Vous êtes sur la page 1sur 45

Kompetensi

Kompetensi Khusus

1.

Mampu melakukan peneraan instrumen metrologi secara profesional

2.

Mampu melakukan kalibrasi instrumen metrologi

3.

Memiliki bekal pengetahuan yang komprehensif tentang instrumen metrologi legal dan metrologi industri
dan cara pengukuran.

4.

Memiliki bekal pengetahuan dan mampu menerapkan manajemen mutu di dalam metrologi.
Kompetensi Umum

1.

Mampu memahami dan menerapkan nilai-nilai Agama dalam kehidupan

2.

Mampu memahami dan menerapkan nilai-nilai Ke Gadjah Madaan berdasarkan Pancasila

3.

Mampu memahami dan menerapkan nilai-nilai Kewarganegaraan Indonesia

4.

Mampu berkomunikasi secara lisan dan tulis

5.

Memiliki jiwa kepemimpinan

6.

Memiliki jiwa enterpreneurship

Dasar Keilmuan
Dasar keilmuan Program Studi D-3 Metrologi dan Instrumentasi UGM adalah:

1.

Ilmu Metrologi Dasar dan Terapan

2.

Ilmu Metrologi Legal

3.

Ilmu Instrumentasi Dasar


Sedangkan keilmuan pendukungnya adalah:

1.

Ilmu Pengetahuan Dasar Matematika

2.

Ilmu Pengetahuan Dasar Fisika

3.

Ilmu Pengetahuan Kerekayasaan Metrologi

4.

Ilmu Sosial yang mendukung mutu peneraan, perilaku dan etika serta entrepreneurship.

Metrologi adalah ilmu yang mempelajari pengukuran besaran teknik, sedangkan

Metrologi Industri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran dimensi dan karakteristik geometrik
suatu produk, menggunakan alat ukur sehingga didapatkan hasil yang mendekati hasil yang
sebenarnya.
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran yang belum diketahui dengan suatu besaran
yang standar.
Besaran adalah standar yang digunakan dalam pengukuran.
Besaran terdiri dari dua jenis:

Besaran Pokok, yaitu besaran yang sesuai dengan standar internasional, berdiri sendiri, dan
dapat dijadikan acuan.
Besaran Turunan, yaitu besaran yang diperoleh dari beberapa variabel dalam bentuk
persamaan.
Syarat-syarat besaran adalah:

Dapat didefinisikan secara fisik.


Dapat digunakan dimana saja.
Tidak berubah terhadap waktu.
Agar bisa diukur, maka suatu produk harus mempunyai karakteristik geometrik antara lain:

Dimensi
Posisi
Bentuk
Kualitas permukaan
Jenis-jenis pengukuran dalam Metrologi Industri:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pengukuran
Pengukuran
Pengukuran
Pengukuran
Pengukuran
Pengukuran
Pengukuran
Pengukuran

Linear
Sudut
Kerataan dan Kedataran
Profil
Ulir
Roda Gigi
Posisi
Kekasaran Permukaan

Jenis-jenis alat ukur:


Berdasarkan sifat aslinya, dapat dibedakan atas:
1.

Alat Ukur Langsung


Yaitu alat ukur yang dilengkapi dengan skala ukur yang lengkap, sehingga hasil pengukuran dapat
langsung diperoleh.
Contohnya : jangka sorong, mikrometer.

2.

Alat Ukur Pembanding


Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk mengukur beda ukuran suatu produk dengan ukuran dasar
produk yang telah diperkirakan terlebih dahulu dengan blok ukur.
Contohnya : dial indicator.

3.

Alat Ukur Standar


Yaitu alat ukur yang hanya dilengkapi dengan satu skala nominal, tidak dapat memberikan hasil
pengukuran secara langsung, dan digunakan untuk alat kalibrasi dari alat ukur lainnya.
Contohnya : blok ukur.

4.

Alat Ukur Kaliber Batas


Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk menunjukkan apakah dimensi suatu produk berada di dalam
atau diluar dari daerah toleransi produk tersebut.
Contohnya : kaliber lubang dan kaliber poros.

5.

Alat Ukur Bantu


Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk membantu dalam proses pengukuran. Sebenarnya alat ini
tidak bisa mengukur objek, namun karena peranannya yang sangat penting dalam pengukuran
maka alat ini dinamakan juga dengan alat ukur.
Contohnya : meja rata, stand magnetic, batang lurus.
Berdasarkan sifat turunannya, dapat dibedakan atas:

1.

Alat Ukur Khas


Yaitu alat ukur yang dibuat khusus untuk mengukur geometri yang khas, misalnya kekasaran
permukaan, kebulatan, profil gigi pada roda gigi. Alat ukur jenis ini dapat dilengkapi skala dan
dilengkapi alat pencatat atau penganalisis data.
Contohnya alat ukur roda gigi.

2.

Alat Ukur Koordinat


Yaitu alat ukur ysang memiliki sensor yang dapat digerakkan dalam ruang, digunakan untuk
menentukan posisi
Contohnya alat ukur posisi.
Berdasarkan prinsip kerjanya, dibedakan atas:

1.
2.
3.
4.
5.
1.

Alat
Alat
Alat
Alat
Alat

ukur
ukur
ukur
ukur
ukur

mekanik
elektrik
optik
pneumatik
hidrolik dan aerodinamik

Konstruksi umum dari alat ukur:


Sensor
Yaitu bagian alat ukur yang menghubungkan alat ukur dengan objek ukur.
Terdiri dari

2.

Sensor mekanik
Sensor optik
Sensor pneumatik
Pengubah
Yaitu bagian alat ukur yang berfungsi mengubah sinyal yang dirasakan oleh sensor menjadi
besaran ynag terukur.
Terdiri dari:

3.

Pengubah
Pengubah
Pengubah
Pengubah
Pengubah
Pengubah
Penunjuk

mekanik
optomekanik
elektrik
opto elektrik
pneumatik
optik

Yaitu bagian alat ukur yang berfungsi menunjukkan harga pengukuran.


Terdiri dari:

Penunjuk beskala
Skala linear
Skala melingkar

Penunjuk digital
Digital mekanik
Digital elektrik (LED)

1.

Adapun sifat dari alat ukur adalah:


Rantai kalibrasi
Yaitu kemampuan alat ukur untuk bisa dilakukan tingkatan pengkalibrasian.

Tingkatan tersebut adalah

2.

Kalibrasi alat
Kalibrasi alat
Kalibrasi alat
Kalibrasi alat
Kepekaan

ukur
ukur
ukur
ukur

kerja dengan alat ukur standar kerja.


standar kerja dengan alat ukur standar.
standar dengan alat ukur standar nasional.
standar nasional dengan alat ukur standar internasional.

Yaitu kemampuan alat ukur untuk dapat merasakan perbedaan yang relatif kecil dari harga
pengukuran.
3.

Mampu baca
Kemampuan sistem penunjukan dari alat ukur untuk memberikan harga pengukuran yang jelas
dan berarti.

4.

Histerisis
Yaitu penyimpangan dari harga ukur yang terjadi sewaktu dilakukan pengukuran secara kontinu
dari dua arah yang berlawanan.

5.

Pergeseran
Yaitu terjadinya perubahan posisi pada penunjuk harga ukur sementara sensor tidak memberikan /
merasakan sinyal atau perbedaan.

6.

Kepasifan
Terjadi apabila sensor telah memberikan sinyal, namun penunjuk tidak menunjukkan perubahan
pada harga ukur.

7.

Kestabilan nol
Yaitu kemampuan alat ukur untuk kembali ke posisi nol ketika sensor tidak lagi bekerja.

8.

Pengambangan
Yaitu suatu kondisi alat ukur dimana jarum penunjuk tidak menunjukkan harga ukur yang konstan.
Dengan kata lain, penunjuk selalu berubah posisi atau bergerak.

Sifat dari pengukuran:


Ketelitian (Accuracy), yaitu kemampuan alat ukur untuk memberikan nilai yang mendekati
harga yang sebenarnya.
Ketepatan (Precision), yaitu kemampuan alat ukur untuk memberikan nilai yang sama dari
beberapa pengukuran yang dilakukan
Kecermatan (Resolution), yaitu skala terkecil yang mampu dibaca oleh alat ukur.
Metode-metode pengukuran dalam Metrologi Industri

1.

Pengukuran Langsung

Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur langsung dimana hasil
pengukuran dapat diperoleh secara langsung.
2.

Pengukuran Tak Langsung


Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur pembanding dan alat ukur
standar, dimana hasil pengukuran tidak dapat diperoleh secara langsung.

3.

Pengukuran dengan Kaliber Batas


Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah dimensi suatu produk
berada di dalam atau diluar daerah toleransi produk tersebut.

4.

Membandingkan dengan Bentuk Standar


Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan cara membandingkan bentuk produk dengan bentuk
standar dari produk tersebut. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan profil proyektor.
Toleransi adalah perbedaan ukuran antara kedua harga batas, dimana ukuran atau jarak
permukaan batas geometri komponen harus terletak. Suaian adalah hubungan antara dua
komponen yang akan dirakit, yang ditimbulkan adanya perbedaan ukuran bagi pasangan elemen
geometrik saat mereka disatukan. Kalibrasi adalah membandingkan suatu alat ukur (skala atau
harga nominalnya) dengan acuan yang dianggap lebih benar. Langkah-langkah kalibrasi yaitu
melakukan pengkalibrasian alat ukur dengan alat ukur yang lebih tinggi tingkatannya pada rantai
kalibrasi, sehingga alat ukur tersebut dapat mempunyai aspek keterlacakkan (trace ability).
2.2 Teori Dasar Alat Ukur
Adapun alat ukur yang digunakan pada praktikum ini adalah :

1.
2.

Mistar Ingsut (Jangka Sorong) 150 mm dan 100 mm.


Mikrometer rahang luar
Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur dimensi luar suatu benda.

1.

Mikrometer rahang dalam


Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur dimensi dalam suatu benda.

1.

Mikrometer kedalaman.
Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur kedalaman lubang.
Mistar Ingsut atau Jangka Sorong adalah alat ukur dimensi linier atau panjang yang memiliki dua
skala yaitu Skala Utama dan Skala Nonius. Skala Utama adalah skala panjang dan Skala Nonius
adalah skala yang digeser-geser.

Mikrometer adalah alat ukur dengan prinsip kerja dengan informasi gerak melingkar skala yang
diputar menjadi gerak tranfersal pada sensornya.
Mistar Ingsut digunakan untuk mengukur:
1.
2.
3.
4.

Dimensi Luar.
Ketebalan.
Diameter Dalam.
Kedalaman Lubang.
Mikrometer digunakan untuk mengukur:

1.
2.
3.

Ketebalan dinding atas.


Ketebalan alas dari suatu produk.
Diameter dalam dan luar.
Jenis-jenis suian antara lain :

Suaian Paksa.
Dapat didefinisikan dimana daerah toleransi poros selalu berada di atas daerah toleransi lubang.

Suian Pas.
Dapat didefinisikan dimana daerah toleransi lubang berpotongan dengan toleransi poros.

Suaian longgar.
Dapat didefinisikan dimana daerah toleransi lubang selalu berada di atas daerah toleransi poros.

Etimologi
Apa itu metrologi ?
Ditinjau dari segi bahasa, kata metrologi berasal dari gabungan antara metro dan
logi. Di mana metro berasal dari bahasa Yunani Metron yang berarti ukuran, dan
akhiran logi dari bahasa Perancis logie atau Latin logia, yang menunjukkan subjek
dari suatu penelitian ilmiah, atau ilmu tentang sesuatu. Jadi bisa disimpulkan bahwa
metrologi berarti suatu penelitian ilmiah tentang ukuran, atau ilmu yang membahas
tentang ukuran.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III, metrologi adalah ilmu tentang
ukuran, timbangan, dan takaran.

Pentingnya Metrologi
Salah satu faktor penting untuk kemajuan suatu negara adalah pertumbuhan
ekonominya. Perdagangan internasional amat diperlukan dalam memacu
pertumbuhan ekonomi. Namun terdapat penghambat yang besar untuk
peningkatan perdagangan antar negara, salah satunya adalah Technical Barrier to
Trade (TBT) atau hambatan teknis perdagangan. Disamping itu persaingan antar
negara yang semakin meningkat dalam era perdagangan bebas sekarang ini
menuntut kualitas yang tinggi bagi produk-produk yang dipasarkan, artinya kualitas
yang dapat diterima oleh pasar yaitu kualitas produk yang memenuhi regulasi dan
standar internasional. Kualitas suatu produk dinyatakan dalam sertifikat pengujian
produk tersebut. Disini diperlukan data yang valid yang berarti hasil uji di negara
pengekspor komparabel (tidak berbeda) dengan di negara pengimpor. Tanpa
pengujian yang valid tidak ada jaminan bahwa kualitas produk memenuhi
regulasi/standar internasional dan hal ini dapat menghambat ekspor.
Lemahnya infrastruktur metrologi yang diakui internasional merupakan akar
penyebab hambatan teknis seperti diuraikan diatas, yang juga berarti menghambat
perkembangan ekonomi negara. Dalam hal ini negara-negara berkembang
merupakan kelompok yang paling dirugikan oleh adanya TBT, termasuk diantaranya
Indonesia. Dilain pihak, membanjirnya produk manufacturing impor saat ini sudah
mengancam kelangsungan hidup sebagian industri dalam negeri. Hal ini terjadi
karena SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk produk terkait belum tersedia, yang
artinya infrastruktur laboratorium pengujian untuk produk tersebut juga belum ada.
SNI diperlukan untuk menangkal/membatasi masuknya produk-produk non standar
berkualitas rendah yang merugikan konsumen, merusak pasaran dan mematikan
industri lokal.
Lembaga Metrologi Nasional, NMI yang kompeten sangat dibutuhkan sebagai
landasan terbentuknya infrastruktur metrologi nasional yang kuat dan kokoh.
Dengan adanya infrastruktur metrologi yang kuat dan kokoh, maka masalahmasalah nasional yang bermuara dari tidak akuratnya data hasil pengujian dapat
diatasi. Selain itu, segala hambatan perdagangan (TBT) dapat ditanggulangi
sehingga akan meningkatkan perekonomian nasional.
Tujuan Mempelajari Metrologi Industri
Mengapa metrologi industri harus dipelajari, khususnya bagi mereka yang bergerak
di bidang industri? Mempelajari sesuatu tentu saja ada tujuan yang ingin dicapai.
Demikian juga dengan belajar metrologi industri. Secara umum dapat dikatakan
bahwa tujuan mempelajari industri idealnya adalah menguasai seluk-beluk
pengukuran sehingga bila diaplikasikan di bidang perindustrian akan diperoleh
hasil/produk yang presisi dengan biaya yang semurah mungkin. Memang untuk

memperoleh hasil yang ideal tidak mungkin seratus persen dicapai. Akan tetapi,
dengan dikuasainya seluk beluk pengukuran maka paling tidak sistem kerja industri
yang efektif dan efisien bisa dipenuhi. Secara rinci dapat juga dikemukakan disini
bahwa tujuan mempelajari metrologi industri adalah:
Dapat mengelola laboratorium pengukuran baik yang ada di industri
maupun di bengkel kerja pada pendidikan ketrampilan teknik
1.

Dapat menggunakan dan membaca skala alat-alat ukur dengan tepat


dan benar
2.

Dapat menentukan dan memilih alat-alat ukur yang tepat sesuai


dengan bentuk dari obyek yang akan diukur
3.

Dapat mengalibrasi dan memelihara alat-alat ukur sehingga alat-alat


ukur tetap terjamin ketepatannya bila digunakan untuk pengukuran
4.

Memiliki pengetahuan tentang sumber-sumber penyimpangan


pengukuran dan dapat menentukan bagaimana caranya mengurangi
seminimal mungkin penyimpangan tersebut
5.

Dapat merendahkan biaya inspeksi semurah mungkin dengan


penggunaan fasilitas yang ada secara efektif dan efisien
6.

Dengan menguasai pengetahuan tentang kontrol kualitas, maka dapat


membantu peningkatan produktivitas hasil kerja, baik hasil kerja di bidang
pendidikan ketrampilan teknik maupun di bidang peridustrian
7.

Metrologi di Indonesia
Legalitas metrologi di Indonesia berpijak pada Undang-undang Republik Indonesia
No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (UUML) yang mengatur hal-hal mengenai
pembuatan, pengedaran, penjualan, pemakaian, dan pemeriksaan alat-alat ukur,
takar, timbang dan perlengkapannya.
Sesuai dengan amanat UUML tersebut, maka ditetapkanlah Peraturan Pemerintah
(PP) No. 2 Tahun 1989 tentang Standar Nasional untuk Satuan Ukuran (SNSU) yang
menjabarkan perihal penetapan, pengurusan, pemeliharaan dan pemakaian SNSU
sebagai acuan tertinggi pengukuran yang berlaku di Indonesia. Selain itu,
ditetapkan pula Keppres No. 79 tahun 2001 tentang Komite Standar Nasional untuk
Satuan Ukuran (KSNSU) sebagai penjabaran UUML yang mengharuskan adanya
lembaga yang membina standar nasional. Keppres ini memandatkan bahwa
pengelolaan teknis ilmiah SNSU diserahkan kepada Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI). Secara tidak langsung, Keppres ini berisi penunjukkan Lembaga
Metrologi Nasional atau National Metrology Institute (NMI) kepada salah satu unit
kerja di LIPI. Dalam hal ini, Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi, dan Metrologi
(Puslit KIMLIPI) adalah unit organisasi di bawah LIPI yang bidang kegiatannya
paling berkaitan dengan pengelolaan standar nasional. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa Puslit KIMLIPI merupakan instansi pemerintah yang menjalankan
fungsi sebagai Lembaga Metrologi Nasional atau NMI di Indonesia.

Secara umum, tugas dan fungsi sebagai NMI yang dijalankan oleh Bidang Metrologi
ada di lingkup metrologi ilmiah, yang juga menjadi acuan untuk metrologi industri
maupun metrologi legal. Tugas dan fungsi ini meliputi:
Memelihara standar-standar pengukuran tingkat nasional (standar
nasional)
1.

Mendiseminasikan atau mentransfer nilai ukur dari standar nasional ke


standar-standar industri (standar ukur yang dimiliki industri)
2.

Melakukan penelitian mengenai metode pengukuran dan perancangan


sistem pengukuran
3.

Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang metrologi dalam


bentuk pelatihan dan konsultasi
4.

Memberikan saran kebijakan yang berkaitan dengan metrologi ilmiah


dan metrologi industri
5.

Berkomunikasi dan bekerja sama dengan LMN negara-negara lain


dilingkup Asia-Pasifik dan Internasional
6.

Dilihat dari jenis besarannya, bidang metrologi di Pusli KIM-LIPI dibagi ke dalam
beberapa subbidang berikut:

Panjang

Massa dan besaran terkait (termasuk gaya, tekanan,flow, densitas)

Kelistrikan (termasuk waktu dan frekuensi)

Suhu (termasuk kelembaban )

Radiometri Fotometri

Akustik dan Getaran

TOLERANSI
Toleransi merupakan sifat atau sikap toleran, yaitu menenggang (menghargai,
membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan
pendirian itu sendiri. Adanya toleransi merupakan suatu hal yang penting untuk
bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, agama dan ras.
Banyaknya pertikaian yang terjadi, baik antar etnis, tawuran antar pelajar, hingga
antar suporter menunjukkan masih rendahnya rasa toleran dalam masyarakat. Tapi
bukan toleransi seperti itu yang akan dibahas dalam posting berikut ini.
Standar ISO 286-1:1988 Part 1: "Bases of tolerances, deviations and fits" serta ISO
286-2:1988 Part 2: "Tables of standard tolerance grades and limit" adalah
merupakan dasar bagi penggunaan toleransi dan suaian yang diikuti banyak
perusahaan dan perancang sampai saat ini. Suatu alat atau benda kerja sangat sulit
dapat dibuat dengan ukuran yang tepat sesuai permintaan, karena menyangkut
ketelitian dalam proses pembuatannya. Hal ini menuntut kesadaran dari seorang
perencana bahwa perlu diberikan dua batas penyimpangan yang diizinkan pada
setiap ukuran elemen. Dua batas penyimpangan ukuran yang diizinkan ini disebut
toleransi.

Toleransi memberi arti yang sangat penting sekali dalam dunia industri. Dalam
proses pembuatan suatu produk banyak faktor yang terkait di dalamnya. Oleh
karena itu ukuran yang diperoleh tentu akan bervariasi. Variasi ukuran yang terjadi
ini di satu pihak memang disengaja untuk dibuat, sedang di pihak lain adanya
banyak faktor yang memengaruhi proses pembuatannya. Dalam hal variasi ukuran
yang sengaja dibuat ini sebetulnya ada tujuan-tujuan tertentu yang salah satunya
adalah untuk memperoleh suatu produk yang berfungsi sesuai dengan yang
direncanakan. Variasi ukuran ini ada batasnya dan batas-batas ini memang
diperhatikan betul menurut keperluan. Batas-batas ukuran yang direncanakan
tersebut menunjukkan variasi ukuran yang terletak di atas dan di bawah ukuran
dasar (basic size). Dengan adanya variasi harga-harga batas ini maka komponenkomponen yang dibuat dapat dipasangkan satu sama lain sehingga fungsi dari
satuan unit komponen tersebut terpenuhi.
Penentuan besarnya toleransi tentu harus memperhatikan segi-segi positif dan
kegunaan dari komponen yang akan dibuat. Makin presisi suatu komponen dibuat
maka besarnya toleransi juga makin kecil. Makin kecil toleransi yang harus dibuat
maka makin kompleks pula proses pembuatannya, apalagi bila besarnya toleransi
mendekati nol. Makin kompleks proses pembuatan suatu komponen sudah tentu
akan memengaruhi pula pada biaya yang harus dikeluarkan.
Beberapa istilah perlu dipahami untuk penerapan standar ISO tersebut di atas.
Untuk setiap komponen perlu didefinisikan:
Ukuran dasar (basic size)
Ukuran/dimensi benda yang dituliskan dalam bilangan bulat.
Daerah toleransi (tolerance zone)
Daerah antara harga batas atas dan harga batas bawah
Penyimpangan (deviation)
Jarak antara ukuran dasar dan ukuran sebenarnya.
Apabila dua buah komponen akan dirakit maka hubungan yang terjadi yang
ditimbulkan oleh karena adanya perbedaan ukuran sebelum mereka disatukan,
disebut dengan suaian (fit). Suaian ada tiga kategori, yaitu:
Suaian Longgar (Clearance Fit): selalu menghasilkan kelonggaran,
daerah toleransi lubang selalu terletak di atas daerah toleransi poros.
1.

Suaian paksa (Interference Fit): suaian yang akan menghasilkan


kerapatan, daerah toleransi lubang selalu terletak di bawah toleransi poros.
2.

Suaian pas (Transition Fit): suaian yang dapat menghasilkan


kelonggaran ataupun kerapatan, daerah toleransi lubang dan daerah
toleransi poros saling menutupi.
3.

Untuk mengurangi banyaknya kombinasi yang mungkin dapat dipilih maka ISO
telah menetapkan dua buah sistem suaian yang dapat dipilih, yaitu:
1.
Sistem suaian berbasis poros (shaft basic system),
2.

Sistem suaian berbasis lubang (hole basic system).

Apabila sistem suaian berbasis poros yang dipakai maka penyimpangan atas
toleransi poros selalu berharga nol (es = 0). Sebaliknya, untuk sistem suaian
berbasis lubang maka penyimpangan bawah toleransi lubang yang bersangkutan
selalu bernilai nol (EI = 0).
Istilah lubang dan poros dapat berarti secara luas untuk menunjukkan ruang kosong
dan ruang padat, misalnya lebar alur pasak dan tebal pasak.
Toleransi dituliskan di gambar kerja dengan cara tertentu sesuai dengan standar
yang diikuti (ASME atau ISO). Toleransi bisa dituliskan dengan beberapa cara:
Ditulis menggunakan ukuran dasar dan penyimpangan yang diizinkan.
Menggunakan ukuran dasar dan simbol huruf dan angka sesuai dengan standar ISO,
misalnya : 45H7, 45h7, 30H7/k6.

Toleransi yang ditetapkan bisa dua macam toleransi, yaitu toleransi bilateral dan
toleransi unilateral. Kedua cara penulisan toleransi tersebut yaitu a dan b sampai
saat ini masih diterapkan. Akan tetapi cara b lebih komunikatif karena:
1.

Memperlancar komunikasi sebab dibakukan secara internasional.

2.

Mempermudah perancangan karena dikaitkan dengan fungsi

3.

Mempermudah perencanaan proses kualitas

Pada penulisan toleransi ada dua hal yang harus ditetapkan, yaitu:
Posisi daerah toleransi terhadap garis nol ditetapkan sebagai suatu fungsi ukuran
dasar. Penyimpangan ini dinyatakan dengan simbol satu huruf (untuk beberapa hal
bisa dua huruf). Huruf kapital untuk lubang dan huruf kecil untuk poros.
Toleransi, harganya/besarnya ditetapkan sebagai suatu fungsi ukuran dasar. Simbol
yang dipakai untuk menyatakan besarnya toleransi adalah suatu angka (sering
disebut angka kualitas).
Contoh: 45g7 artinya suatu poros dengan ukuran dasar 45 mm posisi daerah
toleransi (penyimpangan) mengikuti aturan kode g serta besar/harga toleransinya
menuruti aturan kode angka 7.
Catatan: Kode g7 ini mempunyai makna lebih jauh, yaitu:
Jika lubang pasangannya dirancang menuruti sistem suaian berbasis lubang akan
terjadi suaian longgar. Bisa diputar/digeser tetapi tidak bisa dengan kecepatan

putaran tinggi.
Poros tersebut cukup dibubut tetapi perlu dilakukan secara seksama.
Dimensinya perlu dikontrol dengan komparator sebab untuk ukuran dasar 45 mm
dengan kualitas 7 toleransinya hanya 25 mikrometer.
Apabila komponen dirakit, penulisan suatu suaian dilakukan dengan menyatakan
ukuran dasarnya yang kemudian diikuti dengan penulisan simbol toleransi dari
masing masing komponen yang bersangkutan. Simbol lubang dituliskan terlebih
dahulu:
H845 H8/g7 atau 45 H8g7 atau 45/g7
Artinya untuk ukuran dasar 45 mm, lubang dengan penyimpangan H berkualitas
toleransi 8, berpasangan dengan poros dengan penyimpangan berkualitas toleransi
7.
Untuk simbol huruf (simbol penyimpangan) digunakan semua huruf abjad kecuali i,
l, o, q dan w (I, L, O, Q, dan W), huruf ini menyatakan penyimpangan minimum
absolut terhadap garis nol.
Huruf a sampai h (A sampai H) menunjukkan minimum material condition (smallest
shaft largest hole).
Huruf Js menunjukkan toleransi yang pada prinsipnya adalah simetris terhadap garis
nol.
Huruf k sampai z (K sampai Z) menunjukkan maximum material condition (largest
shaft smallest hole).

Pengendalian Kualitas (Quality Control)

Sejarah Pengendalian Kualitas


Perhatian terhadap kualitas produk dan pengendalian proses bukanlah hal baru.
Sejarawan telah melacak konsepnya sejauh 3000 tahun sebelum masehi di
Babilonia. Di antara referensi kualitas dari kodeks Hammurabi, penguasa Babilonia,
ada kutipan berikut: "tukang batu yang membangun rumah yang runtuh dan
menewaskan penghuninya akan dihukum mati".
Hukum ini menggambarkan perhatian untuk kualitas di zaman kuno. Pengendalian
proses adalah konsep yang mungkin dimulai dengan piramida Mesir, ketika didesain
sistem untuk mengangkut dan menghias batu. Seseorang hanya perlu memeriksa
piramida di Khufu untuk menghargai prestasi luar biasa ini.
Kemudian arsitektur Yunani melampaui arsitektur Mesir dalam wilayah aplikasi
militer. Beberapa abad kemudian, operasi pembangunan kapal di Venesia
memperkenalkan standardisasi dan pengendalian produksi rudimen.
Mengikuti revolusi industri yang menghasilkan sistem pabrik, pengendalian proses
dan kualitas mulai mengambil karakteristik yang kita ketahui sekarang.
Spesialisasi tenaga kerja pada pabrik yang membutuhkannya. Bagian yang mampu

ditukar diperkenalkan oleh Eli Whitney ketika ia membuat 15000 senapan untuk
pemerintah federal. Peristiwa ini merupakan perwakilan dari era produksi masal,
ketika inspeksi oleh juru terlatih di meja kerja digantikan inspeksi bersifat khusus
yang dilakukan oleh individu tidak terkait langsung dalam proses produksi.
Spesialisasi tenaga kerja dan jaminan kualitas meraih langkah besar tahun 1911
dengan penerbitan bukuPrinciples of Scientific Management. Karya perintis
berdampak sangat besar pada penerapan dan pemikiran manajemen. Filosofi Taylor
adalah satu dari spesialisasi fungsional ekstrem dan beliau menyarankan delapan
bos fungsional untuk tingkat toko, satu ditunjuk tugas inspeksi :
Inspektur bertanggung jawab untuk kualitas pekerjaan, dan pekerja serta bos
kecepatan [yang melihat bahwa digunakan alat potong yang tepat, pekerjaannya
digerakkan dengan baik, dan potongan dimulai dari bagian yang tepat dari benda]
harus melihat bahwa pekerjaan diselesaikan sesuai dengannya. Orang ini, tentu
dapat mengerjakan pekerjannya dengan sangat baik seandainya ia adalah ahlinya
seni menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan cepat.
Taylor kemudian mengakui bahwa spesialisasi fungsional ekstrem memiliki
kerugian, tapi gagasan beliau terhadap analisis proses dan pengendalian kualitas
dengan inspeksi terhadap produk akhir masih hidup dalam banyak perusahaan
sekarang. Pengendalian kualitas statistik (Statistical Quality Control-SQC), pelopor
pengendalian kualitas total (Total Quality Control-TQM) saat ini, diawali pada
pertengahan 1920-an pada pembangkit listrik Barat di sistem Bell.
Walter Shewart, fisikawan laboratorium Bell, merancang versi asli SQC untuk
produksi masal tanpa cacat untuk pertukaran telepon kompleks dan set telepon.
Pada 1931 Shewart menerbitkan buku terkenalnya Economic Control of Quality of
Manufactured Product. Buku ini menyediakan definisi presisi dan dapat diukur
mengenai pengendalian kualitas dan mengembangkan teknik statistik untuk
mengevaluasi produksi dan meningkatkan kualitas. Selama Perang Dunia II,
W.Edward Deming dan Joseph Juran, mantan anggota grup Shewart, masing-masing
mengembangkan versi yang digunakan saat ini.
Telah diterima secara umum sekarang bahwa Jepang berutang kepemimpinan
produk mereka sebagian karena memakai aturan Deming dan Juran. Menurut Peter
Drucker, Industri Amerika mengabaikan kontribusi mereka selama 40 tahun dan
baru saja beralih ke SQC.
Pentingnya Pengendalian Kualitas
Pengertian pengendalian kualitas adalah aktivitas pengendalian proses untuk
mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkan dengan spesifikasi atau
persyaratan, dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada
perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar. Tujuan dari
pengendalian kualitas adalah untuk mengendalikan kualitas produk atau jasa yang
dapat memuaskan konsumen. Pengendalian kualitas statistik merupakan suatu alat
tangguh yang dapat digunakan untuk mengurangi biaya, menurunkan cacat dan
meningkatkan kualitas pada proses manufakturing. Pengendalian kualitas

memerlukan pengertian dan perlu dilaksanakan oleh perancang, bagian inspeksi,


bagian produksi sampai pendistribusian produk ke konsumen.
Peranan kualitas produk sangat penting dalam situasi pemasaran yang semakin
bersaing, karena dapat mempengaruhi maju atau tidaknya perusahaan. Perusahaan
bukan hanya memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan tetapi juga kualitas
dari produk tersebut. Bagi perusahaan yang tidak memperhatikan kualitas produk
yang dihasilkan akan mengalami banyak kendala dalam pemasarannya, sehingga
produk kurang laku dan mengalami penurunan penjualan.
Pengendalian mutu atau kualitas merupakan cara untuk memproduksi barang atau
jasa secara ekonomis sesuai dengan keinginan pelanggan. Dalam proses
pengendalian kualitas tidak hanya untuk mengetahui kualitas dari produk tetapi
juga dibutuhkan pengandalian kualitas terhadap kinerja karyawan yang berkerja di
perusahaan. Untuk itu dibutuhkan suatu metode yang dapat mengendalikan
kualitas baik produk maupun karyawan.
Tahap pelaksanaan pengendalian kualitas dalam proses produksi yaitu :
Sebelum proses produksi dimulai (pengendalian kualitas bahan
mentah)
1.
2.

Selama proses produksi berlangsung

Sesudah proses produksi dilaksanakan (pengendalian kualitas hasil


produksi)
3.

KESALAHAN DALAM PENGUKURAN

PENGUKURAN MERUPAKAN PROSES YANG MELIBATKAN ALAT UKUR, ORANG DAN BENDA UKUR.

TIDAK ADA PENGUKURAN YANG MEMBERIKAN KETELITIAN YANG ABSOLUT ATAU SELALU TEPAT.

KESALAHAN MERUPAKAN PERBEDAAN ANTARA HASIL PENGUKURAN DENGAN HARGA YANG DIANGGAP BENAR.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBUAT SUATU PROSES PENGUKURAN MENJADI TIDAK TELITI DAN TIDAK TEPAT DAPAT BERASAL DARI BERBAGAI
SUMBER YAITU :

ALAT UKUR

BENDA UKUR

POSISI PENGUKURAN

LINGKUNGAN

DAN ORANG (SI PENGUKUR)

PENYIMPANGAN ALAT UKUR


ALAT TIDAK DIKALIBRASI SEBELUM DIGUNAKAN UNTUK MENGUKUR. CARA MENGATASINYA ADALAH DENGAN MELAKUKAN KALIBRASI SEBELUM ALAT
UKUR DIGUNAKAN.
SENSOR PADA ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN KEMUNGKINAN SUDAH AUS. MENGGANTI ALAT UKUR YANG SUDAH RUSAK DENGAN ALAT UKUR BARU.

PENYIMPANGAN
FILOSOFI KALIBRASISetiap instrumen ukur harus dianggap tidak cukup baik sampai terbukti melalui kalibrasi dan atau pengujian bahwa instrumen
ukur tersebut memang baik.

DEFINISI KALIBRASI Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukurdan bahan ukur dengan cara
membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional maupun internasional untuk satuan ukuran
dan/atau internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi .

PENYIMPANGAN DARI BENDA UKUR

BENDA UKUR YANG ELASTIS YANG DAPAT BERUBAH BENTUK ATAU DEFORMASI KARENA MENDAPATKAN TEKANAN DARI ALAT UKUR.
BENDA UKUR YANG KUAT TETAPI PANJANG DAN DILETAKKAN PADA TUMPUAN, AKAN MENGALAMI LENDUTAN KARENA BERAT BEBAN SENDIRI. UNTUK
MENGATASI HAL ITU BIASANYA JARAK TUMPUAN DITENTUKAN SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA DIPEROLEH KEDUA UJUNGNYA TETAP SEJAJAR.
JARAK TUMPUAN YANG TERBAIK ADALAH 0.577 KALI PANJANG BATANG DAN JUGA YANG JARAKNYA 0.544 KALI PANJANG BATANG BESARNYA
LENTURAN TERGANTUNG DARI JARAK KEDUA TUMPUAN.

PENYIMPANGAN AKIBAT POSISI PENGUKURAN

PENYIMPANGAN AKIBAT LINGKUNGAN

CAHAYA DAN PENERANGAN YANG KURANG DAPAT MENGAKIBATKAN KESALAHAN DALAM MEMBACA SKALA. TERLALU BANYAK
CAHAYA PUN TIDAK BOLEH KARENA DAPAT MENYEBABKAN RUANGAN MENJADI PANAS.

DEBU DAPAT MENYEBABKAN KESALAHAN SISTEMATIS KARENA DAPAT MENEMPEL PADA PERMUKAAN SENSOR ALAT UKUR.

TEMPERATUR DAN GETARAN LANTAI JUGA DAPAT MEMPENGARUHI HASIL DARI PENGUKURAN.

TEMPERATUR YANG DIJINKAN UNTUK KONDISI PENGUKURAN GEOMETRIS ADALAH 20 DAN KELEMBAPAN KELEMBABAN 70-75%

PERUBAHAN PANJANG AKAN TERJADI PADA PENGUKURAN LANGSUNG, HAL ITU DAPAT DI HINDARI DENGAN MENUNGGU BENDA
UKUR DINGIN TERLEBIH DAHULU.

PENYIMPANGAN DARI SI PENGUKUR

JIKA DUA ORANG MELAKUKAN PENGUKURAN DENGANMENGGUNAKAN ALAT UKUR DAN BENDA UKUR YANG SAMA, DAPAT
DIPASTIKAN DATA HASIL PENGUKURAN AKAN BERBEDA.

SUMBER PERBEDAAN TERSEBUT DAPAT BERASAL DARI CARA MENGUKUR, PENGALAMAN, KEAHLIAN SERTA KEMAMPUAN MASING-

MASING.

SYARAT YANG HARUS DIMILIKI SEORANG PENGUKUR ADALAH :

MEMPUNYAI PENGALAMAN PRAKTEK

MEMPUNYAI PENGETAHUAN MENGENAI DASAR-DASAR PENGUKURAN

MEMPUNYAI KESADARAN BAHWA HASIL PENGUKURAN MERUPAKAN TANGGUNG JAWABNYA.

KESALAHANPEMBACAANYANGDIKENALDENGANNAMAPARALLAKS,DAPATTERJADIPADAWAKTUMEMBACAPOSISIJARUM
PENUNJUKRELATIFTERHADAPSKALA.
PARALLAKSAKANTERJADIBILAPENGAMATTIDAKMENGUSAHAKAN(SALAHSATU)MATANYAKIRAKIRATERLETAKPADABIDANG
BACA(BIDANGYANGMENGANDUNGGARISJARUMPENUNJUKDANTEGAKLURUSBIDANGSKALA).

Referensi:
http://hvratska.blogspot.com/2013/06/pentingnya-pengendaliankualitaspada.html
http://joe-proudly-present.blogspot.com/2011/11/pengendalian-kualitas.html
http://nanangbudianas.blogspot.com/2013/02/pentingnya-pengendalian-kualitasdalam.html
http://totalqualitymanagement.wordpress.com/2009/08/25/a-brief-history-ofqualtiy-control/

Materi Alat Ukur

ALAT UKUR
Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu
besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudah
diketahui nilainya, misalnya dengan besaran standart.
Pekerjaan membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau
mengukur. Sedangkan pembandingnya yang disebut sebagai alat ukur. Pengukuran banyak
sekali dilakukan dalam bidang teknik atau industri. Sedangkan alat ukurnya sendiri banyak
sekali jenisnya, tergantung dari banyak faktor, misalnya objek yang diukur serta hasil yang di
inginkan. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengukuran adalah :
1. Standart yang dipakai harus memiliki ketelitian yang sesuai dengan standart yang telah
ditentukan.
2. Tata cara pengukuran dan alat yang digunakan harus memenuhi persyaratan.
Pengetahuan yang harus dimiliki adalah bagaimana menetukan besaran yang akan
diukur, bagaimana mengukurnya dan mengetahui dengan apa besaran tersebut harus diukur.
Ketiga hal tersebut harus mutlak dimiliki oleh orang yang akan melakukan pengukuran.
Besaran terdiri dari dua jenis:
Besaran Pokok, yaitu besaran yang sesuai dengan standar internasional, berdiri sendiri, dan

dapat dijadikan acuan.

Besaran Turunan, yaitu besaran yang diperoleh dari beberapa variabel dalam bentuk

persamaan.
Syarat-syarat besaran adalah:

Dapat didefinisikan secara fisik.

Dapat digunakan dimana saja.

Tidak berubah terhadap waktu.


Agar bisa diukur, maka suatu produk harus mempunyai karakteristik geometrik antara lain:

Dimensi

Posisi

Bentuk

Kualitas permukaan
Sebuah alat ukur mempunyai 3 komponen utama yaitu: Sensor, Pengubah, Penunjuk

1. Sensor
Yaitu bagian alat ukur yang menghubungkan alat ukur dengan objek ukur.
Terdiri dari

Sensor mekanik

Sensor optik

Sensor pneumatik

2. Pengubah
Yaitu bagian alat ukur yang berfungsi mengubah sinyal yang dirasakan oleh sensor menjadi
besaran ynag terukur.
Terdiri dari:

Pengubah mekanik

Pengubah optomekanik

Pengubah elektrik

Pengubah opto elektrik

Pengubah pneumatik

Pengubah optik

3. Penunjuk

Yaitu bagian alat ukur yang berfungsi menunjukkan harga pengukuran.


Terdiri dari:

Penunjuk beskala

- Skala linear
- Skala melingkar

Penunjuk digital

- Digital mekanik
- Digital elektrik (LED)

Jenis-jenis alat ukur:


Berdasarkan sifat aslinya, dapat dibedakan atas:
1. Alat Ukur Langsung
Yaitu alat ukur yang dilengkapi dengan skala ukur yang lengkap, sehingga hasil pengukuran
dapat langsung diperoleh.
Contohnya : jangka sorong, mikrometer.
2. Alat Ukur Pembanding
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk mengukur beda ukuran suatu produk dengan ukuran dasar
produk yang telah diperkirakan terlebih dahulu dengan blok ukur.
Contohnya : dial indicator.
3. Alat Ukur Standar
Yaitu alat ukur yang hanya dilengkapi dengan satu skala nominal, tidak dapat memberikan hasil
pengukuran secara langsung, dan digunakan untuk alat kalibrasi dari alat ukur lainnya.
Contohnya : blok ukur.
4. Alat Ukur Kaliber Batas
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk menunjukkan apakah dimensi suatu produk berada di
dalam atau diluar dari daerah toleransi produk tersebut.
Contohnya : kaliber lubang dan kaliber poros.
5. Alat Ukur Bantu
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk membantu dalam proses pengukuran. Sebenarnya alat ini
tidak bisa mengukur objek, namun karena peranannya yang sangat penting dalam pengukuran
maka alat ini dinamakan juga dengan alat ukur.

Contohnya : meja rata, stand magnetic, batang lurus.


Berdasarkan sifat turunannya, dapat dibedakan atas:
1. Alat Ukur Khas
Yaitu alat ukur yang dibuat khusus untuk mengukur geometri yang khas, misalnya kekasaran
permukaan, kebulatan, profil gigi pada roda gigi. Alat ukur jenis ini dapat dilengkapi skala dan
dilengkapi alat pencatat atau penganalisis data.
Contohnya alat ukur roda gigi.
2. Alat Ukur Koordinat
Yaitu alat ukur ysang memiliki sensor yang dapat digerakkan dalam ruang, digunakan untuk
menentukan posisi
Contohnya alat ukur posisi.
Berdasarkan prinsip kerjanya, dibedakan atas:
1. Alat ukur mekanik
2. Alat ukur elektrik
3. Alat ukur optik
4. Alat ukur pneumatik
5. Alat ukur hidrolik dan aerodinamik
Adapun sifat dari alat ukur adalah:
1. Rantai kalibrasi
Yaitu kemampuan alat ukur untuk bisa dilakukan tingkatan pengkalibrasian.
Tingkatan tersebut adalah

Kalibrasi alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja.

Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan alat ukur standar.

Kalibrasi alat ukur standar dengan alat ukur standar nasional.

Kalibrasi alat ukur standar nasional dengan alat ukur standar internasional.

2. Kepekaan
Yaitu kemampuan alat ukur untuk dapat merasakan perbedaan yang relatif kecil dari harga
pengukuran.
3. Mampu baca

Kemampuan sistem penunjukan dari alat ukur untuk memberikan harga pengukuran yang jelas
dan berarti.
4. Histerisis
Yaitu penyimpangan dari harga ukur yang terjadi sewaktu dilakukan pengukuran secara kontinu
dari dua arah yang berlawanan.
5. Pergeseran
Yaitu terjadinya perubahan posisi pada penunjuk harga ukur sementara sensor tidak
memberikan / merasakan sinyal atau perbedaan.
6. Kepasifan
Terjadi apabila sensor telah memberikan sinyal, namun penunjuk tidak menunjukkan
perubahan pada harga ukur.
7. Kestabilan nol
Yaitu kemampuan alat ukur untuk kembali ke posisi nol ketika sensor tidak lagi bekerja.
8. Pengambangan
Yaitu suatu kondisi alat ukur dimana jarum penunjuk tidak menunjukkan harga ukur yang
konstan. Dengan kata lain, penunjuk selalu berubah posisi atau bergerak.

Klasifikasi Alat Ukur


Menurut cara kerja, alat ukur diklasifikasikan menjadi :

alat ukur mekanis

alat ukur elektris

alat ukur optis

alat ukur mekanis optis dan

alat ukur pneumatis

Menurut sifat dari alat ukur :


a. Alat ukur langsung : hasil pengukurannya dapat langsung dibaca pada skala ukurannya. Contoh
jangka sorong, mikrometer, mistar baja, height gauge.
b. Alat ukur pembanding : alat ukur yang mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi. Misal jam
ukur ( dial indicator ), pembanding ( comparator )
c. Alat ukur standar, alat ukur yang mempunyai harga ukur tertentu. Misal blok ukur ( block
gauge ),batang ukur ( length bar ), dan master ketinggian ( height master).

d. Alat ukur batas, alat ukur yang digunakan untuk menentukan apakah suatu dimensi obyek ukur
masih terletak dalam batas-batas toleransi ukuran. Misal kaliber batas Go dan No Go
e. Alat ukur bantu, alat ukur yang sifatnya hanya sebagai pembantu dalam proses pengukuran.
Misal dudukan mikrometer, penyangga/pemegang jam ukur.
Menurut jenis dari benda yang akan diukur :
1. Alat ukur linier : alat ukur linier langsung maupun alat ukur linier tak langsung.
2. Alat ukur sudut atau kemiringan : ada alat ukur sudut yang langsung bisa dibaca hasil
ukurannya ada juga yang membutuhkan perhitungan matematis.
3. Alat ukur kedataran.
4. Alat ukur untukmengukur profil atau bentuk.
5. Alat ukur ulir.
6. Alat ukur roda gigi
7. Alat ukur mengecek kekasaran.
Jenis-jenis pengukuran dalam Metrologi Industri:
1. Pengukuran Linear
2. Pengukuran Sudut
3. Pengukuran Kerataan dan Kedataran
4. Pengukuran Profil
5. Pengukuran Ulir
6. Pengukuran Roda Gigi
7. Pengukuran Posisi
8. Pengukuran Kekasaran Permukaan
Karakteristik pengukuran:

Ketelitian (Accuracy), yaitu kemampuan alat ukur untuk memberikan nilai yang
mendekati harga yang sebenarnya.

Ketepatan (Precision), yaitu kemampuan alat ukur untuk memberikan nilai yang sama
dari beberapa pengukuran yang dilakukan

Kecermatan (Resolution), yaitu skala terkecil yang mampu dibaca oleh alat ukur.

Metode-metode pengukuran dalam Metrologi Industri


1. Pengukuran Langsung

Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur langsung dimana hasil
pengukuran dapat diperoleh secara langsung.
2. Pengukuran Tak Langsung
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur pembanding dan alat ukur
standar, dimana hasil pengukuran tidak dapat diperoleh secara langsung.
3. Pengukuran dengan Kaliber Batas
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah dimensi suatu
produk berada di dalam atau diluar daerah toleransi produk tersebut.
4. Membandingkan dengan Bentuk Standar
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan cara membandingkan bentuk produk dengan bentuk
standar dari produk tersebut. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan profil proyektor.
Toleransi adalah perbedaan ukuran antara kedua harga batas, dimana ukuran atau jarak
permukaan batas geometri komponen harus terletak. Suaian adalah hubungan antara dua
komponen yang akan dirakit, yang ditimbulkan adanya perbedaan ukuran bagi pasangan
elemen geometrik saat mereka disatukan. Kalibrasi adalah membandingkan suatu alat ukur
(skala atau harga nominalnya) dengan acuan yang dianggap lebih benar. Langkah-langkah
kalibrasi yaitu melakukan pengkalibrasian alat ukur dengan alat ukur yang lebih tinggi
tingkatannya pada rantai kalibrasi, sehingga alat ukur tersebut dapat mempunyai aspek
keterlacakkan (trace ability).
Hampir semua alat ukur mempunyai bagian yang disebut dengan penunjuk atau
pencatat kecuali beberapa alat ukur batas atau standar.
Dari bagian penunjuk inilah dapat dibaca atau diketahui besarnya harga hasil
pengukuran. Secara umum, penunjuk/pencatat ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Penunjuk yang mempunyai skala,
2. Penunjuk berangka (sistem digital).
Jenis-jenis Pengukuran
1. Pengukuran Langsung
Pengukuran Langsung adalah proses pengukuran dengan menggunakan alat ukur langsung
dan hasil pengukurannya dapat langsungterbaca.
Contoh :Mistar Ukur, Mistar Ingsut (Caliper),Mikrometer, Height Gauge

2. Pengukuran Tak Langsung


Pengukuran Tak Langsung adalah proses pengukuran yang dilaksanakan
memakai beberapa jenis alat ukur pembanding, standar, dan alat ukur bantu.

dengan

3. Pengukuran dengan Kaliber Batas


Pengukuran dengan Kaliber Batas adalah proses pemeriksaan untuk
memastikan apakah obyek ukur memiliki harga yang terletak di dalam
atau di luar daerah toleransi ukuran, bentuk, dan/atau posisi.

Gambar : Alat ukur caliber


4. Pengukuran dengan Bentuk Acuan
Pengukuran dengan cara membandingkan dengan suatu bentuk acuan yang ditetapkan pada
layar alat ukur proyeksi.
5.

Pengukuran Geometri Khusus


Pengukuran yang dilakukan hanya untuk satu jenis geometri tertentu
saja, seperti : kebulatan silinder, pitch ulir, pitch roda gigi, dsb.

Gambar : Pengukuran geometri khusus


6. Pengukuran dengan Mesin Ukur Koordinat

Mesin Ukur Koordinat adalah alat ukur geometri modern dengan memanfaatkan komputer untuk
mengontrol gerakan sensor relatif terhadap benda ukur untuk menganalisis data pengukuran.

Gambar : Pengukuran dengan mesin ukur koordinat


Pengukuran Linier
1. Mistar Ukur
Alat ukur ini digunakan untuk mengukur linear langsung (panjang, lebar, dan tinggi),dimana
hasil pengukurannya dapat langsung di baca pada bagian penunjuk (skala) dari alat ukur, dan
hasil pengukuran dari alat ini tidak teliti.

Gambar: Alat ukur linier langsung


2. Mistar Ingsut / Vernier Caliper
Mistar ingsut kadang-kadang disebut juga dengan nama lain, yaitu: mistar geser, jangka sorong,
jangka geser atau schuifmaat. Prinsipnya sama seperti mistar ukur yaitu dengan adanya skala
linier pada rahangnya, sedangkan perbedaannya terletak pada cara pengukuran objek ukur.

Adapun kegunaan dari mistar ingsur itu sendiri, antara lain :


- Dapat mengukur ketebalan jarak luar atau dimensi luar.
- Dapat mengukur kedalaman.
- Dapat mengukur tongkat.
- Dapat mengukur celah atau dimeter dalam.

Gambar: Mistar Ingsut / Vernier Caliper


3. Mikrometer
kegunaan mikrometer skrup antara lain sebagai berikut ;
-

Mengukur ketebalan benda yang tipis misalnya uang koin logam, bahkan untuk mikrometer
yang sangat teliti bisa digunakan untuk mengukur tebal kertas. ketelitian mikrometer skrup
yaitu antara 0,01 mm atau 0,05 mm.

Mengukur diameter luar sebuah benda yang kecil misalnya bantalan peluru, atau silinder kecil
seperti contoh gambar di atas

Untuk micrometer terntentu yang memiliki rahang geser bisa juga digunakan untuk mengukur
kedalaman benda yang kecil seperti jangka sorong.

Gambar: Mikrometer

Pengukuran Sudut

Pada umumnya alat ukur sudut itu terbagi atas dua bagian besar, yaitu alat ukur sudut
langsung, (besar sudut dapat langsung diketahui dari skalanya), dan alat ukur sudut Tak
Langsung,(harus melalui perhitungan terlebih dahulu).
Yang termasuk alat ukur sudut langsung, antara lain :

Busur Baja ( Stell Enginer Protractor )

Gambar: Busur Baja ( Stell Enginer Protractor )

Busur Bilah ( Bevel Protractor)

Gambar: Busur Bilah ( Bevel Protractor)


Sedang alat ukur sudut tak Langsung antara lain :

Rol
Bola

Alat-alat dengan rumus Sinus

Block ukur sudut ( Angle Gauge)

Mistar ingsut Ketinggian ( Hight Vernier Caliper)

Auto Kalimator ( Angle Dekor )

Pedatar ( Spirit Level )

Pengukuran Ketegaklurusan

Penyiku
Fungsi penyiku adalah untuk memeriksa ketegaklurusan atau kesikuan suatu benda,
memeriksa kesejajaran garis, dan alat bantu dalam membuat garis pada benda kerja.

Gambar: Penyiku

Pengukuran Kedataran

Waterpass
Waterpass adalah alat mengukur beda ketinggian dari satu titik acuan ke acuan berikutnya.
Waterpass ini dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di dalamnya. Untuk mengecek
apakah waterpass telah terpasang dengan benar, perhatikan gelembung di dalam
kaca berbentuk bulat. Apabila gelembung tepat berada di tengah, berarti waterpass telah
terpasangdengan benar. Pada waterpass, terdapat lensa untuk melihat sasaran bidik. Dalam
lensa, terdapattanda panah menyerupai ordinat (koordinat kartesius).

Gambar: Waterpass

Pengukur Kebulatan

Dial gauge, dial indikator (jarum ukur)


Kegunaan dial gauge seperti yang telah kita ketahui adalah untuk :

mengukur kerataan permukaan bidang datar

mengukur kerataan permukaan serta kebulatan sebuah poros

mengukur kerataan permukaan dinding Cylinder

Adapun jenis jenis dial gauge sendiri ada berbagai macam sesuai dengan skala yang
digunakan, beberapa jenis dial gauge antara lain :
1. Dial gauge dengan nilai skala 0,01 mm jenis ini dapat digunakan untuk mengukur dengan batas
ukuran sampai dengan 10 mm
2. Dial gauge dengan nulai skala 0,01 mm jenis ini mempunyai batas ukur sampai dengan 1 mm
3. Dial gauge dengan nilai skala 0,0005 mm jenis ini mempunyai batas ukur sampai 0,025 mm

Gambar: Dial gauge /dial indikator


Bagian bagian dial gauge :
1.

Jarum panjang

2.

Jarum pendek

3.

Tanda batas toleransi

4.

Bidang sentuh denganbenda kerja


Fungsi dari masing masing bagian :

1. Jarum panjangJarum panjang ini akan langsung bergerak apabila bagian bidang sentuh
tertekan oleh benda kerja. Adapun nilai pergerakan dari jarumpanjang tersebut tergantung dari
beberapa nilai dari skala dial gauge tersebut.Misal : dial gauge skala 0,01 mm, apabila jarum
panjang menunjuk angka 10 berarti 0,01 x 10 = 0,1 mm
Skala untuk jarum panjang ini dapat berputar kekiri atau kekanan, yang artinya posisi angka nol
tidak selalu berada diatas tergantung pada posisi mana yang kita kehendaki pada saat proses
pengukuran benda kerja.
2. Jarum pendekjarum pendek akan bergerak satu step/ruas, apabila jarum panjang bergerak dari
angka nol sampai dengan angka nol lagi (satu putaran).misal : nilai pergerakan satu ruas dari
jarum pendek adalah 0,01 mm x 100 = 1 mm (apabila nilai skala 0,01 mm)
Jadi, jika jarum pendek berputar sampai satu putaran berarti 1 x 10 = 10 mm.
3. Batas toleransiBatas toleransi pada alat ini ada dua dan dapat digeser kekiri dan kekanan
sesuai dengan yang kita kehendaki untuk melihat batas pergerakan jarum panjang kekiri atau
kekanan, pada saat proses pengukuran benda kerja.
4. Bidang sentuh dengan benda kerjaBagian ini akan bergerak naik atau turun apabila
bersentuhan dengan permukaan benda kerja saat benda kerja bergerak terhadap bidang
sentuh tersebut.
Jarum panjang akan bergerak kearah kanan apabila bidang sentuh bergerak kearah atas.
Jarum panjang akan bergerak kekiri apabila bidang sentuh bergerak ke bawah.

SUMBER - SUMBER KESALAHAN PENGUKURAN


a. Kesalahan pengukuran karena alat ukur
Kesalahan pengukuran dapat diakibatkan oleh kondisi alat ukur. Untuk mengurangi terjadinya
penyimpangan pengukuran seminimal mungkin maka alat ukur yang akan dipakai harus
dikalibrasi untuk menghindari sifat-sifat yang merugikan dari alat ukur, seperti kestabilan nol,
kepasifan, pengambangan dan sebagainya.
b. Kesalahan pengukuran karena benda ukur
Benda ukur yang terbuat dari bahan yang bersifat elastis atau yang mempunyai sifat elastis,
artinya bila ada beban atau tekanan yang dikenakan pada benda tersebut maka akan terjadi
perubahan bentuk. Bila tidak hati - hati dalam mengukur maka penyimpangan hasil pengukuran
pasti akan terjadi.
c. Kesalahan pengukuran karena faktor si pengukur

Manusia memang mempunyai sifat tersendiri dan keterbatasan. Sulit diperoleh hasil yang sama
dari dua orang yang melakukan pengukuran meskipun alat ukur sama dan benda ukur juga
sama. Hal ini mungkin karena kondisi manusia, kesalahan penggunaan metode
pengukuran,kesalahan karena pembacaan skala ukur.
d. Kesalahan karena kondisi manusia
Kondisi badan yang kurang sehat sewaktu mengukur mungkin badan agak gemetar, maka
posisi alat ukur terhadap benda ukur sedikit mengalami perubahan akibatnya hasil pengukuran
ada penyimpangan, penglihatan yang kurang jelas juga bisa mengakibatkan kesalahan
pembacaan skala ukur.
e. Kesalahan karena pembacaan skala ukur.
Kebanyakan yang terjadi karena kesalahan posisi waktu membaca skala ukur atau
istilahnya paralaks, si pengukur yang kurang memahami pembagian divisi dari skala ukur dan
kurang mengerti membaca skala ukur yang ketelitiannya lebih kecil daripada yang biasanya
sering digunakan.
f. Kesalahan karena faktor lingkungan
Ruang yang digunakan untuk pengukuran harus bersih, terang dan teratur rapi letak peralatan
ukurnya. Ruang yang kurang terang atau remang - remang dapat mengganggu dalam
membaca skala ukur.

MAKALAH METROLOGI & PENGENDALIAN KUALITAS ( KEMIRINGAN &


KESIMETRISAN )
BAB. 1
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Makalah ini bertujuan agar para mahasiswa dapat mengetahui prosedure penggunaan
alat,proses pembacaan dari hasil pengukuran , kelebihan dan kekurangan dari alat yang
digunakan .
1.2 Latar belakang
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran standar. Besaran standar
adalah acuan/pedoman yang sudah disepakati bersama secara internasional. Besaran standar
tentunya memerlukan satuan satuan dasar. Agar dapat digunakan maka besaran standar
tersebut harus dapat didefinisikan secara fisik, tidak berubah karena waktu, dan harus dapat
digunakan sebagai alat pembanding di seluruh dunia.
A. Sistem Satuan Dan Pengukuran

Dalam dunia perindustrian saatini ada dua sistem pengukuranyang digunakan yaitu sistem
inci (English system).dan sistem metrik (Metrik System).
1). Sistem Inci (English system)
Sistem inci, secara garis besar berlandaskan pada satuan inci, pound dan detik sebagai dasar
satuan panjang, massa dan waktu. Pada umumnya sistem ini digunakan di Inggris dan Amerika.
2). Sistem Metrik (Metrik System)
Sistem metrik telah dikembangkan oleh para ilmuwan Perancis sejak tahun 1970-an. Sistem ini
mendasarkan pada meter untuk pengukuran panjang dan kilogram untuk pengukuran berat.
Satu meter didefinisikan sebagai satuan panjang yang panjangnya adalah = 1.650.763,73 x
panjang gelombang radiasi atom Krypton 86 dalam ruang hampa. Sedangkan satu kilogram
didefinisikan sebagai masa dari satu decimetre kubik air distilasi pada
kekentalan (density) maksimum yaitu pada temperatur 4 derajat Celcius.Sebetulnya, kalau
dikaji lebih jauh sistem metrik ini mempunyai keuntungan dibandingkan sistem inci.
Keuntungan keuntungan tersebut antara lain :
a. Konversinya lebih mudah, perhitungannya juga lebih mudah, dan cepat karena berdasarkan
kelipatan sepuluh, dan terminologinya lebih mudah dipelajari.
b. Dunia industri dari negara negara industri sebagaian besar menggunakan sistem metrik
sehingga hal ini memungkinkan terjadinya hubungan kerja sama antara industri satu dengan
lainnya karena sistem pengukuran yang digunakan sama, (Ingat prinsip dasar industri untuk
menghasilkan komponen yang mempunyai sifat mampu tukar).
Pengukuran merupakan bagian yang sangat penting dan sangat diperlukan pada proses
pemesinan atau dalam pembuatan peralatan peralatan teknik, diantaranya :
1. Pengukuran diperlukan untuk memberikan batas batas ukuran pada bahan yang akan
dipotong sebagai langkah awal dari proses pemesinan.
2. Pengukuran diperlukan untuk membentuk bahan sesuai rencana ukuran berdasarkan
gambar rancangannya.
3. Pengukuran diperlukan untuk merakit, menyesuaikan produk satu dengan produk lainnya
sesuai dengan fungsinya.
4. Pengukuran diperlukan untuk memeriksa dimensi suatu produk.
5. Pengukuran diperlukan untuk menentukan kebutuhan stok bahan sesuai dengan jumlah
order yang diperlukan.
Pengukuran diperlukan untuk pertimbangan antara lain,menentukan luas, massa, kekuatan
bahan, dan toleransi.

Untuk pengukuran di atas diperlukan alat alat ukur panjang atau linier, baik alat ukur dasar,
sedang, atau alat alat ukur presisi. Alat alat ukur panjang tersebut yaitu :
1. Jangka sorong (vernier calliper) jam ukur (dial indicator), serta
2. Mistar geser ketinggian (Height Gauge)
3. Mikrometer luar (outside micrometer)
4. Jam ukur (dial indicator) dll.
Karakteristik dari alatalat ukur inilah yangmenyebabkan adanya perbedaan antara alat ukur
yang satu dengan yang lainnya. Karakteristik ini bisa menyangkut pada konstruksi dan cara
kerjanya. Secara garis besar sebuah alat ukur mempunyai tiga komponen utama yaitu sensor,
penggubah dan pencatat/penunjuk.
1.3 Klasifikasi Pengukuran
Geomatris obyek ukur mempunyai bentuk yang bermacam macam. Oleh karena itu caranya
mengukur pun bisa bermacam macam. Agar hasil pengukurannya mendapatkan hasil yang
paling baik menurut standar yang berlaku maka diperlukan cara pengukuran yang tepat dan
benar. Untuk itu perlu juga diketahui klasifikasi dari pengukuran. Ada beberapa pengukuran
berdasarkan cara pengukuran yang bisa dilakukan untuk mengukur geometris obyek ukur
yaitu :
1. Pengukuran Langsung
Proses pengukuran yang hasil pengukurannya dapat dibaca langsung dari alat ukur yang
digunakan disebut dengan pengukuran langsung. Misalnya mengukur diameter poros dengan
jangka sorong atau mikrometer.
2. Pengukuran Tak Langsung
Bila dalam proses pengukuran tidak bisa digunakan satu alat ukur saja dan tidak bisa dibaca
langsung hasil pengukurannya maka pengukuran yang demikian ini disebut dengan pengukuran
tak langsung. Kadang kadang untuk mengukur satu benda ukur diperlukan dua atau tiga alat
ukur, biasanya ada alat ukur standar, alat ukur pembanding dan alat ukur pembantu. Misalnya
mengukur ketirusan poros dengan menggunakan senter sinus (sine center) yang harus dibantu
dengan jam ukur (dial indikator) dan blok ukur.
3. Pengukuran dengan Kaliber Batas
Kadang kadang dalam proses pengukuran kita tidak perlu melihat berapa besar ukuran benda
yang dibuat melainkan hanya untuk melihat apakan benda yang dibuat masih dalam batas
batas toleransi tertentu.
Misalnya saja mengukur diameter lubang. Dengan menggunakan alat ukur jenis kaliber batas
dapat ditentukan apakah benda yang dibuat masuk dalam kategori diterima (Go) atau masuk
dalam kategori dibuang atau ditolak ( No Go). Dengan demikian sudah tentu alat yang

digunakan untuk pengecekannya adalah kaliber batas Go dan No Go. Pengukuran seperti ini
disebut pengukuran dengan kaliber batas. Keputusan yang diambil adalah : dimensi obyek ukur
yang masih dalam batas toleransi dianggap baik dan dipakai, sedang dimensi yang terletak di
luar batas toleransi dianggap jelek. Pengukuran cara ini tepat sekali untuk pengukuran dalam
jumlah banyak dan membutuhkan waktu yang cepat.
4. Pengukuran dengan Perbandingan Bentuk Standar
Pengukuran di sini sifatnya hanya membandingkan bentuk benda yang dibuat dengan bentuk
standar yang memang digunakan untuk alat pembanding. Misalnya kita akan mengecek sudut
ulir atau roda gigi, mengecek sudut tirus dari poros konis , mengecek radius dan sebagainya.
Pengukuran dilakukan dengan alat proyeksi. Jadi, di sini sifatnya tidak membaca besarnya
ukuran tetapi mencocokkan bentuk saja. Misalnya sudut ulir dicek dengan mal ulir atau alat
pengecek ulir lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada kesempatan ini kami akan membahas tentang cara pengukuran alat ukur Kemiringan dan
Kesemetrisan, meliputi prosedur penggunaan alat, proses pembacaan hasil pengukuran serta
kelebihan dan kekurangan alat.
2.1 Pengukuran Kemiringan
Vernier Height Gauge adalah sebuah alat pengukuran yang berfungsi mengukur tinggi benda
terhadap suatu bidang acuan atau bisa juga untuk memberikan tanda goresan secara berulang
terhadap benda kerja sebagai acuan dalam proses permesinan. Vernier height gauge memiliki
dua buah kolom berulir dimana kepala pengukur bergerak naik turun akibat putaran ulir kasar
dan halus yang digerakkan oleh pengukur.
Secara keseluruhan alat ukur ini dapat digunakan untuk mengukur tinggi, menggambar garis,
membandingkan ketinggian, mengukur kemiringan, mengukur jarak senter lubang (dengan
bantuan peraba senter), dan membandingkan kedalaman.
1 Macam-Macam Mistar Geser Ketinggian
Dilihat dari pembacaan skala ukuran, maka Height Gauge dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Mistar geser ketinggian/Height gauge dengan pembacaan skala ukuran dengan skala
nonius/analog.

2. Mistar geser ketinggian/Height gauge dengan pembacaan skala ukuran dengan elati digital.

Skala Digital Skala Analog

Gambar2.12 Bagian-bagian umum mistar ingsut pengukur ketinggian

Pada gambar 2.13 ditunjukkan caranya mengukur ketinggian. Sebelum digunakan, posisi nol
harus disetel terlebih dahulu. Untuk mengukur ketinggian, rahang ukur harus diletakkan secara
perlahanlahan di atas muka ukur, agar kerusakan rahan ukur dan kesalahan pengukuran dapat
dihindari. Pada gambar 2.14 menunjukkan cara melakukan penggoresan pada bidang ukur.
Gambar 2.15 menunjukkan cara pengukuran perbandingan dengan mistar ingsut ketinggian.
Gambar 2.16 menunjukkan cara mengukur kemiringan.

Gambar 2.13. Mengukur tinggi Gambar 2.14. Menggores

Gambar 2.15. Membandingkan Gambar 2.16. Mengukur Kemiringan


Mistar ingsut mempunyai banyak macam bentuk yang disesuaikan dengan kondisi dari benda
yang akan diukur. Walaupun banyak macam bentuk akan tetapi cara pembacaannya
mempunyai prinsip yang sama. Perbedaan bentuk ini hanya pada konstruksi dari rahang
ukurnya saja. Oleh karena itu, bila menjumpai mistar ingsut yang konstruksinya agak berbeda
dengan yang dipakai sehari-hari tidak perlu ragu dalam memakainya karena prinsip pembacaan
skalanya adalah sama.
Mistar ingsut digital elektronik dibuat oleh Perusahaan Starret. Alat ukur ini mempunyai
kemampuan jarak linier sepanjang 0 sampai 6 inchi (0 sampai 150 mm). Bekerja secara

elektronik dan hasi pengukuran secara cepat dan mudah untuk dibaca karena adanya sistem
pencatat digital. Data pengukuran bisa langsung dihubungkan ke komputer dan printer untuk
dianalisis lebih lanjut. Jenis komputer yang khusus ini dibuat oleh Stareet dengan nomor
produksi Starret 720 QC Computer.
LANGKAH PENGUKURAN DAN CARA KERJA
Langkah pengukuran dengan menggunakan peralatan ini adalah sebagai berikut:
Langkah pengukuran benda kerja adalah benda kerja yang akan diukur dan alat ukurnya
ditempatkan pada suatu bidang datar (meja perata). Alat ukur ketinggian tersedia dalam
beberapa ukuran dari 300 mm sampai 1000 mm atau dari 12 inchi sampai 72 inchi dengan
ketelitian 0,02 atau 0,001 inchi.

Bersihkan meja perata

Bersihkan benda kerja yang akan diukur

Bersihkan alat ukur dengan menggunakan kain bersih dan kering

Kendorkan baut pengikat untuk dapat menggerakkan sensor ukur

Naikkan atau turunkan sensor ukur mendekati benda kerja yang akan diukur

Tempatkan sensor ukur pada bagian sisi kanan benda kerja kemudian singgungkan
sensor ukur pada benda
kerja, yakinkan dengan menggunakan baut pengatur.

Gerakkan sensor dari kanan pada benda kerja atau sebaliknya dan mur agar sensor
menyinggung benda kerja secara baik (gunakan baut pengatur). Lakukan secara berulangulang agar dapat diyakini pengukuran telah benar.

Setelah benar-benar diyakini penyinggungan sensor dengan benda kerja sama, baru
kuncikan baut pengikat.

Lepaskan benda kerja dan lakukan pembacaan ukuran yang ditunjukkan.

Catatan: Setiap melakukan pengukuran hendaknya pada daerah dengan penerangan cukup,
agar tidak terjadi salah dalam pembacaan atau terjadi kesalahan pengukuran akibat
pembiasan.
Pembacaan ukuran dan penggunaan mistar geser ketinggian/ Height gauge
Cara mencari tingkat ketelitian dan cara melakukan pembacaan ukuran dari Height
Gauge sama persis dengan pembacaan pada Vernier Caliper. Bedanya hanyalah pada
posisinya. kalau Vernier Caliper untuk posisi pembacaannya cenderung horizontal ( geser ke
samping ), sedangkan untuk Height Gaugeposisinya vertikal ( naik - turun ).

Prosedur penggunaan Height Gauge juga sama persis dengan penggunaan Vernier Caliper.
Yaitu dimulai dari membersihkan sensor/ probe/ rahang ukur, kemudian melakukan zero setting,
membersihkan benda kerja dan melakukan pengukuran.
MERAWAT HIGHT GAUGE
Tingkat ketelitian Hight gauge harus dijaga agar saat digunakan Untuk kontrol /pemeriksaan
demensi benda kerja hasil kerja dengan penggunaan perkakas tangan, hasil kerja dengan
mesin bubut, hasil kerja dengan mesin frais dan hasil kerja dengan mesin gerinda sesuai
dengan tuntutan kualitas ukuran mengacu batas penyimpangan yang diijnkan.
Semua alat ukur Hight gauge baik yang masih baru dan sudah lama harus selalu dirawat
dengan cara cara yang benar baik dengan perawatan sederhana maun dengan perawatan
khusus, dengan tujuan agar terjaga karakteristik ketelitian, umur alat ukur lebih lama dan
menjaga Investasi beaya pengadaan.
Setiap pemakai Hight gauge harus memiliki sikap tanggung jawab rasa memiliki dengani ciri-ciri
mengecek kondisi alat ukur saat dipinjam, menidentifikasi bagian bagian penting alat ukur yang
ada penyimpangan, melaporkan kondisi kepada guru pembimbing, mengelola pemggunaan
berdasarkan buku panduan penggunaan.
Diperlukan Alat bahan yang digunakan untuk perawatan Hight gauge Kain pembersih/ kain
katun , Cairan pembersih ( spiritus, alcohol ,bensin pencuci, solar) ,Vaselin putih/ pasta vaselin
putih, oli SAE 10Kuas halus
a. Prosedur Perawatan dan penyimpanan Hight gauge :
1). Bersihkan sensor dan bagian penting alat ukur dengan alat pembersih yang disediakan
sampai gilap,bersih.
2). Suhu benda ukur/ speciment harus sudah setara dengan suhu ruang pengukuran. Dilarang
keras untuk melakukan pengukuran pada benda ukur yang baru saja diproses dengan mesin
perkakas ataupun yang masih panas akibat pengelasan maupun proses heat threatment.
3). Gunakan penekanan secukupnya sewaktu pengukuran. Hal ini untuk menghindari timbulnya
momen pada movable jaw sehingga bila penekanan terlalu dipaksakan akan mempercepat
keausan rahang.
4). Jangan menggunakan Hight gauge untuk mainan, menjepit benda ataupun untuk memukulmukul benda lain serta hindarkanlah dari benturan.
5). Sebelum dan sesudah digunakan untuk proses pengukuran, bersihkan seluruh bagian Hight
gauge dari debu dan kotoran. Untuk lebih sempurnanya, bagian fixed
jaw dan movable jaw harus dilap dengan kain yang sudah ditetesi alcohol, diolesi pasta vaselin
putih
6). Sebelum dimasukkan ke dalam kotaknya atau ke lemari khusus, dianjurkan untuk mengolesi
vaselin pada fixed jaw dan movable jaw agar lebih awet dan tahan aus. Hal ini menjadi sebuah
keharusan jikaHight gauge tidak digunakan dalam jangka waktu yang lama.

7). Jangan menyimpan Hight gauge dalam posisi bertumpukan, karena selain kelihatan tidak
rapi, juga akan berpengaruh terhadap keawetan Hight gauge terutama jika ada salah satu Hight
gauge yang sudah mengalami korosi.
b. Proses Kalibrasi Height Gauge
1). Persiapkan alat dan perlengkapan untuk proses kalibrasi sebagai berikut : Height Gauge,
Surface table, Gauge Blocks, Glooves, Kain lap, Cairan Alkohol.

2) .Bersihkan surface table (meja rata) dan probe atau rahang ukur dengan kain lap yang sudah
ditetesi alkohol. Pastikan bahwa probe dalam posisi terikat kuat oleh ulir pengikat rahang ukur.
3) .Lakukanlah setting nol/ zero setting. Caranya adalah dengan menyentuhkan probe atau
rahang ukur pada surface table yang sudah dibersihkan dengan cairan alkohol. Apabila Height
Gauge menunjukkan angka nol tepat, maka zero setting berhasil dengan baik. Apabila Height
Gauge belum menunjukkan angka nol, maka kencangkan baut pengunci kasar lalu aturlah
posisi nol dengan memutar ulir penyetelan halus. Setelah posisi nol tercapai cobalah
lakukan Zerro setting berulangkali sampai kita yakin bahwa zero setting yang kita lakukan
sudah mantap.
4) .Lakukan pengukuran terhadap blok ukur sebanyak n buah. Misalnya 15 blok ukur secara
bertingkat dari 1 mm sampai 150 mm. Pengukuran dimulai dari blok ukur yang paling tipis/ kecil
hingga blok ukur yang paling tebal.
5) .Catatlah nilai kesalahan ukur yang terjadi. Kesalahan ukur adalah selisih besarnya harga
yang ditunjukkan oleh alat ukur dengan ukuran standar blok ukur. Nilai kesalahan ( deviasi nilai
pengukuran ) ini bisa positif ( + ) dan bisa negatif ( - ).
6) .Setelah pengukuran blok ukur selesai, pindahkan nilai kesalahan ukur ke dalam bentuk
grafik seperti tersebut di bawah.
7) .Setelah proses pengukuran selesai, bersihkan blok ukur dengan kain yang sudah ditetesi
alkohol kemudian kembalikan ke tempatnya msing-masing dengan terlebih dahulu diolesi
vaselin.
8) .Bersihkan Height Gauge pada seluruh sisinya, terutama bagian probe atau rahang ukur.
Olesi dengan sedikit vaselin kemudian kembalikan ke kotaknya dan simpan di tempat yang
telah disediakan.
LANGKAH KERJA MEMBUAT GARIS SEJAJAR PADA BENDA KERJA

Bersihkan terlebih dahulu meja perata menggunakan kain/gombal bila perlu ditambahkan
pelumas

Letakkan benda kerja diatas meja perata

Kendorkan dulu baut pengikat kemudian Atur skala utama pada Height Gauge

Goreskanlah ujung pernggores Height Gauge ke benda kerja

LANGKAH KERJA MENGUKUR KEMIRINGAN BENDA KERJA


1. Bersihkan terlebih dahulu meja perata menggunakan kain/gombal bila perlu ditambahkan
pelumas
2.

Letakkan benda kerja diatas meja perata

3.

Kendorkan dulu baut pengikat kemudian Atur skala utama pada Height Gauge

4.

Letakkan ujung Height Gauge diatas benda kerja

5.

Kunci baut pengikat,kemudian bacalah ukurannya.

PEMBACAAN VERNIER HEIGHT GAUGE

1. Skala Utama = 38 1. Skala Utama = 19


2. Skala Nonius= 85 2. Skala Nonius = 80
3. Hasil = 38,85 3. Hasil = 19,80
KELEBIHAN ALAT
Memiliki tingkat keakurasian tinggi
Memiliki tingkat kepekaan tinggi
KEKURANGAN ALAT
Sedikit susah dalam menggunakan karena alat ukurnya besar
2.2 Pengukuran Kesimetrisan
Kesimetrisan adalah adanya kesesuaian atau kesamaan ukuran, bentuk dan susunan pada
bidang, titik atau garis pada sisi yang lain, dengan simbol

keterangan pada gambar.

Contoh gambar simetris


Peralatan yang diperlukan untuk mengetahui bahwa benda tersebut simetris atau tidak simetris
pada benda kerja silinder pistonbisa menggunakan alat ukur:
1. Jangka Sorong / Varnier Caliper
2. Mikrometer Sekrup
3. Cylinder Bore Gauge
1). Prosedur penggunaan alat :
A. Jangka sorong
1. perhatikan gambar jangka sorong di bawah ini!

2. Setelah kita mengendorkan skrup penjepit dan geser rahang geser ke kanan
3. Jika kita ingin mengukur panjang maka diletakkan benda di antara rahang tetap dan rahang
bawah

4. Menutup kembali rahang geser sehingga benda yang diukur tidak bergerak, namun jangan
sampai tertekan karena akan mempengaruhi hasil pengukuran.mengecangkan skrup penjepit
5. Membaca skala utama dan skala nonius seperti gambar di bawah ini.
B. Mikrometer Skrup
1. Perhatikan gambar mikrometer skrup di bawah ini.

2. Putar skrup pemutar atau silinder bergerigi.


3. Pasang benda di antara rahang putar dan rahang tetap
4. kencangkan kembali silinder begerigi samapi benda yang diukur
tidak bergerak, jangan terlalu kencang agar tidak mempengaruhi
pengukuran.
5. membaca skala utama dan skala putar seperti di bawah ini.
C. Cylinder Bore Gauge
Langkah pengukuran :
1. Ukurlah diameter silinder dengan mistar geser, misal diperolehhasil
pengukuran : 75,40mm.
2. Pilih replacement rod yang panjangnya lebih besar dari hasilpengukuran
tersebut,misal 76 mm.
3. Pasang replacement rod pada bore gage.
4. Set mikrometer luar pada 76 mm, kemudian tempatkan replacement rod antara anvil dan
spindle mikrometer.

5. Set jarum dial gage pada posisi nol dengan cara memutar outer ring.

6. Masukkan replacement rod ke dalam lubang (silinder), goyangkan tangkai bore gauge ke
kanan dan ke kiri sampai diperoleh penyimpangan terbesar (posisi tegak lurus)

2). Proses Pembacaan


A. Jangka Sorong

B. mikrometer sekrup

C. Cylinder Bore Gauge


Dial Indikator ( terletak pada bagian atas cylinder bore gauge yang dapat dilepas dengan
kelonggaran securing position posisi dial gauge )

Posisi jarum panjang sedang menunjukkan garis ke 6, berarti hasil pembacaannya adalah 6 x
0,01 = 0,06 mm. Sementara jarum pendek sedang menunjuk garis ke 3, artinya jarum panjang
telah berputar 3 kali. Dengan demikian hasil pengukuran tersebut adalah
= 3 + 0,06 = 3,06 mm.
3). Kelebihan dan kekurangan
A. Jangka sorong
kelebihannya
Dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah
tabung atau cincin, maupun kedalam sebuah tabung.
Kekurangan
Jangka sorong tidak dapat dipergunakan untuk pembacaan dengan ketelitian 0,01 mm dengan
tepat.
B. Mikrometer
Kelebihan
Dapat mengukur dari ketelitian 0,01 mm sampai 0,002 mm.
Kekurangan
- Jarak pengukurannya pendek hanya sampai 25 mm (bagian luar
micrometer)
C. Cylinder Bore Gauge
Kelebihan
Dapat mengukur diameter silinder, lubang dudukan poros dan lain-lain dengan ketelitian 0,01
mm
Kekurangan
Dalam pengukuran memerlukan alat ukur lainnya misalnya jangka
Sorong dan mikrometer

Vous aimerez peut-être aussi