Vous êtes sur la page 1sur 31

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Typhoid merupakan penyakit infeksi yang di jumpai secara luas di
daerah tropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai
dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah, angka kejadian pada penderita
yang mengalami penyakit typhoid cukup tinggi. Hal ini ditunjang oleh
kelembaban daerah tropis yang cukup tinggi serta masyarakat yang heterogen
dalam hal tingkat sosial ekonomi maupun pengetahuan tentang kesehatan diri
dan lingkungan yang masih relatif rendah. Penyakit tropis umumnya merupakan
penyakit infeksi yang mudah menular melalui feses dan urin (Rohim, 2002).
Jumlah penduduk dunia yang menderita demam typhoid setiap tahunya
bisa mencapai sekitar 15-30 juta dan 600.000 diantaranya meninggal. Hasil riset
kesehatan dasar tahun 2008 di Indonesia, penyakit typhoid 500 orang per
100.000 penduduk dengan laju kematian antara 0,6 - 5% (Wahanudin, 2009).
Dari jumlah penderita thypoid tersebut ada beberapa penderita yang
tidak tertolong, hal tersebut disebabkan karana terjadinya komplikasi pada
penderita typhoid seperti perdarahan usus, perforasi usus, dan peritonitis.
Melihat kompleknya masalah dan komplikasi pada klien dengan penyakit
typhoid maka diperlukan asuhan keperawatan secara menyeluruh baik yang
melalui aspek promotif yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada
pasien dan keluarga

(Rohim, 2002).

Oleh karena itu peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan


melalui berbagai upaya preventif berupa memelihara lingkungan tetap bersih,
mencuci tangan sebelum memegang makanan, melindungi makanan dan
minuman dari serangga (lalat), meminum air yang sudah masak, hindari jajan
sembarangan, dan hindari kekurangan Vitamin C dan B kompleksdan jika
demam tidak turun segera bawa kedokter/ketempat pelayanan kesehatan.
Adapun pada aspek kuratif yaitu memberikan keperawatan terhadap anak yang
terkena Typhoid dan pemberian obat yang diberikan secara optimal sehingga

apabila penyakit Typhoid ini tidak segera ditangani akan terjadi komplikasi
yang lebih lanjut seperti pendarahan usus, perforasi usus dan peritonitis.
Sedangkan pada aspek rehabilitatif berupa istirahat ditempat tidur tanpa
aktifitas yang berat, mengkonsumsi makanan yang tinggi protein dan kalori,
tidak boleh makan makanan yang mengandung banyak serat dan gas serta tidak
boleh makan makanan yang merangsang lambung, seperti makanan pedas dan
asam (Rampengan, 2007).

1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis dari Typoid?
2. Bagaimana konsep keperawatan dari Typoid?

1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis dari Typoid.
2. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari Typoid.

BAB II
KONSEP MEDIS
2.1.Definisi
Typhoid merupakan penyakit infeksi pada usus halus dengan gejala
demam satu minngu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Penyakit ini disebabkan oleh
salmonella typhosa dan hanya didapatkan pada manusia. Penularan penyakit ini
hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Rampengan, 2007).
Typhoid (enteric fiver) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai sistem pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Nursalam, dkk, 2008).
Typhoid

(Tifus abdominalis) adalah penyakit infeksi akut yang

biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu
minggu dan terdapat gangguan kesadaran (Suriadi & Yulianni, 2006).
2.2.Etiologi
Penyebab Typhoid menurut Rampengan (2007) disebabkan oleh infeksi
kuman Salmonella typhosa/Eberthella typosa yang merupakan kuman gram
negatif, motil dan tidak menghasilkan sepora. Kuman ini dapat hidup baik sekali
pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang sedikit lebih rendah, serta mati
pada suhu 700 C ataupun oleh antiseptic. Sampai saat ini, di ketahui bahwa
kuman inihanya menyerang manusia.
Salmonella typhosa mempunyai antigen tiga macam antigen yaitu:
1. Antigen O = Ohne Hucneh = antigen somatik (tidak menyebar)
2. Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flagela dan bersifat
tromolabil
3. Antigen V1 = Kapsul = merupakan kapsul meliputi tubuh kuman dan
melindungi antigen O terhadap fagositosis

Ketiga antigen tersebut didalam tubuh manusia akan menimbulkan


pembentukan tiga macam antibodi yang lazim disebut aglutininin. Salmonella
typhosa juga dapat memperoleh plasmid faktor R yang berkaitan dengan
resistensi terhadap multipel antibiotik.
Ada tiga jenis utama, yaitu: Salmonella typhosa (satu serotipe),
Salmonella cholerasius (satu serotipe), Salmonella enteretidis (lebih dari 1500
serotipe)
2.3.Patofisiologi
Proses Histologi Typhoid menurut Suriadi & Yulianni (2006)
dijelaskan, pada awalnya kuman Salmonella masuk ketubuh manusia melalui
mulut dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Sebagian kuman
akan dimusnahkan didalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus,
kejaringan Limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian
kuman masuk keperedaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel
retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ organ yang lainya.
Proses ini terjadi dalam masa tunas dan berakhir saat sel-sel retikulo
melepaskan kuman kedalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia
untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk kebeberapa organ tubuh,
terutama limpa, usus dan kandung empedu.
Pada minggu pertama kali, terjadi hiperplasia player. Ini terjadi pada
kelenjar typhoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu
ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu ke empat terjadi penyembuhan
ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan,
bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar kelenjar mesentrial dan
limpa membesar. Gejala demam di sebabkan oleh endotosil, sedangkan gejala
pada saluran pencernaan di sebabkan oleh kelainan pada usus hal.

2.4.Pathway

Air dan makanan yang mengandung kuman Salmonela Typhosa


Mulut
Limfoid plague payeri
di ileum terminalis

Saluran Pencernaan
Usus

Perdarahan dan
perforasi intestinal

Proses Infeksi
Lamina propia

Merangsang
Peristaltik Usus
KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH

Intake tidak adekuat

Kuman masuk aliran


limfe mesentrial

Perasaan tidak enak diperut, mual, muntah,


anoreksia

Pelepasan zat
pyrogen

Peradangan

Jaringan tubuh

Menuju limfe dan hati


Kuman
berkembangbiak

Kelemahan fisik
Keterbatasan aktivitas

Proses termoregulasi
tubuh

Tirah baring lama

Demam

Peradangan usus
Nyeri tekan
Hipermetabolisme

Output berlebihan
NYERI AKUT

KELETIHAN

HIPERTERMI
5

KEKURANGAN
VOLUME CAIRAN

2.5.Manifestasi
Gejala dapat timbul secara tiba tiba atau berangsur angur yaitu antara
10 sampai 14 hari. Mulanya samar samar, bersama nyeri kepala, malaise,
anoreksia dan demam, rasa tidak enak diperut dan nyeri diseluruh badan.
Minggu pertama keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada
umumnya yaitu : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual,
muntah, konstipasi/diare, perasaan tidak enak pada perut, batuk dan epistaksis.
Pada minggu kedua gejala gejala menjadi lebih jelas, yaitu : demam,
bradikardi relative, lidah yang khas (kotor ditengah, tepi dan ujung merah, dan
tremor), hepatomegaly, splenomegaly, meteorismus, gangguan mental.
2.6.Komplikasi
Komplikasi demam typhoid menurut Rampengan 2007 dapat dibagi atas dua
bagian:
1. Komplikasi pada usus halus (perdarahan, perforasi, peritonitis).
2. Komplikasi diluar usus halus (bronkhitis, bronkopneumonia, ensefalopati,
kolesititis, meningitis, miokarditis, karier kronik).
2.7.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan typhoid menurut Rampengan (2007)

adalah

sebagai berikut:
1. Perawatan
Klien diistirahatkan 7 hari sampai bebas demam atau kurang lebih 14 hari
untuk mencegah komplikasi perdarahan usus. Mobilisasi bertahap bila tidak
ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2. Diet
Kualitas makanan disesuaikan dengan kebutuhan baik kalori, protein,
elektrolit, mineral, serta disesuaikan makanan yang rendah/bebas selulosa,
dan menghindarai makanan yang sifatnya iritatif. Pada penderita dengan
gangguan kesadaran pemasukan makanan harus lebih diperhatikan.
3. Obat obatan
Demam typoid merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian
tertinggi sebelum ada obat-obatan anti mikroba (10-15%) sejak adanya obat

anti mikroba terutama klorafhenycol angka kematian menurun drastis


sampai (1-%). Obat-obatan antimikroba yang sering digunakan antaralain;
klorafhenycol,

tiamphenycol,

kotrimosasol,

amphisilin,

amoxilin,

ceftriakson, sefotaksim, siprofloksasin (usia > 10 tahun).

2.8.Pemeriksaan Diagnostik
1. Hematologi
a) Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi perdarahan
usus atau perforasi.
b) Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula normal
atau tinggi
c) Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan limfositosis relatif.
d) LED ( Laju Endap Darah ) : Meningkat
e) Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia).
2. Kimia Klinik
a) Enzim hati (SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran
peradangan sampai hepatitis Akut.
3. Imunologi
a) Uji Widal
Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi
(didalam darah) terhadap antigen kuman Samonella typhi / paratyphi (reagen).
Uji ini merupakan test kuno yang masih amat popular dan paling sering
diminta terutama di negara dimana penyakit ini endemis seperti di Indonesia.
Sebagai uji cepat (rapid test) hasilnya dapat segera diketahui. Hasil positif
dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Karena itu antibodi jenis ini dikenal
sebagai Febrile agglutinin.Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor
sehingga dapat memberikan hasil positif palsu atau negatif palsu. Hasil positif
palsu dapat disebabkan oleh faktor-faktor, antara lain pernah mendapatkan
vaksinasi, reaksi silang dengan spesies lain (Enterobacteriaceae sp), reaksi
anamnestik (pernah sakit), dan adanya faktor rheumatoid (RF). Hasil negatif
palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan

terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit,


keadaan umum pasien yang buruk, dan adanya penyakit imunologik lain.
Diagnosis Demam Tifoid / Paratifoid dinyatakan bila a/titer O = 1/160
, bahkan mungkin sekali nilai batas tersebut harus lebih tinggi mengingat
penyakit demam tifoid ini endemis di Indonesia. Titer O meningkat setelah
akhir minggu. Melihat hal-hal di atas maka permintaan tes widal ini pada
penderita yang baru menderita demam beberapa hari kurang tepat. Bila hasil
reaktif (positif) maka kemungkinan besar bukan disebabkan oleh penyakit saat
itu tetapi dari kontrak sebelumnya.
b) Elisa Salmonella typhi/paratyphi lgG dan lgM
Pemeriksaan ini merupakan uji imunologik yang lebih baru, yang
dianggap lebih sensitif dan spesifik dibandingkan uji Widal untuk mendeteksi
Demam Tifoid/ Paratifoid. Sebagai tes cepat (Rapid Test) hasilnya juga dapat
segera di ketahui. Diagnosis Demam Typhoid/ Paratyphoid dinyatakan 1/ bila
lgM positif menandakan infeksi akut; 2/ jika lgG positif menandakan pernah
kontak/ pernah terinfeksi/ reinfeksi/ daerah endemik.
4. Mikrobiologi
a) Kultur (Gall culture/ Biakan empedu)
Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan
Demam Typhoid/ paratyphoid. Interpretasi hasil : jika hasil positif maka
diagnosis pasti untuk Demam Tifoid/ Paratifoid. Sebalikanya jika hasil negatif,
belum tentu bukan Demam Tifoid/ Paratifoid, karena hasil biakan negatif palsu
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain jumlah darah terlalu
sedikit kurang dari 2mL), darah tidak segera dimasukan ke dalam medial Gall
(darah dibiarkan membeku dalam spuit sehingga kuman terperangkap di dalam
bekuan), saat pengambilan darah masih dalam minggu- 1 sakit, sudah
mendapatkan terapi antibiotika, dan sudah mendapat vaksinasi.Kekurangan uji
ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui karena perlu waktu untuk
pertumbuhan kuman (biasanya positif antara 2-7 hari, bila belum ada
pertumbuhan koloni ditunggu sampai 7 hari). Pilihan bahan spesimen yang
digunakan pada awal sakit adalah darah, kemudian untuk stadium lanjut/
carrier digunakan urin dan tinja.
5. Biologi molekular.
a) PCR (Polymerase Chain Reaction)

Metode ini mulai banyak dipergunakan. Pada cara ini di lakukan perbanyakan
DNA kuman yang kemudian diindentifikasi dengan DNA probe yang spesifik.
Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit
(sensitifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Spesimen yang
digunakan dapat berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi.

2.9.Konsep Hospitalisasi Pada anak


Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak yaitu marah, cemas, sedih,
takut dan bersalah

(Wong, 2008).

Menurut Supartini (2004), perawatan anak di rumah sakit memaksa


anak untuk berpisah dari lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan
terutama kelompok sosialnya dan nienimbulkan kecemasan. Kehilangan
kontrol juga terjadi akibat dirawat di rumah sakit karena adanya pembatasan
aktivitas. Kehilangan kontrol tersebut berdampak pada perubahan peran dan
keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan
kegiatan bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan adanya
kelemahan fisik. Reaksi terhadap perlukaan atau nyeri akan ditunjukan dengan
ekspresi, baik secara verbal maupun nonverbal karena anak sudah mampu
inengkomunikasikannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol
perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan/atau menggigit
dan memegang sesuatu dengan erat.

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1.Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan
diagnosa medik.
2. Keluhan utama
Keluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam yang tidak turunturun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta
penurunan kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke
dalam tubuh.
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam thypoid.
5. Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
6. Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan
muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak
makan sama sekali.
b) Pola eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring
lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya
warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam thypoid
terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar
dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
c) Pola aktivitas dan latihan

10

Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak
terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
d) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
e) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit
anaknya.
f) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan
umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham
pada klien.
g) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di
rumah sakit dan klien harus bed rest total.
h) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas
7. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 410C, muka
kemerahan.
b) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
8. Review Of Sistem
a) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan
gambaran seperti bronchitis.
b) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
c) Sistem integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak
kusam

11

d) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas),
mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak
enak, peristaltik usus meningkat.
e) Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
f) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi
lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut
kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
3.2.Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi (00007)
Domain 11 : Keamanan/Perlindungan
Kelas 6 : Termoregulasi
2) Kekurangan Volume Cairan (00027)
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 5 : Hidrasi
3) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh. (00002)
Domain : 2. Nutrisi
Kelas : 1. Makan
4) Nyeri Akut (000132)
Domain 12: Kenyamanan
Kelas 1: Kenyamanan Fisik
5) Keletihan (0093)
Domain 4: Aktifitas / istrahat
Kelas 3: Keseimbangan energi

12

3.1.Rencana Asuhan Keperawatan


No
1

Diagnose Keperawatan

NOC

Hipertermi (00007)
Domain 11

NIC

NOC
:

Rasional

Observasi

Termoregulation

1. Monitor

Keamanan/Perlindungan
Kelas 6 : Termoregulasi

Tujuan

Definisi :

Setelah dilakukan tindakan

Observasi
secara

1. Untuk

mengetahui

periodik warna dan

adanya

suhu kulit

warna dan suhu pada

2. Monitor

secara

perubahan

klien

Peningkatan suhu tubuh diatas keperawatan selama ...x24

periodik intake dan 2.

Untuk

rentang normal

jam

output

keseimbangan

Batasan karakteristik :

teratasi

masalah

hipertermi

3. Monitor

1. Konvulsi
2. Kulit kemerahan
3. Peningkatan suhu tubuh diatas

periodik
Kriteria hasil :
-

kisaran normal
4. Kejang
5. Takikardi

Suhu

tubuh

dalam

4. Pahami

tekanan 3.

rentang normal

5. Indentifikasi
kecemasan

6. Takipnea

Agar
darah,nadi,

prespektif

pasien terhadap stress

Nadi dan RR dalam

intake

dan output

darah,nadi, dan RR

rentang normal
-

secara

mengetahui

tingkat

tekanan
dan

RR

klien

dapat

dipertahankan

dalam

rentang normal
4.

Untuk

mengetahui

tingkat stress klien

13

7. Kulit terasa hangat

Tidak

ada

perubahan Mandiri

Faktor faktor yang

warna kulit dan tidak ada

berhubungan :

pusing

5.

6. Kompres hangat pada


lipatan

1. Penurunan respirasI

paha

dan

Untuk

mengetahui

tingkat

kecemasan

pasien

aksila klien

2. Dehidrasi

7. Anjurkan

asupan Mandiri

3. Penyakit

cairan oral sedikitnya

4. Peningkatan laju metabolisme

2 liter sehari.
pasien

menggunakn

teknik

relaksasi.

mencegah

dehidrasi pada klien.


8. Untuk

mengurangi

rasa ketidaknyamanan

situasi

klien

menimbulkan

9. Agar

kecemasan.
10. Dorong pasien untuk
mengungkapkan

14

7. Untuk

pasien

mengenal
yang

mengurangi

demam

8. Instruksikan

9. Bantu

6. Untuk

dapat

mengurangi

tingkat

kecemasan klien
10. Untuk

mengetahui

perasaan, ketakutan,

tingkat

keberhasilan

presepsi

terapi

keperawatan

11. Anjurkan klien untuk


menggunakan

klien.

pakaian yang mudah


menyerap keringat

Health Education
12. Ajarkan

dan
terapi

mengurangi

ketidaknyamanan klien

12. Agar

klien

bisa

Jelaskan

terjadi demam

semua

prosedur

dan

apa

yang

dirasakan

13. Instruksikan

pasien

menggunakn

teknik

relaksasi

secara

mandiri

dan

keluarga tindakan yang

nonfarmakologi.

selama prosedur.

15

11. Untuk

Health Education

klien

keluarga

yang diberikan kepada

dilakukan

13. Agar

klien

saat

kapat

mengatasi
ketidaknyamanan
secara mandiri
Kolaborasi
14. Untuk

menurunkan

demam pada klien

15. Untuk

Kolaborasi
14. Berikan
antipiretic

obat

mengurangi

kecemasan.

sesuai

anjuran ketika suhu


badan tidak menurun
selama beberapa jam.
15. Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
2

Kekurangan

Volume

Cairan NOC

Observasi

Observasi

(00027)

Keseimbangan elektrolit

1. Pantau warna, jumlah

Domain 2 : Nutrisi

Keseimbangan cairan

dan

Kelas 5 : Hidrasi

Hidrasi

kehilangan cairan.

frekuensi

2. Pantau perdarahan
Definisi :

3. Identifikasi

Tujuan

factor

1. Untuk
warna
frekuensi

mengetahui
dan

jumlah

pada

saat

kehilangan cairan
2. Untuk

mencegah

Penurunan cairan intravaskuler, Setelah dilakukan tindakan

pengaruh

terhadap

perdarahan dan untuk

interstisial, atau intrasel. Diagnosis keperawatan x 24 jam

bertambah buruknya

mengatasi banyaknya

ini merujuk pada dehidrasi yang masalah kekurangan volume

dehidrasi.

cairan yang hilang

cairan teratasi

16

merupakan kehilangan cairan saja Kriteria Hasil


tanpa perubahan kadar natrium.

Kekurangan

volume

cairan akan teratasi.

Batasan Karakteristik
a. Subjetif :

1. Haus
b. Objektif :

bertambahnya

6. Manajemen

asam

basa

akan

hipovolemik

dehidrasi

Mandiri

7. Terapi intravena

4. Meningkatkan

membrane

keseimbangan

8. Anjurkan

4. Kelemahan
Faktor yang berhubungan
cairan

asam

basa dan mencegah

Health Education :

3. Suhu tubuh meningkat

volume

mengatasi

penyebab

basa

dan

mukosa kering

1. Kehilangan

asam

5. Manajemen elektrolit

dicapai.

dan

4. Manajemen

Keseimbangan elektrolit

1. Penurunan haluaran urin


2. Kulit

3. Untuk

Mandiri

pasien

komplikasi

akibat

untuk

ketidakseimbangan

menginformasikan

asam basa

perawat bila haus

aktif

5.

Meningkatkan
keseimbangan

Kolaborasi :
9. Kolaborasikan
pemberian cairan IV

elektrolit

dan

mencegah komplikasi
akibat

dari

kadar

elektrolit tidak normal

17

6.

Mengembangkan
volume

cairan

intravaskuler

pada

pasien dehidrasi
7.

Pemberian cairan dan


intravena

Agar

dehidrasi dapat teratasi

Health Education
8. Untuk

meningkatkan

pengetahuan

pasien

agar dapat mencegah


terjadinya dehidrasi

Kolaborasi
9. Agar cairan pada tubuh
pasien dapat terpenuhi
dengan baik

18

Ketidakseimbangan

nutrisi

: NOC

kurang dari kebutuhan tubuh. -

(00002)
Domain : 2 Nutrisi
Kelas : 1 Makan

Definisi :

Observasi

Status nutrisi

1. Kaji

dan

and fluid intake

derajat

menelan

Nutritional

status

kesulitan

menelan

2. Untuk

nutrient intake

2. Monitor pertumbuhan

Weight contro

dan perkembangan
3. Monitor

kalori

dan

intake nutrisi

Tujuan

keperawatan

pucat,

1. Berat badan 20 % atau lebih masalah Ketidakseimbangan

kekeringan

pada

kebutuhan

kurang
tubuh

konjungtiva

dapat 5. Monitor

teratasi

rambut

3. Kelemahan otot untuk menelan

kekeringan
kusam,

dan

7. Monitor

makanan

adanya

penurunan berat badan

19

dan

perkembangan

tingkat

mengetahui
kalori

dan

intake nutrisi.
4. Untuk

mengetahui
pada

konjungtiva.
5. Untuk
tingkat

6. Monitor turgor kulit


memakan

tidaknya

perubahan

mudah patah

4. Kerapuhan kapiler
5. Ketidakmampuan

dari

normal

3. Untuk

dan

dibawah rentang berat badan nutrisi

...x24

mengetahui

pertumbuhan

kemerahan,

2. Kehilangan rambut berlebihan

kesulitan

tingkat

jam

ideal

mengetahui

dokumentasikan

Setelah dilakukan intervensi 4. Monitor


Batasan Karakteristik :

1. Untuk

Nutritional status : food

Asupan nutrisi tidak cukup untuk


memenuhi kebutuhan metabolik.

Observasi

mengetahui
nutrisi

pada

rambut
6. Untuk

mengetahui

kualitas dari kulit

6. Kurang minat pada makanan

Kriteria Hasil

7. Membran mukosa pucat

8. Monitor

tipe

dan

7. Untuk

mengetahui

Adanya peningkatan berat

jumlah aktivitas yang

terpenuhi

8. Nyeri abdomen

badan

biasa di lakukan

nutrisi pada tubuh

9. Penurunan berat badan dengan

tujuan

asupan makanan adekuat

Faktor yang berhubugan :

1. Faktor biologis
2. Faktor ekonomi

3. Gangguan psikososial

sesuai

dengan

9. Pantau

masukan

tidaknya

8. Untuk

mengetahui

Berat badan ideal sesuai

makanan setiap hari

penurunan berat badan

dengan tinggi badan

dan

akibat aktifitas

Mampu mengidentifikasi

badan setiap hari serta

kebutuhan nutrisi

laporkan

Tidak

penurunan berat badan

ada

tanda-tanda

timbang

berat

adanya

malnutrisi

9. Untuk

mengetahui

jumlah

asupan

makanan

dan

bertambah

4. Ketidakmampuan makan

Mandiri

5. Ketidakmampuan

10. Dorong

mencerna

makanan

berat badan.
klien

makan

6. Kurang asupan makanan

untuk
dan Mandiri

meningkatkan jumlah
makanan
11. Beri

makan

lunak

tinggi

kalori

yang mudah dicerna

20

10. Untuk

menjaga

kebutuhan nutrisi agar

dengan menggunakan
makan

tidaknya

selalu terpenuhi
11. Untuk

memudahkan

tubuh klien agar lebih

12. Beri

atau

makanan

tawarkan

cepat

kesukaan

memproses makanan

klien
13. Ubah

dalam

12. Untuk menarik nafsu


posisi

pasien

semi fowler atau fowler


tinggi

untuk

memudahkan menelan

makan dari klien


13. Untuk

menghindari

ketidakefektifan pasien
dalam menelan

Health Education

Health Education

14. Anjurkan

keluarga

14. Agar kebutuhan nutrisi

untuk

membuat

klien dapat dipenuhi

makanan

kesukaan

oleh keluarga

klien
Kolaborasi
15. Agar terpenuhinya diet

Kolaborasi
15. Konsultasikan dengan
ahli

gizi

untuk

memberikan diet tinggi

21

yang
kalori,
vitamin.

tinggi
protein

akan
dan

kalori,

protein

dan

vitamin

16. Hal

ini

akan

menyebabkan

16. Pemberian
suplementasi

penurunan
iodium

melalui mulut

ukuran

gondok, tetapi tidak


benar benar mengatasi

17. Persiapkan operasi bila


diperlukan

gondoknya.
17. Agar

pasien dapat

menelan

dengan

normal kembali
4

Nyeri Akut (000132)

NOC

Observasi

Domain 12: Kenyamanan

Pain Level

1. Kaji

Kelas 1: Kenyamanan Fisik

Pain Control

komprehensif,

Comfort Level

termasuk

lokasi, 2. Untuk

Definisi :

karakteristik,

durasi,

Pengalaman sensori dan emosional Tujuan

frekuensi, kualitas, dan

memperngaruhi respon

yang tidak menyenangkan yang Setelah dilakukan intervensi

faktor presipitasi.

nyeri

muncul akibat kerusakan jaringan keperawatan

...x24

jam 2. Kaji

Observasi
nyeri

kultur

secara 1. Untuk mengetahui nyeri


yang dirasakan pasien

yang 3. Agar

yang aktual atau potensial atau masalah nyeri akut dapat

mempengaruhi respon

digambarkan dalam hal kerusakan teratasi

nyeri

22

kultur

mengetahui
yang

mengetahui

kualitas nyeri pasien

sedemikian rupa: awitan yang tiba- Kriteria Hasil:

3. Monitor kualitas dari 4. Untuk mengetahui hasil

tiba atau lambat dari intensitas 1. Mampu mengontrol nyeri

nyeri

dari

TD,

nadi,

RR

ringan hingga berat dengan akhir 2. Melaporkan bahwa nyeri 4. Monitor TD, nadi, RR

sebelum, selama dan

yang

setelah aktivitas

dapat

diantisipasi

atau

berkurang

dengan

diprediksi dan berlangsung kurang

menggunakan manajemen

dari 6 bulan

nyeri

setelah aktivitas

5. Untuk

5. Monitor adanya pulsus

3. Mampu mengenali nyeri

paradoksus

mencegah

denyut yang melemah


saat inspirasi

4. Menyatakan rasa nyaman 6. Monitor adanya pulsus 6. Untuk

Batasan Karakteristik:
1. Perubahan selera makan

setelah nyeri berkurang

2. Perubahan tekanan darah

irama pernapasan

5. Laporan isyarat

9. Monitor

6. Diaforesis

Penurunan SVR

Dispneu

Peningkatan PVR

pola

pernapasan abnormal

7. Perilaku distraksi:

10. Monitor suhu, warna


dan kelembaban kulit
11. Monitor
perifer

23

denyut pasien
7. Aritmia atau takikardi

8. Monitor frekuensi dan

pernapasan

mencegah

ketidaknormalan

irama jantung

frekuensi

anterans
7. Monitor jumlah dan

3. Perubahan frekuensi jantung


4. Perubahan

sebelum, selama, dan

kemungkinan

dapat

menyebabkan

nyeri

akut
8. Nyeri

akut

membuat

dapat
status

pernapasan berubah

sianosis 9. Nyeri

akut

dapat

menyebabkan

pola

Peningkatan SVR

Mandiri

Poliguria

12. Gunakan

Pengisian

kapiler

pernapasan
tekhnik

menjadi

abnormal

komunikasi terapeutik 10. Suhu dan warna kulit

memanjang

untuk

Perubahan warna kulit

pengalaman

Variasi pada pembacaan

pasien

tekanan darah

mengetahui

pengalaman

nyeri masa lampau


14. Bantu

menandakan

bahwa

pasien

daerah tersebut
11. Adanya sianosis perifer

Batuk

Penurunan indeks jantung

keluarga untuk mencari

seseorang

Penurunan fraksi ejeksi

dan

nyeri

Ortopneu

dukungan

Dispneu

paroksismal

dapat

terjadi inflamasi pada

13. Evaluasi

8. Perubahan kontraktilitas:

nyeri

mungkin

15. Kontrol

dan

menemukan

dapat

menyebabkan
mengalami

lingkungan Mandiri

nokturnal

yang

dapat 12. Agar

Penurunan LVSWI

mempengaruhi

nyeri

Penurunan SVI

seperti suhu ruangan,

mengungkapkan

Bunyi S3

pencahayaan

masalah kesehatannya

Bunyi S4

kebisingan

9. Perilaku/Emosi

24

dan

pasien

terbyka

dapat
dalam

Ansietas, Gelisah

16. Auskultasi TD pada 13. Agar


kedua

lengan

dan

bandingkan

Faktor yang berhubungan:


1. Perubahan afterload

17. Identifikasi

mengetahui

pengalaman

nyeri

pasien dimasa lampau


penyebab 14. Dukungan

dapat

2. Perubahan frekuensi jantung

dari perubahan vital

membuat nyeri pasien

3. Perubahan irama jantung

sign

berkurang

4. Perubahan kontraktilitas

15. Suhu

5. Perubahan preload

Health Education

6. Perubahan volume sekuncup

18. Instruksikan

yang

panas

dapat

terlalu
pasien

untuk

membuat pasien merasa


tidak nyaman

menginformasikan

16. Jika TD dikedua lengan

kepada perawat jika

berbeda,

peredaan nyeri tidak

disebabkan

karena

dapat tercapai

kontribusi

darah

19. Informasikan

hal

itu

kepada

dikedua lengan berbeda.

pasien tentang prosedur

Hal ini mungkin dapat

yang

dapat

menyebabkan nyeri

meningkatkan

nyeri

dan tawarkan strategi

25

ruangan

koping

yang 17. Perubahan vital sign

ditawarkan

dapat

20. Berikan

informasi

menyebabkan

nyeri akut

tentang nyeri
21. Ajarkan

penggunaan Health Education

teknik

non 18. Agar

farmakologis

perawat

membantu

dapat
dalam

mengurangi nyerinya
Kolaborasi
22. Berikan obat analgetik

19. Hal ini berguna agar


pasien

dapat

menghindari
faktoryang

faktordapat

menimbulkan nyeri
20. Agar

pasien

dapat

menghindari penyebab
nyeri
21. Untuk

menghindari

penggunaan

26

teknik

farmakologi

yang

berlebih

Kolaborasi
22. Untuk

mengurangi

nyeri pada pasien


5

Keletihan (0093)

NOC :

Observasi

Domain 4: Aktifitas / istrahat

Endurace

1. Observasi

Kelas 3: Keseimbangan energi

Concentration

periodik

Energy conservation

pembatasan

Nutritional status : energy

dalam

Definisi :
Rasa letih luar biasa dan penurunan

Observasi
secra 1. Membuat klien tidak
adanya

klien 2. Memberikan
melakukan

aktivitas

kapasitas kerja fisik dan jiwa ada Tujuan

cepat letih

dalam

batasan
melakukan

aktivitas

2. Kaji secara periodik 3. Memenuhi nutrisi agar

tingkat yang biasanya secara terus Setelah dilakukan tindakan

adanya

menerus

kepeawatan selama ...x24 jam

menyebabkan

Batasan karakteristik

masalah

kelelahan.

1. Gangguan konsentrasi

teratasi

keletihan

dapat

3. Monitor

faktor

yang

sumber
terpenuhi

4. Tekanan darah normal


nutrisi

dan 5. Pasien

2. Penurunan performa

sumber energy yang

tidur

3. Kurang minat terhadap sekitar

adekuat secara periodik

keletihan

27

energy

yang

kurang

menyebabkan

4. Mengantuk
5. Peningkatan keluhan fisik
6. Peningkatan

kebutuhan

istrahat
7. Kurang energi

periodik

peningkatkan energy

kardiovaskuler

dan merasa lebih baik

terhadap aktivitas

Menjelaskan
penggunaan

9. Persepsi membutuhkan energi

untuk

untuk

secara Mandiri

Memverbalisasikan

8. Letargi, lesu

tambahan

4. Monitor

Kriteria Hasil

respon 6. Mengetahui

5. Monitor
energy

mengatasi

kelelahan

penyebab

pasien letih
7. Memudahkan

secara

pasien

dalam beraktivitas

periodik pola tidur dan


lamanya tidur/istrahat Health Education
pasien

8. Agar

orang

terdekat

menyelesaikan tugas rutin

Kecemasan menurun

mengetahui tanda dan

10. Mengatakan kurang energi

Glukosa darah adekuat Mandiri

gejala keletihan

Kualitas

yang luar biasa


11. Mengatakan kurang energi
yang tidak kunjung redah
12. Mengatakan perasaan lelah
13. Merasa bersalah karena tidak
dapat menjalankan tanggung

hidup 6. Dukung

pasien

dan 9. Dapat

meningkat

keluarga

Istirahat cukup

mengungkapkan

Mempertahankan

perasaan berhubungan Kolaborasi

kemampunan

dengan

untuk

berkonsentrasi

jawab

28

untuk

memenegeman

waktu aktivitas klien

perubahan 10. Mengetahui

hidup yang disebabkan

makanan

keletihan

untuk klien.

asupan
yang

baik

14. Mengatakan

tidak

mempertahankan

mampu

7. Bantu aktivitas sehari-

aktivitas

hari

fisik pada tingkat biasanya


15. Mengatakan

tidak

mempertahankan

mampu
rutinitas

Health Education
8. Ajarkan

tidak

dengan

kebutuhan.

yang biasanya
16. Mengatakan

sesuai

mampu

pasien

orang

dan

terdekatnya

memulihkan energi, setelah

untuk mengenali tanda

tidur sekalipun.

dan gejala keletihan


yang

pengurangan aktivitas.

Faktor yang berhubungan


1. Psikologis
-

9. Ajarkan
management

Ansietas, depresi

untuk

2. Fisiologis
-

Anemia, status penyakit

Peningkatan kelemahan

membutuhkan

teknik
waktu
mencegah

keletihan

fisik

Kolaborasi :

Malnutrisi, kondisi fisik

10. Konsultasi dengan ahli


gizi

buruk

29

untuk

3. Lingkungan
-

Kelembapan,

meningkatkan asupaan
makanan

suhu,

berenergi tinggi

cahaya, kebisingan

30

yang

BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa demam thypoid
adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman salmonela typhosa
yang ditandai dengan demam 1 minggu. Penyakit ini dapat ditularkan melalui
makanan, kuku, lalat, feses, mulut, atau minuman yang terkontaminasi oleh
kuman Salmonella thypii.
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala mrnyerupai penyakit
infeksi akut pada umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual,
muntah, diare, serta suhu badan yang meningkat terutama malam hari.
Komplikasi biasanya terjadi pada peradangan usus halus,namun hal
tersebut jarang terjadi. Komplikasi pada usus halus ini dapat berupa pendarahan
usus, perforasi yang tidak disertai peritonitis, peritonitis, komplikasi diluar
usus.
Dalam penatalaksanaan medis yang dapat kita lakukan yaitu dengan
cara perawatan, terapi obat-obatan dan diet atau makanan.
4.2.Saran
Setelah mengetahui kesimpulan dari asuhan keperawatan penyakit
typoid pada anak maka kami menyarankan pencegahan dan penanganan pada
typoid pada anak sebagai berikut :
1) Usaha untuk lingkungan hidup yang sehat
2) Pengawasan terhadap rumah, makanan dan penjual makanan
3) Usaha terhadap manusia
4) Memberikan pendidikan kesehatan
5) Segera melakukan tindakan keperawatan

31

Vous aimerez peut-être aussi