Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
K. N. Tabri.
K. N. Tabri.*
KK Geologi Terapan
FIKTM ITB
Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,
E-mail : nurwedi@gc.itb.ac.id
* Alamat korespondensi
Pendahuluan
Marmer dalam Geologi adalah
batuan
metamorfosa yang berasal dari batugamping
yang terubah tekstur dan komposisi mineralnya
akibat pengaruh temperatur dan tekanan.
Marmer dalam pengertian umum (awam)
adalah semua batuan alam yang tersusun oleh
satu atau lebih mineral (kalsit atau dolomit)
yang mempunyai kemampuan untuk dipoles
hingga mengkilap. Dalam industri batu
ornamen, batuan jenis ini mempunyai nilai
ekonomis yang sangat baik dan dikenal sebagai
marmer komersial. Marmer dalam pengertian
awam dalam makalah ini selanjutnya diberi
istilah tersebut (marmer komersial). Marmer
komersial sangat tergantung dari kualitas
batugamping, antara lain sifat fisik (kuat tekan,
berat jenis, daya serap air, ketahanan aus dan
kekekalan atau soundness), warna, corak, dan
kilap. Tidak semua batugamping dapat
dikatakan sebagai marmer komersial, karena
sangat tergantung dari tekstur/corak, warna, dan
sifat fisiknya.
Pada tahun 1980 - 1987 kebutuhan marmer di
Indonesia
sebagian besar dipenuhi
oleh
marmer impor dari Italia dan sebagian kecil
dari dalam negeri yang dihasilkan dari daerah
Tulungagung,
Citatah,
Lampung,
dan
Payakumbuh, Sumatra Barat. Konsumen di
Indonesia tidak mempersoalkan apakah batuan
tersebut memang marmer dalam pengertian
geologi atau apapun jenis batu bercorak yang
dipoles, yang selanjutnya dikenal sebagai
marmer komersial. Hal terpenting untuk marmer
komersial adalah telah sesuai dengan
persyaratan mutu/kualitas sebagai batu alam
untuk bangunan.
Produksi marmer komersial di Indonesia saat ini
berasal dari Tulungagung, Citatah, Timor,
Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.
Kelima
daerah
tersebut
semuanya
memproduksi marmer dari bahan baku
batugamping. Pada tahun 1996, daerah Citatah
di Kabupaten Bandung, merupakan penghasil
terbesar di Indonesia. Di daerah ini, terdapat
sepuluh perusahaan marmer komersial, dengan
bahan baku yang dipergunakan adalah
batugamping Formasi Rajamandala. Produksi
barang jadi dari tiap perusahaan tersebut ratarata sebesar 7.500 m2/bulan.
32
Tabel 1. Hubungan Fasies, Formasi, Sifat Fisik, Nama Dan Nilai Komersial
Nama
fasies
Foraminifer
al
PackstoneGrainstone
Floatstone
Rudstone
No
1
Rudstone
Framestone
Formasi/
lokasi
Rajamandala
(Citatah)
Pengujian
Warna
Corak
Kilap
baik
krem
terang
seragam
sedang
Rajamandala
(Citatah)
Rajamandala
(Gn. Guha)
sda (Citatah)
Berai (Kalsel)
Rajamandala
(Gn. Guha)
Italia
Rajamandala
(Gn.Guha)
sda (Citatah)
buruk
abu-abu
tua
coklat ke
abuan
tidak
seragam
seragam
buruk
sangat baik
sangat baik
sangat baik
Framestone
Rajamandala
(Gn. Guha)
sangat baik
Framestone
- bindstone
Rajamandala
(Gn. Guha)
sda (Citatah)
Punung
Berai /Kalsel
Tonasa/Sulsel
sangat baik
pink
coklat
kemerahan
sangat
baik
Nama Komersial
Gelatik
Carmen Red
Rosso
Borneo Pink
Mandala Red
seragam
sangat
baik
krem
ditengah
abu-abu
/coklat
abu-abu
terang
tidak
seragam
sangat
baik
seragam
sangat
baik
Atlantic Grey
krem,
abu-abu
muda
krem
kekuning
an
krem
putih dan
krem
seragam
sangat
baik
Breccia Coral
Cream Blue
Nilai Komersial
(60 x 60 cm)
rendah - sedang
rendah
tinggi
Rp.60.000 Rp.135.000/m2
sangat tinggi
Rp.135.000 Rp.225.00/m2
sedang
<Rp.60.000/m2
Cream Tablo
tinggi
Rp.60.000 Rp.135.000/m2
tinggi
Rp.60.00 0Rp.135.000/m2
33
Nama Fasies
Rudstone
(Gambar 2 dan
3)
Framestone
(Gambar 5)
Framestonebindstone
(Gambar 7)
Framestone bindstone
(Gambar 9)
Framestonebindstone
(Gambar 10)
Framestone bindstone
(Gambar 11)
Pemerian
Batugamping, coklat keabuan/
coklat kemerahan, sangat kasar,
fragmen membundar-menyudut
tanggung, dalam masa dasar
wackestone-packstone. Fragmen
terdiri dari fragmen framestonebindstone dan wackestone
packstone, batuan sangat keras.
Batugamping, abu-abu terang,
tersusun oleh kerangka koral,
ganggang merah dan foram, saling
berikatan, masif, kompak dan
sangat keras.
Batugamping, krem -putih,
tersusun oleh kerangka koral,
ganggang merah dan foram besar,
saling berikatan, masif, kompak
dan sangat keras.
Batugamping, krem kekuningan,
tersusun oleh kerangka koral dan
ganggang merah yang saling
berikatan, masif, tampak adanya
stylolite, batuannya sangat keras.
Batugamping, putih keabuan,
tersusun oleh kerangka koral,
ganggang merah dan foram, saling
berikatan, masif, kompak dan
sangat keras.
Batugamping, krem -putih,
tersusun oleh kerangka koral,
ganggang merah dan foram besar,
saling berikatan, masif, kompak
dan sangat keras.
Corak
Seragam
diperlihatkan oleh
fragmen-fragmen
penyusunnya
Kilap
Sangat mengkilap
Nama Komersial
Carmen Red, Mandala
Red, Rosso, Breccia
Coral
Seragam
diperlihatkan oleh
susunan koral masif
Sangat mengkilap
Atlantic Grey
Seragam
diperlihatkan oleh
susunan koral
masif/bercabang
Sangat mengkilap
Seragam
diperlihatkan oleh
susunan koral
bercabang , ganggang
merah dan pola
stylolite.
Seragam
diperlihatkan oleh
susunan koral masif
Sangat mengkilap
Sangat mengkilap
Borneo White
Seragam
diperlihatkan dari
pola stylolite dan
koral platy
Sangat mengkilap
Clasico Cremo
Jenis Pengujian
Beban hidup
> 250 kg/cm2
Beban hidup
< 250 kg/cm2
0.75
0.75
0.75
1.00
800
800
600
500
0.130
0.160
tidak cacat
tidak cacat
tidak cacat
retas kecil
34
35
36
37
38
39
Hasil
analisis
petrografi
dan
SEM,
memperlihatkan bahwa batugamping tersebut
telah mengalami proses diagenesa deep burial
yang ditandai dengan adanya rekristalisasi
mikrit menjadi spar, penyemenan kembali
rekahan stylolite serta tidak adanya porositas
menyebabkan daya serap air sangat kecil (<
0,50 %) dan batuannya tidak mudah pecah.
Analisis kimia
memperlihatkan adanya
kandungan unsur Pb dan Zn yang cukup tinggi,
kemungkinan terjadi asosiasi unsur Pb dengan
kalsit membentuk mineral Cerusite (PbCO3)
40
berpasangan dilakukan pada tiga lokasi yaitu K52 (50 buah), BSM (50 buah), dan Knt-3 (40
buah). Hasil analisis
tegasan purba
menggunakan program Dips dari Diederichs
dan Hoek (1986) di lokasi K-52 dan BSM
menghasilkan 1 vertikal, 2 berarah N 65 W
N 80 E atau N 100 E N 92 E dan 3
berarah N 12 E N 28 E atau S 12 W S
28 W, sedangkan di lokasi Knt-3 menghasilkan
1 vertikal, 2 berarah N 11 W atau S 11 E
(Gambar 15). Hasil pengukuran arah kekar tarik
yang dilakukan di lokasi BSM sebanyak 25
buah yang dianalisis dengan menggunakan
program Stress versi 1.6, dari Charlesworth et
al. (1994), menghasilkan arah tegasan utama
adalah vertikal (Gambar 16). Sedangkan, hasil
pengukuran kedudukan stylolite yang dilakukan
di lokasi BSM sebanyak 25 buah, dan
dianalisis dengan menggunakan program Dips,
menunjukkan pola umum kedudukan stylolite
adalah hampir barat-timur dengan kemiringan
ke arah selatan (Gambar 16).
Struktur Geologi
Hasil rekonstruksi struktur memperlihatkan
bahwa struktur utama di daerah penelitian
adalah struktur antiklin yang berarah timurlautbaratdaya (NE - SW) yang terpotong oleh sesar
naik dan sesar mendatar. Struktur yang dapat
diamati di daerah penelitian adalah sesar naik
Gunung Guha, sesar naik Pr. Gelatik, dan sesar
mendatar Cinongnang. Analisis struktur geologi
dilakukan dengan melakukan analisis tegasan
purba berdasarkan pada analisis cermin sesar,
analisis kekar gerus (shear joint), kekar tarik
(tension joint) dan stylolite.
Analisis cermin sesar dilakukan dengan
pengukuran kedudukan cermin sesar pada tiga
lokasi yaitu : Knt-5 (25 buah), PP-21A (20
buah) dan PP-47 (13 buah). Hasil analisis
tegasan purba dengan menggunakan program
stress versi 2.2 dari Charlesworth et al. (1994)
di ketiga lokasi tersebut dapat dilihat pada
Tabel-6. Pengukuran kedudukan kekar gerus
Tegasan Purba
Generasi 2
Generasi 1
-1
(N.. E)
Plunge (..0)
- 2 (N.. E)
Plunge (..0)
Generasi 3
- 3 (N.. E)
Plunge (..0)
Knt-5
PP-21A
299
30
197
18
71
31
191
298
21
67
103
298
206
67
21
96
205
299
66
22
352
260
158
21
68
PP-47
119
210
310
14
75
235
134
30
40
13
46
127
280
12
71
16
41
Gambar 16. Kedudukan stylolite dan bidang perlapisan batugamping di lokasi BSM
Di lapangan, hasil analisis tegasan purba
diperlihatkan oleh gawir sesar naik Gunung
Guha berarah barat-timur, gawir sesar naik Pr.
Gelatik berarah timurlaut-baratdaya dan sesar
mendatar Cinongnang berarah utara-selatan
(Gambar 17).
42
43
Daftar Pustaka
C.H. Moore, 1989. Carbonate
Diagenesis and Porosity.
Elsevier, 338 halaman.
Erik
Flugel,
1982.
Microfacies Analysis of
Limestone : Stylolites.
Springer-Verlag, Berlin
Heidelberg, New York,
hal 1-95.
Henry Charlesworth, Thierry
Villemin, Eric Erslev, dan
Dardji Noeradi, 1994.
Solving
Structural
44
Special
Publication
No.13.
Maurice E.Tucker dan Paul
Wright, 1992. Carbonate
Sedimentology.
Blackweel
Scientific
Publication, Oxford.
Nino Salvatori, 1977. Stone
Working
Techniques.
Container 54037 Marina
di Massa Italy.
Peter A, Scholle, 1978.
Carbonate
Rock
Constituents,
Textures,
Cement, and Porosities.
AAPG Memoir; Tulsa,
Oklahoma, USA.
Peter A Scholee, Noel
P.James dan J.F.Read,
1989.
Carbonate
Sedimentology
and
Petrology. Short Course
in Geology, vol.4, 28
International
Geolical
Congress
Washington,
D.C.
Peter
A
Scholle,
Don
G.Bebout, dan Clyde H
Moore, 1983. Carbonate
Depositional
Environtment.
AAPG
Memoir
33,
Tulsa,
Oklahoma.
Robin G.C.Bathurst, 1975.
Carbonate Sediments And
Their Diagenesis. Second
edition, Elsevier.
45
46