pesawat dan korban AirAsia QZ8501 telah memasuki hari kesebelas. Satu per satu jenazah terus ditemukan oleh tim pencari
gabungan. Hingga hari ini,
Rabu (7/1/2014) sore, ada 40 jenazah yang telah ditemukan. Sebanyak 39 jenazah sudah diterbangkan menuju Bandara Juanda Surabaya untuk diidentifikasi Tim Disaster Victim Identification (DVI). 39 jenazah tersebut pernah singgah di RSUD Sultan Imanuddin, Pangkalan Bun untuk dimasukan ke dalam peti jenazah. Kasubid Dokpol Polda Kalimantan Barat Kompol Edi Hasibuan adalah salah satu anggota forensik yang menangani jenazah korban AirAsia QZ8501 di RSUD Sultan Imanuddin. Setiap harinya, Edi selalu menggunakan peralatan 'tempur' seperti body protector, sarung tangan, penutup kepala dan sepatu boot saat menangani jenazah korban di ruang forensik. Tak mudah menjadi seorang dokter forensik yang menangani korban kecelakaan. Selain harus bekerja penuh keberanian, rasa iba pun muncul saat menangani jenazah korban AirAsia yang jatuh di Selat Karimata tersebut.
"Saya itu karena membungkus mayat itu memang kerjaan saya,
perasaan itu ya memang namanya iba itu pasti ada, ini bencana kan. Jangankan saya seluruh negeri ini kan berduka," kata Edi saat berbincang dengan Metrotvnews.com di Pangkalan Udara Iskandar, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Rabu (7/1/2015). Edi bercerita, tim DVI akan melakukan penanganan secara teliti kepada setiap jenazah yang masuk ke dalam ruangan forensik. Tak jarang, satu jenazah ditangani dalam waktu yang lama karena tim meneliti dengan serius, membolak balik jenazah untuk melihat hal kecil yang dianggap penting. Tim juga akan melihat barang-barang bawaan yang biasanya dibawa manusia. Seperti dompet. Temuan akan terlebih dahulu didokumentasikan dan kemudian akan dikembalikan untuk bukti identifikasi. Terkadang, jenazah yang ditemukan tak lagi utuh. Beberapa bagian penting seperti jari terkadang juga sudah mengalami kerusakan. Sehingga dibutuhkan perlakuan khusus untuk menjaga agar tetap utuh saat jenazah diserahkan kepada keluarga. "Sidik jari, biasanya jari itu kita balut dengan plastik, kita bungkus jarinya," tambah Edi. Untuk mencegah bau tak sedap dan kerusakan jenazah semakin parah, jenazah pun dibungkus dengan lapisan plastik. Untuk satu jenazah, diperlukan tiga hingga empat lapisan plastik. "Kemungkinan plastik untuk pembungkus ada tiga, rata rata ada empat. Dalam petinya ada lagi plastik," tambah dia. Penggunaan plastik yang banyak dikatakannya memang sudah menjadi standar penerbangan jenazah. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi bau tak sedap yang bisa mengganggu pilot saat menerbangkan pesawat. Selain itu, pembungkusan dengan plastik juga untuk mencegah tetesan air jenazah di dalam pesawat.
Edi mengatakan, tugas akhir tim DVI selesai sampai tahap
pembungkusan jenazah. Tugas selanjutnya diserahkan kepada tim khusus yang dibentuk rumah sakit untuk memasukkan ke dalam peti jenazah dan membersihkan ruangan forensik.
"Mereka juga melakukan kegiatan membersihkan dengan pakaian