Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH :
Dosen :
Prof. Dr. NURZAMAN BACHTIAR, M.Sc
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. v
DAFTAR GRAFIK................................................................................................ v
RINGKASAN...................................................................................................... 1
I
II.
PENDAHULUAN.......................................................................................... 2
1.1
Latar Belakang.................................................................................... 4
1.3
Rasionalisasi Proyek............................................................................ 6
1.3
Lokasi Proyek.................................................................................... 10
1.3.1
1.3.2
Penggunaan Lahan......................................................................15
1.4
Kondisi Ekonomi................................................................................ 17
1.5
1.6
Kelembagaan.................................................................................... 21
PROYEK.................................................................................................... 22
2.1
Uraian Proyek.................................................................................... 22
2.2
2.3
Proses Produksi................................................................................. 23
2.4
Tenaga Kerja...................................................................................... 26
2.5
2.5.1
2.5.2
2.6
Teknologi........................................................................................... 29
2.7
Kendala Produksi............................................................................... 30
2.8
Aspek Pemasaran.............................................................................. 33
2.8.1
Harga.......................................................................................... 33
2.8.2
Jalur Pemasaran..........................................................................33
2.8.3
Kendala Pemasaran........................................................................34
ii
III.
IV.
4.1
4.2
4.2.1
Biaya Investasi............................................................................38
4.2.2
Biaya Operasional.......................................................................39
4.6.1
4.6.2
4.7
V
Kendala / Hambatan..........................................................................48
5.2
Aspek Lingkungan............................................................................. 50
VI
VII
PENUTUP.............................................................................................. 50
7.1
Kesimpulan........................................................................................ 50
7.2
Saran................................................................................................. 51
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s.d 2010 atas
Dasar Harga Konstan tahun 2000 (dalam juta rupiah) Kabupaten Sarolangun
...................................................................................................................... 17
Tabel 2. Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB atas Dasar Harga
Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Sarolangun Tahun 2006 s.d
2010
18
Tabel 3. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Kabupaten Sarolangun
Tahun 2010.................................................................................................... 19
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2010........20
Tabel 5. Kebutuhan Alat dan Bahan...............................................................29
Tabel 5.2 Gejala Klinis pada Ikan Patin yang terserang Penyakit...................32
Tabel 5.3 Jalur Pemasaran Ikan Patin Kabupaten Sarolangun.........................34
Tabel 4.1 Asumsi Teknis dalam Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Patin.......37
Tabel 4.2 Biaya Investasi Budidaya Pembesaran Ikan Patin...........................38
Tabel 4.3 Biaya Operasional Budidaya Pembesaran Ikan Patin......................39
Tabel 4.4 Kebutuhan Biaya Budidaya Pembesaran Ikan Patin........................40
Tabel 4.5 Perhitungan Jumlah Produksi dan Pendapatan................................41
Tabel 4.6 Proyeksi Laba Rugi Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Patin(Rp)....41
Tabel 4.7 Arus Kas Untuk Menganalisis Kelayakan Usaha..............................42
Tabel 4.8 Analisis Penghitungan Pay Back Period (PBP).................................43
Tabel 4.9 PERHITUNGAN NPV, B/C..................................................................45
Tabel 4.10 Analisis Sensitivitas......................................................................48
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Abon Ikan Patin............................................................................... 4
Gambar 2. Peta Administrasi Kelurahan Sarolangun......................................11
Gambar 5.1 Kolam Terpal Pembesaran Ikan Patin..........................................30
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sarolangun dan
Provinsi Jambi Tahun 2006-2010....................................................................19
BP. 1520511019
1
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
PENDAHULUAN
Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang
ikan
patin,
atau
lebih
tepatnya
ikan
patin
(Pangasius
2
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
ketersediaan sumber air dan ketersediaan sumber daya manusia. Ikan patin
segar merupakan salah satu alternatif sumber protein yang dibutuhkan dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Seiiring dengan berkembangnya usaha
aneka kuliner seperti abon patin, permintaan terhadap ikan patin semakin hari
terus meningkat. Untuk pengembangan budidaya ikan patin di Kabupaten
Sarolangun, maka perlu diperhatikan beberapa aspek seperti: aspek lokasi,
aspek sosial ekonomis, pembiayaan, pemasaran, dan lain-lain. Kesulitankesulitan dalam pelaksanaan proyek budidaya ikan patin ini nantinya juga akan
di bahas dalam analisis kelayakan ini.
Pada tahap awal dari proyek ini diperlukan bantuan dari pemerintah
dalam hal ini Dinas Perternakan dan Perikanan Kabupaten Sarolangun sangat
untuk memberikan arahan serta bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat
yang belum bekerja tentang budidaya ikan patin. Selain pemerintah dibutuhkan
juga dukungan dari swasta khususnya dari perbankan dalam pemberian kredit
usaha untuk untuk memulai usaha ini.
Proyek budidaya ikan patin ini bertujuan untuk pengembangan potensi
ekonomi lokal sehingga diharapkan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat.
Potensi ekonomi lokal yang dimasud antara lain: pemanfaatan lahan yang
kurang produktif serta tenaga kerja yang belum terserap (pengangguran) yang
didukung oleh kondisi alam yang sangat sesuai untuk pengembangan budidaya
ikan patin. Dengan proyek ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat
3
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
1.1
BP. 1520511019
Latar Belakang
Potensi sumber daya perikanan di Kabupaten Sarolangun terdiri dari
kolam, keramba dan perairan umum (sungai dan danau). Bidang usaha
perikanan yang berkembang di Kabupaten Sarolangun meliputi jenis usaha
perikanan darat terdiri dari usaha kolam dan keramba dan perairan umum
memiliki prospek ekonomis. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan patin,
ikan mas, ikan nila, ikan gurami dan lkan patin. Pada tahun 2010 jumlah
produksi Perikanan Kabupaten Sarolangun sebesar 2.245,6 Ton, sedangkan
jumlah konsumsi ikan pada tahun 2010 sebesar 5.939 Ton, ini berarti Kabupaten
Sarolangun masih mengalami defisit atau kekurangan sebanyak 3.693,4 Ton.
Dilihat dari demografi dan budaya masyarakat Kabupaten Sarolangun yang
jauh dari pantai dan cenderung lebih menyukai ikan patin untuk dikonsumsi
dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya seperti dijadikan makanan khas
daerah ini seperti gulai tempoyak patin dan pindang ikan patin. Selain itu
karena ikan patin dikenal juga memiliki daging yang padat dan tidak
mengandung banyak tulang, maka masyarakat Sarolangun melihat adanya
peluang usaha pengolahan industri menengah panganan mpek-mpek, bakso ikan
dan usaha yang baru-baru ini menjamur karena banyaknya permintaan adalah
Abon Ikan Patin.
4
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
itu
BP. 1520511019
ikan lain yang sangat rentan terhadap penyakit, patin tidak membutuhkan
perhatian khusus saat pemeliharaan.
Potensi sumber daya perikanan di Kabupaten Sarolangun terdiri dari
kolam, keramba dan perairan umum (sungai dan danau). Bidang usaha
perikanan yang berkembang di Kabupaten Sarolangun meliputi jenis usaha
perikanan darat terdiri dari usaha kolam dan keramba dan perairan umum
memiliki prospek ekonomis. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan mas,
ikan nila, ikan patin, ikan gurami dan lkan patin. Pada tahun 2010 jumlah
produksi Perikanan Kabupaten Sarolangun sebesar 2.245,6 Ton, sedangkan
jumlah konsumsi ikan pada tahun 2010 sebesar 5.939 Ton, ini berarti Kabupaten
Sarolangun masih mengalami defisit atau kekurangan sebanyak 3.693,4 Ton.
1.3
Rasionalisasi Proyek
Budidaya ikan patin ini bertujuan untuk mengembangkan potensi lokal
sehingga
diharapkan
nantinya
akan
dapat
meningkatkan
BP. 1520511019
7
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
Usaha abon patin di Sarolangun juga sudah sampai ke kecamatankecamatan yang ada di Sarolangun. Selain itu sekarang setiap rumah makan
juga sudah menyediakan patin sebagai lauk yang dihidangkan karena semakin
banyaknya peminat masakan ikan patin. Ini merupakan sebuah peluang pasar
yang menjanjikan bagi petani ikan patin di Kecamatan Sarolangun. Patin yang
dihasilkan oleh petani bisa dijual di pasar lokal untuk memenuhi kebutuhan
pasar di Provinsi Jambi pada umumnya dan Kecamatan Sarolangun khususnya.
Sedangkan
dari
sisi
penawaran,
konsumsi
ikan
penduduk
Jambi
diperkirakan adalah 7,5 juta ton pada tahun 2014 yang berarti akan mencapai
75 persen dari potensi sumberdaya ikan (10 juta ton per tahun). Sedangkan
jumlah yang diperbolehkan ditangkap adalah 80 persen. Apabila seluruhnya
dipasok dari hasil penangkapan, maka kelestarian dari produksi tangkap benarbenar akan terancam apabila tidak dilakukan pengendalian. Oleh karena itu di
masa mendatang pasokan ikan dari aktivitas budidaya sangat diharapkan.
Produksi budidaya di perairan umum, kolam air tawar, saluran irigasi, dan mina
padi (nila, mas, gurame, patin, patin, bawal air tawar, dan lain-lain) di Provinsi
Jambi seluas 17.013,69ha pertahun dan sebenarnya punya potensi yang lebih
dari ini.
Nilai ekonomi usaha perikanan termasuk industri bioteknologi kelautan
dan perairan tawar diperkirakan sebesar 82 milyar US$ per tahun. Nilai
ekonomi sebesar ini hanya dihasilkan dari aktivitas usaha produksi dan
pengolahan (pasca panen) hasil perikanan. Padahal kenyataannya kedua
aktivitas usaha perikanan tersebut mampu membangkitkan begitu banyak
multiplier effects ekonomi berupa industri penunjang usaha perikanan (seperti
jaring, mesin kapal, kincir air tambak, pabrik pakan ikan, pabrik es, dan cold
storage), jasa transportasi, perhotelan, bank, dan lain sebagainya.
Apabila tahun 1998 Indonesia merupakan negara penghasil ikan terbesar
ketujuh di dunia dengan total produksi ikan 4 juta ton, maka total produksi
ikan Indonesia mencapai 6 juta ton pada tahun 2003 yang menempatkan
Indonesia sebagai produsen ikan terbesar kelima di dunia. Dari total produksi 6
8
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
juta ton tersebut; 0,5 juta ton diekspor dengan nilai devisa 2 milyar dolar AS;
dan sisanya 5,5 juta ton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pasokan
ikan sebesar 5,5 juta ton ini menyumbangkan sekitar 65 persen dari total
konsumsi protein hewani setiap orang Indonesia selama tahun 2003. Total
produksi perikanan sebesar 6 juta ton baru mencapai sekitar 9 persen dari total
potensi produksi perikanan sebesar 65 juta ton/tahun. Ini berarti bahwa
peluang usaha di sektor kelautan dan perikanan masih terbuka sangat luas,
khususnya untuk usaha perikanan budi daya, industri pengolahan hasil
perikanan, dan industri bioteknologi kelautan dan perikanan. Produksi ikan
patin di Provinsi Jambi merupakan produksi ikan konsumsi air tawar terbesar
ketiga setelah ikan nila dan ikan mas.
Dalam perjalanannya tentu akan dihadapi hambatan-hambatan dan resiko
dalam proyek budidaya pembesaran ikan patin ini. Kendala terjadi dalam hal
1. Pemasaran
2. Produksi
Dalam hal pemasaran, terjadi perbedaan harga pada petani yang
tergabung menjadi anggota kelompok dan yang bukan anggota kelompok.
Untuk masalah harga bisa diatasi dengan cara mewadahi pembudidaya melalui
kelompok tani atau menjadi anggota koperasi.
Dalam hal produksi, salah satu kendala yang sering dihadapi oleh
pembudidaya ikan patin adalah serangan hama dan penyakit. Kerugian akibat
hama biasanya tidak sebesar serangan penyakit. Meskipun demikian keduaduanya harus mendapat perhatian penuh, sehingga usaha budidaya dapat
berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu diperlukan arahan dan
bimbingan dari dinas terkait Semua kendala merupakan tantangan, dimana
semua hambatan dan kendala akan segera mungkin diatasi agar proyek dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
9
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
1.3
BP. 1520511019
Lokasi Proyek
Proyek ini direncanakan akan dilaksanakan di Kelurahan Sukasari,
10
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
kepekaan
tanah
terhadap
erosi.
Hal
ini
akan
mempengaruhi
pemanfaatan tanah pada suatu wilayah apakah akan di arahkan sebagai wilayah
lindung, budidaya atau budi daya terbatas.
11
BP. 1520511019
Singapura, Malaysia dan Thailand sebagai tujuan ekspor produk pertanian dan
industri pengolahan.
Kabupaten Sarolangun terletak pada ketinggian 20 sampai dengan 1.950 m
dari permukaan laut (dpl). Jumlah dataran rendah Kabupaten Sarolangun seluas
5.248 Km atau (85%) dan dataran tinggi : 926 Km (15%), didominasi oleh
bentuk wilayah berombak (23,49%), datar (23,32%), kemudian diikuti oleh
bentuk wilayah bergelombang yang mencapai 18,29% dari luas kabupaten.
Bentuk wilayah berbukit mencapai 11,90%, berbukit kecil sekitar 6,62% dan
cekung sekitar 5% sisanya 11,38% merupakan daerah dengan bentuk wilayah
bergunung. Hal ini mengindikasikan bahwa sekitar 88,51% wilayah Kabupaten
Sarolangun potensial untuk pertanian.
Bentuk wilayah berombak dengan lereng 38% merupakan bentuk wilayah
dominan daerah penelitian dengan luas 145.039 Ha atau 23,49% dari luas
kabupaten. Di wilayah Kecamatan Air Hitam dijumpai di sekitar Desa Bukit
Suban, Desa Pematang Kabau, Lubuk Jering, Jernih dan Desa Lubuk Kepayang.
Di wilayah Kecamatan Mandiangin dapat dijumpai di Desa Kertopati,
Mandiangin Tuo, Gurun Tuo, Gurun Tuo Simpang, Mandiangin, Taman Dewa dan
Petiduran Baru. Di wilayah Kecamatan Pauh dapat dijumpai di Desa Semaran,
Lubuk Napal, Lamban Sigatal sampai Desa Sepintun. Di wilayah Kecamatan
Bathin VIII dijumpai di Desa Teluk kecimbung, Batu Penyabung dan Pulau
Buayo. Di Kecamatan Pelawan terdapat di Desa Rantau Tenang, Desa Pelawan,
Desa Batu Putih. Di Kecamatan Singkut dapat dijumpai di Desa Bukit Tigo,
Sungai Benteng, Sungai Gedang, Perdamaian dan Sungai Merah. Di wilayah
Kecamatan Limun terdapat di Desa Tanjung Raden, Desa Monti, Tanjung Raden
sampai Desa Temenggung Dusun Mengkadai. Di Kecamatan Cermin Nang Gedang
dapat dijumpai di Desa Lubuk Resam, Teluk Tigo. Di Kecamatan Batang Asai
dijumpai di Desa Kasiro, Desa Bukit Kalimau Ulu dan Desa Muara Cuban.
Bentuk wilayah bergelombang, lereng 815% menyebar sekitar 18,29% atau
112.917 Ha. Di Kecamatan Air Hitam dijumpai di kaki Bt. Subanpunaibanyak
(164 m) dan di sekitar Pegunungan Dua Belas. Di Kecamatan Mandiangin
12
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
dijumpai di sekitar Desa Bukit Peranginan, Petiduran Baru, Guruh Baru, Butang
Baru dan Pemusiran. Di Kecamatan Pauh dijumpai di sekitar Desa Karang
Mendapo. Di wilayah Kecamatan Pelawan dan Singkut dijumpai di Desa Pasar
Singkut, Sungai Merah. Di Kecamatan Limun dijumpai di sekitar Dusun Kampung
Pondok. Di Kecamatan Batang Asai dijumpai di sekitar Desa Sungai Bemban.
Bentuk wilayah berbukit kecil, lereng 1525% menyebar sekitar 40.847 Ha
dijumpai di sekitar Bt. Subanpunaibanyak (164 m) dan Pegunungan Dua Belas
wilayah Kecamatan Air Hitam. Sekitar Desa Jati Baru di Kecamatan Mandiangin,
Dusun Mengkua, Dusun Rantau Alai, Desa Ranggo, Dusun Muara Mensao, B.
Rebah dan B. Kutur di Kecamatan Limun. Di wilayah Kecamatan Pelawan dan
Kecamatan Singkut dijumpai di Desa Pasar Singkut, Sungai Merah. Di Kecamatan
Batang Asai dijumpai di sekitar Dusun Batu Kudo, Desa Pulau Salak Baru, Kasiro
Ilir dan Sungai Baung.
Bentuk wilayah berbukit, lereng 2540% menyebar sekitar 73.487 Ha atau
11,90%. Bentuk wilayah ini paling luas dijumpai di Kecamatan Limun.
Berdasarkan hasil analisis hampir 50% dari Kecamatan Limun mempunyai
bentuk wilayah berbukit, mulai dari Dusun Bukit Melintang, Desa Napal
Melintang, Desa Lubuk Bedorong, Bt. Tinjaulimun (667 m) sampai Dusun
Kampung Manggis dan Dusun Simpang Melako. Di Kecamatan Batang Asai bentuk
wilayah berbukit dijumpai di Desa Batu Empang, Simpang Narso, Tambak Ratu,
Dusun Renah Pisang Kemali dan Dusun Rantau Panjang. Di Kecamatan Air Hitam
bentuk wilayah berbukit merupakan Pegunungan Dua Belas, yaitu G. Panggang
(328 m) dan Bt. Kuaran (328 m).
Lebih dari 50% bentuk wilayah Kecamatan Batang Asai adalah bergunung,
lereng > 40%. Bentuk wilayah ini dijumpai di sekitar Bt. Huluseluro (964 m), Bt.
Bujang (1.957 m), Bt. Gedang, Bt. Legaitinggi (1.015 m) dan Bt. Raya (626 m).
Klimatologi
Kabupaten Sarolangun beriklim tropis dengan keadaan iklim rata-rata berkisar
antara 230 C sampai dengan 320 C, dengan kelembaban udara rata-rata 78%
dengan curah hujan rata-rata sebesar 260 mm/tahun. Suhu udara di Kecamatan
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
13
BP. 1520511019
14
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
Sedang
lokasi
yang
mempunyai
aksesibilitas
tinggi
Kelas III
Lahan ini bernilai sedang yang dapat diusahakan dengan cara
pengawetan dan pemeliharaan yang intensif seperti penterasan,
15
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
Sedang
lahan
dengan
kelas
lereng
agak
datar
dapat
16
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
1.4
BP. 1520511019
Kondisi Ekonomi
Pertumbuhan PDRB merupakan indikator untuk mengetahui kondisi
perekonomian
sektor ekonomi dan tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah. Laju
Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sarolangun atas dasar
harga Konstan
2007
2008
2009
(Rp)
(Rp)
Pertanian
406.622
47,85
435.551
44,53
502.958
47,67
Pertambangan
& Penggalian
120.871
12,10
127.608
13,05
99.974
9,48
Industri
Pengolahan
Listrik, Gas,
& Air Bersih
31.942
3,76
35.359
3,61
36.445
3,45
1.882
0,22
0,27
2.998
Konstruksi
48.339
5,69
62.704
6,41
Perdagangan,
Hotel , &
Restoran
Pengangkutan
& Komunikasi
120.995
14,24
147.342
56.916
6,70
32.085
48.178
7
8
9
2010
Sektor
Keuangan,
Sewa, & Js.
Perush.
Jasa-jasa
PDRB
849.831
(Rp)
(Rp)
(Rp)
48,11
587.269
47,65
9,13
131.796
10,69
39.735
3,49
51.402
4,17
0,28
3.550
0,31
4.049
0,33
70.834
6,71
76.476
6,71
77.030
6,25
15,06
155.477
14,74
170.415
14,96
177.897
14,43
66.801
6,83
67.911
6,44
70.973
6,23
71.398
5,79
3,78
43.558
4,45
50.818
4,82
54.222
4,76
57.735
4,68
5,67
56.678
5,79
67.696
6,42
71.802
6,30
74.005
6,00
2.595
978.196
1.055.11
0
548.125
104.066
1.139.36
7
1.232.58
6
17
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
tahun
2010
Laju
perekonomian
Pertumbuhan
Kabupaten
secara
PDRB
berimplikasi
makro
yang
terhadap
ditunjukan
kondisi
dengan
Laju
Sektor
1
2
3
4
5
6
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik,Gas, & Air bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, &
Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, sewa, & Js.
Perusahaan
Jasa-jasa
7
8
9
PDRB
2007
2008
2009
2010
Hb
%
15,85
40,90
16,28
24,68
16,92
24,87
Hk
%
0,64
19,55
8,06
18,33
15,29
11,66
Hb
%
20,86
25,15
6,32
40,68
28,49
20,03
Hk
%
6,43
3,76
2,44
16,52
12,51
9,06
Hb
%
29,65
1,39
14,05
24,19
23,26
19,79
Hk
%
15,48
(21,66)
3,07
15,51
12,97
5,52
Hb
%
15,28
25,61
28,25
19,01
18,21
29,12
Hk
%
8,98
4,09
9,03
18,44
7,97
9,61
Hb
%
14,90
34,13
65,61
16,86
11,36
7,56
Hk
%
7,14
26,65
29,36
14,05
0,72
4,39
25,37
14,25
7,69
11,26
19,39
25,48
8,99
22,02
9,94
25,25
1,66
16,67
8,76
10,02
4,51
6,70
3,22
14,38
0,60
6,48
29,04
7,63
21,52
9,31
28,97
19,44
30,86
6,07
7,50
3,07
22,9
4
6,92
21,7
3
7,66
20,5
6
7,86
20,1
3
7,99
17,0
3
8,18
18
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
Kecamatan
Batang Asai
Limun
Cermin Nan Gedang
Pelawan
Singkut
Sarolangun
Batin VIII
Pauh
Air Hitam
Mandiangin
Jumlah 2010
Jumlah 2009
Jumlah 2008
Sumber : BPS Kabupaten Sarolangun
Jumlah Penduduk
Laki-laki
Perempuan
7.696
8.340
7.747
7.596
5.482
5.376
14.223
13.915
18.578
17.606
23.507
22.591
9.222
8.809
10.659
9.907
12.485
11.272
16.197
15.037
125.796
120.449
111.255
106.975
106.085
107.951
Jumlah
16.036
15.343
10.858
28.138
36.184
46.098
18.031
20.566
23.757
31.234
246.245
218.230
214.036
19
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
yang paling sedikit penduduknya adalah Kecamatan Cermin Nan Gedang dengan
jumlah penduduk berjumlah 10.858 orang.
Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Sarolangun sebanyak 35
jiwa/km2, untuk Kecamatan Batang Asai 19 jiwa/km2, Kecamatan Limun 15
jiwa/km2, Kecamatan Cermin Nan Gedang 24 jiwa/km2, Kecamatan Pelawan 82
jiwa/km2, Kecamatan Singkut 200 jiwa/km2, Kecamatan Sarolangun 107
jiwa/km2, Kecamatan Batin VIII 37 jiwa/km2, Kecamatan Pauh 11 jiwa/km2.
Kecamatan Air Hitam 44 jiwa/km2 dan Kecamatan Mandiangin 44 jiwa/km2.
Kecamatan paling padat adalah Kecamatan Singkut dan jarang penduduknya
adalah Kecamatan Pauh.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2010
No.
Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
0-4
12.616
11.335
23.951
5-9
13.635
11.066
24.701
10-14
10.440
11.876
22.316
15-19
9.671
7.585
17.256
20-24
9.354
10.236
19.590
25-29
12.018
12.911
24.929
30-34
8.298
8.796
17.094
35-39
8.350
7.913
16.263
40-44
5.845
6.198
12.043
10
45-49
7.020
5.812
12.832
11
50-54
5.757
5.304
11.061
12
55-59
2.971
2.568
5.539
13
60-64
2.478
1.449
3.927
14
65-69
1.338
1.305
2.643
15
70-74
750
1.264
2.014
714
125.796
1.355
120.449
2.069
246.245
16
75+
Jumlah
20
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
24.929 orang, sedangkan kelompok umur yang paling sedikit adalah pada usia
70-74 dengan jumlah 2.014 orang.
1.6
Kelembagaan
Proyek ini sangat membutuhkan dukungan dari Pemerintah Daerah
21
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
II.
BP. 1520511019
PROYEK
budidaya
pembesaran
ikan
patin
ini
bertujuan
untuk
tinggi
menjadi
perkebunan
rakyat.
Di
samping
itu
dengan
2.2
22
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
2.3
BP. 1520511019
Proses Produksi
Ikan patin mempunyai sifat aktif pada malam hari (noctural). Hal ini
berarti bahwa ikan patin akan lebih aktif jika diberi makan pada malam hari.
Pemberian pakan yang tepat, baik frekuensi ataupun jumlahnya akan lebih
mengefisienkan biaya yang diperlukan. Dengan memahami sifat biologi ikan
tersebut, maka pada akhirnya hanya budidaya yang paling efisien yang akan
bertahan dalam persaingan.
Ikan patin termasuk dalam golongan ikan karnivora atau pemakan
daging. Jenis, ukuran dan jumlah pakan yang diberikan tergantung ukuran dan
patin yang dipelihara. Ada dua jenis pakan ikan patin, yaitu pakan alami dan
pakan buatan. Di samping itu dapat pula diberikan pakan alternatif. Pakan
alami ikan patin adalah jasad-jasad renik, kutu air, cacing, jentik-jentik
serangga dan sebagainya. Pakan alternatif yang biasa diberikan adalah ikan
rucah atau ikan-ikan hasil tangkapan dari laut yang sudah tidak layak
dikomsumsi oleh manusia, limbah peternakan ayam, daging bekicot/keong mas
dan sisa-sisa dapur rumah tangga.
Yang perlu dicermati dalam pemberian pakan alternatif ini adalah bahwa
pakan tersebut merupakan reservoir parasit/mikro organisme, sehingga
pemanfaatan makanan tersebut akan melengkapi siklus hidup beberapa parasit
ikan. Oleh karena itu pemberian pakan alternatif, terutama yang sudah jelek
kualitasnya/busuk
sejauh
mungkin
dihindari.
Higienisnya
pakan,
cara
23
BP. 1520511019
yaitu
tubuhnya
tidak
cacat/luka,
posisinya
tidak
24
BP. 1520511019
ini
memang
bisa
menghemat
biaya,
tapi
sebagai
25
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
2.4
Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya pembesaran ikan
patin ini relatif tidak terlalu banyak. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
relatif banyak hanya pada saat pembangunan kolam beserta fasilitas
pendukungnya. Tenaga kerja untuk kegiatan budidaya ini dalam operasionalnya
hanya membutuhkan 12 orang pekerja untuk satu unit usaha yang dilakukan
secara kontinyu sepanjang tahun. Para pekerja ini umumnya dibayar secara
harian/mingguan. Sedangkan untuk proses pembesaran seperti melaksanakan
kegiatan
membeli
pakan,
memberikan
pakan
ikan
patin,
melakukan
26
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
2.5
BP. 1520511019
salah
satu
faktor
kunci
keberhasilan
ikan
patin
secara
dalam
pembuatan
kolam
budidaya.
Tanah
yang
baik
akan
27
BP. 1520511019
mengdukung pertumbuhan ikan patin. Oleh karena itu, air yang digunakan
untuk kolam budidaya harus banyak mengandung mineral, zat hara, serta
tidak tercemar oleh racun atau limbah-limbah rumah tangga dan industri. Air
yang baik untuk pertumbuhan ikan patin adalah air bersih yang berasal dari
sungai, air hujan dan air sumur.
Berikut ini kondisi optimal air untuk budidaya pembesaran ikan patin:
i) Suhu minimum 200C, suhu maksimum 300C dan suhu optimum 240270C.
ii) Kandungan oksigen minimum 3 ppm.
iii) Kandungan karbondioksida (CO2 )di bawah 15 ppm, NH3 di bawah 0,005
ppm, NO2 sekitar 0,25 ppm dan NO3 sekitar 250 ppm.
iv) Tingkat derajat keasaman (pH) 6,5 8.
Semua syarat di atas terpenuhi untuk Jorong Lubuk Batang sehingga
proyek ini dilaksanakan di Jorong Lubuk Batang
2.5.2 Bahan Baku dan Peralatan
Input yang digunakan untuk kegiatan budidaya pembesaran ikan patin
yang utama adalah benih ikan patin. Disamping itu juga membutuhkan berbagai
jenis bahan habis pakai seperti pupuk kandang, kapur serta pakan. Adapun
fasilitas produksi dan jenis peralatan yang digunakan dalam satu unit usaha
budidaya pembesaran ikan patin dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:
Alat
No
Nama
barang
Ukuran
Jumlah
Kegunaan
28
BP. 1520511019
1 Terpal A5
6x8 m 30
Sebagai pelapis untuk pembuatan kolam terpal
lembar
2 Pralon
3 inchi 15 batang Sebagai pipa saluran pembuangan air
3 Elbo
3 inchi 30 buah Sebagai pengubung pipa agar bisa dibelokkan
4 Jaring
Mesh
3 buah 90
Untuk menangkap ikan ketika panen
Panen
2cm
5 Ember besar
30
4 buah Untuk menampung hasil panen yang diseleksi
liter
6 Jaring Hapa
2x2 m
1 buah Untuk menampung ikan yang tidak lolos seleksi
7 Saring Ikan
Sedang
3 buah Untuk menyaring ikan waktu panen
8 Benih
4-6
65 000 Sebagai bahan komoditas yang akan
(6cm)
budidayakan
9 Drum
Besar
4 buah Sebagai
tempat penampungan ikan waktu
panen
10 Timbangan
50Kg
1 unit Untuk menimbang ikan waktu panen
11 Bambu
Batang
60
Untuk dinding penyangga kolam.
Sumber: berbagai sumber
2.6
Teknologi
Ada beberapa teknik pembesaran ikan patin yang biasa dilakukan yakni,
29
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
2.7
Kendala Produksi
Salah satu kendala yang sering dihadapi oleh pembudidaya ikan patin
adalah serangan hama dan penyakit. Kerugian akibat hama biasanya tidak
sebesar serangan penyakit. Meskipun demikian kedua-duanya harus mendapat
perhatian penuh, sehingga usaha budidaya dapat berhasil sesuai dengan yang
diharapkan. Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan
dengan pengobatan. Dengan padat penebaran yang demikian tinggi pada
pembudidaya yang intensif, maka serangan penyakit dapat terjadi sewaktuwaktu, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan tinggal menunggu waktu.
Monitoring yang ketat dan konsisten merupakan langkah yang harus dikerjakan
dalam usaha budidaya yang modern. Monitoring tidak hanya dilakukan pada
ikan yang dibudidayakan saja, tetapi juga terhadap kondisi airnya.
30
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
31
BP. 1520511019
Gejala Klinis
Diagnosis
Ikan berenang
dengan posisi
mulut di atas (menggantung).
Ada bintik putih pada kulit dan
sekitar mulut Permukaan kulit
ada semacam benangbenang
putih halus (seperti kapas).
Gerakan lemah, tubuh kurus,
sering menggosokkan badan ke
benda-benda keras.
Myxobacteria
Saprolegnia
Trichodina,
Dactylogyrus,
Gyrodactylus
Sumber: bi.go.id
Kelompok juga bisa menggunakan garam dapur atau daun yang mudah
didapat dan murah harganya.
2.8
Aspek Pemasaran
Pada aspek pemasaran budidaya pembesaran ikan patin ini akan dibahas
32
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
2.8.1 Harga
Harga jual ikan patin pada tingkat pembudidaya dibedakan atas tiga
jenis, yaitu harga benih ikan patin, harga ikan patin konsumsi dan harga ikan
patin indukan. Harga ketiga jenis ikan patin tersebut berfl uktuasi karena
pengaruh permintaan dan penawaran (pengaruh musim). Namun secara ratarata dapat disebutkan bahwa harga untuk benih ikan patin ukuran sedang
adalah sekitar Rp115 per ekor. Sedangkan untuk ikan patin konsumsi yang satu
kg-nya berisi antara 8-12 ekor (ikan patin umur 2,5-3 bulan) berada pada
kisaran harga Rp 10.000,- per kg. Sementara itu untuk indukan patin harganya
sekitar Rp25.000,- per kg. Adapun untuk harga ikan patin konsumsi yang satu
kg-nya berisi 8-12 ekor (paling banyak disukai konsumen) pada tingkat
pedagang pengumpul adalah berkisar antara Rp11.500,- per kg (bulan April-saat
stok ikan patin sedikit), sampai dengan Rp12.500,- per kg (saat Lebaran)
dengan harga rata-rata adalah Rp11.000,- per kg.
33
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
juga untuk ikan patin indukan, namun ikan patin indukan biasanya pembelinya
adalah para petani pembenihan ikan patin.
Jalur pemasaran ikan patin di Kabupaten Sarolangun secara ringkas
dapat dijelaskan dalam Tabel 5.3 berikut:
Tabel 5.3 Jalur Pemasaran Ikan Patin Kabupaten Sarolangun
No Keterangan
1. Anggota
kelompok
Benih
Petani
Patin Konsumsi
Petani
Indukan
Patin
Petani
Konsumen
2.
Bukan
anggota
kelompok
Pasar Kelompok
Pedagang
Petani
Petani
Petani
Konsumen
Pedagang/
Tengkulak
Pedagang/
Tengkulak
Sumber: bi.go.id
34
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
lebih proaktif sehingga pemasaran benih ikan patin, ikan patin konsumsi dan
ikan patin indukan seluruhnya dilakukan melalui pasar kelompok.
Kendala lain adalah masih banyak petani/kelompok yang belum mampu
melakukan pengolahan pasca panen akibat kurangnya pengetahuan dan
teknologi. Padahal pengolahan pasca panen diperlukan jika ada hasil panen
ikan patin yang tidak terjual (meskipun sangat jarang terjadi). Ikan patin
tersebut bisa diawetkan dengan cara pengasapan baik dengan teknologi
pengasapan panas maupun pengasapan dingin.
Hal lain yang masih menjadi kendala adalah belum mampunyai petani
dalam menjalin networking langsung kepada konsumen/ pelanggan khususnya
pelanggan besar dalam rangka menjamin kontinuitas pasar. Petani juga masih
lemah dalam menjalin komunikasi dengan komunitas pasar yang ada. Padahal
hal tersebut sangat bermanfaat untuk mendapatkan akses informasi yang
sempurna tentang kondisi pasar, baik dalam hal harga maupun besarnya
permintaan pasar.
III.
Sumber pembiayaan proyek ini berasal dari modal sendiri dan Bank.
Pembiayaan dari bank sesuai dengan pembiayaan untuk UMKM yang sudah
diprogramkan oleh bank. Besarnya tingkat bunga diasumsikan sebesar 20%
tahun (BI, 2015). Bank memberikan grace period paling lama selama 1 (satu)
tahun untuk kredit investasi, sedangkan untuk modal kerja tidak dikenakan
grace period. Untuk jenis kredit investasi masa pengembalian harus tidak lebih
dari 3 (tiga) sampai 5 (lima) tahun dan untuk jenis kredit modal kerja tidak
lebih dari 1 (satu) tahun sekalipun demikian bilamana terjadi kesulitan dalam
pengembalian, melalui konsultasi dengan pihak bank, debitur dimungkinkan
untuk dapat memperpanjang pengembalian kredit modal kerjanya. Guna
menjamin keamanan kredit, bank juga memberlakukan keharusan untuk
menyediakan jaminan kredit yang dianggap cukup aman untuk keselamatan
bank. Umumnya jaminan kredit tersebut berupa sertifikat tanah/bangunan
tempat berusaha, girik, tabungan/deposito atau kombinasi diantara hal
tersebut diatas, serta jaminan pribadi berupa barang yang relatif mudah untuk
dijual dan jaminan lain yang dianggap aman untuk bank bilamana terjadi non
performing loan.
35
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
Persyaratan
teknis
telah
dilengkapi
bank
akan
segera
jika
jumlah
kredit
yang
dikucurkan
masih
dibawah
keharusan
perbankan,
dan
bank
melakukan
bantuan
teknis
biaya
usaha,
penyusunannya.
IV.
4.1
finansial
mengenai
pendapatan
dan
36
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
Tabel 4.1 Asumsi Teknis dalam Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Patin
No.
Uraian
Nilai
Satuan
Luas lahan
Ukuran kolam
24
m3
600
m3
0,7
35
m3
350
m3
10
8-12
cm
11
Kepadatan tebar
12
13
Tingkat mortalitas
14
2,5
bulan
15
0,5
bulan
16
bulan
17
kali dalam
setahun
18
10
ekor/kg
19
12.000
rupiah/kg
20
20 & 5
persen
21
22
Jumlah pekerja
23
24
25
85.000
26
350.000
rupiah/m2
27
8.000
rupiah/kg
28
tahun
1.000
m2
25
6x4x1
200
65.000
5
1,200,000
1
800,000
1,000
unit
m (p x l x t)
ekor/m3 air
ekor
persen
rupiah/bulan
orang
rupiah/bulan
rupiah/m2/tahun
rupiah/m lari
37
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
4.2
BP. 1520511019
Komponen Biaya
Investasi
Volume
Satuan
A.
Biaya Prasarana
25
unit
Pralon 3 inchi
14
Elbo 3 inchi
1,000
Nilai (Rp)
Penyusutan
(3 tahun)
Nilai Sisa
3,000
3,000,000
3,000,000
440,000
11,000,000
11,000,000
batang
90,000
1,260,000
1,260,000
25
buah
10,000
250,000
250,000
25
Paket
240,000
6,000,000
6,000,000
Gudang/pondok jaga
15
m2
350,000
5,250,000
4,300,000
950,000
Pagar seng
85,000
11,050,000
10,500,000
550,000
ls
850,000
850,000
850,000
Perijinan
ls
300,000
300,000
300,000
38,960,000
37,460,000
1,500,000
130
m2
Harga
per Unit
(Rp)
m lari
Sub total I
B.
Biaya Peralatan
Pompa air
unit
350,000
350,000
300,000
50,000
Saring Ikan
buah
25,000
75,000
75,000
Jaring Panen
buah
60,000
180,000
180,000
buah
180,000
180,000
180,000
Drum
buah
135,000
810,000
630,000
180,000
Ember besar
buah
40,000
160,000
160,000
Roll
400,000
800,000
800,000
Timbangan
unit
300,000
300,000
225,000
75,000
2,855,000
2,550,000
305,000
41,815,000
40,010,000
1,805,000
Sub total II
C.
38
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
No.
Komponen Biaya
Operasional
Volume
Satuan
Harga Satuan
(Rp)
Biaya 1
bulan (Rp)
Biaya 1
Siklus (Rp)
Biaya 1 Tahun
(Rp)
A.
Biaya Tenaga
Kerja
Gaji Pengelola
orang/
bulan
1,200,000
1,200,000
3,600,000
14,400,000
Upah pekerja
orang
800,000
800,000
2,400,000
9,600,000
2,000,000
6,000,000
24,000,000
190
4,940,000
12,350,000
49,400,000
8,000
14,400,000
36,000,000
144,000,000
345,800
864,500
3,458,000
12,483,333
49,214,500
196,858,000
Biaya Bahan
Benih
Pakan/pellet *)
65,000
4,500
Pupuk, kapur,
obat-obatan
7%
ekor/
siklus
kg/
siklus
dari
biaya
benih
/siklus
Biaya listrik
bulan
60,000
60,000
180,000
720,000
D.
Biaya
Pemeliharaan
siklus
250,000
100,000
250,000
1,000,000
14,643,333
55,644,500
222,578,000
39
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
No
1
Uraian
Jumlah (Rp)
41,815,000
Biaya Prasarana
38,960,000
Biaya Peralatan
2,855,000
55,644,500
6,000,000
Biaya Bahan
49,214,500
Biaya Listrik
180,000
Biaya Pemeliharaan
250,000
Total Biaya
97,459,500
patin
langsung
mulai
dapat
menghasilkan pada tahun pertama, tepatnya yaitu pada tahun pertama bulan
ke-3. Dengan menggunakan asumsi tingkat mortalitas sebesar 10 persen, maka
dalam satu siklus budidaya atau 3 bulan (dengan rincian 2,5 bulan untuk
periode pembesaran dan 0,5 bulan sebagai waktu jeda antar siklus), maka akan
diperoleh hasil produksi sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.5 berikut:
40
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
Faktor
Pembagi/
Pengali
Pendapatan
per Siklus
Jumlah
Siklus
Pendapatan per
Tahun
Jumlah produksi
(ekor)
65,000
95%
61,750
247,000
Jumlah produksi
(kg)
61,750
10
6,175
24,700
Jumlah
Pendapatan (Rp)
6,175
12,000
74,100,000
296,400,000
dengan
profit
penjualan
sebesar
17,17%.
Keuntungan
Uraian
Tahun
1
Penerimaan
296,400,000
296,400,000
296,400,000
Pengeluaran
236,516,333
236,516,333
236,516,333
Biaya Operasional
222,578,000
222,578,000
222,578,000
Penyusutan
13,938,333
13,938,333
13,938,333
59,883,667
59,883,667
59,883,667
Pajak (15%)
8,982,550
8,982,550
8,982,550
50,901,117
50,901,117
50,901,117
Profit on sales
17.17%
17.17%
17.17%
41
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
4.6
BP. 1520511019
Uraian
Tahun
0
296,400,000
296,400,000
296,400,000
a. Investasi
41,815,000
b. Modal Kerja
55,644,500
97,459,500
296,400,000
296,400,000
296,400,000
296,400,000
296,400,000
296,400,000
1. Biaya Investasi
41,815,000
55,644,500
168,400,000
168,400,000
168,400,000
8,982,550
8,982,550
8,982,550
Arus Masuk
1. Penerimaan
2. Pembiayaan
Arus Keluar
3. Biaya Variabel/
Operasional
6. Pajak (15%)
Total Arus Keluar
97,459,500
177,382,550
177,382,550
177,382,550
97,459,500
177,382,550
177,382,550
177,382,550
42
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
BP. 1520511019
investasi _ awal
Rata rata ( NetBenefit _ t1 t10)
Tabel 4.8 Analisis Penghitungan Pay Back Period (PBP)
Tahun
Periode
Pendapatan
Pengeluaran
000
41,815,
000
000
000
55,644,
500
74,100,
000
000
55,644,
500
74,100,
000
000
55,644,
500
74,100,
000
11
000
55,644,
500
55,644,
55,644,
500
74,100,
500
74,100,
12
55,644,
500
74,100,
10
55,644,
500
74,100,
55,644,
500
74,100,
74,100,
000
000
55,644,
500
74,100,
4
5
500
74,100,
74,100,
000
55,644,
55,644,
500
Keuntungan
(41,815,
000)
(23,359,
500)
(4,904,
000)
13,551,
500
32,007,
000
50,462,
500
68,918,
000
87,373,
500
105,829,
000
124,284,
500
142,740,
000
161,195,
500
179,651,
000
demikian
usaha
ini layak
dilaksanakan
karena
jangka
waktu
pengembalian investasi lebih kecil dari periode proyek yaitu 3 tahun atau 12
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
43
BP. 1520511019
44
Analisis Proyek Pembesaran Ikan Patin di Kabupaten Sarolangun
Sik
lus
Thn
Biaya
Biaya
Investasi
Operasional
41,815,000
Total Biaya
Benefit
BP. 1520511019
Nilai sisa
aset tetap
Total
Benefit
0
41,815,000
55,644,500
55,644,500
74,100,000
74,100,000
55,644,500
55,644,500
74,100,000
55,644,500
55,644,500
55,644,500
6
7
B-C
PV Cost
5.0%
Discount
Presen
Value
41,815,000
1.00000
(41,815,00
18,455,500
70,571,429
52,994,762
0.95238
17,576,66
74,100,000
18,455,500
67,210,884
50,471,202
0.90703
16,739,68
74,100,000
74,100,000
18,455,500
64,010,366
48,067,811
0.86384
15,942,55
55,644,500
74,100,000
74,100,000
18,455,500
60,962,253
45,778,868
0.82270
15,183,38
55,644,500
55,644,500
74,100,000
74,100,000
18,455,500
58,059,289
43,598,922
0.78353
14,460,36
55,644,500
55,644,500
74,100,000
74,100,000
18,455,500
55,294,561
41,522,783
0.74622
13,771,77
55,644,500
55,644,500
74,100,000
74,100,000
18,455,500
52,661,487
39,545,507
0.71068
13,115,97
55,644,500
55,644,500
74,100,000
74,100,000
18,455,500
50,153,797
37,662,388
0.67684
12,491,40
55,644,500
55,644,500
74,100,000
74,100,000
18,455,500
47,765,521
35,868,941
0.64461
11,896,58
10
55,644,500
55,644,500
74,100,000
74,100,000
18,455,500
45,490,972
34,160,896
0.61391
11,330,07
11
55,644,500
55,644,500
74,100,000
74,100,000
18,455,500
43,324,735
32,534,187
0.58468
10,790,54
55,644,500
55,644,500
74,100,000
75,905,000
20,260,500
42,266,744
30,984,940
0.55684
11,281,80
667,734,000
709,549,000
891,005,000
181,456,000
12
TOTAL
889,200,000
1,805,000
(41,815,000)
PV Benefit
45
657,772,038
535,006,206
NPV
122,765,8
BP. 1520511019
46
B/C
IRR
42.8
BP. 1520511019
Bt Ct
t 1
(1 i) t
NPV
Dimana :
Bt = Benefit pada tahun t
Ct = Cost pada tahun t
n = Umur ekonomis suatu proyek
i = tingkat suku bunga yang berlaku
Kriteria keputusan menggunakan NPV jika NPV > 0, maka investasi layak untuk
dilaksanakan. Jika NPV < 0, maka investasi tidak layak untuk dilaksanakan. Saat
NPV > 0, perusahaan akan menerima pendapatan yang lebih besar dari cost of
capital, sehingga merupakan keuntungan bagi perusahaan. Dalam praktek seharihari discount rate yang dipergunakan adalah tingkat suku bunga deposito, atau
suku bunga kredit yang harus dibayar oleh investor.Dari Tabel 7.9 diketahui bahwa
usaha budidaya pembesaran ikan patin ini Layak karena
NPV sebesar
47
BP. 1520511019
Bt Ct
0
t
(
1
i
)
t 1
n
IRR
Dimana :
Bt = Benefit pada tahun t
Ct = Cost pada tahun t
n = Umur ekonomis suatu proyek
i = tingkat suku bunga yang berlaku
Kriteria keputusan dengan menggunakan metode IRR ini adalah jika nilai IRR >
bunga modalnya (rate of capital) atau MARR, maka proyek layak untuk
dilaksanakan dan investasi akan mendapatkan surplus setelah pembayaran
kewajiban (mengembalikan modal + bunga). Jika nilai IRR < bunga modalnya atau
MARR, maka proyek tidak dapat dilaksanakan. Dari hasil penghitungan pada Tabel
7.9 diketahui bahwa IRR=42,89% pada Discount Rate = 20%. Karena IRR > Discount
Rate maka proyek ini Layak untuk dilaksanakan.
Analisis Biaya Manfaat (Benefit Cost Analysis)
Analisa manfaat biaya (benefit cost analysis) adalah analis yang sangat
umum digunakan untuk mengevaluasi proyek-proyek pemerintah. Analisa ini adalah
cara praktis untuk menaksir kemanfaatan proyek. Suatu proyek dikatakan layak
atau bisa dilaksanakan apabila rasio antara manfaat terhadap biaya yang
dibutuhkan lebih besar dari satu.
Perhitungan rasio biaya manfaat secara normal dinyatakan dengan :
dengan :
Manfaat Ekuivalen : Semua manfaat setelah dikurangi dengan dampak
negatif, dinyatakan dengan nilai uang.
Ongkos Ekuivalen :
48
BP. 1520511019
Analisa Sensitivitas
Analisa sensitivitas usaha dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
perubahan biaya produksi atau pendapatan menyebabkan usaha budidaya
pembesaran ikan patin ini menjadi tidak layak. Yang dimaksud dengan biaya
produksi disini adalah biaya operasional tidak tetap, yaitu total biaya operasi
dikurangi biaya tetap.
Berdasarkan hasil analisis dengan parameter perubahan pendapatan dan biaya
produksi, ternyata usaha budidaya pembesaran ikan patin ini mengalami
sensitifitas yang tinggi terhadap perubahan pendapatan dan biaya. Untuk budidaya
pembesaran ikan patin, usaha akan menjadi tidak layak jika terjadi penurunan
pendapatan sebesar 18% atau kenaikan biaya produksisebesar 24%.
Tabel 4.10 Analisis Sensitivitas
No
I
IRR
(%)
Net B/C
Rp.
11.115.451,-
6,65%
1,02
Rp.
9.331.855,-
5,91%
1,01
Pendapatan turun
18%
Rp.
4.547.782,-
3,85%
1,01
Rp.
4.399.943,-
3,79%
1,01
Uraian
Batas Kritis Layak
Pendapatan turun
17%
Biaya Produksi Naik
23%
II
NPV (5%)
Kendala / Hambatan
Budidaya pemebesaran ikan patin ini selain mendatangkan keuntungan juga
tidak terlepas dari kendala dan hambatan. Budidaya pembesaran ikan patin sangat
tergantung dengan keterampilan pekerja dan pengelola dalam melalukan
pembudidayaan. Untuk itu perlu pelatihan dam bimbingan dari dinas terkait.
Budidaya pembesaran ikan patin juga terkendala oleh mahalnya harga pakan yang
49
BP. 1520511019
5.1
50
BP. 1520511019
interaksi sosial antar anggota kelompok sekaligus meningkatkan rasa gotong royong
dan kesetiakawanan sosial di antara mereka.
5.2
Aspek Lingkungan
Secara umum usaha budidaya ikan patin sebagai suatu kegiatan produksi
tidak menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan sekitarnya. Salah satu
pencemaran yang mungkin timbul adalah pencemaran udara (bau). Namun hal ini
tidak membahayakan bagi kesehatan serta masyarakat sudah terbiasa dengan
kondisi tersebut mengingat hamper seluruh masyarakat sekitar lokasi usaha
melakukan usaha budidaya serupa. Limbah yang lain adalah berupa sampah ikutan
dari pembelian bahan-bahan sarana produksi antara lain berupa bekas kemasan
pupuk organik maupun anorganik, serta botol-botol plastik bekas obat-obatan.
Namun demikian jumlah limbah bekas kemasan ini tidak terlalu banyak dan
masih dapat dikelola dengan cara dijual kepada pemulung barang bekas atau
dipakai sendiri untuk keperluan lain. Adapun untuk jenis limbah yang lain adalah
limbah cair yaitu berupa limbah bekas air kolam yang dikuras kemudian beberapa
pembudidaya membuangnya ke sungai. Namun jenis limbah cair ini pun baik secara
fisik, kimiawi maupun biologi tidak berbahaya bagi lingkungan, disamping
frekuensinya yang sangat jarang.
VI
PENUTUP
7.1
Kesimpulan
51
BP. 1520511019
7.2
Saran
1. Berdasarkan potensi bahan baku, prospek pasar, aspek teknis teknologis, dan
kelayakan secara finansial, disarankan Bank dapat memberikan kemudahan
kredit untuk pengembangan usaha budidaya pembesara ikan patin ini.
2. Instansi terkait dan perbankan dapat terus membina dan mendukung
pengembangan budidaya pembesaran ikan patin ini baik dari segi penerapan
teknologi maupun untuk memperoleh akses terhadap permodalan.
3. Perlunya subsidi input dari pemerintah terutama dalam hal pakan yang
sangat mahal.
52
BP. 1520511019
Lampiran 1
Asumsi
No.
Uraian
Nilai
Satuan
Luas lahan
tahun
1.000
m2
25
unit
Ukuran kolam
24
m3
600
m3
0,7
35
m3
6x4x1
m (p x l x t)
350
m3
10
8-12
cm
11
Kepadatan tebar
12
13
Tingkat mortalitas
14
2,5
bulan
15
0,5
bulan
16
17
18
10
19
12.000
20
21
22
Jumlah pekerja
23
24
25
90.000
26
250.000
rupiah/m2
27
9.000
rupiah/kg
28
29
200
60.000
5
20
1,200,000
1
900,000
1,000
1:1
5
ekor/m3 air
ekor
persen
bulan
kali dalam
setahun
ekor/kg
rupiah/kg
persen
rupiah/bulan
orang
rupiah/bulan
rupiah/m2/tahun
rupiah/m lari
kg:kg
persen dari biaya
53
BP. 1520511019
Lampiran 2
Biaya Investasi
No.
Komponen Biaya
Investasi
Volume
Satuan
Harga
per Unit
(Rp)
Nilai (Rp)
Penyusutan
Selama 3
tahun
Nilai Sisa
A.
Biaya Prasarana
1,000
m2
3,000
3,000,000
3,000,000
25
unit
440,000
11,000,000
11,000,000
Pralon 3 inchi
14
batang
90,000
1,260,000
1,260,000
Elbo 3 inchi
25
buah
10,000
250,000
250,000
25
Paket
240,000
6,000,000
6,000,000
Gudang/pondok jaga
15
m2
350,000
5,250,000
4,300,000
950,000
Pagar seng
85,000
11,050,000
10,500,000
550,000
ls
850,000
850,000
850,000
Perijinan
ls
300,000
300,000
38,960,00
0
300,000
37,460,000
1,500,000
130
m lari
Sub total I
B.
Biaya Peralatan
Pompa air
unit
350,000
350,000
300,000
50,000
Saring Ikan
buah
25,000
75,000
75,000
Jaring Panen
buah
60,000
180,000
180,000
buah
180,000
180,000
180,000
Drum
buah
135,000
810,000
630,000
180,000
Ember besar
buah
40,000
160,000
160,000
Roll
400,000
800,000
800,000
Timbangan
unit
300,000
300,000
225,000
75,000
2,855,000
41,815,00
0
2,550,000
305,000
40,010,000
1,805,000
Sub total II
C.
54
BP. 1520511019
Lampiran 3
Biaya Operasional
No.
Komponen Biaya
Operasional
Volume
Satuan
Harga
Satuan (Rp)
Biaya 1
bulan (Rp)
Biaya 1
Siklus (Rp)
Biaya 1 Tahun
(Rp)
A.
Gaji Pengelola
orang/
bulan
1,200,000
1,200,000
3,600,000
14,400,000
Upah pekerja
orang
800,000
800,000
2,400,000
9,600,000
2,000,000
6,000,000
24,000,000
190
4,940,000
12,350,000
49,400,000
8,000
14,400,000
36,000,000
144,000,000
345,800
864,500
3,458,000
12,483,333
49,214,500
196,858,000
Biaya Bahan
Benih
Pakan/pellet *)
65,000
4,500
7%
ekor/
siklus
kg/
siklus
dari
biaya
benih /
siklus
Biaya listrik
bulan
60,000
60,000
180,000
720,000
D.
Biaya Pemeliharaan
siklus
250,000
100,000
250,000
1,000,000
14,643,333
55,644,500
222,578,000
55
BP. 1520511019
Lampiran 4
Kebutuhan Dana
No
1
Uraian
Jumlah (Rp)
41,815,000
Biaya Prasarana
38,960,000
Biaya Peralatan
2
2,855,000
55,644,500
6,000,000
Biaya Bahan
49,214,500
Biaya Listrik
180,000
Biaya Pemeliharaan
250,000
Total Biaya
97,459,500
Kelayakan Usaha
No
A
Uraian
Tahun
0
296,400,000
296,400,000
296,400,000
a. Investasi
41,815,000
b. Modal Kerja
55,644,500
97,459,500
296,400,000
296,400,000
296,400,000
296,400,000
296,400,000
296,400,000
1. Biaya Investasi
41,815,000
55,644,500
168,400,000
168,400,000
168,400,000
8,982,550
8,982,550
8,982,550
Arus Masuk
1. Penerimaan
2. Pembiayaan
Arus Keluar
3. Biaya Variabel/
Operasional
6. Pajak (15%)
Total Arus Keluar
97,459,500
177,382,550
177,382,550
177,382,550
97,459,500
177,382,550
177,382,550
177,382,550
Lampiran 5
Payback Periode
56
Tahun
Periode
74,100,0
00
74,100,0
00
74,100,0
00
74,100,0
00
74,100,0
00
74,100,0
00
74,100,0
00
74,100,0
00
74,100,0
00
74,100,0
00
74,100,0
00
74,100,0
00
1
2
3
1
4
5
6
7
8
9
10
11
Pendapatan
12
Pengeluaran
41,815,0
00
61,274,5
00
61,274,5
00
61,274,5
00
61,274,5
00
61,274,5
00
61,274,5
00
61,274,5
00
61,274,5
00
61,274,5
00
61,274,5
00
61,274,5
00
61,274,5
00
BP. 1520511019
Keuntungan
(41,815,0
00)
(28,989,5
00)
(16,164,0
00)
(3,338,5
00)
9,487,0
00
22,312,5
00
35,138,0
00
47,963,5
00
60,789,0
00
73,614,5
00
86,440,0
00
99,265,5
00
112,091,00
0
Lampiran 6
Laba-rugi
No
Uraian
Tahun
57
Penerimaan
296,400,000
296,400,000
296,400,000
Pengeluaran
236,516,333
236,516,333
236,516,333
Biaya Operasional
222,578,000
222,578,000
222,578,000
Penyusutan
13,938,333
13,938,333
13,938,333
59,883,667
59,883,667
59,883,667
Pajak (15%)
8,982,550
8,982,550
8,982,550
50,901,117
50,901,117
50,901,117
Profit on sales
14.94%
15.79%
16.13%
BEP : Rupiah
70,380,972
61,521,144
57,994,454
8,280
7,238
6,823
- Biaya Operasional
6,331
6,331
6,331
- Total Biaya
7,006
6,921
6,887
BP. 1520511019
BEP rata-rata
- Rupiah
- Produksi - Ton
23,460,324
2,760
58
BP. 1520511019
Lampiran 7
Produksi dan Pendapatan
Keterangan
1 Siklus
(3bulan)
Faktor
Pembagi/
Pengali
Pendapatan
per Siklus
Jumlah
Siklus
Pendapatan
per Tahun
Jumlah produksi
(ekor)
65,000
95%
61,750
247,000
Jumlah produksi
(kg)
61,750
10
6,175
24,700
Jumlah
Pendapatan (Rp)
6,175
12,000
74,100,000
296,400,000
59