Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
hipertensi. Biasanya diperksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah(kalium, natrium,
kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL). Sebagai tambahan dapat dilakukan
pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH,
ekokardiografi (Mansjoer,2001). Berdasarkan data laboratorium mengenai tekanan darah pasien
yang sudah mencapai 200/140 mmHg dari awal masuk rumah sakit dapat digolongkan bahwa
hipertensi pasien tersebut termasuk dalam kategori hipertensi stage II.
(JNC 7, 2003).
Pemerikasaan kadar ureum dan kreatinin dalam darah dipakai untuk menilai fungsi ginjal. Kadar
kretinin serum lebih berarti dibandingkan dengan ureum sebagai indikator laju glomerolus
(glomerolar filtration rate) yang menunjukkan derajat fungsi ginjal, Pemeriksaan yang lebih
tepat adalah pemeriksaan klirens atau yang lebih popular disebut creatinin clearance test (CTC).
Pemeriksaan kalium dalam serum dapat membantu menyingkirkan kemungkinan aldosteronisme
primer pada pasien hipertensi. Pemeriksaan urinalisa diperlukan karena selain dapat membantu
menegakkan diagnosis penyakit ginjal, juga karena proteinuria ditemukan pada hampir separuh
pasien. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pada urin segar (Suyono,2001).
Pada hasil pemeriksaan lab yang sudah ada menunjukkan adanya kenaikan nilai trombosit dan
leukosit. Naiknya nilai trombosit dan leukosit berhubungan dengan luka memar dan robek di
dahi dari pasien. Trombosit atau platelet berfungsi membantu menghentikan pendarahan dengan
membentuk gumpalan dan keropeng. Nilai trombosit diatas normal biasanya terjadi pada kondisi
infeksi sama halnya dengan leukosit. Adanya peningkatan jumlah leukosit umumnya berarti
terdapat peningkatan produksi sel-sel untuk melawan infeksi. Salah satu faktor yang
menyebabkan meningkatnya nilai leukosit adalah peradangan luka (Anonim,2010).
Dosis
Frekuensi
Amlodipin
1 mg
1x
Spironolakton
50 mg
1x
Captopril
25 mg
2x
Injeksi Ceftriaxon
1A
2x
Injeksi Brainact
1A
2x
Injeksi Ketolorac
30 mg
2x
Infus NaCl
20 tpm
Noperten
10 mg
22
Tanggal
23
24
1x
Subyektif
Riwayat
hipertensi
22
Hipertensi
stage II
22
Hipertensi
stage II
Obyektif
Tekanan Darah
(22 = 200/100,
23 = 180/80,
24= 170/80)
Tekanan Darah
(22 = 200/100,
23 = 180/80,
24= 170/80)
Tekanan Darah
(22 = 200/100,
23 = 180/80,
24= 170/80)
Assesment
Hipertensi
DRP : wrong dose (amlodipin 1 mg,
seharusnya 2,5-10 mg)
Hipertensi stage II
DRP : wrong drug (innappropriate
indication antara noperten (lisinopril)
dan amlodipin
Hipertensi stage II
DRP : wrong drug adanya 2 jenis
obat ACE inhibitor (captopril dan
lsiisnopril) untuk mengobati penyakit
pasien
23
Hipertensi
Tekanan Darah Hipetensi stage II
(22 = 200/100, DRP : wrog drug penggunaan
23 = 180/80, diuretik jenis aldosterone receptor
24= 170/80)
blocker untuk dikombinasikan dengan
dan Kalium = obat lain bukan merupakan first choice
3,7 mmol/L
pada terapi hipertensi stage II
22Muntah dan
Na = 148
Pemenuhan nutrisi pasien melalui TPN
24
rawat inap di mmol/L dan Cl DRP : wrong drug infus NaCl pada
rumah sakit
= 105 mmol/L saat kondisi pasien sedang hipertensi
diaman kadar Na dan Cl-nya normal
serta mencukupi
22Luka memar di
Leukosit =
Pusing, inflamasi dan infeksi pada
24
dahi, geriatri
17600 u/mL, kepala
trombosit =
DRP : wrong drug penggunaan
403.000 u/mL NSAID pada pasien hipertensi dan
dan
geriatri
penggunaan
NSAID
(JNC 7, 2003); (Al Amrie, 2013)
Algoritma terapi hipertensi
(JNC 7, 2003)
Dapus
pressure : The JNC 7 report. U.S. Department of Health and Human Service. NIH
Publication.
Al Amrie, Achmad Fauzi. 2013. Hubungan Gagal Ginjal dengan Diabetes dan Hipertensi serta
Alasan NSAID Bersifat Nefrotoksik. Makalah. Program Studi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Padjajaran.
http://www.scribd.com/doc/128120459/Gagal-Ginjal-Dan-Diabetes-Hipertensi-Dan-NSAID