Vous êtes sur la page 1sur 9

BIOSCIENTIAE

Volume 4, Nomor 2, Juli 2007, halaman 5361 http://bioscientiae.unlam.ac.id

ANALISIS JUMLAH KROMOSOM DAN ANATOMI STOMATA


PADA BEBERAPA PLASMA NUTFAH PISANG (MUSA SP.)
ASAL KALIMANTAN TIMUR
Fitri Damayanti
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Mulawarman
Jl. Barong Tongkok No. 4 Kampus Gunung Kelua, Samarinda

ABSTRACT
East Kalimantan is an area rich in banana germ plasm. Conservation should be focused not onl
y on varieties of high economic values, but on those of unknown economic value as well.
Studies on genetic, morphological, anatomical, and agronomical characters of plants are
required to avoid duplications of germ plasm collections. In the present study six banana
germ plasm accessions - AK1M, AK2M, AK3M, AK4M, AK7P and AK8P - from East
Kalimantan were examined. The objective was to reveal the ploidy based on chromosome
numbers and to characterize the anatomy of the stomata. Chromosome analysis revealed
different ploidies: diploid and triploid, with chromosome number 2n=22 for accessions
AK1M, AK2M, AK3M, AK4B, and AK7P, and 2n=33 for accession AK8P. There was a
correlation between the sizes of the epidermal cell and the stomata. Accession AK8P with
triploidy had bigger epidermal cells and stomatas. The stomatas were located on the upper
and lower surfaces of leaves with the exception of acccession AK4B whose stomata were
located only on the lower surface. The highest stomatal density on the upper surface
(3227.18 /mm2) was shown by accession AK3M with stomatal index value of 6.44%,
while the highest value on the lower surface (17222.22/mm2) was found on accession
AK4B with stomatal index of 15.35%.
Key words: banana, chromosome nu mber, ploidy, stomata, epidermal
cell

menciptakan jenis unggul atau kultivar

PENDAHULUAN

baru,

Indonesia merupakan salah satu pusat

atau

sebagai

kehidupan pangan.

sistem

penyangga

Sebagai konsekuensi

Keaneka-

pembangunan, keberadaan plasma nutfah

memegang

peranan

terancam punah. Hal ini terjadi akibat dari

pembangunan

nasional

perubahan fungsi habitat dan eksploitasi

sebagai sumberdaya hayati, sumber gen

yang berlebihan tanpa diikuti pengelolaan

dalam

yang memadai, sehingga populasi terus

keanekaragaman hayati dunia.


ragaman
penting

hayati
dalam
program

persilangan

untuk

1
1

BIOSCIENTIAE. 2007. 4(2): 53-61

menurun dan pada akhirnya akan terjadi

mempunyai

kepunahan. Oleh karena itu, plasma nutfah

(Simmonds, 1959).

perlu

dikembangkan

mempunyai tingkat ploidi yang beragam,

mempertahankan

karena persilangan-persilangan alami dari

dilestarikan

bersama

dan

untuk

keanekargaman hayati.

jumlah

kromosom

2n=22

Tanaman pisang

pisang spesies liar yang terus menerus

Pisang adalah tanaman asli Indonesia

berlangsung

dan

yang menempati posisi pertama dalam luas

lingkungan,

sehingga

pertanaman

tanaman baru yang bersifat diploid, triploid

dan

komoditas
Timur

produksi

buah-buahan.

termasuk

sebagai
Kalimantan

salah

satu

pusat

dan tetraploid.

adanya

tercipta

terdapat tanaman pisang abaka (M. textiles)


dengan

salah satu sumber plasma nutfah pisang.

(Darlington dan Wylie, 1955).

dilakukan

suatu

tindakan

jenis

Di antara genus Musa

keragaman pisang, sehingga dapat menjadi


Perlu

pengaruh

agar

jumlah

Karakterisasi

kromosom
pada

tingkat

2n=20
seluler

sumber plasma nutfah ini tetap terpelihara

yang merupakan salah satu faktor pembeda

dan lestari, antara lain dengan mengoleksi

untuk identifikasi pada tumbuhan adalah

plasma nutfah pisang. Koleksi tidak hanya

jumlah kromosom. Jumlah kromosom pada

penting diterapkan pada varietas yang

tumbuhan dapat berbeda dari satu spesies

mempunyai

tinggi

ke spesies yang lain. Hal ini sesuai dengan

(komersial), tetapi juga pada plasma nutfah

pendapat Rilley (1948), bahwa pengamatan

yang

kromosom

nilai

saat

ini

ekonomi

belum

diketahui

nilai

dapat

digunakan

untuk

ekonominya karena belum diketahuinya

mempelajari klasifikasi dan penggolongan

sifat-sifat

spesies

unggul

yang

dikandungnya,

yang dilihat dari jumlah dan

sehingga nyaris tidak dibudidayakan oleh

bentuknya.

petani.

ini

Selain itu perlu juga dilakukan

karakterisasi

untuk

mengetahui

sifat

genetik, morfologi, anatomi, dan agronomi


tanaman,

terjadi,

spesies

karena

tumbuhan

ada
yang

memiliki jumlah kromosom yang sama.


Salah satu karakterisasi anatomi yang

terjadinya duplikasi pada koleksi plasma

dapat digunakan untuk identifikasi adalah

nutfah.

anatomi stomata. Menurut Poespodarsono

banyak

untuk

beberapa

mutlak

mengindari

Timur

dilakukan

tidak

Perbedaan jumlah kromosom

Pisang yang ada di Kalimantan


belum

terkarakterisasi

sumber

potensi

sehingga
keragaman

genetik pisang yang belum diketahui.


Tanaman pisang yang ada sekarang
diduga

merupakan

keturunan

dari M.

acuminata dan atau M. balbisiana yang

(1988),

perbedaan

tingkat

ploidi

menunjukkan perbedaan ukuran sel dan


stomata.

Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Griffiths et al. (1996) pada


tanaman tembakau, bahwa semakin tinggi

Damayanti Jumlah koromosom dan anatomi stomata pisang

tingkat ploidi semakin besar ukuran sel dan

kemudian direndam dalam larutan asam

stomatanya.

asetat 45% selama 10 menit.

Penelitian

ini

dilakukan

mengetahui

tingkat

ploidi

mengetahui

jumlah

kromosom

Pewarnaan

untuk

preparat dilakukan dengan menggunakan

dengan

2% orcein selama 10 menit di atas gelas

dan

objek, kemudian ditutup, dipanaskan, dan

mempelajari karakterisasi anatomi stomata

ditekan. Kemudian dilakukan pengamatan

pada

di

beberapa

plasma

nutfah

pisang

(Musa sp.) asal Kalimantan Timur.

bawah

mikroskop

pada

perbesaran
1000x.

BAHAN DAN METODE

Dari setiap individu tanaman

dipilih beberapa sel terpilih yaitu sel yang

Bahan tanaman yang digunakan dalam

menunjukkan fase metafase, tidak terjadi

penelitian ini adalah enam aksesi plasma

tumpang tindih antar sel maupun antar

nutfah pisang yang terdiri dari AK1M,

kromosom.

AK2M, AK3M, AK4B, AK7P, dan AK8P.

tampak menyebar, sehingga memudahkan

Adapun bahan kimia yang digunakan

dalam pengamatan.

yaitu:

asam

asetat,

HCl,

etanol,

hydroxyquinolin,

kuteks

bening,

aquadest,

Pada fase tersebut kromosom

chloroform,

aceto

orcein,

HNO3,

dan

gliserin.
Penelitian ini meliputi dua kegiatan

Anatomi Stomata
Pengamatan

anatomi

dilakukan

dengan

membuat

paradermal

menggunakan

stomata
sayatan

metode utuh

yaitu analisis kromosom dan pengamatan

(whole mount) yang diwarnai dengan 1%

anatomi stomata.

safranin (Sass, 1951).

Tahapan kerjanya

adalah: daun difiksasi dalam 70% alkohol,


Analisis Jumlah Kromosom

kemudian

Analisis jumlah kromosom dilakukan

dicuci

dengan

aquadest,

selanjutnya direndam dalam larutan 20%

dengan menggunakan metode squash yang

HNO3

diaplikasi dari Darnaedi (1990).

epidermis dapat dengan mudah dilepaskan

Akar

selama 3-4 jam agar lapisan

dipotong sepanjang 1 cm dari ujung akar

dari jaringan mesofil.

dan segera dimasukkan ke dalam larutan

bawah daun diperoleh dengan bantuan

0.002 M 0.8 hydroksiquinolin, disimpan

piset dan silet. Lapisan epidermis tersebut

selama 3-5 jam pada suhu 18-200C.

direndam dalam 1% safranin

Kemudian

menit; setelah diwarnai diletakkan pada

akar

difiksasi

dalam

gelas

jam.

kemudian ditutup dengan gelas penutup.

dalam larutan HCl 4N selama 10 menit,

dengan

Preparat

diamati

dengan

perbesaran

medium

selama 5

etanol:asam asetat glasial (3:1) selama 48


Selanjutnya akar dipindahkan ke

objek

Lapisan epidermis

gliserin,

di bawah mikroskop
400x.

Karakter

BIOSCIENTIAE. 2007. 4(2): 53-61

anatomi

yang

diamati

adalah

bentuk,

HASIL

kerapatan stomata, panjang, lebar dan


jumlah sel penjaga stomata, ukuran sel
epidermis, luas serta indeks stomata. Data
kerapatan

dan

ukuran

sel

epidermis,

kerapatan stomata dan indeks stomata yang


diperoleh merupakan nilai rata-rata dari
pengukuran 5 bidang pandang yang dipilih
secara

acak masing-masing

dengan 5

ulangan.

Hasil pengamatan jumlah kromosom


pada sel somatik terhadap enam aksesi
plasma nutfah pisang asal Kalimantan
Timur adalah 22 dan 33 (Gambar 2).
Jumlah kromosom untuk aksesi AK1M,
AK2M, AK3M, AK4B, dan AK7P adalah
diploid 2n=22, sedangkan aksesi AK8P

Indeks

stomata

(IS)

dihitung

berdasarkan

formula

sebagai

berikut

adalah triploid 2n=33.


Anatomi Stomata

(Wilmer, 1983):

Hasil penelitian yang diperoleh dari


dengan:

Analisis Jumlah Kromosom

sayatan irisan paradermal permukaan atas


dan bawah daun pisang terdiri dari sel-sel

( + )100 %

S = jumlah stomata

epidermis
stomata

E = jumlah epidermis

anomositik dengan letak berderet beraturan

L = satuan luas daun

(Gambar 3). Pengamatan anatomi stomata

Pengukuran panjang dan lebar sel


stomata dilakukan dengan cara sebagai
berikut (Gambar 1):

berbentuk
berbentuk

heksagonal dan
ginjal
bertipe

pada enam aksesi plasma nutfah pisang


dapat dilihat pada Tabel 1.
Panjang
permukaan

sel
atas

epidermis
dan

bawah

antara
memiliki

ukuran yang berbeda, dimana permukaan


a

bawah

memiliki

ukuran lebih pendek

daripada permukaan atas.

Panjang sel

epidemis

atas

di

permukaan

yang

terpanjang adalah aksesi AK8P dengan


nilai rata-rata 0.930.03 mm dan yang

Gambar 1. Cara pengukuran panjang dan


lebar sel stomata. a = panjang sel penjaga;
b = lebar sel penjaga.

terpendek adalah AK4B yaitu 0.530.0 dan


untuk permukaan bawah, sel epidesmis
terpanjang adalah aksesi AK7P dengan
nilai rata-rata 0.750.05 mm dan yang
terpendek adalah AK4B yaitu 0.290.02.

4
4

Gambar 2. Hasil pengamatan jumlah kromosom pada enam aksesi pisang asal Kalimantan
Timur. 1) AK1M=2n=22, 2) AK2M=2n=22, 3) AK3M=2n=22, 4) AK4B=2n=22, 5)
AK7P=2n=22, dan 6) AK8P=2n=33.

Gambar 3. Hasil pengamatan anatomi stomata pada enam aksesi pisang asal Kalimantan Timur.
1) AK1M, 2) AK2M, 3) AK3M, 4) AK4B, 5) AK7P, dan 6) AK8P.

Tabel 1. Kisaran nilai dan nilai rata-rata peubah anatomi dari enam aksesi pisang asal Kalimantan Timur
No.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Peubah
Anatomi
Panjang sel
apidermis atas
(mm)
Panjang sel
epidermis
bawah (mm)
Lebar sel
epidermis atas
(mm)
Lebar sel
epidermis
bawah (mm)
Panjang
stomata atas
(mm)
Panjang
stomata bawah
(mm)
Lebar stomata
atas (mm)
Lebar stomata
bawah (mm)
Kerapatan
stomata atas
2
(jml/mm )
Kerapatan
stomata bawah
2
(ml/mm )
Index stomata
atas
Index stomata
bawah
Jumlah sel
tetangga

AK1M
Kisaran
Nilai
Nilai
Rata-rata

AK2M
Kisaran
Nilai
Nilai
Rata-rata

Aksesi
AK3M
AK4B
Kisaran
Nilai
Kisaran
Nilai
Nilai
Rata-rata
Nilai
Rata-rata

AK7P
Kisaran
Nilai
Nilai
Rata-rata

AK8P
Kisaran
Nilai
Nilai
Rata-rata

0.54-1.08

0.830.09

0.78-0.95

0.870.02

0.43-1.03

0.790.06

0.43-0.60

0.530.04

0.65-1.19

0.870.06

0.81-1.08

0.930.03

0.51-0.68

0.620.02

0.43-0.70

0.570.05

0.51-0.65

0.570.03

0.24-0.34

0.290.02

0.51-1.05

0.750.05

0.41-0.81

0.670.07

0.27-0.41

0.300.01

0.35-0.51

0.430.02

0.27-0.51

0.380.01

0.29-0.38

0.340.04

0.32-0.60

0.460.04

0.30-0.43

0.330.19

0.27-0.35

0.280.01

0.19-0.35

0.240.01

0.22-0.30

0.260.00

0.14-0.26

0.190.02

0.16-0.24

0.200.00

0.35-0.46

0.400.00

0.27-0.38

0.330

0.27-0.38

0.250.02

0.27-0.38

0.340.02

0.24-0.38

0.320.00

0.30-0.49

0.390.03

0.27-0.32

0.300

0.27-0.38

0.330.00

0.27-0.32

0.300.01

0.24-0.34

0.280.02

0.30-0.41

0.340.01

0.32-0.41

0.360.01

0.22-0.32

0.280.01

0.27-0.32

0.290.004

0.22-0.35

0.310.03

0.14-0.27

0.180.01

0.27-0.41

0.320.02

0.24-0.32

0.280.02

0.27-0.35

0.320.01

0.22-0.32

0.270.02

0.14-0.19

0.170.01

0.27-0.38

0.310.02

0.30-0.41

0.340.01

1528.662038.22

1698.51

1019.112547.77

1528.66

2547.774076.43

3227.18

1528.662547.77

1868.37

1528.662038.22

1698.51

9681.5311719.75

11040.34

12229.3014777.07

13757.96

16305.7316815.29

16475.58

15833.3318333.33

17222.22

7133.768152.87

7813.16

9171.9712229.30

10191.08

5.42%

3.95%

15.35%

10.39%

17.39%

4-6

3.40%

3.25%

6.44%

12.36%

21.43%

19.28%

4-5

5-6

4-6

4-6

Damayanti Jumlah koromosom dan anatomi stomata


pisang

Demikian

juga

untuk

lebar

sel

dengan

nilai

rata-rata

tertinggi

epidemis, permukaan atas lebih lebar dari

AK4B

pada permukaan bawah, dengan lebar sel

stomata/mm2 dengan index 15.35%.

yaitu

sebanyak

adalah

17222.22

epidermis terlebar di permukaan atas adalah

PEMBAHASAN

AK7P dengan nilai rata-rata 0.460.04 mm


dan

permukaan

bawah

adalah

AK8P

dengan nilai rata-rata 0.400.00 mm.


Pengamatan pada sayatan paradermal

Analisis Jumlah Kromosom


Darlington

dan

Wylie

(1955)

daun pisang menunjukkan bahwa stomata

menyatakan bahwa jumlah kromosom dasar

terdapat pada permukaan atas dan bawah,

untuk pisang-pisangan adalah x=11 dengan

kecuali pada AK4B stomata hanya terdapat

tingkat ploidi yang beragam, yaitu diploid

pada

(2n=22), triploid (2n=33) dan tetraploid

permukaan

bawah.

Jumlah

sel

tetangga pada aksesi AK1M, AK4B, dan

(2n=44).

AK8P antara 4-6, aksesi AK2M sebanyak

tingkat ploidi yang beragam pada tanaman

4-5, aksesi AK3M sebanyak 5-6 dan AK7P

pisang

mempunyai jumlah sel tetangga 4.

persilangan alami dan pengaruh lingkungan

Ukuran panjang dan lebar stomata


antara

permukaan

atas

dan

bawah

mempunyai kisaran nilai dan nilai rata-rata

Menurut Simmonds (1959),


terjadi

karena

persilangan-

sehingga tercipta jenis tanaman baru yang


bersifat diploid, triploid dan tetraploid.
Pisang

komersial

merupakan

Panjang stomata

keturunan mutasi dari spesies Musa liar

terpanjang di permukaan atas dan bawah

yang menghasilkan buah tidak berbiji dan

daun adalah pada aksesi AK8P; demikian

enak dimakan.

juga

Secara

terdapat dua spesies liar yang dianggap

anatomi

menurunkan pisang-pisang komersial yaitu

yang hampir sama.

untuk

lebar

stomata.

keseluruhan

dari

pengamatan

Menurut Keng (1969)

stomata aksesi AK4B mempunyai ukuran

M. acuminata dan M. balbisiana.

sel epidermis dan stomata yang lebih kecil

(1995) menyatakan bahwa tanaman dengan

dan pada aksesi AK8P mempunyai ukuran

tingkat ploidi diploid mempunyai tandan

sel epidermis dan stomata yang lebih besar.

dan buah yang lebih kecil. Tanaman pisang

Kerapatan stomata pada permukaan

Ashari

triploid mungkin berasal dari penataan

permukaan

kromosom karena ternyata lebih vigor

Nilai rata-rata tertinggi kerapatan

dibandingkan dengan diploid, sedangkan

stomata pada permukaan atas adalah aksesi

tanaman pisang tetraploid adalah yang

AK3M

terbesar tetapi untuk di daerah tropis

atas lebih sedikit


bawah.

yaitu

daripada

sebanyak

3227.18

stomata/mm2 dengan index stomata 6.44%.

jumlahnya sangat terbatas.

Pisang jenis

Pada permukaan bawah kerapatan stomata

baru yang dihasilkan juga lebih tahan

7
7

kekeringan

dan lebih toleran terhadap

beberapa penyakit.

kedua permukaan atau hanya terdapat pada


satu permukaan saja yaitu pada permukaan

Taksonomi pisang sendiri masih belum

bagian bawah.

Begitu pula, dengan sel

jelas, beberapa jenis yang diperkirakan

tetangga

spesies ternyata merupakan hibrid atau

mendukung pernyataan Fahn (1991) bahwa

hanya klon.

jumlah sel tetangga pada tanaman famili

Seperti

halnya Musa

sapientum L. ternyata merupakan hibrid


dari

Musa

paradisiaca

L.

yang

berkisar

antara

4-6

Musaceae berkisar antara 4-6.

Nama

Ukuran panjang dan lebar stomata

sebenarnya adalah Musa sp. (golongan

diduga berhubungan dengan tingkat ploidi,

AAB) karena merupakan hibrid triploid

dimana aksesi AK8P mempunyai tingkat

dengan dua set genom dari Musa acuminata

ploidi

triploid

(AA) dan satu genom dari Musa balbisiana

aksesi

lain

(BB) (Keng, 1969). Masalah lain yang

diploid (2n=22).

dihadapi dalam taksonomi pisang adalah

hasil penelitian Damayanti dan Mariska

mengenai penyebutan klon-klon pisang di

(2003) pada tanaman panili dan Griffiths

Asia Tenggara.

et

Pada banyak

kasus,

(2n=33)

mempunyai

sedangkan 5
tingkat

ploidi

Hal ini sejalan dengan

al. (1996) pada tanaman tembakau,

masing-masing negara memiliki sebutan

bahwa semakin tinggi tingkat ploidi semakin

yang berbeda untuk klon-klon yang sama.

besar ukuran sel dan stomatanya


Dengan demikian, dapat disimpulkan

Anatomi Stomata

bahwa tingkat ploidi yang diperoleh dari

Menurut Sutrian (1996), pada daun

enam aksesi tanaman pisang adalah diploid

dengan sistem pertulangan menjala stomata

dan triploid dengan jumlah kromosom

menyebar tidak teratur sedangkan pada

2n=22

daun dengan sistem pertulangan sejajar

AK3M, AK4B, dan AK7P dan jumlah

seperti pada Gramineae, stomata tersusun

kromosom

dalam

Tingkat ploidi berhubungan dengan ukuran

barisan

yang sejajar.

Pada

untuk

aksesi

AK1M,

AK2M,

2n=33 untuk aksesi AK8P.

kebanyakan tumbuhan kecuali Gramineae

sel epidermis dan stomata.

dan Cyperaceae sel penjaga secara umum

dengan tingkat ploidi triploid mempunyai

berbentuk ginjal.

ukuran sel epidemis dan stomata lebih besar

Aksesi AK8P

Hasil pengamatan bahwa umumnya

daripada aksesi lainnya. Stomata terdapat di

stomata terdapat di permukaan atas dan

permukaan atas dan bawah daun kecuali

bawah, dengan perkecualian satu aksesi

pada aksesi

yang stomata hanya terdapat di permukaan

permukaan bawah.

bawah,

dan stomata pada permukaan atas daun

sesuai dengan pendapat Sutrian

(1996), umumnya stomata terdapat pada

60

lebih
bawah.

besar

AK4B hanya terdapat

di

Ukuran sel epidermis


daripada

permukaan

Damayanti Jumlah koromosom dan anatomi stomata


pisang

Nilai rata-rata tertinggi kerapatan stomata


pada permukaan atas adalah aksesi AK3M
yaitu 3227.18 stomata/mm2 dengan index
stomata 6.44% dan pada permukaan bawah
adalah AK4B yaitu sebanyak 17222.22
stomata/mm2 dengan index 15.35%.
Perlu
menentukan

dilakukan

penelitian

untuk

genom dari masing-masing

aksesi, hubungan kekerabatan antar aksesi


dan

identifikasi

keragaman

dengan membuat kariotipe.

kromosom
Pada tahap

Poespodarsono S. 1988. Dasar-Dasar Ilmu


Pemuliaan Tanaman. IPB. Bogor. Rilley
HP. 1948. Introduction of Genetic
dan Cytogenetic. Willey and Sons.
New York.
Sass JE. 1951. Botanical Microtechnique.
Ed. Ke2. The Iowa State Collage
Press. Iowa.
Simmonds
NW.
1959.
Bananas.
Longmands. London.
Sutrian Y. 1996. Pengantar Anatomi
Tumbuh-Tumbuhan tentang Sel dan
Jaringan. Rineka Cipta. Bandung.
Willmer CM. 1983. Stomata. Longman
Inc., New York.

berikutnya perlu dilakukan karakterisasi


morfologi, anatomi dan agronomi sehingga
dapat diketahui nilai-nilai ekonomis dari
plasma nutfah pisang
.

DAFTAR PUSTAKA
Ashari S. 1995. Hortikultura Aspek
Budidaya. UI Press. Jakarta.
Damayanti F & Mariska I. 2003. Induksi
poliploidi dengan kolkisin pada hibrid
F1 hasil persilangan antar spesies pada
tanaman panili asal Ciamis. Berita
Biologi Vol. VI (4). ISSN 0126-1754.
Darlington CD & Wylie AP. 1955.
Chromosome Atlas of Flowering
Plants. George Allen & Unwin LTD.
London.
Darnaedi D. 1990. Training Teknik Sitologi
Angkatan I. Herbarium Bogoriensis.
Balitbang Botani. Puslitbang Biologi
LIPI: 1-10.
Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta:
Griffiths AJF, Miller JH, Suzuki PT,
Lewondr RC, & Gelbert WM. 1996.
An Introduction to Genetic Analysis.
Ed 6th. W. H. Freeman and company.,
New York.
Keng H. 1969. Orders and Families of
Malayan Seed Plants. Singapore
University Press. Singapore.

9
9

Vous aimerez peut-être aussi