginan Ibu Megawati. Selama
melawan arus mainstream kehendak public.( Kata Pengamat Politik Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah).
Seharusnya Ibu Megawati tidak mesti memerintah Jokowi dengan cara sindiran saat
pidato apalagi dilakukan di depan publik. Jika terus dilakukan, hal itu akan menimbulkan
kecurigaan publik soal Jokowi betul boneka Megawati yang dapat dibuktikan dengan sampelsampel yang ada. Tetapi hari ini Realitasnya yang terjadi bahwa, publik melihat Jokowi bukanlah
boneka Megawati. Karna Menurut dari beberapa tanggapan oknum, baik itu pejabat
pemerintahan, mahasiswa, dan masyarakat pada umumnya bahwa, Jokowi membuktikan dirinya
bukan boneka partai, Hal itu sudah dilakukan dan terbukti didepan publik disaat presiden jokowi
tidak jadi melantik Budi Gunawan sebagai wakapolri RI, padahal kita ketahui bersama bahwa
Ibu Megawati sangat menginginkan Budi Gunawan menjadi wakapolri. Tetapi hal menjadi
momentum dan waktu yang tepat bagi Jokowi untuk membuktikan ke publik bahwa Ia bukanlah
boneka ibu Mega, melainkan presiden Jokowi adalah boneka rakyat dan boneka konstitusi yang
harus tunduk pada konstitusi bukan pada partai politik (parpol) sebagai perpanjangan tangan
pemerintah,".
Saat Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko
PMK) Puan Maharani memberi kata sambutan di depan para staf serta pegawai Kementerian
sebagai tanda perkenalan, yang menyatakan bahwa, Jokowi adalah Petugas Partai, hal itu menuai
banyak orang mengkritik dari berbagai kalangan baik itu pengamat politik, mahasiswa, dan
masyarakat karna menggangap bahwa hal itu melecehkan Presiden Jokowi.
Saya mengutip apa yang di kemukakan oleh viktor yang menganggap bahwa
sebelumnya para relawan pendukung Jokowi memunculkan wacana pembentukan partai baru
Pro Jokowi di mana Jokowi bakal bergabung di dalamnya, maka perlu partai PDIP dalam hal
ini ibu megawati memikirkan hal tersebut agar rasa ingin memilikinya sepenuhnya terhadap
presiden jokowi untuk tidak berlebihan, walaupun presiden jokowi itu diusung oleh partai PDIP
dan beberapa partai besar yang bergabung di Indonesia hebat saat pencalonan presiden, dan
mengantarkan jokowi sampai terpilih menjadi presiden, tetapi bukan berarti bahwa jokowi

terpilih itu karna partai yang memilihnya tetapi melainkan dari dukungan masyarakat Indonesia,
yang menginginkan dan memberikan kepercayaan terhadap Jokowi menjadi presiden.
Hal yang tidak saya sepakati dengan apa yang dikemukakan Menko Puan itu terkait
jokowi petugas partai tak pantas, karna Jokowi adalah atasan Puan Maharani dalam kabinet,
sekaligus Presiden rakyat Indonesia. saya beranggapan dengan apa yang dikatan olah puan
maharani yang menyebut Jokowi sebagai petugas partai, argumentasi Puan ini seakan akan
memperlihatkan sikapnya yang menyetujui sikap Ketua Umum PDI Perjuangan ibu Megawati
Soekarnoputri sebagai orang pertama yang membuat istilah petugas partai tersebut.
Seharusnya istilah yang kesannya melecehkan itu tidak disebut-sebut lagi sekarang, baik oleh
pihak-pihak lain apalagi oleh orang-orang PDIP itu sendiri, dan saya menilai,seharusnya seluruh
pihak-pihak memberikan penghormatan yang sewajarnya kepada Jokowi selaku Presiden
Indonesia yang sah.
Banyak orang hari ini itu mempertanyakan tingkah laku sejumlah kader PDIP yang
seolah-olah memandang Jokowi sebelah mata. Semestinya partai PDIP menyadari bahwa Jokowi
merupakan salah satu figur yang membuat partai PDIP dapat memenangkan dalam Pileg 2014
lalu. Hal yang perlu ditegaskan bahwa Presiden Jokowi adalah milik seluruh rakyat Indonesia,
bukan milik PDIP, Jadi berilah penghormatan, dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
presiden republic Indonesia (Jokowi). Petugas Partai, yang dikemukakan oleh, Menteri
Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, di Kompleks Parlemen
beberapa hari yang lalu, yang menganggap Presiden Joko Widodo adalah kader sekaligus
petugas partai. Sampai saat ini Pak Jokowi masih kader PDIP dan petugas partai, seperti yang
diungkapkan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri ini kepada para
wartawan beberapa hari lalu. Puan maharani mengingatkan bahwa Jokowi sebelumnya mampu
berhasil menjadi presiden karena diusung oleh PDI-P. Oleh karena itu, secara etika politik,
Jokowi masih menjadi bagian dari partai berlambang banteng tersebut.kata puan maharani.
Tetapi apa yang diucapkan oleh ibu megawati dalam pidatonya terkait dengan Jokowi
adalah petugas partai,memuai banyak organ-organ yang mengkritisinya yang mengatakan bahwa
jangan Menyebut Jokowi Petugas Partai, hanya Masalah komunikasi Presiden Joko Widodo
dengan PDIP terutama ketua umum Megawati Soekarnoputri, yang menjadi sorotan setelah
diketahui ada pesan yang tak utuh tersampaikan dari Jokowi. Hal itu dibenarkan PDIP dengan
menyebut ada orang di istana yang tak amanah sampaikan pesan.
kritikan masalah komunikasi tersebut. Menurut saya, masalah itu muncul karena ada 2 factor
yang melandasi hal itu, pertama karna adanya pemahamanan yang keliru, kedua kemungkinang
besar adanya kepentingan-kepentingan dari partai PDIP yang tidak terlepas dari ibu megawati
selaku ketua umum yang selalu menganggap bahwa Jokowi presiden RI sebagai petugas partai. "
saya beranggapan bahwa, istilah seperti itu yang menjadi satu polemik yang berkepanjangan.
istilah petugas partai ini saya anggap salah. Karna hal ini hanya persoalan bahasa Indonesia saja,
di mana seseorang memilih istilah petugas partai,yang artinya bahwa ada orang yang bertugas,
ditugasi dan menugasi," hal tersebut menimbulkan suatu pertanyaan yang sederhana menurut
saya yakni, ketika Presiden Jokowi disebut sebagai petugas partai, maka siapa yang
menugasi???? hal inilah yang menjadi permasalahan. Maka dari itu istilah petugas partai yang
ditujukan kepada presiden Jokowi dianggap salah. ingat bahwa Presiden itu adalah kepala
pemerintahan, kepala negara pemimpin rakyat. Saya beranggapan bahwa presiden jokowi

tidaklah layak dikatakan sebagai petugas partai,"

saya teringat dengan apa yang di kemukakan oleh Jhon F Kennedy, seharusnya loyalitas
kepada partai itu berhenti, disaat loyalitas kepada negara itu dimulai. Hal inilah yang harus dan
patut diyakini oleh presiden Jokowi yang telah dipercayakan oleh rakyat indonesia untuk
memimpin (presiden) republik Indonesia. dan seseorang yang menjabat sebagai Presiden, itu
diwakafkan sebuah negara dan rakyat kepadanya untuk bekerjasa keras dan menjunjung tinggi
nilai-nilai kebenaran agar mampu untuk mewujudkan masyarakat yang bermartabat, demokratis,
adil dan makmur yang di ridhoi Allah SWT, dan janganlah direcoki, dimana dia sementara
menjadi petugas Negara dan rakyat, yang memiliki implikasi banyak bahaya, yang nanti akan
menimbulkan conflict of interest dalam penempatan jabatan,"
Disaat presiden Jokowi membawakan pidato pada Delegasi KAA .Ahmad Yazid
menilai sebagai Pengamat Politik, Jokowi hanyalah presiden petugas partai. Itu berkali-kali
ditegaskan Ketua Umum PDIP Megawati dalam banyak kesempatan. Dan ketika Jokowi
berpidato dengan tema Keadulatan Bangsa dalam pembukaan KAA ke-60 kemarin, banyak
delegasi yang menertawakannya. Karna Jokowi sendiri saja masih jadi petugas partai.
Dirinya sendiri masih diintervensi Megawati dan PDIP, mau bicara kedaulatan bangsa di forum
internasional, itu hanya omong kosong, ditertawai negara lain, Menurut Yazid, negara-negara
yang ikut peringatan KAA ke-60 sudah tahu Presiden Jokowi itu hanya seorang petugas partai.
Kalau Jokowi dibandingkan dengan Presiden Soekarno masih jauh, Yazid menilai, peringatan
KAA ke-60 di Indonesia tidak punya semangat yang dulu disuarakan Presiden Soekarno.Acara
kali ini hanya seremonial saja, mengeluarkan anggaran sekitar Rp 200 miliar, ini khan proyek,
termasuk pengadaan mobil mewah, hotel dan lain sebagainya, dan persoalan anggaran KAA,
Yazid mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk turun tangan menyelidiki
penggunaan anggaran negara untuk acara peringatan ke-60 KAA. KPK harus turun tangan
termasuk melihat pengadaan barang dan sebagainya, bisa jadi acara ini dimanfaatkan oknum
tertentu untuk korupsi.
Hal yang perlu dipahami dan digaris bawai menurut saya ialah, bahwa Presiden Joko
Widodo dipilih oleh rakyat sehingga harus mengutamakan rakyat, bukan partai,"
Syafii Maarif, sebagai ketua Tim Sembilan yang dibentuk langsung oleh Presiden Jokowi,
merupakan dalil yang tidak dapat dibantah oleh siapa pun, termasuk para ketua parpol yang
mempunyai pertanyaan bahwa, sekalipun Jokowi diusung oleh parpol, jika tak mendapat
dukungan dan dipilih oleh rakyat Indonesia, maka Jokowi tidak akan pernah menjadi Presiden RI
pada Pemilu Presiden 2014. Jokowi dipilih rakyat adalah suatu realitas yang nyata. Oleh karena
itu, kekuatan legitimasi Jokowi adalah rakyat, bukan parpol karena disaat pencalon presiden,
banyak juga yang diajukan parpol untuk menjadi kandidat presiden pada Pilpres 2014, ternyata
rakyat tak mendukungnya sehingga partai pun gagal mengusungnya menjadi kandidat presiden.
Telah banyak dana dikeluarkan untuk mobilisasi rakyat agar partai dapat mencalonkan, tetapi
dana saja tak cukup menjadikan seseorang memiliki legitimasi kuat untuk mendapatkan
dukungan rakyat. Dari kenyataan di atas, sebenarnya pernyataan bahwa Jokowi adalah petugas
partai dan tetap menjadi petugas partai merupakan pernyataan yang tidak layak keluar dari
seorang pejabat (petinggi parpol) karena Jokowi adalah "milik rakyat Indonesia".
Dari argumentasi syafli maarif diatas saya beranggapan bahwa ketegasan syafli ini karna
menginginkan bahwa jokowi harus bekerja untuk rakyat dan bukan untuk partai, dengan kata lain

bahwa jokowi adalah presiden rakyat Indonesia, bukan partai, dan di Dalam bahasa keseharian
masyarakat awan di indonesia menyebutnya bahwa "Jokowi adalah kita", bukan lagi "Jokowi
adalah partai". Pernyataan Jokowi adalah petugas partai boleh dikatakan sebagai pernyataan
kepanikan sebuah parpol yang tengah dilanda badai karena terjadi tarikan kepentingan politik
dan ekonomi yang demikian hebat sehingga mengeluarkan pernyataan yang sifatnya hendak
mendelegitimasi kepercayaan rakyat atas seseorang yang telah dipilihnya. Namun, tanpa disadari
dan disayangkan, pernyataan itu sebenarnya kian memperjelas wajah partai yang tak memiliki
visi tentang masa depan Indonesia dan tidak memiliki wawasan politik jangka panjang para
petingginya, kecuali hanya wawasan politisi, yang tidak lebih dari wawasan politik lima tahunan,
yakni sampai dengan pemilu berikutnya. Tetap terjaga Presiden Jokowi dihadapkan dengan
kenyataan politik yang sangat getir, yakni munculnya konflik yang berlarut-larut tentang
penetapan Kapolri dan kriminalisasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berujung
sampai dilaporkannya semua pejabat KPK ke Bareskrim dengan pelbagai macam tuduhan yang
sangat jelas memperlemah kinerja KPK dalam gerakan jihad memberantas korupsi di Indonesia.
Setelah ditetapkannya Bambang Widjojanto, Abraham Samad, Adnan Pandu Praja, dan
Zulkarnain menjadi tersangka, sekarang ini KPK menjadi sangat tak berdaya. Ketika semua
pejabat KPK menjadi tersangka, di lapangan beberapa pihak ternyata mendukung Budi Gunawan
(BG) menjadi Kapolri. Mereka sangat girang terlebih setelah gugatan praperadilan BG
dikabulkan Hakim Sarpin Rizaldy. Sebagian anggota kepolisian melakukan ritual sujud dan
berdoa. Hal yang patut jadi kekhawatiran kita bersama adalah jika benar sebagian ahli hukum
dan pengamat yang menyatakan bahwa hal itu merupakan "rekayasa politik" calon Kapolri yang
gagal. Kemudian, calon Kapolri itu memanfaatkan institusi kepolisian untuk kepentingan pribadi
dengan mengatasnamakan lembaga demi menjaga wibawa institusi kepolisian. Jokowi sebagai
presiden pilihan rakyat sebenarnya tetap akan memiliki marwah politik dengan tiga alasan
utama, yakni
(1) independensi sikap dan tindakan,
(2) ketegasan dan kecepatan, serta
(3) kesederhanaan dan kejujuran.
Namun, jika tiga hal ini tidak dibuktikan dengan terang dan transparansi oleh Presiden didalam
masa kepemimpinannya setelah kasus ini sudah berlarut-larut antara Polri dan KPK, maka rakyat
yang telah bersusah payah mendukung dan memilih Jokowi akan melempar handuk tanda
menyerah bahwa presiden terpilih ternyata hanya sebagaimana lawan politik, dan penghiyanat
rakyat. yang selama ini mengatakan dengan lantan bahwa korupsi harus diberantas, dan pejabatpejabat yang tersandung kasus tugaan korupsi maka dengan tegas jokowi mengatakan tidak
pantas dan patut masuk dalam struktur pemerintahan dan presiden jokowi bahkan membanta
bahwa dirinya bukanlah boneka dari kelompok-kelompok (partai), atau segelintir orang dengan
cara mengambil tindakan cepat yang di anggapnya benar melalui dengan data-data falit yang
dimiliki kemudian presiden Jokowi memutuskannya, dengan tidak menetapkan BG sebagai
Kapolri setelah terjadi kisruh yang melelahkan dan ditonton oleh rakyat indonesia. Kisruh Polri
vs KPK yang berujung tak dilantiknya BG diakui atau tidak oleh para politisi adalah salah satu
bukti bahwa Jokowi masih memiliki marwah politik. Marwah politik Jokowi tetap terjaga setelah
membentuk Tim Sembilan dengan ketua Syafii Maarif dan tim ini ternyata lebih didengar
ketimbang "bisikan-bisikan partai" yang lebih banyak memiliki agenda politik lima tahunan
ketimbang agenda menyelamatkan martabat bangsa. Jokowi dengan memilih Badrodin Haiti
sebagai Kapolri telah mengambil langkah politik berisiko. Namun, itulah sebenarnya sikap tegas
yang harusnya diambil Presiden sejak awal ketika BG jadi tersangka kasus korupsi. Resiko

politik Jika Jokowi tidak lambat dalam mengambil sikap tegas untuk tidak melantik BG, agaknya
konflik yang berkepanjangan antara Polri dan KPK tidak akan terjadi. Semua pilihan politik
tentu memiliki risiko politik sehingga apa pun pilihan politik yang dilakukan tidak bisa seorang
presiden berharap semua parpol akan mendukungnya. Independensi Jokowi dalam kasus
pemilihan Kapolri jelas dilihat rakyat Indonesia. Benarkah Presiden tidak menjadi boneka partai
ataukah Presiden adalah pelayan rakyat Indonesia menjadi terang benderang. Sekarang kita
mengetahui Presiden Jokowi telah berani mengambil sikap dan tindakan politik yang merdeka
dengan tidak menetapkan BG sebagai Kapolri usulan bos partai.
Marwah politik Jokowi masih akan diuji dan akan dilihat rakyat pemilihnya dalam hal ketegasan,
kecepatan, kesederhanaan, dan kejujuran. Marwah politik Jokowi benar-benar ditunggu publik.
Mampukah Presiden Jokowi menunjukkan bahwa dirinya benar adanya presiden yang cepat
bertindak sebagaimana citra yang selama ini dipigurakan kepada public.
seperti ketika ia menjabat Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta? Juga apakah benar sikap
sederhana dan jujur itu tetap terjaga dan berimbas pada kabinet dan pejabat di bawahnya? Jika
Presiden Jokowi mampu membuktikan sikap cepat, tegas, sederhana, dan jujur tersebut bukan
hanya pada dirinya, melainkan juga pada para pejabat di bawahnya, marwah politik Jokowi
benar-benar akan terjaga. Namun, jika nanti di tengah jalan Presiden Jokowi ternyata kembali
tidak tegas, lambat, dan tidak menindak pejabat di bawahnya yang tersangka kasus korupsi dan
bergelimang harta dengan jalan tidak dibenarkan secara hukum, Presiden Jokowi kembali
tersandera oleh kekuatan "politisi rabun ayam" yang tidak memiliki visi membangun bangsa ini
untuk lebih baik dan menyejahterakan rakyat.
Kita kembali harus ingatkan bahwa Presiden Jokowi adalah dipilih rakyat oleh karena itu harus
mengutamakan rakyat, bukan mengutamakan partai sekalipun partai telah mengusungnya
menjadi capres pada Pilpres 2014. Jokowi harus benar-benar memercayai bahwa marwah politik
yang dimiliki itu karena rakyat, bukan karena parpol. Presiden Jokowi boleh ditinggalkan parpol
yang mengusung, tetapi bukan untuk ditinggalkan rakyat yang telah memilihnya. Presiden harus
segera turun tangan jika ada masalah bangsa yang melanda, jangan dibiarkan berlarut sehingga
bangsa ini semakin kusut. Jokowi harus juga tegas dalam bersikap sekalipun berisiko tak populer
di hadapan parpol. Presiden harus buktikan bahwa dirinya pilihan rakyat, bukan sekadar petugas
partai.
Presiden Joko Widodo diminta bersikap tegas dan segera membuktikan keraguan banyak
orang terhadap dirinya yang dianggap sebagai petugas partai. Karena Jokowi tidak perlu takut
dan khawatir dalam memutuskan status Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai calon
Kapolri. "Keberanian dan kecerdikan presiden bermanuver yang sangat ditunggu oleh rakyat
dengan tindakan dan keputusan yang tepat. Apakah ia masih menjadi petugas partai atau
pemimpin negeri ini,"
Menurut saya secara politik, posisi Jokowi saat ini justru terbilang cukup aman. Pasalnya,
meski bersitegang dengan Koalisi Indonesia Hebat, akan tetapi Jokowi bisa menjalin komunikasi
baik dengan Koalisi Merah Putih melalui Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo
Subianto dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Kedua tokoh KMP itu
menyatakan akan siap mendukung apa pun keputusan presiden jokowi. Dengan realita itu, saya
berpendapat kecil kemungkinan Jokowi akan dipersulit oleh parlemen. "Presiden Jokowi sudah
memegang opini publik," Agung menyarankan kepada bapak presiden Jokowi untuk tidak gentar
melawan kekuatan partai koalisi dan lebih berpihak kepada kehendak rakyat. Dia menuturkan,

solusi terbaik yang bisa diambil Jokowi adalah dengan mengajukan nama baru calon Kapolri
yang bisa diterima masyarakat dan Koalisi Indonesia Hebat.kata agung.
Seperti yang diketahui bahwa, setelah hakim Sarpin Rizaldi mengabulkan gugatan itu dan
menyatakan penetapan tersangka mantan ajudan Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri itu
tidak sah, belum ada satu pun kata yang terlontar dari Jokowi. Dan Orang-orang lingkar utama
presiden seperti Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, hingga
Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan seolah-olah "puasa" bicara dengan media. Aksi
nyata sang presiden kini masih ditunggu. Pasalnya, di saat yang sama, satu demi satu pimpinan
KPK menjadi tersangka. Setelah Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto ditetapkan sebagai
tersangka dalam kasus saksi palsu sengketa Pilkada Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah,
kini giliran Ketua KPK Abraham Samad yang ditetapkan sebagai tersangka atas kasus pemalsuan
dokumen.

Vous aimerez peut-être aussi