Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Sumber
Direktorat
Jenderal
Mineral,
Batubara
dan
Panas
Bumi
Kementerian
Energi
dan
Sumber
Daya
Mineral
DAFTAR
ISI
I. PENDAHULUAN
1.1.
latar
Belakang
1.2.
Visi
dan
Misi
II. KONDISI
SAAT
INI
2.1.
Sumber
Daya
dan
Cadangan
Mineral
2.2.
Eksplorasi
dan
Eksploitasi
2.3.
Pengolahan
dan
Pemurnian
III. KONDISI
YANG
DIHARAPKAN
3.1.
Jangka
Pendek
(2010-2014)
3.2.
Jangka
Panjang
(2010-2025)
3.3.
Tantangan
untuk
Mencapai
Hasil
Yang
Diharapkan
IV. LINGKUNGAN
STRATEGIS
4.1.
Global
4.2.
Regional
4.3.
Nasional
V.
INSTRUMEN
KEBIJAKAN
5.1.
Legislasi
5.2.
Regulasi
5.3.
Kelembagaan
VI.
AGENDA
PERTAMBANGAN
MINERAL
6.1.
Agenda
Pokok
Mineral
6.2.
Penciptaan
KepasTan
Hukum
Dalam
Pengusahaan
Mineral
6.3.
Peningkatan
Investasi
Pengusahaan
Mineral
6.4.
Peningkatan
Pengawasan
dan
Pembinaan
Pengusahaan
Mineral
6.5.
Pemenuhan
Kebutuhan
Mineral
Dalam
Negeri
6.6.
Pengolahan
dan
Pemurnian
Mineral
di
Dalam
Negeri
LAMPIRAN
-
Produksi
Mineral
-
Investasi
-
Penerimaan
Negara
dan batubara
4
Kementerian
Energi
dan
Sumber
Daya
Mineral
I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sumber
daya
mineral
dan
cadangan
tersebar
dan
keberadaan
di
alam
pada
umumnya
terbatas
Sumber
Daya
Mineral
Tdak
dapat
diperbaharui
(Non
Renewable)
2.1
No
Komoditi
Nikel
Timah
Bauksit
Tembaga
Emas Primer
Emas alluvial
Perak
Pasir Besi
Mangan
10
Air Raksa
11
Besi Laterit
12
Besi Primer
13
Kobal
14
Kromit Plaser
15
Kromit Primer
16
Molibdenum
17
Monasit
18
Platina
19
Seng
20
Timbal
21
Titan Laterit
22
Titan Plaser
23
Besi Sedimen
Unit
Juta Ton
Juta Ton
Juta Ton
Juta Ton
Ribu Ton
Ribu Ton
Juta Ton
Juta Ton
Juta Ton
Ton
Juta Ton
Juta Ton
Juta Ton
Juta Ton
Juta Ton
Juta Ton
Ribu Ton
Ribu Ton
Juta Ton
Jut Ton
Juta Ton
Juta Ton
Juta Ton
Sumber Daya
Bijih = 1.878
Logam = 42
Bijih = 95
Logam = 0,65
Bijih =726,58
Logam = 249,67
Bijih = 2.384
Logam = 69,76
Bijih = 1.980.234,64
Logam = 4,2
Bijih = 1.688.652,45
Logam = 0,14
Bijih = 616,09
Logam = 0,5
Bijih = 1.014,79
Logam = 132,91
Bijih = 10,62
Logam = 5,78
Cadangan
Bijih = 546,83
Logam = 8,7
Bijih = 0,54
Logam = 0,33
Bijih = 111,79
Logam = 65
Bijih = 4.299
Logam = 42,85
Bijih = 5.117.034,40
Logam = 4,3
Bijih = 16.789
Logam = 0,0038
Bijih = 4.773,05
Logam = 0,026
Bijih = 4.732
Logam = 2,41
Bijih = 0,93
Logam = 0,59
75.91
Bijih = 1.565,19
Logam = 631,6
Bijih = 382,24
Logam = 198,62
Bijih = 1.263,33
Logam = 1,4
Bijih = 5,7
Logam = 2,4
Bijih = 1,6
Logam = 0,75
Bijih = 685
Logam = 0,21
Bijih = 185,9
Logam = 10,5
Bijih = 115.000
Logam = 13,03
Bijih = 586,9
Logam = 6,78
Bijih = 74,9
Logam = 3,1
Bijih = 741,2
Logam = 2,9
Bijih =71,3
Logam = 71,3
Bijih =
23,7
Logam = 15,4
Bijih = 80,640
Logam = 18,08
Bijih = 1,85
Logam = 1,38
Bijih = 152,86
Logam = 0,22
Bijih = Logam = 2,7
Bijih = 6,7
Logam = 0, 97
Bijih = 1,6
Logam = 0,12
Bijih = 2,7
Logam = 0,026
Bijih = 1,4
Logam = 0,11
-
SUMBER DAYA
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Komoditas
Bentonit
Dolomite
Fosfat
Gypsum
Kalsit
Kuartsit
Oker
Pasir
Kuarsa
Talk
Zeolit
Zirkon
Kaolin
Pirofilit
Intan
Kalsedon
Oniks
Rijang
Feldspar
2.2
2.3
-
Batubara
merupakan
bahan
bakar
utama
dalam
negeri
dan
sisanya
menjadi
komodiT
ekspor
Secara
potensi
sumberdaya
mineral
masih
besar.
Terdapat
12
KK
(status
bulan
September
2009)
yang
telah
berproduksi
dan
beberapa
KP
seperT
KP
PT,
ANTAM,
KP
PT.
Timah.
Indonesia
sebagai
salah
satu
produsen
dan
eksporTr
utama
mineral.
Namun
banyak
yang
diekspor
masih
dalam
bentuk
bahan
mentah
(raw
material),
misalnya:
bauksit
100%
diekspor,
bijih
besi
100%
di
ekspor,
Bijih
nikel,
dll.
15
Kementerian
Energi
dan
Sumber
Daya
Mineral
DALAM NEGERI
Beberapa
mineral
belum
diproses
dan
tetap
diekspor
dalam
bentuk
bahan
mentah
(raw
material)
seperT
:
-
Bijih
besi
-
Bauksit
Di
sisi
lain,
indonesia
mengimpor
besi
sponge/pellet
untuk
industri
baja
dalam
negeri
(PT
Krakatau
Steel)
dan
alumina
untuk
perkembangan
industri
aluminium
16
Kementerian
Energi
dan
Sumber
Daya
Mineral
Bijih Nikel
Ekspor
Bijih Tembaga
Konsentrat
Tembaga
Bijih Timah
Pasir Timah
Bijih Bauksit
Bijih Besi
Ekspor
Ekspor
Ekspor
Impor
Alumina
Impor
pelet
besi
Baja
Fe Ni & Ni ma]e
Ekspor
Cu murni
Ekspor
Sn murni
Dalam Negeri
Al murni
Ekspor
Baja
Ekspor
Dalam
Negeri
Ekspor
17
Kementerian
Energi
dan
Sumber
Daya
Mineral
Contoh
COMMODITY
Ni
2%
FeNi
5%
FeNi
20%
Stainless
Steel
Series
200
Stainless
Steel
Series
300
PRICE
($/ton)
24
447
2555
1464
2091
18
Kementerian
Energi
dan
Sumber
Daya
Mineral
UPAYA KE-DEPAN
Hasil
dan
manfaat
tambang
harus
terus
diTngkatkan
(penerimaan
negara,
tenaga
kerja,
dll),
kuncinya
adalah:
Keterpaduan
usaha
hulu
(eksplorasi
dan
eksploitasi)
dengan
usaha
hilirnya
Konsistensi
dalam
pelaksanaan
kebijakan
(pengawasan
dan
pengendalian,
litbang,
jaminan
pasokan,
dll)
ParTsipasi
seluruh
komponen
(investor,
masyarakat,
perguruan
Tnggi,
dll)
untuk
bersama-sama
mendorong
opTmalisasi
manfaat
tersebut
19
Kementerian
Energi
dan
Sumber
Daya
Mineral
Masih
belum
sinkronnya
beberapa
legislasi
lintas
sektor
(pertambangan,
kehutanan,
lingkungan
dan
tata
ruang)
Masih
belum
opTmalnya
pelaksanaan
kegiatan
pertambangan
yang
baik
dan
benar
(PETI,
perusahaan
yang
Tdak
mematuhi
ketentuan
lingkungan,
dll)
Masih
terbatasnya
kapasitas
pengolahan
(nilaitambah)
saat
ini
Masih
belum
opTmalnya
kandungan
lokal
dari
kegiatan
pertambangan
mineral
Harga
komoditas
mineral
beruktuasi
yang
mempengaruhi
kepada
target
penambangan
dan
penjualan
Masih
terdapatnya
kasus
tumpang-Tndih
lintas
sektor
dalam
praktek
pertambangan
Meningkatkan
kontribusi
dalam
pembangunan
daerah
(bagi
hasil,
CD,
dll)
Keterbatasan
kapasitas
teknologi,
SDM
dan
infrastruktur
Belum
adanya
insenTf
bagi
pengembangan
pengolahan
produk
pertambangan
Besarnya
nilai
investasi
pada
pengembangan
produk
pengolahan
3.4 Peluang
4.1
Global
4.2
Regional
a. Perdagangan
Bebas
ASEAN-China
(ASEAN-China
Free
Trade
Agreement)
b. Perdagangan
Bebas
Asia
Pasik
4.3
Nasional
a. Otonomi
Daerah
b. Kewajiban
pemenuhan
Bahan
Baku
Mneral
Dalam
Negeri
c. Reformasi
Birokrasi
V. INSTRUMEN KEBIJAKAN
5.1.
Legislasi
a. UU
No
4
tahun
2009
tentang
Pertambangan
Mineral
daan
Batubara
Terdapat
berbagai
hal
baru
di
dalam
UU
Minerba
yang
akan
membawa
kepada
sejumlah
perubahan
mendasar
di
dalam
praktek
pertambangan
di
Indonesia,
diantaranya:
UU
Minerba
mengamanatkan
opTmalisasi
penerimaan
negara
Ditetapkan
Wilayah
Usaha
Pertambangan
(WUP),
Wilayah
Pertambangan
Rakyat
(WPR)
dan
Wilayah
Pencadangan
Negara
(WPN)
Skema
Perizinan
berdasarkan
UU
Minerba:
Izin
Usaha
Pertambangan
(IUP),
IUP
eksplorasi
dan
IUP
Operasi
Produksi,
Izin
Pertambangan
Rakyat
(IPR),
IUP
Khusus
(IUPK)
pada
area
eks
Wilayah
Cadangan
Negar,
IUP
dan
IUPK
terbuka
baik
untuk
investor
dalam
dan
luar
negeri
melalui
lelang
Penetapan
IUP
melalui
sistem
lelang.
IUPK
bisa
diberikan
oleh
izin
menteri
di
ex
WPN
(WUPK)
Klarikasi
wewenang
dan
ruang
lingkup
Pemerintah
Pusat,
Propinsi
dan
Kabupaten/Kota.
Kewajiban
Pemrosesan
dan
pemurnian
logam
harus
dilakukan
di
Indonesia
(aspek
nilai
tambah).
Pengembangan
masyarakat
difokuskan
pada
kesejahteraan
rakyat.
Demi
kepenTngan
nasional,
Pemerintah
menetapkan
domes0c
market
obliga0on
(DMO)
untuk
mineral
dan
batubara.
Perusahaan
tambang
dengan
skema
IUPK
memiliki
kewajiban
untuk
membagikan
keuntungan
bersih
setelah
produksi:
4%
kepada
Pemerintah
6%
kepada
Pemda.
Adanya
mekanisme
sangsi
untuk
pelanggaran
Adanya
ketentuan
peralihan
bagi
perjanjian/kontrak
yang
sudah
ada
(KK/PKP2B)
5.1 Legislasi
b. Legislasi
Sektor
Lain
UU
41
Tahun
1999
tentang
Kehutanan
UU
25
tahun
2007
tentang
Penanaman
Modal
UU
26
tahun
2007
tentang
Penataan
Ruang
UU
27
tahun
2007
tentang
Pengelolaan
Wilayah
Pesisir
dan
Pulau-pulau
kecil
UU
32
tahun
2009
tentang
Lingkungan
Hidup
c.
Legislasi
Terkait
Perencanaan
UU
17
tahun
2003
tentang
Keuangan
Negara
UU
25
tahun
2004
tentang
Sistem
Perencanaan
Pembangunan
Nasional
UU
17
tahun
2007
tentang
Rencana
Pembangunan
Jangka
Panjang
5.2 Regulasi
a.
Regulasi
Pengusahaan.
i. Permen
ESDM
No
28
tahun
2009
tentang
Usaha
Jasa
Bahwa
untuk
melaksanakan
ketentuan
Pasal
127
Undang-Undang
Nomor
4
Tahun
2009
tentang
Pertambangan
Mineral
dan
Batubara,
perlu
menetapkan
Peraturan
Menteri
Energi
dan
Sumber
Daya
Mineral
tentang
Penyelenggaraan
Usaha
Jasa
Pertambangan
Jasa
Pertambangan
adalah
jasa
penunjang
yang
berkaitan
dengan
kegiatan
usaha
pertambangan.
Usaha
Jasa
Pertambangan
adalah
usaha
jasa
yang
kegiatannya
berkaitan
dengan
tahapan
danlatau
bagian
kegiatan
usaha
pertambangan.
Usaha
Jasa
Pertambangan
Non
InT
adalah
usaha
jasa
selain
usaha
jasa
pertambangan
yang
memberikan
pelayanan
jasa
dalam
mendukung
kegiatan
usaha
pertambangan.
Usaha
Pertambangan
adalah
kegiatan
dalam
rangka
pengusahaan
mineral
atau
batubara
yang
melipuT
tahapan
kegiatan
penyelidikan
umum,
eksplorasi,
studi
kelayakan,
konstruksi,
penambangan,
pengolahan
dan
pemurnian,
pengangkutan
dan
penjualan
serta
pascatambang.
5.2
Regulasi
ii.
Permen
ESDM
No
34
tahun
2009
tentang
Pengutamaan
Pemasokan
Kebutuhan
Mineral
dan
Batubara
untuk
Kepen0ngan
Dalam
Negeri
Untuk
mencegah
terjadinya
kelangkaan
pasokan
mineral
dan
batubara,
serta
menjamin
pasokan
mineral
dan
batubara
di
dalam
negeri
Pemakai
mineral
di
dalam
negeri
yang
akan
dijamin
pasokannya
tersebut,
melipuT
badan
usaha
dan
perorangan
Indonesia
yang
melakukan
usahanya
di
Indonesia
dan
menggunakan
mineral
sebagai
bahan
baku
atau
secara
langsung
Pemakai
mineral
yang
digunakan
sebagai
bahan
baku
adalah
usaha
peleburan
logam,
pemurnian
logam,
pengolahan
mineral
bukan
logam
dan
pengolahan
batuan.
Pemakai
mineral
yang
digunakan
secara
langsung
adalah
sektor
industripengolahan
dan
sektor
konstruksi
Harga
patokan
mineral
adalah
harga
mineral
dengan
mengacu
kepada
indeks
internasional
atau
harga
pasar
yang
berlaku
sebagai
acuan
harga
mineral
yang
diproduksikan
oleh
suatu
badan
usaha
pertambangan
mineral
5.2
Regulasi
b. Regulasi
Keteknikan
Pelaksanaan
Good
Mining
Prac0ce
Teknis
pertambangan:
adanya
perencanaan
dan
pelaksanaan
teknis
pertambangan
yang
baik
dan
benar,
dengan
mengkaji
seluruh
aspek
atau
komponen
terkait
pertambangan,
seperT
eksplorasi,
penetapan
cadangan,
geoteknik,
hidrogeologi,
studi
kelayakan,
perencanaan
tambang,
konstruksi,
penambangan,
pengolahan,
pengangkutan,
dan
penjualan.
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
pertambangan:
adanya
potensi
bahaya
yang
dapat
membahayakan
kepada
kegiatan
produksi,
aset
dan
manusia
termasuk
masyarakat
sekitarnya
perlu
diketahui
semenjak
dini
untuk
selanjutnya
dilakukan
idenTkasi
dan
pencegahan
di
dalam
praktek
pertambangan.
Lindungan
lingkungan
Pertambangan:
seTap
perusahaan
pertambangan
perlu
melakukan
upaya
perlindungan
lingkungan
sejak
dini,
yaitu
dengan
mengintegrasikan
ke
dalam
perencanaan
pertambangan,
memahami
bekerjanya
ekosistem
untuk
mempertahankan
keberlanjutan
fungsinya.
5.2 Regulasi
c.
Regulasi
Perencanaan
PP
20
tahun
2004
tentang
Rencana
Kerja
Pemerintah
PP
21
tahun
2004
tentang
Rencana
Kerja
dan
Anggaran
Kementerian/Lambaga
PP
40
tahun
2006
tentang
Tata
Cara
Penyusunan
Rencana
Pembangunan
Nasional
Perpres
No
7
tahun
2005
tentang
RPJM
Nasional
tahun
2004-2009
Rencana
Strategis
ESDM
2010-2014
5.3
Kelembagaan
a. Kementerian
Energi
dan
Sumber
Daya
Mineral
Menyusun
kebijakan
umum
pengembangan
mineral
Indonesia
dari
sisi
hulu
dan
hilir
Mempersiapkan
legislasi
dan
regulasi
pendukung
pengembangan
mineral
Indonesia
Bekerjasama
dengan
instansi
terkait
lainnya
dalam
rangka
pengembangan
mineral
Indonesia
Mendukung
pelaksanaan
kesiapan
teknologi,
sumberdaya
manusia
dan
infrastruktur
untuk
pengembangan
industrimineral
Indonesia
b. Kementerian
Kehutanan
c. Kementerian
Lingkungan
Hidup
d. Kementerian
Keuangan
e. Kementerian
Perindustrian
f. Kementerian
Perdagangan
g. Kementerian
Perhubungan
h. Badan
Kordinasi
Penanaman
Modal
i. Pemerintah
Daerah
j. Pelaku
Usaha
6.3
III. KEBIJAKAN
46
Kementerian
Energi
dan
Sumber
Daya
Mineral
LAMPIRAN
RENCANA INVESTASI
PERUSAHAAN
2010
2011
2012
2013
2014
KK
PKP2B
KP BUMN
PANAS BUMI
JUMLAH
1,216
860
43.53
382.5
2,502
1,289
912
50.9
825
3,077
1,366
966
20.67
2,655
5,008
1,448
1,024
62.72
2,145
4,680
1,535
1,086
2.33
4,845
7,468