Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Disusun Oleh :
Nailis Saadah
090611064
Pembimbing:
dr. Sri Murdiati, Sp.JP-FIHA (K)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Shalawat
dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membimbing manusia ke
zaman beradab yang penuh dengan ilmu pengetahuan, berikut segenap keluarga,
sahabat, serta umatnya yang istiqamah menempuh syariatnya hingga akhir zaman.
Refrat dengan judul Atrial Fibrilasi ini disusun untuk menambah bekal ilmu
mengenai ilmu kesehatan anak selama proses pendidikan profesi dokter dilaksanakan.
Selain itu, laporan kasus ini juga disusun sebagai syarat menyelesaikan pendidikan
profesi dokter di bagian Ilmu Kardiologi dan vascular.
Dengan sepenuh hati, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan kepada dr. Sri Murdiati, Sp.JP-FIHA(K) yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan
laporan kasus ini tepat pada waktunya.
Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga
bagi pihak lain untuk menambah ilmu pengetahuan dibidang Kardiologi dan vascular.
Banda Aceh, 14 Juni 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah kondisi paling umum terlihat pada perawatan primer dan
menyebabkan miokard infark, stroke, gagal ginjal, dan kematian jika tidak terdeteksi
dini dan diobati dengan tepat. Pasien ingin diyakinkan bahwa pengobatan tekanan
darah (TD) akan mengurangi beban penyakit
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama
: Nyonya I
Umur
: 34 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Simeulu
Pekerjaan
: Tenaga honorer
Status Pernikahan
: Kawin
Nomor CM
: 1-02-88-81
Tanggal Masuk
: 12 Juni 2016
Tanggal Periksa
: 13 Juni 2016
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
: Sesak
: Tampak sakit
4
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi Nafas
Temperatur
b. Status General
Kulit
Warna
Turgor
Ikterus
Anemia
Sianosis
Kepala
Bentuk
Rambut
Mata
: Compos Mentis
: 100/70 mmHg
: 70 kali/menit, reguler
: 19 kali/menit
: 36.8C (aksila)
:
:
:
:
:
Sawo matang
Cepat kembali (kurang dari 3 detik)
(-)
(-)
(-)
: Kesan normocephali
: Tersebar rata, sukar dicabut, berwarna hitam
: Cekung (-), refleks cahaya (+/+), sklera ikterik (-/-),
konj. palpebra inf pucat (-/-)
: Sekret (-/-), perdarahan (-/-)
: Tidak ada pernafasan cuping hidung
Telinga
Hidung
Mulut
Bibir
: Pucat (-), sianosis (-)
Gigi Geligi
: Karies (-), gigi tanggal (-)
Lidah
: Beslag (-), tremor (-)
Mukosa
: Basah (+)
Tenggorokan
: Tonsil dalam batas normal
Faring
: Hiperemis (-)
Leher
Bentuk
: Kesan simetris
Kel. Getah Bening : Kesan simetris, pembesaran (-)
Peningkatan TVJ : (-), R-2 cmH2O
Axilla
Pembesaran KGB : (-)
Thorax
Thorax depan dan belakang
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris
Tipe Pernafasan : Thoraco abdominal
Retraksi
: (-)
2.
Palpasi
- Pergerakan dada simetris
- Nyeri tekan (-/-)
- Suara fremitus taktil kanan = suara fremitus taktil kiri
1. Perkusi
- Sonor (+/+)
5
- Redup (-/-)
2. Auskultasi
- Vesikuler (+/+)
- Ronkhi (-/-)
- Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Nyeri tekan (-), undulasi (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
Auskultasi
Genetalia
Ekstremitas
Ekstremitas
Sianotik
Edema
Ikterik
Gerakan
Tonus otot
Sensibilitas
Atrofi otot
Akral dingin
Superior
Inferior
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
N
N
N
N
-
2.5 Diagnosis
Atrial Fibrilasi
2.6 Penatalaksanaan
R/ IVFD RL 7 TT/i
Inj. Furosemid 1 amp/24 jam
Spirolactan 25 mg 1x1
Digoxin 0,25 mg 1x1
Ramipril 2,5 mg 1x1
V-Bloc 0,25 mg 1x1
Simarc 1x1
Ambroxol syr 3 cc 1
2.7 Prognosis
Quo ad Vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad Functionam
: Dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
3.1 Definisi Atrial Fibrilasi
Fibrilasi atrium adalah takiaritmia supra ventrikular yang khas, dengan
aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi mengakibatkan perburukan fungsi mekanis
atrium. Pada elektrokardiogram (EKG), ciri dari FA adalah tiadanya konsistensi
gelombang P, yang digantikan oleh gelombang getar (fibrilasi) yang bervariasi
amplitudo, bentuk dan durasinya. Pada fungsi NAV yang normal, FA biasanya disusul
oleh respons ventrikel yang juga ireguler, dan seringkali cepat.25
Fibrilasi atrium (atrial fi brillation, AF) adalah takikardia supraventrikular
dengan karakteristik aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi. AF adalah gangguan
irama yang paling sering ditemukan dalam praktek sehari-hari. AF dialami oleh 1-2%
populasi dan meningkat dalam 50 tahun ke depan.
3.2 Etiologi Atrial Fibrilasi
3.3 Klasifikasi Atrial Fibrilasi
Secara klinis, terdapat 5 tipe AF yang dapat dibedakan berdasarkan presentasi dan
durasi aritmia.
1.
tanpa melihat
Paroxysmal AF:
AF yang biasanya hilang dengan sendirinya dalam 48 jam sampai 7 hari.Jika
dalam 48 jam belum berubah ke irama sinus maka kemungkinan kecil untuk dapat
berubah ke irama sinus lagi sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antikoagulan.
3.
Persistent AF:
episode AF yang bertahan sampai lebih dari 7 hari dan membutuhkan
episode AF yang berlangsung lebih dari 1 tahun dan strategi yang diterapkan
masih kontrol irama jantung (rhythm control).
4.
Permanent AF:
jika AF menetap dan secaraklinis dapat diterima oleh pasien dan dokter
sehingga strategi managemen adalah tata laksana kontrol laju jantung (rate control).
3.4 Manifestasi Klinis Hipertensi Esensial
Menurur Nurarif & Kusuma (2013) tanda dan gejala pada hipertensi
dibedakan menjadi: 1) Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat
dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah. 2) Gejala yang lazim. Gejala
terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis. Sementara Susiyanto (2013) menjelaskan gejala ringan
hipertensi yaitu: 1) Pusing atau sakit kepala 2) Sering gelisah 3) Sukar tidur 4) Mudah
marah 5) Wajah merah 6) Tengkuk terasa pegal dan terasa berat 7) Sesak napas 8)
Telinga berdengung 9) Mudah lelah, mimisan dan mata berkunang-kunang.
10
11
Derajat akhir penyakit ginjal (misalnya gagal ginjal yang menyebabkan dialisis atau
transplantasi), doubling of creatinine level, halving of glomerular filtration rate
(GFR) Dari review bukti ini panel mengadakan pernyataan bukti dan divoting dengan
setuju atau tidak setuju pada setiap pernyataan. Setelah semua pernyataan bukti untuk
setiap pertanyaan kritis diidentifikasi, panel akan mereview pernyataan bukti untuk
membuat rekomendasi klinis, voting dari setiap rekomendasi dan kekuatan dari
rekomendasi tersebut. Untuk setiap pernyataan bukti dan rekomendasi, catatan jumlah
voting (for, against, refusal) dibuat tanpa atribut. Panel ingin mencapai 100%
konsensus jika memungkinkan, tapi mayoritas kedua- ketiga dapat dipertimbangkan
untuk diterima dengan pengecualian rekomendasi berdasarkan pendapat ahli, yang
membutuhkan mayoritas yang setuju sebanyak 75% agar dapat diterima.
12
digunakan untuk terapi awal. Panel juga mengakui bahwa bukti didukung kendali
TD, bukan agen khusus yang digunakan untuk mencapai kontrol sebagai
pertimbangan
yang
relevan
sangat
untuk
rekomendasi
ini.
Panel
tidak
13
14
15
Rekomendasi 1
Rekomendasi pertama yang dipublikasikan melalui JNC 8 ini terkait dengan
target tekanan darah pada populasi umum usia 60 tahun atau lebih. Berbeda dengan
sebelumnya, target tekanan darah pada populasi tersebut lebih tinggi yaitu tekanan
darah sistolik kurang dari 150 mmHg serta tekanan darah diastolik kurang dari 90
mmHg.
ternyata pasien sudah mencapai tekanan darah yang lebih rendah, seperti misalnya
tekanan darah sistolik <140 mmHg (mengikuti JNC 7), selama tidak ada efek
samping pada kesehatan pasien atau kualitas hidup , terapi tidak perlu diubah.
16
Rekomendasi 3.
Rekomendasi ketiga dari JNC adalah pada populasi umum yang lebih muda
dari 60 tahun, terapi farmakologi dimulai untuk menurunkan tekanan darah sistolik
<140 mmHg. Rekomendasi ini berdasarkan pada expert opinion. RCT terbaru
mengenai populasi ini serta target tekanan darahnya dianggap masih kurang
17
memadai. Oleh karena itu, panelist tetap merekomendasikan standar yang sudah
dipakai sebelumnya pada JNC 7. Selain itu, tidak ada alasan yang dirasakan membuat
standar tersebut perlu diganti. Alasan berikutnya terkait dengan penelitian tentang
tekanan darah diastolic yang digunakan pada rekomendasi 2 yang mana didapatkan
bahwa pasien yang mendapatkan tekanan darah kurang dari 90 mmHg juga
mengalami penurunan tekanan darah sistolik kurang dari 140 mmHg. Sulit untuk
menentukan bahwa benefit yang terjadi pada penelitian tersebut disebabkan oleh
penurunan tekanan darah sistolik, diastolic atau keduanya. Tentunya dengan
mengkombinasikan rekomendasi 2 dan 3, manfaat yang didapatkan seperti pada
penelitian tersebut juga diharapkan mampu dicapai.2
d.
Rekomendasi 4.
Rekomendasi 4 dikhususkan untuk populasi penderita tekanan darah tinggi
dengan chronic kidney disease (CKD). Populasi usia 18 tahun atau lebih dengan CKD
perlu diinisiasi terapi hipertensi untuk mendapatkan target tekanan darah sistolik
kurang dari 140 mmHg serta diastolik kurang dari 90 mmHg. Rekomendasi ini
merupakan expert opinion. RCT yang digunakan untuk mendukung rekomendasi ini
melibatkan populasi usia kurang dari 70 tahun dengan eGFR atau measured GFR
kurang dari 60 mL/min/1.73 m2 dan pada orang dengan albuminuria (lebih dari 30
mg albumin/g kreatinin) pada berbagai level GFR maupun usia. Perlu diperhatikan
bahwa setelah kita mengetahui data usia pasien, pada pasien lebih dari 60 tahun kita
perlu menentukan status fungsi ginjal. Jika tidak ada CKD, target tekanan darah
sistolik yang digunakan adalah 150/90 mmHg sementara jika ada CKD, targetnya
lebih rendah, yaitu 140/90 mmHg.2
e.
Rekomendasi 5
Pada pasien usia 18 tahun atau lebih dengan diabetes, inisiasi terapi dimulai
untuk menurunkan tekanan darah sistolik kurang dari 140 mmHg dan diastolic
kurang dari 90 mmHg. Rekomendasi ini merupakan expert opinion. Target tekanan
darah ini lebih tinggi dari guideline sebelumnya, yaitu tekanan darah sistolik <130
mmHg serta diastolic <85 mmHg.2Pada populasi usia 18 tahun atau lebih dengan
diabetes, inisiasi terapi farmakologi untuk menurunkan tekanan darah pada tekanan
darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih,
18
dan target terapi tekanan darah sistolik <140 mmHg dan tekanan darah diastolik <90
mmHg (Pendapat ahli-Grade E).
Rekomendasi 5 berdasarkan pada pernyataan bukti 18-21 dari pertanyaan 2,
yang memperlihatkan target tekanan darah pada orang dewasa dengan diabetes dan
hipertensi. Terdapat kualitas bukti sedang dari 3 trial (SHEP, Syst-Eur, UKPDS)
bahwa terapi pada target tekanan darah sistolik lebih rendah dari150 mmHg
meningkatkan hasil kesehatan kardiovaskular dan cerebrovaskular serta menurunkan
mortalitas (pertanyaan 2, pernyataan bukti 18) pada orang dewasa dengan diabetes
dan hipertensi).
f.
Rekomendasi 6
Pada populasi umum non kulit hitam (negro), termasuk pasien dengan
Rekomendasi 7
19
Pada populasi kulit hitam, termasuk mereka dengan diabetes, terapi inisial
hipertensi sebaiknya menggunakan diuretic tipe thiazide atau CCB. Pada populasi ini,
ARB dan ACEI tidak direkomendasikan. Rekomendasi untuk populasi kulit hitam
adalah rekomendasi B sedangkan populasi kulit hitam dengan diabetes adalah
rekomendasi C. Pada studi yang digunakan, didapatkan bahwa penggunaan diuretic
thiazide memberikan perbaikan yang lebih tinggi pada kejadian cerebrovaskular,
gagal jantung dan outcome kardiovaskular yang dikombinasi dibandingkan ACEI.
Sementara itu, meski CCB lebih kurang dibandingkan diuretic dalam mencegah gagal
jantung, tetapi outcome lain tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan diuretik
thiazide. CCB juga lebih direkomendasikan dibandingkan ACEI karena ternyata
didapatkan hasil bahwa pada pasien kulit hitam memiliki 51% kejadian lebih tinggi
mengalami stroke pada penggunaan ACEI sebagai terapi inisial dibandingkan dengan
penggunaan CCB. Selain itu, pada populasi kulit hitam, ACEI juga memberikan efek
penurunan tekanan darah yang kurang efektif dibandingkan CCB. 2
h.
Rekomendasi 8
Pada populasi berusia 18 tahun atau lebih dengan CKD dan hipertensi, ACEI
atau ARB sebaiknya digunakan dalam terapi inisial atau terapi tambahan untuk
meningkatkan outcome pada ginjal. Hal ini berlaku pada semua pasien CKD dalam
semua ras maupun status diabetes. Pasien CKD, dengan atau tanpa proteinuria
mendapatkan outcome ginjal yang lebih baik dengan penggunaan ACEI atau ARB.
Sementara itu, pada pasien kulit hitam dengan CKD, terutama yang mengalami
proteinuria, ACEI atau ARB tetap direkomendasikan karena adanya kemungkinan
untuk progresif menjadi ESRD (end stage renal disease). Sementara jika tidak ada
proteinuria, pilihan terapi inisial masih belum jelas antara thiazide, ARB, ACEI atau
CCB. Jadi, bisa dipilih salah satunya. Jika ACEI atau ARB tidak digunakan dalam
terapi inisial, obat tersebut juga bias digunakan sebagai terapi tambahan atau terapi
kombinasi. Penggunaan ACEI dan ARB secara umum dapat meningkatkan kadar
kreatinin serum dan mungkin menghasilkan efek metabolic seperti hiperkalemia,
terutama pada mereka dengan fungsi ginjal yang sudah menurun. Peningkatan kadar
kreatinin dan potassium tidak selalu membutuhkan penyesuaian terapi. Namun, kita
20
perlu memantau kadar elektrolit dan kreatinin yang mana pada beberapa kasus perlu
mendapatkan penurunan dosis atau penghentian obat.2
i.
Rekomendasi 9.
Rekomendasi 9 ini termasuk dalam rekomendasi E atau expert opinion.
Rekomendasi 9 dari JNC 8 mengarahkan kita untuk melakukan penyesuaian apabila
terapi inisial yang diberikan belum memberikan target tekanan darah yang
diharapkan. Jangka waktu yang menjadi patokan awal adalah satu bulan, Jika dalam
satu bulan target tekanan darah belum tercapai, kita dapat memilih antara
meningkatkan dosis obat pertama atau menambahkan obat lain sebagai terapi
kombinasi. Obat yang digunakan sesuai dengan rekomendasi yaitu thiazide, ACEI,
ARB atau CCB. Namun, ARB dan ACEI sebaiknya tidak dikombinasikan. Jika
dengan dua obat belum berhasil, kita dapat memberikan obat ketiga secara titrasi.
Pada masing-masing tahap kita perlu terus memantai perkembangan tekanan
darahnya serta bagaimana terapi dijalankan, termasuk kepatuhan pasien. Jika perlu
lebih dari tiga obat atau obat yang direkomendasikan tersebut tidak dapat diberikan,
kita bisa menggunakan antihipertensi golongan
21
22
BAB IV
KESIMPULAN
23
menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark kantung), dan gagal jantung
4) Bagian ginjal, menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal.
DAFTAR PUSTAKA
1. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Dennison C, Handler J, dkk. 2014
Evidence-Based Guideline for The Management of High Blood Pressure in Adults:
Report from the Panel member Appointed to the Eight Joint National Committee
(JNC 8). JAMA; 18 Dec 2013;
2. National Institutes of Health. (2006). DASH eating plan. Maret 2, 2010.
http://www.nhlbi.nih.gov.
3. Page MR. The JNC 8 Hypertension Guidelines: An In-Depth Guide [published
online January 21, 2014]. The American Journal of Managed Care. 2014 [cited
2016 Juni 10]. Available from www.ajmc.com
4. Siregar TGM.2003. Hipertensi esensial. Dalam : Rilantono LI, Barass F, Karo S.
Buku Ajar Kardiologi. Jakarta. Balai Penerbit. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
5. JNC VII Classification and managenemnt of blood pressure for adult. www.
Medicalcriteria.com (diakses 11 Juni 2016)
6. The Seventh Report of The Joint National Committee On Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment high Blood Presure.
24