Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Menurut
Departement Kesehatan RI 1988).Seperti yang telah di jelaskan tentang
pengertian keluarga di atas, di dalam sebuah keluarga bukan saja terdapat
orang dewasa tetapi ada juga anak-anak. Berbicara tentang keluarga
terdapat berbagai masalah atau penyakit salah satunya adalah penyakit DM.
DM adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan
insulin baik absolute maupun relative (Waspadji dan Sukardji, 2004:2)
DM saat ini bukan hanya menyerang orang dewasa saja, tetapi sudah
menyerang anak-anak dan remaja. Ironisnya lagi DM pada anak sulit di
deteksi sejak dini bahkan sejak bayi sekalipun.DM pada anak dapat pula
menyebabkan kematian dan dapat juga mengganggu proses tumbuh
kembangnya. Anak yang terkena DM hendaknya menjalani terapi insulin dari
pada mengkonsumsi obat-obatan. Anak yang terkena diabetes ini juga perlu
di jaga pola makannya dan olahraga secara teratur.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
gangguan DM?
2. Bagaimana menegakkan diagnose keperawatan pada pasien dengan
gangguan DM?
3. Bagaimana menentukan intervensi yang tepat sesuai diagnose pada
pasien dengan gangguan DM?
4. Bagaimana mengimplementasikan intervensi keperawatan yang telah ada
sesuai diagnose pada pasien dengan gangguan DM?
5. Bagaimana melakukan evaluasi akhir askep pada pasien dengan
gangguan DM?
C. Tujuan
1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
gangguan DM
2. Mampu menegakkan diagnose keperawatan pada pasien dengan
gangguan DM
3. Mampu menentukan intervensi yang tepat sesuai diagnose pada pasien
dengan gangguan DM
4. Mampu mengimplementasikan intervensi keperawatan yang telah ada
sesuai diagnose pada pasien dengan gangguan DM
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KELUARGA
a. Pengertian
Keluarga adalah bagian dari manusia yang setiap hari selalu
berhubungan dengan kita.
Menurut Friedman (1998) keluarga adalah: kumpulan dua orang atau
lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan
individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga. Pakar Konseling keluarga dari Yogyakarta, Sayekti (1994)
keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup
bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah
sendirian atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal
dalam sebuah rumah tangga. Menurut UU No 10 Tahun 1992, tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera, keluarga adalah: unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari suami isteri atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya,
atau ibu dan anaknya.
b. Tipe Keluarga
1. Keluarga inti (Nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari
ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduannya.
2. Keluarga Besar (Extended family) adalah keluarga inti di tambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah.
c. Struktur Keluarga
1. Struktur peran keluarga menggambarkan peran masing-masing
anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan
masyarakat atau peran formal dan informal.
2. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang di
pelajari dan di yakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan
dengan kesehatan.
3. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan
B. Diabetes Melitus
a. Pengertian
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan
suddarth. 2001).
DM adalah ganggua metabolisme yang di tandai dengan hiperglikemia
yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak
dan protein yang di sebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
aktivitas insulin atau keduannya dengan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskuler, dan neuropati.
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative (Waspadji dan
sukardji, 2004 : 2).
b.
yaitu :
1.
Diabetes tipe 1
Diabets
tipe
ini
sering
disebut Insulin
Dependent
Diabetes
Etiologi
b. Autoimunitas
Autoimunitas adalah tubuh mengalami alergi terhadap salah satu
jaringan atau jenis selnya sendiri. Dalam kasus ini alergi yang ada
dalam pankreas. Oleh sebab itu, tubuh kehilangan kemampuan
untuk
membentuk
insulin
karena
sistem
kekebalan
tubuh
pankreas
tidak
dapat
memproduksi
insulinsecara
makanan
berlemak
dan
tidak
sehat
merupkan
Patofisiologi
cairan
dan
elektrolit
yang
berlebihan.
Keadaan
ini
dan
rasa
haus
(polidipsia),
keadaan
itu
menyebabkan
insulin
juga
metabolism
dapat
protein
menyebabkan
dan
lemak
kehilangan
yang
kalori,
menyebabkan
kebutuhan
tubuh,
gejala
lainnya
mencakup
kelelahan
dan
e.
ditunjukan meliputi:
Polidipsia (banyak minum)
Rasa haus dan ingin minum terus. Kadang hal ini sering ditafsirkan karena
udara yang panas dan banyak kerja berat, padahal tanda-tanda ini muncul
sebagai awal gejala penyakit DM
Polifagia (banyak makan)
Penderita sering makan (banyak makan) ini terjadi akibat kadar gula yang tinggi
namun
tidak
dapat
masuk
kedalam
seluntuk
digunakan
dalam
proses
metabolisme. Ketika kadar gula darah tidak dapat masuk kedalam sel, tubuh
berpikir belum mendapatkan asupan makanan sehingga mengirim sinyal lapar
untuk mendapatkan glukosa lebih banyak agar sel-sel dapat berfungsi
Poliuria (banyak kencing)
Gejala yang sering dirasakan penderita adalah sering kencing dengan volume
urine yang banyak kencing yang sering pada malam hari terkadang sangat
mengganggu penderita. Pada kondisi ini ginjal bekerja sangat aktif untuk
menyingkirkan kelebihan glukosa didalam darah.
Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan gejala awal
yang sering dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat capek kerap di rasakan.
b.
Kesemutan
Kulit terasa panas seperti tertusuk jarum, gatal dan kering
Rasa tebal di kulit
Kram
Mudah lelah dan marah
Mudah ngantuk
Mata kabur
Gatal di sekitar kemaluan (keputihan)
Seksual menurun
Pada ibu hamil mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan
atau dengan bayi BB lahir lebih dari 4 kg.
f. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes kadar gula darah
Ukuran kadar gula didalam darah harus disesuaikan. Berikut ini kadar gula
dalam darah setelah puasa.
i.
ii.
Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 100 sampai 126 mg/dl.
iii.
Kadar gula darah orang yang menderita diabetes adalah lebih dari 126
mg/dl.
ii.
Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 140 sampai 200 mg/dl
iii.
Kadar gula darah bagi penderita diabetes adalah lebih dari 200
mg/dl(Fauzi, 2014 : 77-78).
Persiapan Pasien: Sama dengan persiapan pasien pada tes glukosa darah
puasa. Glukosa Negatif: bukan DM bila hasil tes urin berwarna biru
hasil
pemeriksaan
gula
darah
mandiri
sebagai
dasar
untuk
tinggi kadar HBa1C maka akan semakin tinggi pula resiko timbulnya
komplikasi, demikian pula sebaliknya (Ernawati 2013 : 85-86).
g.
Komplikasi
a) Komplikasi Akut
Gangguan keseimbangan kadar gula darah dalam jangka waktu pendek
meliputi hipoglikemia, ketoasidosis diabetic dan syndrome HHNK (Koma
Hiperglikemik
Hiperosmolar
Nonketokik)
atau
Hiperosmolar
Nonketokik
Hipoglikemia
Komplikasi hipoglikemia merupakan keadaan gawat darurat yang dapat
terjadi pada perjalanan penyakit DM. Hipoglikemia merupakan keadaan dimana
kadar gula darah abnormal yang rendah yaitu dibawah 50 hingga 60 mg/d.
lGlukosa merupakan bahan bakar utama untuk melakukan metabolisme di otak.
Sehingga kadar glukosa darah harus selalu dipertahankan diatas kadar kritis,
yang merpakan salah satu fungsi penting system pengatur glukosa darah. Bila
glukosa darah turun terlalu rendah dalam batas 20-50 mg/100ml lebih dari
beberapa menit, timbul gejala syok hipopolemik, ditandai oleh iritabilitas
progresif yang menyebabkan pingsan, kejang dan koma.
ii.
Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosi
Diabetik
(KAD)
adalah
keadaan
dekompensasi
kekacauan
metabolic yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama
disebabkan oleh defisensi insulin absolute atau relative. Keadaan komplikasi akut
ini memerlukan penanganan yang tepat karena merupakan ancaman kematian
bagi diabetes.
iii.
disertai
hiperamilinemia,
dengan
hipertensi,
disliedemia,
resistensi
gangguan
insulin,
system
hiperinsulinemia,
koagulasi
dan
hiperhomosisteinimia.
b) Penyakit serebrovaskuler
Penyakit serebrovaskuler pasin DM memiliki kesamaan dengan pasien non DM,
namun pasien DM memilki kemungkinan dua kali lipat mengalami penyakit
kardiovaskuler.
Pasien
yang
mengalami
perubahan
aterosklerotik
dalam
Pasien DM beresiko mengalami penyakit oklusif arteri perifer dua hingga tiga kali
lipat dibandingkan pasien non-DM. Hal ini disebabkan pasien DM cenderung
mengalami perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada
ekstermitas bawah. Pasien dengan gangguan pada vaskuler perifer akan
mengalami berkurangnya denyut nadi perifer dan kaludikasio intermiten (nyeri
pada pantat atau betis ketika berjalan). Penyakit oklusif arteri yang parah pada
ekstermitas bawah merupakan penyebab utama terjadinya ganggren yang
berakibat amputasi pada pasien DM.
2) Komplikasi mikrovaskuler
a) Retinopati diabetik
Hiperglikemia yang berlangsung lama merupakan factor resiko utama terjadinya
retinopati diabetik.
b) Nefropati diabetik
Nefropati diabetik merupakan sindrom klinis pada pasien DM yang ditandai
dengan albuminuria menetap (<33 mg/24 jam) pada minimal 2 kali pemeriksaan
dalam
waktu
tiga
hingga
enam
bulan.
Penyandang
DM
tipe
1 sering
c) Neuropati Diabetik
Menunjukan adanya gangguan klinis maupun subklinis yang terjadi pada
penderita DM tanpa penyebab neuropati perifer yang lain. (Ernawati, 2013 :106120)
h.
Penatalaksanaan
pengelolaan
diabetes
tersebut
dapat
dicapai
dengan
senantiasa
a.
Penyuluhan (edukasi)
Edukasi merupakan bagian integral asuhan keperawatan diabetes. Edukasi diabetes
adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan keterampilan dalam
masyrakat
beresiko
tinggi
dan
pihak-pihak
perencana
kebijakan
kesehatan.
Diantara materi edukasi, yang perludiberikan pada pasien diabetes paling tidak
adalah sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
Obat-obat hipoglikemik
6)
Komplikasi diabetes
7)
8)
Pemeliharaan kaki.
b.
Perencanaan makan DM
Tujuan perencanaan makan dalam pengelolaan diabetes adalah sebagai berikut
(Waspadji dan sukardji, 2004 : 6) :
1)
2)
Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu hamil
dan janinnya.
3)
1)
2)
3)
4)
5)
Gemuk
: >120 %
IMT yang dihubungkan dengan resiko paling rendah terhadap kesehatan adalah
22-25
b)
c)
2)
mg / hr untuk
membantu mengurangi faktor resiko, seperti kenaikan kadar kolesterol serum yang
berhubungan dengan proses terjadinya penyakit koroner yang menyebabkan
kematian pada penderita diabetes
Protein
Makanan sumber protein nabati (misal : kacang-kacangan dan biji-bijian yang utuh)
dapat membantu mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh.
Serat
Terdapat pda tumbuh-tumbuhan, biji-bijian dan buah-buahan dan secara fisis dapat
dijumpai dalam dua bentuk yaitu yang larut dan ada yang tidak larut.
3)
c.
Latihan jasmani
Menurut Waspadji dan sukardji (2004) , dalam pengelolaan diabetes, latihan
jasmani yang teratur memegang peran penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat
latihan jasmani yang teratur pada diabetes antara lain adalah
1)
Memperbaiki metabolisme
2)
3)
Membantu menurunkan BB
4)
5)
Continuous
Rytmical
Misalnya jalan kaki, jogging, berlari, berenang, bersepeda, mendayung, main golf,
tenis atau badminton tidak memenuhi syarat karena boleh berhenti.
3)
Interval
Misalnya jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan.
4)
Progressive
Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan hingga
sedang.
5)
Endurence
Seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda (Ernawati, 2013 :52)
d.
Obat Hipoglikemik
Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur; namun
pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat
hipoglikemik baik oral maupun insulin. Obat hipoglikemk oral (OHO) tidak dianjurkan
pada DM dengan gangguan hati dan ginjal, dapat dijumpai dalam bentuk golongan :
1.
Golongan sulfonilurea
Diberikan pada DM tipe 2 yang tidak gemuk, mempunyai efek utama meningkatkan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Oleh sebab itu sulfonilurea merupakan pilihan
utama pada pasien dengan BB normal atau kurang. Untuk mengurangi resiko
hipoglikemik yang berkepanjangan, pada pasien diabetes usia lanjut, obat golonga
sulfonilurea yang waktu kerjanya panjang (klorpropamid, glibenklamid) sebaiknya
dihindari.
2.
4.
Insulin
Dberikan pada DM tipe 21, ketoasidosis/ koma hiperosmolar, stress berat berat
badan menurun cepat, DM hami, gagal/ kontraindikasi dengan OHO. Cara kerja
utama insulin yaitu menurunkan produk glukosa hati dan menaikan pemakaian
glukosa agar BB naik dan terjadi penurunan kadar glukosa didalam darah (Waspadji
dan sukardji, Jakarta 2004 : 7-8)
B.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN KELUARGA
I. Data Umum
1. Nama KK
: Tn. S
2.
3.
Umur
Alamat
: 60 Tahun
: Gemarang barat, Watualang, Ngawi
4.
5.
Pekerjaan
Pendidikan
: Tani
: SD
6.
Komposisi keluarga
No
Nama
Umur
L/P
Hub.
Pendidika
keluarga
Pekerjaan
Riw.
kesehatan
1.
Tn. S
62
KK
SD
Tani
Hipertensi
2.
Ny. S
57
Istri
SD
DM
Genogram
Tn. SD
Tn. SY
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: penderita Diabetes Melitus
: menikah
: tinggal serumah
7.
Tipe keluarga
8.
9.
Suku Bangsa
Agama
: Keluarga inti
: Jawa
: Islam
II.
1.
2.
lanjut dalam keluarga dengan penyakit kronis pada istrinya (Ny.S) yaitu Diabetes Militus.
3. Riwayat keluarga
Riwayat kesehatan keluarga :
a. Keluarga Tn. S dan Ny. S, tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan.
b.
c.
4.
III.
1.
Septik Tank
Denah rumah
a.
b.
c.
d.
Atap rumah
Ventilasi
: genteng
: cukup.
e.
f.
Cahaya
Penerangan
: cukup
: cukup
g.
h.
Lantai
: Bata / tanah
Saluran limbah : dibuang kebelakang rumah.
i.
2.
Jamban
: jenis kloset angsatrin
Karakteristik tetangga dan keluarga
Interaksi tetangga dengan keluarga Tn. S cukup harmonis, dibuktikan Tn. S rajin mengikuti
pertemuan rutin warga. Tn S dan Ny. S rajin mengikuti Posyandu Lansia.
3.
4.
5.
IV.
1.
2.
V.
1.
Anggota keluarga satu dengan yang lain saling membantu dan mendukung
Ny. S jarang melakukan kontrol terhadap kadar gula darah karena kurang mempunyai biaya.
Fungsi Keluarga
Fungsi afektif
b.
Keluarga Tn. S kurang cepat dalam mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan karena sangat
tergantung pada kondisi keuangan.
c.
Keluarga Tn. S belum tahu cara merawat penyakit Diabetes Melitus terutama untuk masalah diet,
kurang teratur dalam berobat dan tidak teratur kontrol gula darah.
d.
Keluarga Tn. S belum mampu memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat terutama
untuk ventilasi kurang dan lantai masih dari tanah, karena terbentur masalah biaya.
e.
4.
VI.
1.
Kebutuhan ekonomi dicukupi lewat penghasilan Tn. S kadang kadang dibantu oleh anaknya Tn. S,
terutama untuk membeli obat Diabetes Melitus.
Stress dan koping keluarga
Stressor jangka pendek
Vital sign :
TD
: 180/90 mmHg
Nadi
Suhu
: 88 x/menit
: 36 o C
RR
2.
: 18 x/menit
Kepala
Rambut
Mata
: rambut bersih.
: Visus 5/5, tidak ada kelainan, sclera putih.
Telinga
Hidung
Mulut
: Mulut bersih, gigi ada beberapa yang tanggal.
3.
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar gondok, bentuk leher normal.
4.
Dada
Paru
Inspeksi
:
: simetris, tidak ada retraksi, tidak ada luka
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
5.
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: peristaltik normal
6.
Ekstremitas
:
a.
1)
Atas
Kanan
2) Kiri
: Tidak ada keluhan
b. Bawah
1)
2)
Kanan
Kiri
5 5
5
7.
Kekuatan otot =
Genetalia
Ny. S
8.
Vital sign :
: Tidak terkaji
TD
Nadi
: 140/80 mmHg
: 88 x/menit
Suhu
RR
: 36 o C
: 18 x/menit
9.
Kepala
Rambut
: rambut bersih.
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
10.
Leher
Dada
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: suara sonor
: suara paru vesikuler dan bronchovesikuler. tidak terdengar suara wheezing
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: terdengar suara lup dan dup, suara jantung tunggal.
12.
Abdomen
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: suara sonor
: peristaltik normal
13.
Ekstremitas
d.
Atas
1)
2)
Kanan
Kiri
e.
1)
Bawah
Kanan
2)
Kiri
5 5
5
14.
: Kadang kadang terasa kesemutan dan nyeri pada telapak tangan kanan
: Kadang kadang terasa kesemutan dan nyeri pada telapak tangan kiri
: Kadang kadang terasa kesemutan dan nyeri pada telapak kaki kanan
: Kadang kadang terasa kesemutan dan nyeri pada telapak kaki kiri.
f.
Kekuatan otot =
Genetalia
: Tidak terkaji
IX.
X.
: 2 x 1 tab / hari
: 2 x1 tab / hari
: 2 x1 tab / hari
Harapan keluarga
Keluarga Tn. S mengharapkan bisa mencukupi kebutuhan sehari hari termasuk untuk kebutuhan
berobat Ny.S dan untuk memperbaiki rumah.
ANALISA DATA
NO
1
DATA
DS :
Klien mengatakan sering
kesemutan
Klien mengatakan telapak
kaki sakit
Klien mengatakan sudah
lama tidak periksa kadar
gula.
DO :
Keluarga Tn.S tidak tahu
resiko dari penyakit DM
TD : 140/80 mmHg
GDA : 280 mg/dl
Klien tidak punya pedoman
diet.
Riwayat Diabetes Melitus
MASALAH
Resiko
hyperglikemi
PENYEBAB
syock
Kekurangan insulin
transport
menurun
glukosa
hiperglikemia
syock
Ketidak mampuan
keluarga mengenal
masalah kesehatan
pada penyakit
diabetes miletus.
Tujuan
Ktriteria evaluasi
Umum
Khusus
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan, klien
tidak
mengalami syock
hyperglikemi
Setelah dilakukan
kunjungan 2x
diharapkan
keluarga dapat :
menjelaskan resiko
pada Diabetes
Melitus
Kriteria
Verbal
Standar
Rencana
Diagnosa keperawatan
Tujuan khusus
Setelah dilakukan
kunjungan 2x
diharapkan keluarga
dapat :
menjelaskan resiko
syock hiperglikemi
pada Diabetes Melitus
Tanggal
Implementasi
Evaluasi
21 Januari 2012
S:
Ny. S mengatakan mengerti dan
tahu kalau menderita penyakit
Diabetes Melitus
O:
TD : 140/80 mmHg
Ny. S dapat menjelaskan kembali
tentang resiko syock hiperglikemi
pada Diabetes Melitus
Ny.S bersedia cek kadar gula
secara rutin.
Ny.S bersedia minum obat secara
teratur
Ny.S bersedia melakukan diet
sesuai petunjuk
A:
Masalah teratasi
P:
Modifikasi Intervensi
1. Anjurkan pada Klien untuk rutin
berolah raga
2. Anjurkan pada Klien agar aktif
datang ke Posyandu Lansia
DAFTAR PUSTAKA
Tjokronegoro, Arjatmo, 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Carpenito, Lynda Juall, 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih,
Jakarta : EGC..
Doenges, Marilyn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati, Jakarta : EGC.