Vous êtes sur la page 1sur 6

APENDISITIS AKUT

APENDISITIS AKUT
Apendisitis akut adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendik dan
merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendisitis akut
merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor, diantaranya adalah hiperplasia
jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan
penyumbatan.
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju dibandingkan dengan negara
berkembang. Namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna,
yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini mungkin
disebabkan oleh perubahan pola makan.
Menurut
data
epidemiologi
apendisitis
akut
jarang
terjadi
pada
balita,sedangkan meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan
awal usia 20-an, dan angka
ini
menurun
pada usia menjelang
dewasa.
Insiden
apendisitis memiliki rasio yang sama antara wanita dan laki-laki pada masa prapubertas.
Sedangkan pada masa remaja dan dewasa muda rasionya menjadi 3:2.
Anatomi dan Fisiologi Apendiks
Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10 cm dan
berpangkal pada sekum. Apendiks memiliki lumen sempit dibagian proximal dan melebar pada
bagian distal. Saat lahir, apendiks pendek dan melebar dipersambungan dengan sekum. Selama
anak-anak,pertumbuhannya
biasanya
berotasi
ke
dalam
retrocaecal
tapi
masih dalamintraperitoneal.
Pada apendiks terdapat 3 tanea coli yang menyatu dipersambungan caecum dan berguna
dalam menandakan tempat untuk mendeteksi apendiks. Posisi apendiks terbanyak
adalah retrocaecal (74%), pelvic (21%), patileal(5%), paracaecal (2%), subcaecal (1,5%) dan
preleal (1%). Apendiksmendapat vaskularisasi oleh arteri apendicular yang merupakan cabang
dari arteri ileocolica. Arteri apendiks termasuk end arteri. Apendiks memiliki lebih dari 6 saluran
limfe melintangi mesoapendiks menuju ke nodus limfe ileocaeca.
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti a.mesenterika
superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X. Oleh
karena itu, nyeri visceral pada apendisitis bermula disekitar umbilikus.

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir dicurahkan ke caecum. Jika terjadi
hambatan, maka
akan
terjadi
apendisitis
akut.
GALT (
Gut
Assoiated
Lymphoid Tisuue) yang terdapat pada apendiks menghasilkan Ig-A. Namunjika
apendiks diangkat, tidak ada mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlahnya
yang sedikit sekali.

Etiologi Apendisitis Akut


Apendisitis akut disebabkan oleh proses radang bakteria yang dicetuskan oleh
beberapa faktor pencetus. Ada beberapa faktor yangmempermudah terjadinya radang apendiks,
diantaranya :
Faktor Obstruksi
Sekitar
60%
obstruksi
disebabkan
oleh
hiperplasia jaringanlymphoid sub
mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena
bendaasing dan sebab lainnya
1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing.
Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada apendisitis akut.
Bakteri
yang
ditemukan
biasanya E.coli, Bacteriodesfragililis, Splanchicus,
Lacto-bacilus,
Pseudomonas, Bacteriodessplanicus.
Kecenderungan familiar

Hal
ini
dihubungkan
dengan
terdapatnya
malformasi
yang
herediter
dari organ apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan
letaknya yang memudahkan terjadi apendisitis.
Faktor ras dan diet
Faktor
ras
berhubungan
dengan
kebiasaan
dan
pola
makanan
sehari-hari.
Patofisiologi Apendisitis Akut
Apendisitis
akut merupakan
peradangan
akut
pada
apendiks
yangdisebabkan
oleh bakteria
yang
dicetuskan
oleh
beberapa faktor
pencetus.Obstruksi pada lumen
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks
mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan intralumen.Tekanan di
dalam sekum akan meningkat. Kombinasi tekanan tinggi di seikum dan peningkatan flora
kuman di kolon mengakibatkan sembelit, hal ini menjadi pencetus radang di mukosa apendiks.
Perkembangan dari apendisitis mukosa menjadi apendisitis
komplit, yang meliputi
semua lapisan dinding apendiks tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor pencetus setempat
yang menghambat pengosongan lumen
apendiks
atau mengganggu motilitas normal
apendiks.
Tekanan
yang
meningkat
tersebut
akan
menyebabkan
apendiks
mengalami
hipoksia, menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri.
Infeksi
menyebabkan pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan semakin
iskemik karena terjadi trombosis pembuluh darah intramural (dinding apendiks). Pada
saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Gangren
dan
perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jam, tapi waktu tersebut dapat berbedabeda
setiap pasien karena ditentukan banyak faktor.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
menembus
dinding. Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga
menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan
apendisitis
supuratif akut. Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding
apendiks
yang diikuti dengan gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi
akan
membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan
jaringan
sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang diperut
kanan
bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan
dinyatakan
mengalami eksaserbasi akut.
Penegakan Diagnosa Apendisitis Akut
Gambaran klinis pada apendisitis akut yaitu :

Tanda awal nyeri di epigastrium atau regio umbilicus disertai mual dan anorexia. Demam
biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5 - 38,5C. Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi
perforasi.
Nyeri berpindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum lokal di titik
Mc Burney, nyeri tekan, nyeri lepas dan adanya defans muskuler.
Nyeri rangsangan peritoneum tak langsung nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (Rovsings
Sign) nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumbergs Sign) batuk atau
mengedan
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
- Tidak ditemukan gambaran spesifik.
- Kembung sering terlihat pada komplikasi perforasi.
-Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada masaa atau absesperiapendikuler.
-Tampak perut kanan bawah tertinggal pada pernafasan
Palpasi
- nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri tekan lepas.
defans
muscular
menunjukkan
adanya
rangsangan
peritoneum
parietale.
pada
apendisitis
retrosekal
atau
retroileal
diperlukan
palpasi
dalam
untuk menentukan adanya rasa nyeri.
Perkusi
- pekak hati menghilang jika terjadi perforasi usus.
Auskultasi
- biasanya normal
- peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis generalisata akibat apendisitis
perforata
Rectal Toucher
- tonus musculus sfingter ani baik
- ampula kolaps
- nyeri tekan pada daerah jam 9 dan 12
- terdapat massa yang menekan rectum (jika ada abses).
Uji Psoas
Dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi
aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendiks yang meradang menepel
di m. poas mayor, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri.

Uji Obturator
Digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak dengan m. obturator internus
yang merupakan dinding panggul kecil. Gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi
terlentang akan menimbulkan nyeri pada apendisitis pelvika. Pemeriksaan uji psoas dan uji
obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks.

Alvarado Score
Characteristic
Score
M = Migration of pain to the RLQ
1
A = Anorexia
1
N = Nausea and vomiting
1
T = Tenderness in RLQ
2
R = Rebound pain
1
E = Elevated temperature
1
L = Leukocytosis
2
S = Shift of WBC to the left
1
Total
10
Dinyatakan appendisitis akut bila skor > 7 poin
Pemeriksaan Penunjang
1.Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
leukositosis
pada
kebanyakan
kasus
appendisitis
akut
terutama
pada
kasus dengan komplikasi.
-pada
appendicular
infiltrat,
LED
akan
meningkat.
b. Pemeriksaan urin untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin.
Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi
saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan
appendicitis.
2. Radiologis

a. Foto polos abdomen


Pada
appendicitis
akut
yang
terjadi
lambat
dan
telah
terjadi
komplikasi
(misalnya peritonitis) tampak :
- scoliosis ke kanan
- psoas shadow tak tampak
- bayangan gas usus kanan bawah tak tampak
- garis retroperitoneal fat sisi kanan tubuh tak tampak
- 5% dari penderita menunjukkan fecalith radio-opak
b. USG
Bila
hasil
pemeriksaan
fisik
meragukan,
dapat
dilakukan
pemeriksaan
USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses.
Dengan
USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding
seperti
kehamilanektopik, adnecitis dan sebagainya.
c.Barium enema
Yaitu
suatu
pemeriksaan
X-Ray
dengan
memasukkan
barium
ke
colon
melalui
anus.
Pemeriksaan
ini
dapat
menunjukkan
komplikasikomplikasi dari appendicitis pada jaringan sekitarnya dan
juga untuk
menyingkirkan diagnosis banding.
d. CT-Scan
Dapat
menunjukkan
tanda-tanda
dari
appendicitis.
Selain
itu
juga
dapat
menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.

e. Laparoscopi
Yaitu
suatu
tindakan
dengan
menggunakan
kamera
fiberoptic
yang
dimasukkan
dalam
abdomen,
appendix
dapat
divisualisasikan
secara
langsung. Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi
umum.
Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan
pada
appendix
maka
pada
saat
itu
juga
dapat
langsung
dilakukan
pengangkatan appendix (appendectomy).
Penatalaksanaan Apendisitis Akut

Vous aimerez peut-être aussi