Vous êtes sur la page 1sur 12

ANGINA LUDWIG ATAU ANGINA

LUDOVICI ATAU ABSES LEHER DALAM


September 16, 2012 by Sulaiman Gayo

in

Kesehatan.

PENDAHULUAN

Angina ludwig merupakan infeksi ruang sub mandibula (rahang bawah) berupa peradangan
selulitis dari bagian superior ruang suprahioid (Sekitar leher), yang ditandai dengan
pembengkakan (edema) pada bagian bawah ruang submandibular, yang mencakup jaringan yang
menutupi otot-otot antara laring dan dasar mulut, tanpa disertai pembengkakan pada limfonodus.
Pembengkakan ini biasanya keras dan berwarna kemerahan atau kecoklatan. Peradangan ruang ini
menyebabkan kekerasan yang berlebihan pada jaringan dasar mulut dan mendorong lidah ke atas
dan ke belakang. Dengan demikian dapat menyebabkan obstruksi jalan napas secara potensial.

Kata angina ini haruslah di bedakan dengan angina pectoris yang merupakan keluhan nyeri akibat
keadaan iskemik dari otot jantung. (mengenai angina pectoris telah saya bahas di SINI)
Angina Ludwig atau dikenal juga dengan nama Angina Ludovici,merupakan salah satu bentuk
abses leher dalam. Abses leher dalam sendiri merupakan abses yang terbentuk di dalam ruang
potensial di antara fasia leher sebagai akibat perjalanan infeksi dari berbagai sumber seperti gigi,
mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Tergantung ruang mana yang terlibat,
gejala dan tanda
klinik setempat berupa nyeri tengorok, demam dan pembengkakan akan menunjukkan lokasi
infeksi. Yang termasuk abses leher dalam ialah abses peritonsil, abses parafaring, abses retrofaring
dan angina ludovici (angina Ludwig) atau abses submandibular.

ETIOLOGI ATAU PENYEBAB


Angina Ludwig paling sering terjadi sebagai akibat infeksi akar gigi, yakni molar dan premolar,
dapat juga karena trauma bagian dalam mulut, karies gigi, dan, tindik lidah yang
menyebabkan proses supuratif ( peradangan) kelenjar limfe servikal di dalam ruang
submandibular.

Jika infeksi berasal dari gigi, organisme pembentuk gas tipe anaerob sangat dominan.
Jika infeksi bukan berasal dari daerah gigi, biasanya disebabkan oleh streptococcus dan
staphylococcus

PROSES PERJALANAN PENYAKIT

Penyebab abses ini yang paling sering adalah infeksi gigi. Nekrosis pulpa karena karies dalam yang
tidak terawat dan periodontal pocket dalam merupakan jalan bakteri untuk mencapai jaringan
periapikal. Karena jumlah bakteri yang banyak, maka infeksi yang terjadi akan menyebar ke tulang

spongiosa sampai tulang cortical. Jika tulang ini tipis, maka infeksi akan menembus dan masuk ke
jaringan lunak. Penyebaran infeksi ini tergantung dari daya tahan jaringan tubuh. Odontogen dapat
menyebar melalui jaringan ikat (perkontinuitatum), pembuluh darah (hematogenous), dan
pembuluh limfe (limfogenous).

Yang paling sering terjadi adalah penjalaran secara perkontinuitatum karena adanya celah/ruang di
antara jaringan yang berpotensi sebagai tempat berkumpulnya pus atau nanah.
Penjalaran infeksi pada rahang atas dapat membentuk abses palatal, abses submukosa, abses
gingiva, cavernous sinus thrombosis, abses labial, dan abses fasial.
Penjalaran infeksi pada rahang bawah dapat membentuk abses subingual, abses submental, abses
submandibular, abses submaseter, dan angina Ludwig. Ujung akar molar kedua dan ketiga terletak
di belakang bawah linea mylohyoidea (tempat melekatnya m. mylohyoideus) yang terletak di
aspek dalam mandibula, sehingga jika molar kedua dan ketiga terinfeksi dan membentuk abses,
pusnya dapat menyebar ke ruang submandibula dan dapat meluas ke ruang parafaringal.

Selain infeksi gigi abses ini juga dapat disebabkan pericoronitis, yaitu suatu infeksi gusi yang
disebabkan erupsi molar ketiga yang tidak sempurna. Infeksi bakteri yang paling sering oleh
streptococcus atau staphylococcus. Sejak semakin berkembangnya antibiotik, angina Ludwig
menjadi penyakit yang jarang di jumpai.

Infeksi pada ruang submental biasanya terbatas karena ada kesatuan yang keras dari fasia servikal
profunda dengan m.digastricus anterior dan tulang hyoid. Edema dagu dapat terbentuk dengan
jelas.

Infeksi pada ruang submaksilar biasanya terbatas di dalam ruang itu sendiri, tetapi dapat pula
menyusuri sepanjang duktus submaksilar Whartoni dan mengikuti struktur kelenjar menuju ruang
sublingual atau dapat juga meluas ke bawah sepanjang m.hyoglossus menuju ruang-ruang fasia
leher. Pada infeksi ruang sublingual, edema terdapat pada daerah terlemah dibagian superior dan
posterior, sehingga menghambat jalan nafas.

GEJALA KLINIS

Gejala klinis yang timbul adalah demam, nyeri tenggorokan dan leher disertai pembengkakan di
daerah submandibular yang tampak hiperemis (merah), drooling (air liur mengalir di luar mulut),
dan trismus (ketidakmampuan untuk membuka mulut dalam batas normal).
Nyeri tekan dan keras pada perabaan (seperti kayu). Dasar mulut membengkak, dapat mendorong
lidah ke atas belakang sehingga menimbulkan sesak nafas karena sumbatan jalan nafas.

DIAGNOSIS ANGINA LUDOVICI


Diagnosis ditegakkan berdasarkan: Anamnesis (Wawancara pada pasien), gambaran klinis,

pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan gejala berupa rasa nyeri pada leher.
Dari anamnesis biasa juga didapatkan adanya riwayat sakit gigi, mengorek, dan mencabut gigi.

Infeksi pada angina Ludwig harus memenuhi kriteria:

Terjadi secara bilateral pada lebih dari satu rongga.


Menghasilkan infiltrasi yang gangren-serosanguineous dengan atau tanpa pus.
Mencakup fasia jaringan ikat dan otot namun tidak melibatkan kelenjar.
Penyebaran perkontinuitatum dan bukan secara limfatik

PENGOBATAN
Pada dasarnya prinsip utama jika adanya sumbatan jalan nafas, maka sebaiknya di atasi.

penanganan yang utama adalah menjamin jalan nafas yang stabil melalui trakeostomi yang
dilakukan dengan anestesia lokal. Trakeostomi dilakukan tanpa harus menunggu terjadinya dispnea
atau sianosis karena tanda-tanda obstruksi jalan nafas yang sudah lanjut. Jika terjadi sumbatan
jalan nafas maka pasien dalam keadaan gawat darurat.

Kemudian diberikan antibiotik dosis tinggi dan berspektrum luas secara intravena untuk organisme
gram positif dan gram-negatif serta kuman aerob dan anaerob. Antibiotik yang diberikan sesuai
dengan hasil kultur dan hasil sensitifitas pus.

Pengobatan angina Ludwig pada anak untuk perlindungan jalan napas digunakan
antibiotik intravena, selain itu dapat juga digunakan terapi pembedahan. Antibiotik yang
digunakan adalah Penicilin G dosis tinggi, kadang-kadang dapat dikombinasikan dengan obat anti
staphylococcus atau metronidazole. Jika pasien alergi pinicillin, maka clindamycin hydrochloride
adalah pilihan yang terbaik. Dexamethasone yang disuntikkan secara intravena, diberikan dalam
48 jam untuk mengurangi edem dan perlindungan jalan nafas.

Selain itu dilakukan eksplorasi yang dilakukan untuk tujuan dekompresi (mengurangi ketegangan)
dan evaluasi pus, pada angina Ludwig jarang terdapat pus atau jaringan nekrosis. Eksplorasi lebih
dalam dapat dilakukan memakai cunam tumpul.

Jika terbentuk nanah dilakukan insisi dan drainase. Insisi dilakukan di garis tengah secara
horizontal setinggi os. hyoid (34 jari di bawah mandibula). Insisi dilakukan di bawah dan paralel
dengan korpus mandibula melalui fasia dalam sampai ke kedalaman kelenjar submaksilar. Insisi
vertikal tambahan dapat dibuat di atas os. hyoid sampai batas bawah dagu. Perlu juga
dilakukan pengobatan terhadap infeksi gigi untuk mencegah kekambuhan. Pasien dirawat inap
sampai infeksi reda.

PENCEGAHAN
Pemeriksaan gigi ke dokter secara teratur dan rutin penanganan infeksi gigi dan mulut yang tepat
dapat mencegah kondisi yang akan meningkatkan terjadinya angina Ludwig.

ANGINA LUDWIG
1. PENDAHULUAN
Angina Ludwig atau dikenal juga dengan nama Angina Ludovici, pertama kali
dijelaskan oleh Wilheim Frederickvon Ludwig pada tahun 1836 (1- 4), merupakan salah
satu bentuk abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial di
antara fasia leher sebagai akibat perjalanan infeksi dari berbagai sumber seperti gigi,
mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Tergantung ruang mana yang
terlibat, gejala dan tanda klinik setempat berupa nyeri dan pembengkakan akan
menunjukkan lokasi infeksi. Yang termasuk abses leher dalam ialah abses peritonsil,
abses parafaring, abses retrofaring dan angina ludovici (angina Ludwig) atau abses
submandibular. (1)
Angina Ludwig ialah infeksi ruang submandibula berupa selulitis atau flegmon yang
progresif dengan tanda khas berupa pembengkakan seluruh ruang submandibula, tidak
membentuk abses dan tidak ada limfadenopati, sehingga keras pada perabaan
submandibula.(1-9) Ruang suprahioid berada antara otot-otot yang melekatkan lidah pada
os. Hyoid dan m. mylohyoideus. Peradangan ruang ini menyebabkan kekerasan yang
berlebihan pada jaringan dasar mulut dan mendorong lidah ke atas dan ke belakang.
Dengan demikian dapat menyebabkan obstruksi jalan napas secara potensial.(1,4)

2. EPIDEMIOLOGI
Kebanyakan kasus angina Ludwig dapat terjadi pada orang sehat secara dini. Dengan
terdapat faktor predisposisi berupa diabetes mellitus, neutropenia, alkoholik, anemia
aplastik, glomerulonefritis, dermatomyositis, dan sistemik lupus eritematosus. Penderita
terbanyak berkisar antara umur 20-60 tahun, walaupun pernah dilaporkan terjadi sejak 12
hari-84 tahun. Kasus ini dominan terjadi pada laki-laki (3:1 sampai 4:1).(2, 3,8)

3. ANATOMI
Pengetahuan tentang ruang-ruang di leher dan hubungannya dengan fasia penting
untuk mendiagnosis dan mengobati infeksi pada leher. Ruang yang dibentuk oleh
berbagai fasia pada leher ini adalah merupakan area yang berpotensi untuk terjadinya
infeksi. Invasi dari bakteri akan menghasilkan selulitis atau abses, dan menyebar melalui
berbagai jalan termasuk melalui saluran limfe. (2)
Ruang submandibular merupakan ruang di atas tulang hyoid (suprahyoid) dan otot
mylohyoid. Di bagian anterior otot mylohyoid memisahkan ruang ini menjadi dua yaitu di
bagian superior adalah ruang sublingualis dan di bagian inferior yaitu otot
submaksilaris. Adapula yang membaginya menjadi tiga diantaranya yaitu ruang
sublingualis, ruang submentalis dan submaksillaris. (1-4)

Gambar 1. Ruang Sublingual, di bagian superior dari otot mylohyoid.


Ruang submandibularis yang berada di inferior dari otot mylohyoid.
(Diambil dari kepustakaan 2)
Ruang submandibularis dipisahkan dengan ruang sublingualis di bagian superiornya
oleh otot mylohyoid dan otot hyoglossus, di bagian medialnya oleh styloglossus dan di
bagian lateralnya oleh korpus mandibula. Batas lateralnya berupa kulit, fasia superfisial,
otot platysma lapisan superfisial pada fasia servikal bagian dalam. Di bagian inferiornya
dibentuk oleh otot digastricus. Di bagian anteriornya, ruang ini berhubungan secara bebas
dengan ruang submental, dan di bagian posteriornya terhubung dengan ruang pharyngeal.
Ruang submandibular ini mengandung kelenjar submaxillaris, duktus Wharton, nervus
lingualis dan hypoglassal, arteri fasialis, dan sebagian nodus limfe dan lemak. (10)
Ruang submental merupakan ruang yang berbentuk segitiga yang terletak di garis
tengah di bawah mandibula dimana batas superior dan lateralnya dibatasi bagian anterior
dari otot digastricus. Dasar pada ruangan ini adalah otot mylohyoid sedangkan atapnya
adalah kulit, fasia superficial, dan otot platysma. Ruang submental mengandung beberapa
nodus limfe dan jaringan lemak fibrous. (10) Ruang submaxillaris berada di bawah otot
myelohyoid, dan ruang sublingual berada di atasnya tetapi masih di bawah lidah (11)
Ruang-ruang yang sering terkontaminasi adalah leher bagian depan, ruang
faringomaksilaris (parafaringeal), retrofarings dan mediastinum superior.(3)

4. ETIOLOGI
Dilaporkan sekitar 50%-90% angina Ludwig berawal dari infeksi odontogenik,
khususnya dari molar dua atau tiga bawah. Gigi-gigi ini mempunyai akar yang terletak
pada tingkat otot myohyloid, dan abses di sini akan menyebar ke ruang submandibula.
Ada juga penyebab lain yang sedikit dilaporkan antara lain adalah sialadenitis, abses
peritonsilar, fraktur mandibula terbuka, infeksi kista duktus thyroglossus, epiglotitis,
injeksi obat intravena melalui leher, trauma oleh karena bronkoskopi, intubasi

endotrakeal, laserasi oral, luka tembus di lidah, infeksi saluran pernafasan atas, dan
trauma pada dasar atau lantai mulut. (1, 3, 5,12 ,13)
Organisme yang paling banyak ditemukan padapenderita angina Ludwig melalui
isolasi adalah Streptococcus viridians dan Staphylococcus aureus. Banteri anaerob
seringkali juga diisolasi meliputi bacteroides, peptostreptococci, dan peptococci. Bakteri
gram positif yang telah diisolasi adalah Fusobacterium nucleatum, Aerobacter
aeruginosa, spirochetes, dan Veillonella, Candida, Eubacteria, dan spesies Clostridium.
Bakteri Gram negatif yang diisolasi antara lain spesies Neisseria, Escherichia
coli,spesies Pseudomonas, Haemophillus influenza dan spesies Klebsiella. (1-3,5,7,13)

5. PATOGENESIS
Berawal dari etiologi di atas seperti infeksi gigi. Nekrosis pulpa karena karies dalam
yang tidak terawat dan periodontal pocket dalam yang merupakan jalan bakteri untuk
mencapai jaringan periapikal. Karena jumlah bakteri yang banyak, maka infeksi yang
terjadi akan menyebar ke tulang spongiosa sampai tulang cortical. Jika tulang ini tipis,
maka infeksi akan menembus dan masuk ke jaringan lunak. Penyebaran infeksi ini
tergantung dari daya tahan jaringan tubuh. Odontogen dapat menyebar melalui jaringan
ikat (perkontinuitatum), pembuluh darah (hematogenous), dan pembuluh limfe
(limfogenous). Yang paling sering terjadi adalah penjalaran secara perkontinuitatum
karena adanya celah/ruang di antara jaringan yang berpotensi sebagai tempat
berkumpulnya pus. Penjalaran infeksi pada rahang atas dapat membentuk abses palatal,
abses submukosa, abses gingiva, cavernous sinus thrombosis, abses labial, dan abses
fasial. Penjalaran infeksi pada rahangbawah dapat membentuk abses subingual, abses
submental, abses submandibular, abses submaseter, dan angina Ludwig. Ujung akar molar
kedua dan ketiga terletak di belakang bawah linea mylohyoidea (tempat
melekatnya m. mylohyoideus) yang terletak di aspek dalam mandibula, sehingga jika
molar kedua dan ketiga terinfeksi dan membentuk abses, pusnya dapat menyebar ke
ruang submandibula dan dapat meluas ke ruang parafaringeal.(1) Abses pada akar gigi
yang menyebar ke ruang submandibula akan menyebabkan sedikit ketidaknyamanan pada
gigi, nyeri terjadi jika terjadi ketegangan antara tulang.(7)

Gambar 2. Linea mylohyoidea, tempat perlekatan m. mylohyoideus.


Infeksi premolar dan molar menyebabkan perforasi, kemudian

menyebar keruang-ruang yang dibatasi oleh m. mylohyoideus.(Diambil


dari kepustakaan 12)
Infeksi pada ruang submental biasanya terbatas karena ada kesatuan yang keras dari
fasia servikal profunda dengan m. digastricus anterior dan tulang hyoid. Edema dagu
dapat terbentuk dengan jelas.(1)
Infeksi pada ruang submaksilar biasanya terbatas di dalam ruang itu sendiri, tetapi
dapat pula menyusuri sepanjang duktus submaksilar Whartoni dan mengikutistruktur
kelenjar menuju ruang sublingual, atau dapat juga meluas ke bawah sepanjang m.
hyoglossus menuju ruang- ruang fasia leher. (1)

Gambar 3. Ruang submandibular terletak antara m. mylohyoid, fasia


dan kulit. Ruang submandibular terinfeksi langsung oleh molar kedua
dan ketiga. (Diambil dari kepustakaan 12)
Pada infeksi ruang sublingual, edema terdapat pada daerah terlemah dibagian superior
dan posterior, sehingga mendorong supraglotic larynx dan lidah ke belakang akhirnya
mempersempit saluran dan menghambat jalan nafas.(1,3)
Penyebaran infeksi berakhir di bagian anterior yaitu mandibula dan di bagian inferior
yaitu otot mylohyoid. Proses infeksi kemudian berjalan di bagian superior dan posterior,
meluas ke dasar lantai mulut dan lidah.(2)

Gambar 4. Ruang sublingual, terletak antara mukosa mulut dan m.


mylohyoid Ruang ini dapat terinfeksi yang berasal dari premolar dan
molar pertama. (Diambil dari kepustakaan 12)

Gambar 5. Proses penyebaran ke bagian superior dan posterior yang


mendorong lantai dasar mulut dan lidah. Pada penyebaran secara
anterior, batas tulang hyoid meluas ke arah inferior dan menyebabkan
gambaran bull neck. (Diambil dari kepustakaan 2)
Tulang hyoid membatasi terjadinya proses ini di bagian inferior, dan pembengkakan
menyebar di daerah depan leher yang menyebabkan perubahan bentuk dan gambaran
Bull neck. (2)

6. GEJALA KLINIS
Penderita angina Ludwig yang mempunyai riwayat hygiene mulut atau baru saja
malakukan ekstraksi gigi dan sakit gigi.yang buruk gejala yang timbul dapat bersamaan
dengan sepsis seperti demam, takipne dan takikardi. (3)

Pembengkakan
submental, Pembengkakan
yang Bengkak meluas ke arah
mulut tidak dapat membuka.
menegang, pasien tidak dapat lateral
dan
pasien
membuka mulutnya.
mengalami abrasi pada
hidung.
Gambar 6. Gambaran klinis angina Ludwig (diambil dari kepustakaan
2)

Gambar 7. Abses submandibula pada orang dewasa


dengan diabetes mellitus (diambil dari kepustakaan 1)
Gejala yang lain adalah nyeri tenggorok dan leher, disertai pembengkakan di daerah
submandibula, yang tampak hiperemis, nyeri tekan dan keras pada perabaan (seperti
kayu), drooling, dan trismus. Ada juga yang mengalami disfonia (a hot potato
voice),dikarenakan edema pada organ vokal. (3)
Pada pemeriksaan mulut didapatkan dasar mulut dan leher depan membengkak secara
bilateral berwarna kecoklatan , dapat mendorong lidah ke atas dan belakang sehingga
menimbulkan sesak nafas. Pada palpasi teraba tegang dan kadangkala ada emfisema
subkutan serta tidak ada fluktuasi atau adenopati.. Meskipun banyak pasien sembuh tanpa
komplikasi, angina Ludwig dapat berakibat fatal dasar mulut membengkak, dapat
mendorong lidah ke atas belakang, sehingga menimbulkan sesak napas dan atau stridor
karena sumbatan jalan napas kemudian sianosis. (1, 3,5,6)

7. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan
penunjang.
a. Anamnesis
Daria anamnesis didapatkan gejala berupa nyeri pada leher (1), kesulitan makan
dan menelan(13). Dari anamnesis juga didapatkan adanya riwayat sakit gigi,
mengorek atau mencabut gigi(1,3,5) atau adanya riwayat higien gigi yang buruk(3).
b. Pemeriksaan fisis
Pada pemeriksaan tanda vital biasa ditemukan tanda-tanda sepsis seperti
demam, takipnea, dan takikardi.(3,7) Selain itu juga ditemukan adanya edema
bilateral, nyeri tekan dan perabaan keras seperti kayu pada leher,
trismus,drooling,(1,3,7) disfonia, dan pada pemeriksaan mulut didapatkan elevasi
lidah, tetapi biasanya tidak didapatkan pembesaran kelenjar limfe.(3)
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa foto polos leher dan dada,
yang mana sering memberikan gambaran pembengkakan jaringan lunak, adanya
gas, dan penyempitan jalan napas.(3) Pemeriksaan CT-Scan memberikan
gambaran pembengkakan jaringan lunak, adanya gas, akumulasi cairan, dan

juga dapat sangat membantu untuk memutuskan kapan dibutuhkannya


pernapasan bantuan.(3,4) Selain itu foto panoramik rahang dapat membantu untuk
menentukan tempat fokal infeksinya.(3)
Pemeriksaan Penunjang.
- Pemeriksaan Laboratorium darah tampak leukositosis yangmengindikasikan
adanya infeksi akut. Pemeriksaan waktu bekuan darah penting untuk
dilakukan tindakan insisi drainase.
- Pemeriksaan kultur dan sensitivitas untuk menentukan pemilihan antibiotik
dalam terapi.
- Foto x-ray posisi lateral untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan
jaringan lunak dan menyingkirkan kemungkinan penyebab lain adanya
obstruksi jalan nafas.
- Foto panoramik berguna untuk mengidentifikasi lokasi abses serta struktur
tulang yang terlibat infeksi.
- CT-scan

8. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosa banding dari angina Ludwig adalah : karsinoma lingua, sublingual
hematoma, abses glandula salivatorius, limfadenitis, dan peritonsilar abses.(3)
Untuk dapat menegakkan diagnosis Angina Ludwig ada empat kriteria yang
dikemukakan oleh Grodinsky yaitu(1,3) :
1. Terjadi secara bilateral pada lebih dari satu rongga
2. Menghasilkan infiltrasi yang gangren-serosanguineous dengan atau tanpa pus
3. Mencakup fasia jaringan ikat dan otot namun tidak melibatkan kelenjar
4. Penyebaran secara perkontinuitatum dan bukan secara limfatik

9. PENATALAKSANAAN
Setelah diagnosis angina Ludwig ditegakkan, maka penanganan yang utama adalah
menjamin jalan napas yang stabil melalui trakeostomi yang dilakukan dengan anastesi
lokal.(1,3,4,9) Selain itu, untuk mengurangi pembengkakan mukosa dapat diberikan
nebulisasi epinefrin.(3) Kemudian diberikan antibiotik dosis tinggi dan berspektrum luas
secara intravena untuk organisme gram positif dan gram negatif, aerob maupun anaerob.
Antibiotik yang diberikan sesuai dengan hasil kultur dan hasil sensitifitas pus.
(1,3)
Antibiotik yang diberikan misalnya penicillin-G dengan metronidazole, clindamicin,
cefoxitin, piperacilin-tazobactam, amoksisilin-clavulanate.(3,4,13,14) Walaupun masih
merupakan suatu kontroversial, tetapi pemberian dexamethason secara intravena untuk
mengurangi edema pada jalan napas masih sering diterapkan.(3,4)
Drainase dipertimbangkan apabila terdapat infeksi supuratif, adanya penemuan
radiologis berupa akumulasi cairan atau udara pada jaringan lunak, krepitus, atau needle

aspirate yang purulen.(3) Drainase juga dipertimbangkan bila tidak ada perbaikan klinik
setelah pemberian terapi antibiotik.(3)
PENATALAKSANAAN
4 Prinsip utama
1. Proteksi dan kontrol jalan napas
2. Pemeberian antibiotik yang adekuat
3. Insisi dan drainase abses
4. Hidrasi dan nutrisi adekuat

10. KOMPLIKASI3
Komplikasi yang dapat timbul pada angina Ludwig yang tidak diterapi secara tepat
adalah sebagai berikut:
a. Obstruksi jalan napas
b. Infeksi carotid sheath
c. Tromboplebitis supuratif pada vena jugular interna
d. Mediastenitis
e. Empiema
f. Efusi pleura
g. Osteomielitis mandibula
h. Pneumonia aspirasi

11. PENCEGAHAN
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan gigi ke dokter secara rutin dan
teratur, penanganan infeksi gigi dan mulut yang tepat dapat mencegah kondisi yang akan
meningkatkan terjadinya angina Ludwig.(1)

12. PROGNOSIS
Prognosis Angina Ludwig tergantung pada kecepatan proteksi jalan napas dan
kemudian pemberian antibiotik.(3) Angina Ludwig dapat berakibat fatal karena
membahayakan jiwa. (1) Kematian pada era preantibiotik adalah sekitar 50%.(3) Namun
dengan diagnosis dini, perlindungan jalan nafas yang segera ditangani, pemberian
antibiotik intravena yang adekuat, penanganan dalam ICU, penyakit ini dapat sembuh
tanpa mengakibatkan komplikasi. Dengan begitu angka mortalitas juga menurun hingga
kurang dari 5%.(3)

12. KESIMPULAN
Angina Ludwig adalah suatu penyakit infeksi jaringan lunak dasar mulut dan leher.
Infeksi tersebut disebabkan oleh bakteri gram positif, gram negatif, aerob maupun
anaerob. Biasanya penderita dengan penyakit tersebut memiliki riwayat sakit gigi,
mengorek, dan mencabut gigi. Untuk menghindari terjadinya komplikasi yang fatal,
maka harus mewaspadai gejala-gejala klinik dari penyakit tersebut, salah satunya
penyempitan jalan napas.

Mengontrol jalan napas sangat penting dan untuk itu dipertimbangkan pemberian
antibiotik, drainase, dan trakeostomi. Dengan deteksi dan pengobatan dini, maka angka
mortalitas dapat dikurangi.

Vous aimerez peut-être aussi