Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah terjadinya hasil konsepsi dimulai dari konsepsi lahirnya
janin, lamanya hamil normal adalah 280 (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)di hitung
dari hari pertama haid terakhir(Saifuddin,2013).
Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280 hari (40
minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu) (Prawirohardjo,2010).
Kehamilan adalah asuhan yang diberikan ibu sebelum persalinan, dan
prenatal care(JHPIEGO.2003:7).
b. Tanda dan Gejala Kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan ada 3, yaitu:
1. Tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan yang dirasakan oleh Ibu yang
timbul selama kehamilan yaitu amenorea, mual dan muntah, mengidam,
payudara tegang dan membesar, anoreksia (tidak ada nafsu makan),sering
kencing.
2. Tanda kemungkinan hamil adalah perubahan-perubahan yang diobservasi oleh
pemeriksa, namun berupa dugaan kehamilan saja yaitu uterus membesar,
pigmentasi kulit, perubahan payudara, pembesaran abdomen, suhu basal
meningkat, varices, perubahan dalam pelvik dan sering muncul kontraksi.
3. Tanda pasti adalah tanda-tanda obyektif yang didapatkan oleh pemeriksa yang
dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada kehamilan meliputi terasa
gerakan janin, teraba bagian-bagian janin, terdengar denyut jantung janin,
terlihat kerangka janin dengan USG (Nugroho T, dkk, 2014).
b. Serviks uteri
Terjadi hipervaskularisasi dan perlunakan (tanda hegar), warna jadi kebiruan
akibat stimulasi estrogen. Lendir servik meningkat disebut operkulum.
c. Ovarium
Fungsi ovum diambil alih oleh plasenta terutama fungsi produksi
progesteron dan estrogen pada usia kehamilan 16 minggu. Tidak terjadi
kematangan ovum selama kehamilan.
d. Vagina
Hipervaskularisasi pada vagina dan vulva mengakibatkan lebih merah,
kebiru-biruan. Selama hamil pH sekresi vagina menjadi lebih asam,
keasaman berubah dari 4 menjadi 6,5. Rentan terhadap infeksi jamur
(Nugroho T, dkk, 2014).
2. Sistem Payudara
Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin,
estrogen dan progesteron tapi belum mengeluarkan ASI. Mempengaruhi selsel asinus dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga mammae
dipersiapkan untuk laktasi.
3. Sistem Endokrin
Perubahan sistem endokrin yang terjadi pada masa kehamilan berguna untuk
mempertahankan kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin,
persiapan tubuh untuk mengahadapi persalinan dan nifas Hormon yang
terjadi selama kehamilan terutama disebabkan oleh reproduksi estrogen dan
progesteron plasenta serta hormon-hormon lain.
4. Sistem Kekebalan
Kadar imunoglobulin tidak berubah pada kehamilan. Kadar anti bodi IgG ibu
spesifik memiliki kepentingan khusus karena kemampuan melintasi plasenta.
Sistem imun janin timbul secara dini. Limfosit muncul pada minggu ke-7 dan
pengenalan antigen terlihat pada minggu ke-12. Produksi imunoglobulin
bersifat progresif selama kehamilan.
5. Sistem Perkemihan
Pembesaran ureter kiri dan kanan dipengaruhi oleh hormon progesteron, tetapi
kanan lebih membesar karena uterus lebih sering memutar ke kanan. Trimester
I kehamilan, kandung kemih tertekan uterus yang mulai membesar, akibatnya
Ibu sering kencing. Trimester II kehamilan, diman uterus telah keluar dari
rongga pelvis gejala sering kencing tidak dijumpai lagi. Trimester III, bila
kepala janin mulai turun ke PAP, keluhan sering kencing timbul lagi karena
kandung kemih.
6. Sistem Pencernaan
Peningkatan hormon estrogen mengakibatkan terdapat perasaan enek (nausea).
Gejala muntah (emesis) dijumpai pada bulan I kehamilan yang terjadi pada
pagi hari (morning sickness) dan salivasi adalah pengeluaran air liur berlebihan
daripada biasanya. Tonus otot-otot traktus digestivus menurun, motilitas
seluruh traktus digestivus berkurang sehingga makanan lama berada di usus.
Hal ini baik untuk reabsorbsi, tetapi menyebabkan obstipasi karena penurunan
tonus otot-otot traktus digestivus.
7. Sistem Muskuloskeletal
Pada trimester I tidak banyak terjadi perubahan pada sistem muskuloskeletal.
Bersamaan dengan membesarnya ukuran uterus menyebabkan perubahan yang
drastis pada kurva tulang belakang yang biasanya menjadi salah satu ciri pada
ibu hamil. Lordosis progresif merupakan gambaran karakteristik pada
kehamilan normal, yang menyebabkan rasa tidak nyaman di bagian bawah
punggung khususnya pada akhir kehamilan mengakibatkan rasa pegal, mati
rasa, dan lemah dialami pada anggota badan atas.
8. Sistem Kardiovaskuler
Hipertrofi atau dilatasi ringan jantung mungkin disebabkan oleh peningkatan
volumee darah dan curah jantung. Karena diafragma terdorong ke atas, jantung
terangkat ke atas dan berotasi ke depan dan ke kiri. Peningkatan ini juga
menimbulkan perubahan hasil auskultasi yang umum terjadi selama hamil.
Perubahan pada auskultasi mengiringi perubahan ukuran dan posisi jantung.
9. Sistem Pernafasan
Sistem respirasi terjadi perubahan guna dapat memenuhi kebutuhan O2.
Karena pembesaran uterus terutama pada bulan-bulan terakhir kehamilan dan
kebutuhan oksigen yang meningkat 20 % untuk metabolisme janin. Oleh
karena diafragmanya tidak dapat bergerak bebas menyebabkan bagian thorax
juga melebar kesisi luar. Dorongan rahim yang membesar terjadi desakan
diafragma. Terjadi desakan rahim dan kebutuhan O2 meningkat, Ibu hamil
akan bernafas lebih cepat 20-25 % dari biasanya (Nugroho T, dkk, 2014).
Tabel 2.1
Hubungan tua kehamilan, besar uterus dan tinggi fundus uteri
Akhir Bulan
Besar Uterus
1
2
3
4
5
6
7
Kepala dewasa
Kepala dewasa
10
Kepala dewasa
Belum teraba
Di belakang simfisis
1-2 jari di atas simfisis
Pertengahan simfisis-pusat
2-3 jari di bawah pusat
Kira-kira setinggi pusat
2-3 jari diatas pusat
Pertengahan pusat-prosesus
xypodeus
3 jari dibawah Px
Sama dengan kehamilan 8 bulan
tetapi melebar ke samping
10
d) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian
dengan seksama.
e) Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seseorang
yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau bahkan
merahasiakannya (Hani, 2011).
2. Perubahan Psikologis pada Trimester II (Periode Kesehatan Yang Baik)
menarik.
b) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
c) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,
khawatir akan keselamatannya.
d) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang
11
dilakukan.
Ibu hamil dan menyusui juga penting memperhatikan kebersihan badan.
Kebersihan jasmani sangat penting, karena saat hamil banyak mengeluarkan
keringat terutama di daerah lipatan kulit. Mandi dua-tiga kali sehari membantu
kebersihan badan dan mengurangi infeksi. Pakaian sebaiknya dari bahan yang
dapat menyerap keringat (Manuaba, 2009).
3. Defekasi/berkemih
Dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal, sehingga daerah kelamin
menjadi lebih basah. Situasi basah ini menyebabkan jamur kambuh, sehingga
wanita hamil mengeluh gatal dan mengeluarkan keputihan. Untuk melancarkan
dan mengurangi infeksi kandung kemih yaitu dengan minum dan menjaga
kebersihan sekitar alat kelamin. Perubahan hormonal juga mempengaruhi
12
aktivitas usus halus dan besar, sehingga buang air besar mengalami obstipasi
(sembelit). Untuk mengatasi sembelit, dianjurkan untuk melakukan gerak atau
aktivitas jasmani, banyak makan-makanan berserat (Manuaba, 2009).
4.Perawatan payudara
Merawat payudara baik selama kehamilan maupun setelah bersalin, akan
menjaga bentuk payudara juga akan memperlancar keluarnya ASI. Perawatan
payudara yang dapat dilakukan ibu hamil adalah menggunakan BH yang
nyaman dan pas sesuai ukuran payudara saat itu dan dapat menopang
perkembangan payudara, mandi secara teratur dan menjaga kebersihan
payudara. Membersihkan putting dengan minyak kelapa dan keringkan dengan
handuk kering (Hani, 2011).
5.Latihan umum senam hamil
Senam hamil memudahkan ibu melakukan tugas persalinan dengan
kekuatan dan kepercayaan diri sendiri dibawah bimbingan penolong pada
persalinan normal (fisiologis). Melalui senam hamil diperoleh keadaan prima
dengan melatih dan mempertahankan kekuatan otot dinding perut, otot dasar
panggul, serta jaringan penyangganya untuk berfungsi saat bersalin (Manuaba,
2009).
6.Mobilisasi
Wania hamil boleh melakukan pekerjaannya sehari-hari di rumah., di
kantor, dipabrik jika pekerjaan itu sifatnya ringan. Kelelahan harus dihindari
sehingga pekerjaan itu harus diselingi dengan istirahat kurang lebih 2 jam.
Gerak badan yang ringan baik sekali dan sedapat-dapatnya dicari udara segar
dan sinar matahari dipagi hari. Mengangkat barang yang berat tidak baik dan
pekerjaan yang sekonyong-konyong harus dihindari. Untuk wanita yang
bekerja sambil duduk terus-menerus, duduk harus menyangga pinggang karena
dapat meningkatkan lordosis.
7.Istirahat/ Tidur
Mandi air hangat sebelum tidur, tidur dalam posisi miring kiri, letakkan
beberapa bantal untuk menyangga. Ibu hamil perlu banyak istirahat minimal 8
jam malam hari dan 1 jam siang hari, bila tidak bisa tidur cukup tiduran atau
berbaring untuk memperbaiki sirkulasi darah. Jangan bekerja terlalu capek atau
berlebihan (Astuti, 2012).
13
8.Imunisasi
Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) perlu diberikan pada ibu hamil guna
memberikan kekebalan pada janin terhadap infeksi tetanus (Tetanus
Neonatorum) pada saat persalinan maupun postnatal. Menurut WHO, jika
seorang ibu belum pernah mendapatkan imunisasi TT selama hidupnya, maka
ibu tersebut minimal mendapatkan paling sedikit 2 kali injeksi selama
kehamilan.
Tabel 2.2
Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid
Antigen
Interval (selang waktu
Masa
%
minimal)
Perlindungan
Perlindungan
TT 1
Pada kunjungan antenatal
_
_
pertama
TT 2
4 minggu setelah TT 1
3 tahun
80
TT 3
6 minggu setelah TT 2
5 tahun
95
TT 4
1 tahun setelah TT 3
10 tahun
99
TT 5
1 tahun setelah TT 4
25 tahun/seumur
99
hidup
Sumber : Hani, 2011.
9. Persiapan laktasi
Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang penting
karena dengan persiapan dini ibu akan lebih baik dan siap menyusui bayinya
(Astuti, 2012).
10.Persiapan persalinan dan kelahiran bayi
Rencana persalinan adalah rencana tindakan yang dibuat oleh ibu,
anggota keluarganya dan bidan. Rencana ini untuk mempersiapkan persalinan
dan membuat keputusan rencana tindakan sekiranya terjadi komplikasi (Astuti,
2012).
g. Tanda Bahaya Selama Kehamilan
Tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang bisa terjadi selama
kehamilan antara lain:
1) Tanda-tanda dini bahaya/komplikasi ibu dan janin masa kehamilan muda
terdiri dari :
14
15
16
17
Gejala persalinan jika sudah dekat akan menyebabkan kekuatan his makin
sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi semakin pendek, dengan
terjadinya pengeluaran lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekanrobekan kecil pada serviks, terkadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada
pemeriksaan dalam di dapat perlunakan serviks.(Ai Yeyeh,2012).
Karakteristik/ tanda-tanda persalinan sesungguhnya adalah sebagai berikut :
pengeluaran lendir bercampur darah (show), serviks menipis dan membuka,
interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek, waktu dan
kekuatan kontraksi semakin bertambah, rasa nyeri terasa di bagian belakang dan
menyebar ke depan, dengan berjalan bertambah intensitasnya, ada hubungan
antara tingkat kekuatan kontraksi dengan in serviks, terkadang ketuban pecah
dengan tensitas nyeri, ada penurunan bagian terendah janin, kepala janin sudah
terfiksasi di PAP diantara kontraksi . Pemberian obat penenang tidak
menghentikan proses persalinan sesungguhnya (Rohani, 2011).
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Persalinan dapat berjalan normal apabila ketiga faktor fisik 3 P yaitu,
power, passage, dan
terdapat 2 P yang merupakan factor lain yang secara tidak langsung dapat
mempengaruhi jalannya persalinan terdiri atas psikologi dan penolong (Rohani,
2011).
1. Power (Tenaga/Kekuatan)
His/ kontraksi adalah kontraksi merupakan suatu sifat pokok otot polos
uterus dan tentu saja uterus yaitu miometrium. Pada minggu-minggu terakhir
kehamilan uterus semakin teregang oleh karena isinya semakin bertambah.
Peregangan ini uterus yang teregang sehingga mudah timbul kontraksi.
Penurunan hormonal progesteron yang bersifat menenangkan otot-otot uterus
akan mudah di respon oleh menyebabkan makin rentan terhadap perubahan
hormonal. Penurunan hormonal.
a) Sifat His Dalam Persalinan
Ada sifat sifat anatomic yang unik pada otot miometrium (dan otot polos
lainya) dibandingkan dengan otot rangka. Miometrium pada segmen ayau
uterus tidak berelaksasi menjadi panjang aslinya setelah berkontraksi
segmen atas uterus (segmen aktif) menjadi semakin menebal pada kala I
18
dan kala II persalinan dan menjadi sangat tebal segera setelah kelahiran
bayi.
Kontraksi uterus tidak sama kuat, yang terkuat di fundus dan terlemah di
segmen bawah rahim atau disebut fundus dominan. Uniknya meskipun
fisiologis kontraksi otot-otot uterus terasa sakit. Penyebab rasa nyeri
tersebut tidak diketahui dengan pasti,tetapi beberapa hipotensi tentang
penyebab rasa nyeri di kemukakan sebagai berikut:
1) Hipoksia miometrium yang berkontraksi menimbulkan anoxia sel-sel
otot dalam korpus uteri tempat terdapat banyak serabut saraf.
2) Kompresi gangglia saraf di serviks dan uterus bawah oleh berkasberkas otot yang saling mengunci.
3) Peregangan serviks pada waktu dilatasi.
4) Peregangan peritonium yang membungkus uterus.
b) Perubahan perubahan akibat HIS
Perubahan pada uterus dan serviks, uterus teraba keras/padat karena
kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik
serta menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacment) dan dilatasi (Ai
Yeyeh,2012).
2. Passage (Jalan lahir)
Tulang panggul di bentuk oleh dua tulang koksa (terbentuk dari fungsi
tiga tulang) yang masing-masing membatasi bagian samping rongga panggul.
Tulang koksa berkonvergensi ke anterior untuk menyatukan ke dua sisi simfisis
pubis, dan di posterior di satukan oleh sakrum melalui sendi sakro iliaka.
Bentuk rongga panggul pada dasarnya menyerupai tabling, tetapi jalan lahir
sedikit melengkung ke depan pada ujung kaudalnya, membentuk sudut sekitar
90 sehingga digambarkan sebagai saluran berbentuk J atauL bila
dipandang dari bidang sagital. Garis arkuata dan promontorium sakralis
membagi panggul menjadi panggul semu disebelah superior panggul sejati di
bagian terendah janin ke dalam panggul sejati, karena merupakan penentu
pertama jalan lahir bayi. Bentuk dan dimensi tulang panggul di tentukan oleh
sejumlah faktor lingkungan, hormon, dan genetik. Ada 4 tipe utama yang
dikenali: ginekoid, android, antropoid, dan platipelloid.
3. Passanger
19
penumpang
yang
menyertai
janin.
Namun,
plasenta
jarang
20
21
4. Kala IV (Pengawasan)
Adalah kala pengawasan selama 1-2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.
Lama persalinan seluruhnya pada primigravida 14 jam, sedangkan pada
multigravida 7 jam (JNPK-KR-2013).
e. Komplikasi Persalinan
Pada kehamilan dan persalinan dapat terjadi perlukaan pada alat-alat
genetalia walaupun yang paling sering terjadi ialah perlukaan ketika persalinan.
Perlukaan alat genitalia pada kehamilan dapat terjadi baik pada uterus, serviks
maupun pada vagina; sedangkan pada persalinan di samping pada ketiga tempat
diatas perlukaan dapat juga terjadi pada vulva dan perineum. Derajat luka dapat
ringan hanya berupa luka lecet saja sampai yang berat berupa terjadinya robekan
yang luas disertai perdarahan yang hebat.
Pada primigravida yang melahirkan bayi cukup bulan umumnya perlukaan
pada jalan lahir bagian distal (vagina, vulva dan perineum) tidak dapat
dihindarkan; apalagi bila anaknya besar (BB anak > 4000 gram) (Prawirohardjo,
2011).
1. Pengertian Ruptur Perineum
Robekan yang terjadi pada perineum, vagina, serviks, atau uterus, dapat
terjadi secara spontan maupun akibat tindakan manipulatif pada pertolongan
persalinan. Bila perdarahan masih berlangsung meski kontraksi uterus baik dan
tidak didapatkan adanya retensi plasenta maupun adanya sisa plasenta,
kemungkinan telah terjadi perlukaan jalan lahir (Nugroho, 2012).
2. Pembagian Ruptur atau Luka Perineum
Ruptur dapat diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan :
Derajat I Mukosa vagina komisura posterior kulit perineum. Tidak perlu
dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik.
Derajat II Mukosa vagina komisura posterior kulit perineum otot
perineum. Jahit menggunakan teknik yang dijelaskan.
Derajat III Mukosa vagina komisura posterior kulit perineum otot
perineum otot sfingter ani.
Derajat IV Mukosa vagina komisura posterior kulit perineum otot
perineum otot sfingter ani dinding depan rektum. Penolong
persalinan yang tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi
22
23
yang penting dalam memberikan asuhan persalinan dan kelahiran bayi yang bersih
dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan baik normal
maupun patologis. Lima benang merah dalam asuhan persalinan yaitu :
1) Membuat keputusan klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan
digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Langkah
langkah dalam proses pengambilan keputusan klinik, yaitu pengumpulan data,
diagnosis, penatalaksanaan asuhan atau perawatan, dan evaluasi.
2) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan dari pasien dalam hal ini ibu. Teknik yang paling
mudah untuk membayangkan asuhan sayang ibu adalah menanyakan pada diri
kita sendiri, apakah asuhan seperti ini yang saya inginkan? salah satu prinsip
dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
3) Pencegahan Infeksi
Tindakan pencegahan infeksi merupakan komponen yang tidak terpisahkan
dengan tindakan tindakan dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran
bayi. Pencegahan infeksi harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk
24
melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga
kesehatan lainnya dengan jalan transmisi penyakit yang disebabkan oleh bakteri,
virus dan jamur. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan
kesehatan :
1) Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme.
2) Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti hepatitis
dan HIV/AIDS.
Prinsip prinsip pencegahan infeksi :
1) Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat
menularkan penyakit karena infeksi dapat bersifat asimptomatik (tanpa gejala)
2) Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
3) Permukaan benda disekitar kita,peralatan dan benda-benda lainnya yang akan
dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tak utuh harus dianggap
terkontaminasi hingga setelah digunakan harus diproses secara benar.
4) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
diproses maka semua itu harus dianggap masih terkontaminasi.
5) Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tapi dapat dikurangi hingga
sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi
secara benar dan konsisten.
4) Pencatatan (Rekam Medik)
Catat setiap asuhan yang sudah diberikan kepada ibu maupun bayi. Apabila
asuhan tidak dicatat, maka dapat dianggap asuhan tersebut tidak pernah
dilaksanakan. Pencatatan merupakan bagian penting dari proses pembuatan
keputusan klinik karena dengan pencatatan yang benar memungkinkan
penolong persalinan dapat terus menerus memperhatikan asuhan yang sudah
diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
5) Rujukan
Tindakan rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan
rujukan atau yang memiliki sarana lebih lengkap di harapkan mampu
menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Hal hal yang harus
dipersiapkan
dalam
melakukan
rujukan
seringkali
disingkat
dengan
BAKSOKU, yaitu :
a) B (Bidan)
Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir di dampingi oleh penolong
persalinan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana
25
g. Asuhan Persalinan
1) Asuhan Persalinan Kala I
a. Memberikan dukungan moril. Persalinan membutuhkan upaya total, baik
secara fisik maupun emosional dari ibu. Oleh karena itu perlu dukungan
moril dari penolong persalinan maupan keluarganya untuk menumbuhkan
26
atau lebih sering bila mungkin karena kandung kemih yang penuh akan
menghambat turunnya janin ke dasar panggul dan juga memberikan rasa
tidak nyaman bagi ibu (Pinem S, 2009).
2) 58 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat
27
partus
set/wadah
disinfeksi
tingkat
tinggi
atau
steril
tanpa
28
29
30
a. Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan
hidung setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee
disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang baru
dan bersih.
b. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain
atau kasa yang bersih.
21. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya.
22. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
Lahir bahu
23. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di
masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan
kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk
melahirkan bahu posterior.
31
25. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hatihati membantu kelahiran kaki.
G. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
26. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu
dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali
pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
27. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali
bagian pusat.
28. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
29. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
30. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau
selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali
pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil
tindakan yang sesuai.
31. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
32
33
34
35
partograf
(halaman
depan
dan
belakang)
(Prawirohardjo,2010).
36
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama
masa ini. Saluran reproduktif anatominya kembali keadaan tidak hamil yang
normal (Obstetri Wiliam).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 68 minggu (Sinopsis Obstetri).
b. Tahapan masa nifas
Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu peurperium dini (immediate
puerperium), yaitu pemulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan dalam waktu 0-24 jam postpartum. Puerperium intermedial (early
puerperium), suatu masa di mana pemulihan dari organ-organ reproduksi secara
menyeluruh selama kurang lebih 6-8 minggu. Remote puerperium (later
puerperium), waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan yang sempurna secara bertahap terutama jika selama masa kehamilan dan
persalinan ibu mengalami komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu,
bulan bahkan tahun (Ai Yeyeh, 2012).
c. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
a. Uterus
Setelah janin dilahirkan uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah plasenta
dengan baik. Uterus menyerupai suatu buah avokat gepeng berukuran panjang
15 cm, lebar 12 cm, dan tebal 10 cm.
Korpus uteri sekarang sebagian besar terdiri dari miometrium, yang dibungkus
oleh serosa dan dilapisi oleh desidua. Karena pembuluh darah tertekan oleh
kontraksi miomerium, uterus nifas pada potongan tampak iskemik kalau
dibandingkan organ hamil yang hipermik berwarna ungu kemerah-merahan.
Selama 2 hari berikutnya, uterus tetap pada ukuran yang sama dan kemudian
mengerut. Pada hari ke 5 postpartum uterus setinggi 7 cm atas simfisis atau
pertengahan simfisis dan pusat, dan sesudah 12 hari uterus sudah tidak dapat
diraba lagi di atas simfisis. Normalnya organ ini mencapai ukuran tak hamil
seperti semula dalam waktu sekitar 6 minggu. Proses tersebut berjalan sangaat
cepat. Uterus yang baru saja melahirkan mempunyai berat 1 kg karena involusi, 1
minggu kemudian beratnya sekitar 500 gr, pada akhir minggu ke 2 turun menjadi
37
sekitar 300 gr, dan sesudahnya menjadi 100 gr atau kurang. Jumlah total sel otot
tidak berkurang banyak, namun sel-selnya sendiri jelas sekali berkurang
ukuranya.
Tabel 2.3
Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus menurut Masa Involusi
Involusi
Berat uterus
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Plasenta lahir
750 gram
1 minggu
500 gram
2 minggu
350 gram
6 minggu
Bertambah kecil
50 gram
8 minggu
Sebesar normal
30 gram
b. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
selama nifas. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita. Lochea biasanya
berlangsung selama 2 minggu setelah bersalin, namun penelitian terbaru
mengindikasikan bahwa lochea menetap hingga 4 minggu dan dapat berhenti
atau berlanjut hingga 56 hari setelah bersalin. Lochea juga mengalami
perubahan karena proses involusi.
Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:
1) lochea rubra (cruenta) munculnya pada hari 1-2 pasca persalinan, bewarna
merah mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban, jaringan dari
desidua, verniks caseosa dan mekonium.
2) lochea sanguinolenta, muncul pada hari ke 3-7 pasca persalinan, bewarna
merah kuning dan berisi darah lendir.
3) lochea serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan, bewwrna
kecoklatan mengandung lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit, dan
robekan laserasi plasenta.
38
4) lochea alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan, berwarana putih
kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut
jaringan yang mati.
5) lochea purulenta, terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah dan berbau
busuk.
6) lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluaranya (Ai Yeyeh,2012).
c. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3
minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil.
d. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun
tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil (Maryunani, 2010).
d. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
1. Nutrisi dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius,
karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan
sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu,
bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut :
a) Mengkomsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b) Ambulasi.
c) Eliminasi BAK/BAB.
d) Kebersihan diri dan perineum.
e) Istirahat.
f) Seksual.
g) Keluarga berencana.
h) Latihan/senam nifas.
2. Perawatan Payudara
Pada saat bidan melakukan pemeriksaan payudara sebelumnya lakukan
pemeriksaan pandang (inspeksi) pada kedua payudara dimana ibu dalam posisi
duduk kedua tangan di belakang kepala, lihat simetris atau tidaknya, warna
kulit, penonjolan puting susu, warna sekitar areola mama (Ai Yeyeh,2012).
3. Ambulasi
39
40
41
42
badan.
Payudara yang memerah, panas, dan sakit.
Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan.
Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan pembenkakan pada kaki.
Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri atau bayi.
Merasa sangat letih atau bernafas terngah-engah ( Rukiah, 2012).
43
Tanda
Apperiance
0
Biru/pucat
Pols
Grimace
Tidak ada
Tidak ada
Aktivity
Tidak ada
respon
Tidak ada
Respiration
Score
1
Badan merah,
ekstremitas biru
< 100x/menit
Menangis, lemah,
menyeringai
Fleksi ekstremitas
Lemah, tidak
teratur
2
Seluruh tubuh
kemerahan
>100x/menit
Menangis kuat
Gerakan aktif
Seluruh badan
kemerahan
44
1. Evaporasi, adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat
terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas
tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan dan
diselimuti.
2. Konduksi, adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langssung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan
yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh
bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan diatas benda-benda
tersebut.
3. Konveksi, adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan didalam ruangan
yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga
terjadi jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara
melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
4. Radiasi, adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat
benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung) (Syafrudin, 2011).
d. Masalah Umum pada Bayi Baru Lahir
Masalah-masalah yang mungkin ditemukan pada bayi baru lahir adalah :
1. Prematuritas. Prinsip bayi prematur adalah NKB (neonatus kurang bulan),
berbeda dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) kerana BBLR bisa saja
sudah cukup bulan dan maturitas sudah lengkap.
2. Sindrom gawat nafas neonatus (NRDS Noenatal Respiratory Distress
3.
4.
5.
6.
e.
pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi.
Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut
(Muslihatun, 2010) :
1. Pencegahan infeksi pada tali pusat
45
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti menjaga
agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau
tanah. Pemakaian popok bayi diletakkan disebelah bawah tali pusat. Apabila
tali pusat kotor, cuci tali pusat dengan air bersih yang mengalir dan sebun,
segera keringkan dengan kain kasa kering dan dibungkus dengan kain kasa
tipis yang steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan,
abu dapur dan sebagainya pada luka tali pusat, sebab akan menyebabkan
infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian neonatal.
2. Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadinya infeksi pada
kulit bayi baru lahir atau penyulit infeksi lain adalah meletakkan bayi di dada
ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi, sehingga menyebabkan
terjadinya kolonisasi mikroorganinsme yang ada dikulit dan saluran
pencernaan bayi dengan mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat
nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk dan
terkandung dalam air susu ibu.
3. Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat mata
bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih dahulu, membersihkan kedua
mata bayi segera.
Setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang telah
dibersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir, berikan
salep/obat tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum (Tetrasiklin 1%,
Eritromisin 0,5% atau Nitras Argensi 1%), biarkan obat tetap pada mata bayi
dan obat yang ada di sekitar mata jangan dibersihkan.
4. Imunisasi
Pada daerah resiko tinggi infeksi tuberkolosis, imunisasi BCG harus
diberikan pada bayi segera setelah lahir. Juga pada daerah resiko tinggi,
pemberian imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada bayi segera setelah lahir.
Tabel 2.5
Jadwal Pemberian Imunisasi
No.
Jenis
Vaksin
Jumlah Vaksinasi
Selang Waktu
Pemberian
Sasaran
46
1.
2.
3.
4.
BCG
DPT-Hb
Polio
Campak
1 kali
3 kali (DPT-Hb1,2,3)
4 kali (Polio 1,2,3,4)
1 kali
4 minggu
4 minggu
-
47
48
1. Cara kerja
Menghalangi ovulasi dengan cara menekan pembentukan LHRF (Luteinizing
Hormone Releasing Factor) dan FSHRF (Follicle Stimulating Hormone
Releasing Factor), mengubah lendir serviks menjadi kental sehingga
menghambat
penetrasi
sperma,
dan
menimbulkan
perubahan
pada
endometrium sehingga tidak memungkinkan terjadinya nidasi. Selain itu, depoprovera juga mengubah kecepatan transportasi ovum melalui tuba.
2. Cara pemberian
Setelah persalinan, dapat diberikan suntikan KB pada hari ke 3-5 postpartum,
atau sesudah air susu ibu berproduksi atau sebelum ibu pulang dari rumah
sakit, atau 6-8 minggu pasca bersalin, asal dipastikan bahwa ibu tidak hamil
atau belum melakukan koitus. Pada pascakeguguran dapat diberikan segera
setelah selesai kuretase atau sewaktu ibu hendak pulang dari rumah sakit, atau
30 hari pasca abortus, asal ibu belum hamil lagi. Dalam masa interval,
diberikan pada hari 1-5 haid.
Depo-provera disuntikkan secara intramuskular, agak dalam, pada otot bokong
(muskulus gluteus). Sebelum diberikan, botol obat harus dikocok agak lama
sampai seluruh obat terlihat betul-betul larut dan tercampur baik. Suntikan
diberikan sekali setiap 3 bulan.
3. Efektifitas
Efektifitas depo-prover tinggi, cara pemberiannya sederhana, cukup aman,
kesuburan dapat kembali setelah beberapa lama, dan cocok untuk ibu-ibu yang
sedang menyusui bayinya. Angka kegagalan adalah 0-0,8%.
4. Efek samping
Gangguan haid berupa amenorea, spotting (bercak darah) dan menoragia.
Seperti pada kontrasepsi hormonal lainnya, dijumpai pula keluhan mual, nyeri
kepala, pusing, menggigil, mastalgia, dan berat badan bertambah. Efek
samping yang berat jarang dijumpai. Kadang kala ibu mengeluh libido
berkurang.
49
5. Indikasi