Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
masuk. Juga harus dipikirkan bahaya terbakar karena usaha yang berlebihan
dalam menghangatkan pasien. Monitor invasif (kanulasi arteri, kateterisasi vena
sentral) memerlukan pertimbangan ahli. Kateter arteri pulmonal pada anak anak
jamg diperlukan karena pada umumnya hubungan tekanan pengisian kanan dan
kiri dapat diperkirakan. Pada neonatus sering dipilih kanulasi arteri radialis kanan
karena letaknya yang preduktal keadaan disini mencerminkan kandungan oksigen
pada arteri karotis dan retina. Jumlah urin yang keluar merupakan parameter yang
bagus untuk menilai status volume. Neonatus yang prematur atau lahir dengan
berat badan lahir rendah atau lahir dari ibu yang diabetik cenderung mengalami
hipoglikemia. Dianggap hipoglikemia bila kadar gula pada neonatus < 30 mg% ,
pada anak yang lebih tua < 40mgo% 10,11.
3. INDUKSI
Induksi anestesi umum dapat dilakukan dengan teknik intravena atau
inhalasi. Induksi secara IM dengan ketamin (5-10mg/kb) dapat dilakukan pada
keadaan tertentu seperti anak meronta ronta. Induksi intra vena lebih disukai pada
anak yang sudah terpasng jalur intra vena atau pada anak yang kooperatif 11,13.
A. Induksi intra vena
Induksi dapat dilakukan sama seperti pada orang dewasa, yaitu
barbiturat dengan masa kerja cepat (Tiopental 3mg/kg pada neonatus, 4-6
mg/kg pada bayi dan anak yang lebih tua) atau propofol diikuti dengan
obat pelumpuh otot. (rapakuronium, vecuronium, atrakurium, rokuronium
atau
suksinilkolin). Atropin
harus
diberikan
sebelum
pemberian
B. Induksi inhalasi
Sering anak belum terpasang jalur intra vena saat sampai di ruang
operasi. Agen inhalasi dapat menyebabkan anak hilang kesadaran hanya
dalam beberapa menit. Hal ini akan lebih mudah dilakukan pada anak
yang sudah dalam keadaan sedasi sehingga tidak tahu apa yang terjadi.
Altematif lain untuk anak yang sangat ketakutan adalah dengan mengganti
masker warna hitam dengan masker wama jernih dan mengoleskan
/meneteskan bau yang enak misalnya bau jeruk, dan membolehkan anak
untuk duduk pada saat awal induksi. Banyak perbedaan anatomi jalan
nafas antara dewasa dan anak anak yang akan mempengaruhi proses
ventilasi dengan masker dan intubasi. Ukuran peralatan yang dipergunakan
harus sesuai . Tabel di bawah ini memperlihatkan ukuran peralatan jalan
nafas untuk pasien anak anak.
Tabel 1. Peralatan jalan nafas untuk pasien pediatril1.
Umur
BB (kg)
ETT (mmID)
Dalam ET
Isap lendir (F)
Laryngoskop
Prematur
0-1 bl
0.5-3
2,5-3
6-9
6
00
Naonatus
0-1 bl
3-5
3-3,5
9-10
6
0
Masker
Ukuran Masker
00
Oral Airway
000-00
LMA
Ket.: ETT : Endo Tracheal Tube,
Bayi
1-12 bl
4-10
3,5-4
10-12
8
1,5
0
00
1
BB: Berat
Prasekolah
1-3 th
8-16
4-4,5
12-14
8
1,5
Anak kecil
3-8 th
14-30
4,5-5,5
14-16
10
2
1
1
1
1
1,5
1,5
Badan, LMA; Laryngeal
2
2
2,5
Mask Air
way
4. INTUBASI TRAKHEA
Sesudah induksi, sebelum dilakukan intubasi endotrakhea N 20 dimatikan
sehingga paru paru pasien hanya di isi dengan oksigen konsentrasi tinggi, hal ini
agar saturasi oksigen arteri tetap adekuat selama periode apnea10,11.
Pemilihan pelumpuh otot dapat dengan pelumpuh otot depolarisasi atau
non depolarisasi11.
Anak
8-12 th
25-50
5,5-6
16-18
12
3
3
3
3
Tulang oksiput yang menonjol pada anak anak cenderung membuat kepala
pada posisi yang agak fleksi, sebelum intubasi hal ini dapat diatasi dengan sedikit
meninggikan bahu atau mengganjal kepala dengan bantal berbentuk donat. Pada
anak yang lebih besar jaringan tonsil dan adenoid yang besar dapat mengganggu
visualisasi laring. Daun laringoskop yang lurus dapat membantu intubasi pada
bayi dan anak anak yang laringnya anterior. Pada anak umur < 5 tahun bagian
paling sempit dalah cincin krikoid sehingga pipa endotrakhea yang dapat
melewati glotis masih mungkin tidak dapat melewati cincin ini. Bila pipa
endotrakhea di paksakan melewati cincin ini dapat terjadi post operatif edema,
stridor, croup dan obstruksi jalan nafas14.
Pipa endo trakhea yang tidak menggunakan cuff biasanya dipakai untuk
anak dibawah umur 8- 10 tahun untuk mencegah edema tersebut dan untuk
meminimalkan risiko barotrauma, Diameter dalam pipa endo trakhea dapat
diperkirakan dengan rumus : Diameter internal pipa = 4 + umur/4, sebagai contoh
anak umur 4 tahun diperkirakan memakai pipa dengan diameter internal 5 mm.
Perkiraan ini hanya merupakan perkiraan kasar. Pada neonatus prematur kira-kira
dipakai pipa dengan diameter interna 2,5 - 3 mm dan neonatus 3-3,5 mm. Harus
dipersiapkan pipa endotrakhea dengan ukuran di atas dan di bawah ukuran yang
diperkirakan. Ukuran pipa yang cocok ditandai dengan mudah masuk ke dalam
laring dan adanya sedikit kebocoran gas pada tekanan 15-20 cm H2010,11.
Tidak adanya kebocoran ini menunjukkan ukuran pipa terlalu besar dan
harus diganti dengan yang lebih kecil. Kebocoran yang terlalu besar menunjukkan
pipa terlalu kecil sehingga ventilasi tidak adekuat dan kebocoran gas anestesi
dapat mencemari ruangan operasi. Juga ada rumus untuk memperkirakan panjang
pipa endotrakhea yang masuk yaitu : Panjang pipa = 12 + umur/2, Rumus ini
hanya merupakan perkiraan kasar, harus tetap di konfirmasi dengan penilaian
klinis. Untuk menghindari intubasi endobronchial ujung pipa dimasukkan 1- 2 cm
sesudah melewati glotis. Tekhnik lain adalah dengan cara secara sengaja
memasukkan pipa sampai cabang kanan.bronkhus dan kemudian ditarik sampai
suara nafas paru kanan sama dengan paru kiri10,14.
5. PEMELIHARAAN
Pada bayi dan anak biasanya dilakukan ventilasi kontrol. Pada ventilasi
spontan neonatus yang sakit sulit mengatasi tahanan sirkuit meskipun sudah
dipilih alat dengan tahanan yang rendah. Tahanan ini berasal dari katub searah,
pipa pernafasan dan penyerap C02. Untuk anak dengan BB < 10 kg lebih disukai
penggunaan sirkuit dari Mapleson D atau Bain karena alatnya ringan dan
tahanannya rendah. Tahanan pada sirkuit pemakaian dapat diatasi dengan tekanan
positif sehingga tidak menjadi masalah apabila ventilasi pasien di kontrol15.
Dengan memantau tekanan jalan nafas dapat segera diketahui bila ada
sumbatan pada pipa endotrakhea karena pipa yang terlipat atau pipa bergeser
masuk ke endobronkus. Kebanyakan ventilator anesthesia dirancang untuk
pemakaian pada orang dewasa sehingga kurang dapat dipercaya untuk dapat
digunakan pada anak anak dimana tidal volume harus kecil dan frekuensinya lebih
sering. Tidal volume yang terlalu besar pada anak dapat menyebabkan
peningkatan jalan nafas yang sangat tinggi dan menyebabkan barotrauma14.
Volume tidal yang kecil dapat diberikan secara manual dengan
menggunakan kantong pernafasan dengan volume 1 L. Dengan kantung ini lebih
sensitif dibanding bila memakai kantung dengan ukuran 3 L. Untuk anak dengan
berat badan < 10 kg tidal volume yang cukup dapat diperoleh pada tekanan jalan
nafas kurang lebih 15-18 cmH2O. Untuk anak yang lebih besar volume tidal dapat
di set pada 8-18m1/kg. Kebanyakan spirometer tidak akurat pada volume tidal
yang kecil. Juga gas yang hilang karena sirkuit yang panjang dan komplians alat
yang tinggi menjadi bermakna pada anak anak yang tidal volume nya kecil.
Sehingga sirkuit pada anak dipilih yang pendek dan tidak elastis15.
Ruang rugi pada sirkuit anak dapat diminimalkan dengan menempatkan
sekat yang memisahkan inspirasi dan ekspirasi pada Y-piece . Anestesi
dipertahankan dengan agen yang sama seperti pada dewasa. Meskipun MAC pada
anak lebih besar dibanding dewasa neonatus tetap lebih rentan terhadap efek
miodepresi agen anestesi. Obat pelumpuh otot diperlukan untuk mendapatkan
kondisi operasi yang optimal, terutama pada neonatus dan anak anak yang tidak
dapat mentoleransi dosis tinggi agen volatill0,11.
cairan
pemeliharaan
pada
anak
anak
dapat
Konsentras
i (%)
Dosis
(mg/kg)
Dosis maks
(mg/kg)
Do. Maks
(+adrenalin
)
1-2
2-3
7
7
10
10
10
10
10-15
7-15
0,3-1
0,5-1
0,5-2
7,5
10
5-15
0,75-2
Latensi
(menit)
Masa kerja
(jam)
Prilokain
Mepivakain
Bupivakain
Levobupivakai
n
Ropivakaine
0,5-1,5
0,5-1,5
0.25-0,5
0.25-0,5
5
5-7
2
3
7
8
2,5
4
10
10
3
4
15-25
5-15
15-30
15-30
0,75-2
1-1,25
2,5-6
2,5-6
0,2-10
3,5
N/A
7-20
2,5-5
Ket. : Data ini tidak berlaku untuk blok spinal, regional intravena dan lokal anestesi
Tabel 5. Zat tambahan anestetik lokal pada pediatri dan efek sampingnya
ZAT TAMBAHAN
Morphine
Intrathecal
DOSIS
10g/kg
Epidural
30g/kg
Short acting narcotics (Epidural)
Fentanyl
1-2 g/kg
Sufentamil
0,5 g/kg
Klonidin
1-1,5 g/kg
Ketamin
0,5 mg/kg
EFEK SAMPING
Pruritus,
mual-muntah,
retensi
urin,sedasi,
konstipasi
Depresi nafas lambat
Pruritus, mual-muntah, retensi urin, sedasi, apnea
Sedasi, hipotensi, depresi respirasi pada neonatus
& bayi preematur
Sedasi
mudah mengalami laringospasme dan post intubasi croup. Seperti pada orang
dewasa nyeri post opertif pada anak anak juga harus dikelola dengan baik11.
A. Laryngospasme
Laryngospasme adalah kontraksi otot otot laring yang kuat dan
terjadi secara tidak sadar karena stimulasi nervus laringeal superior. Dapat
dihindari dengan ekstubasi saat pasien sudah benar benar sadar atau saat
keadaan anestesi masih dalam. Ekstubasi diantara kedua keadaan ekstrim
ini berbahaya. ISPA juga meningkatkan kejadian larigospasme saat bangun
dari anestesi5.
Bila terjadi laringospasme diatasi dengan memberi ventilasi
tekanan positif dengan halus, lidokain intravena 0,5-1mg/kg, paralisis
dengan suksinilkolin 0,5-1 mg/kg atau rokuronium 0,4 mg/kg dan ventilasi
dikontrol. Bila terpaksa dapat diberikan suksinilkolin intra muskular.
Laringospasme dapat terjadi segera post operasi tetapi dapat juga terjadi di
ruang pulih sadar karena tersedak sekret pharing, oleh karena itu sebaiknya
pasien diposisikan miring sehingga sekret yang ada bisa dengan mudah
keluar. Pada saat pasien bangun sebaiknya orangtua sudah ada di samping
pasien10.
B. Croup Post Intubasi
Croup terjadi karena edema glotis atau trakhea. Edema paling
sering terjadi pada cincin krikoid karena bagian ini paling sempit.
Kejadian croup lebih sedikit bila dipakai pipa endotrakhea yang tidak ber
cuff dan memungkinkan sedikit kebocoran pada 10- 25 cmH 2O. Stridor ini
sering berkaitan dengan umur 1-4 tahun, usaha intubasi yang berulang,
pipa endotrakhea yang besar, pembedahan yang lama, prosedur di kepala
dan leher, dan gerak pipa yang berlebihan (batuk gerak kepala)10.
Dapat dicegah dengan pemberian deksametason 0,25-0,5 mg/kg,IV.
Pemberian inhalasi nebulizer epinefrin 0,25-0,5 ml larutan 2,25% dalam
DAFTAR PUSTAKA
1. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, editors. Pediatric Anesthesia. In :
Clinical anesthesiology .3d' ed. New York : Mc Graw Hill; 2002.p.849-73
2. Betts KE, Downes JJ. Pediatric Anesthesia. In : Longnecker DE, Murphy FL,
editors. Introduction in anesthesia. 9h ed. Philadelphia, Pennsylvania : W. B.
Saunders Company ; 1997.p. 332-49
3. Motoyama EK, Cook CD. Respiratory physiology. In : Smith RM, editor.
Anesthesia for infants and children. 4`h ed. St Louis, Toronto : The C. V.
Mosby Company ; 1980.p.38-83
4. McGowan FX, Steven JM. Cardiac Physiology and Pharmacology. In : Cote
CJ, Ryan JF, Todres ID, Goudsouzian NG, editors. A Practice of Anesthesia
for infants and children. 3`d ed. Philadelphia, London : W. B. Saunders
Company ; 2001.p. 353-87
5. Tait AR. Point-Counterpoint : Point : Endotracheal intubation should be
avoided in children with upper respiratory tract infection. Spa Newsletter
[serial on line] summer2002;15(3): [3 screens].Available from :URL:
http://www.pedsanesthesia.org
6. Uezono S, Goto T, Terui K, Ichinose F, Ishguro Y, Nakata Y, et al. Emergence
Agitation After Sevoflurane Versus Propofol in Pediatric Patients. Anesth
Analg 2000;91:563-6
7. Elwood T, Morris W, Martin LD, Nespeca MK, Wilson DA, Fleisher LA, et al.
Bronchodilator premedication does not decrease respiratory adverse events in
pediatric general anesthesia.Can J Anaesth 2003;50:277-84
8. Veyckemans F. Equipment, Monitoring, and Environmental Conditions. In
Bissonnette B, Dalens BJ, editors. Pediatric Anesthesia : Principles and
Practice. . New York : Mc Graw Hill; 2002.p.414-82
9. Dalens BJ. Regional Anesthesia in Children. In : Miller RD, editor. Miller's
Anesthesia. 6
th
10. Moss M, Lopez AM, Eble BK, Schellhase DE. Pediatric Intensive Care
Procedure. In : Fink MP, Abraham E, Vincent JL, Kochanek PM, editors.
Texbook of Critical Care. 5th ed. Philadelphia, Pennsylvania : Elsevier
Saunders ; 2005.p.1909-32
11. Bohn D. Fluids and Electrolytes in Pediatrics. In : Fink MP, Abraham E,
Vincent JL, Kochanek PM, editors. Texbook of Critical Care. 5th ed.
Philadelphia, Pennsylvania : Elsevier Saunders ; 2005.p.1131-39
12. Joint statement of the Fetus and Newborn Committee, Canadian Paediatric
Society, and Committee on Fetus and Newborn, Committee on Drugs, Section
on Anesthesiology and Section on Surgery, American Academy of Pediatrics.
Prevention and Management of Pain and Stress in The Neonate. Paediatrics. &
Child Health 2005;1: 31-8