Vous êtes sur la page 1sur 24

ATRIAL FIBRILASI

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior

pada Bagian / SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular


Fakultas Kedokteran Unsyiah BPK RSUD dr. Zainoel Abidin BandaAceh

Disusun Oleh :
Nailis Saadah
090611064
Pembimbing:
dr. Sri Murdiati, Sp.JP-FIHA (K)

BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERAN VASKULAR


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BPK RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2016

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Shalawat
dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membimbing manusia ke
zaman beradab yang penuh dengan ilmu pengetahuan, berikut segenap keluarga,
sahabat, serta umatnya yang istiqamah menempuh syariatnya hingga akhir zaman.
Refrat dengan judul Atrial Fibrilasi ini disusun untuk menambah bekal ilmu
mengenai ilmu kesehatan anak selama proses pendidikan profesi dokter dilaksanakan.
Selain itu, laporan kasus ini juga disusun sebagai syarat menyelesaikan pendidikan
profesi dokter di bagian Ilmu Kardiologi dan vascular.
Dengan sepenuh hati, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan kepada dr. Sri Murdiati, Sp.JP-FIHA(K) yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan
laporan kasus ini tepat pada waktunya.
Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga
bagi pihak lain untuk menambah ilmu pengetahuan dibidang Kardiologi dan vascular.
Banda Aceh, 14 Juni 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah kondisi paling umum terlihat pada perawatan primer dan
menyebabkan miokard infark, stroke, gagal ginjal, dan kematian jika tidak terdeteksi
dini dan diobati dengan tepat. Pasien ingin diyakinkan bahwa pengobatan tekanan
darah (TD) akan mengurangi beban penyakit

mereka, sementara dokter

menginginkan pedoman tentang manajemen hipertensi menggunakan bukti ilmiah


yang terbaik. 1
Pada tahun 2013, Joint National Committee telah mengeluarkan guideline
terbaru mengenai tatalaksana hipertensi atau tekanan darah tinggi, yaitu JNC 8.
Mengingat bahwa hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang memerlukan
terapi jangka panjang dengan banyak komplikasi yang mengancam nyawa seperti
infark miokard, stroke, gagal ginjal, hingga kematian jika tidak dideteksi dini dan
diterapi dengan tepat, dirasakan perlu untuk terus menggali strategi tatalaksana yang
efektif dan efisien. Dengan begitu, terapi yang dijalankan diharapkan dapat
memberikan dampak maksimal. Hipertensi tetap menjadi salah satu yang paling
penting dicegah kontributor penyakit dan kematian. Banyak bukti dari percobaan
terkontrol acak (RCT) telah menunjukkan manfaat pengobatan antihipertensi dalam
mengurangi penting hasil kesehatan pada orang dengan pedoman klinis hipertensi
adalah di persimpangan antara bukti penelitian dan klinis tindakan yang dapat
meningkatkan hasil pasien.2

BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama

: Nyonya I

Umur

: 34 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Simeulu

Pekerjaan

: Tenaga honorer

Status Pernikahan

: Kawin

Nomor CM

: 1-02-88-81

Tanggal Masuk

: 12 Juni 2016

Tanggal Periksa

: 13 Juni 2016

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
: Sesak

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan sesak 2 hari


sebelum berobat ke poliklinik RSUZA. Keluhan sesak disertai dengan nyeri dada,
terasa panas dan pusing, sesak yang dirasakan pasien seperti seperti tertindih alat
berat, pasien juga merasa jantungnya berdebar-debar.pasien sudah merasakan
sesak sejak 2 tahun yang lalu. Pasien mengaku pasien merasa sesak jika
melakukan pekerjaan dan bisa sembuh dengan istirahat.
keluhan pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
: DM sejak tahun 2014
Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat DM pada ayah pasien (+)
Riwayat Kebiasaan Sosial : Pasien seorang guru.
2.3 Pemeriksaan Fisik
a. Status Present
Keadaan Umum

: Tampak sakit
4

Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi Nafas
Temperatur
b. Status General
Kulit
Warna
Turgor
Ikterus
Anemia
Sianosis
Kepala
Bentuk
Rambut
Mata

: Compos Mentis
: 100/70 mmHg
: 70 kali/menit, reguler
: 19 kali/menit
: 36.8C (aksila)
:
:
:
:
:

Sawo matang
Cepat kembali (kurang dari 3 detik)
(-)
(-)
(-)

: Kesan normocephali
: Tersebar rata, sukar dicabut, berwarna hitam
: Cekung (-), refleks cahaya (+/+), sklera ikterik (-/-),
konj. palpebra inf pucat (-/-)
: Sekret (-/-), perdarahan (-/-)
: Tidak ada pernafasan cuping hidung

Telinga
Hidung
Mulut
Bibir
: Pucat (-), sianosis (-)
Gigi Geligi
: Karies (-), gigi tanggal (-)
Lidah
: Beslag (-), tremor (-)
Mukosa
: Basah (+)
Tenggorokan
: Tonsil dalam batas normal
Faring
: Hiperemis (-)
Leher
Bentuk
: Kesan simetris
Kel. Getah Bening : Kesan simetris, pembesaran (-)
Peningkatan TVJ : (-), R-2 cmH2O
Axilla
Pembesaran KGB : (-)
Thorax
Thorax depan dan belakang
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris
Tipe Pernafasan : Thoraco abdominal
Retraksi

: (-)

2.

Palpasi
- Pergerakan dada simetris
- Nyeri tekan (-/-)
- Suara fremitus taktil kanan = suara fremitus taktil kiri
1. Perkusi
- Sonor (+/+)
5

- Redup (-/-)
2. Auskultasi
- Vesikuler (+/+)
- Ronkhi (-/-)
- Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi

: Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi

: Iktus kordis teraba di ICS V sekitar satu cm lateral linea axilaris


anterior sinistra

Perkusi

: Batas jantung atas

: di hemithorax sinistra ICS III

Batas jantung kanan

: di linea parasternalis dektra ICS V

Batas jantung kiri

: di ICS V sekitar satu cm lateral dari

linea axilaris anterior sinistra


Auskultasi

: BJ I > BJ II, regular, bising (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: Simetris, Distensi (-)

Palpasi

: Nyeri tekan (-), undulasi (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi

: Timpani (+), shifting dullness (-), undulasi (-)

Auskultasi

: Peristaltik usus kesan normal

Genetalia

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas
Ekstremitas
Sianotik
Edema
Ikterik
Gerakan
Tonus otot
Sensibilitas
Atrofi otot
Akral dingin

Superior
Inferior
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
N
N
N
N
-

2.4 Pemeriksaan Penunjang


2.4.1 EKG
6

Interpretasi EKG 15 Juni 2016:


Irama : Sinus
Laju : 73 kali permenit
Axis : Normoaxis
P wave: 0,04 sec

Interval PR: 190 msec


Kompleks QRS: 0,04s
ST elevasi : tidak ditemukan
ST depreasi: tidak ditemukan
T inverted: tidak ditemukan
Q Patologis : tidak ditemukan
LVH/RVH: tidak ditemukan

2.5 Diagnosis
Atrial Fibrilasi
2.6 Penatalaksanaan
R/ IVFD RL 7 TT/i
Inj. Furosemid 1 amp/24 jam
Spirolactan 25 mg 1x1
Digoxin 0,25 mg 1x1
Ramipril 2,5 mg 1x1
V-Bloc 0,25 mg 1x1
Simarc 1x1
Ambroxol syr 3 cc 1

2.7 Prognosis
Quo ad Vitam

: Dubia ad bonam

Quo ad Functionam

: Dubia ad bonam

Quo ad Sanactionam : Dubia ad bonam

BAB III
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
3.1 Definisi Atrial Fibrilasi
Fibrilasi atrium adalah takiaritmia supra ventrikular yang khas, dengan
aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi mengakibatkan perburukan fungsi mekanis
atrium. Pada elektrokardiogram (EKG), ciri dari FA adalah tiadanya konsistensi
gelombang P, yang digantikan oleh gelombang getar (fibrilasi) yang bervariasi
amplitudo, bentuk dan durasinya. Pada fungsi NAV yang normal, FA biasanya disusul
oleh respons ventrikel yang juga ireguler, dan seringkali cepat.25
Fibrilasi atrium (atrial fi brillation, AF) adalah takikardia supraventrikular
dengan karakteristik aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi. AF adalah gangguan
irama yang paling sering ditemukan dalam praktek sehari-hari. AF dialami oleh 1-2%
populasi dan meningkat dalam 50 tahun ke depan.
3.2 Etiologi Atrial Fibrilasi
3.3 Klasifikasi Atrial Fibrilasi
Secara klinis, terdapat 5 tipe AF yang dapat dibedakan berdasarkan presentasi dan
durasi aritmia.
1.

First diagnosed AF:


setiap pasien yang baru pertama kali terdiagnosis dengan AF

tanpa melihat

durasi atau beratnya gejala yang ditimbulkan oleh AF tersebut.


2.

Paroxysmal AF:
AF yang biasanya hilang dengan sendirinya dalam 48 jam sampai 7 hari.Jika

dalam 48 jam belum berubah ke irama sinus maka kemungkinan kecil untuk dapat
berubah ke irama sinus lagi sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antikoagulan.
3.

Persistent AF:
episode AF yang bertahan sampai lebih dari 7 hari dan membutuhkan

kardioversi untuk terminasi dengan obat atau dengan elektrik.


3.

Long standing persistent AF:


8

episode AF yang berlangsung lebih dari 1 tahun dan strategi yang diterapkan
masih kontrol irama jantung (rhythm control).
4.

Permanent AF:
jika AF menetap dan secaraklinis dapat diterima oleh pasien dan dokter

sehingga strategi managemen adalah tata laksana kontrol laju jantung (rate control).
3.4 Manifestasi Klinis Hipertensi Esensial
Menurur Nurarif & Kusuma (2013) tanda dan gejala pada hipertensi
dibedakan menjadi: 1) Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat
dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah. 2) Gejala yang lazim. Gejala
terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis. Sementara Susiyanto (2013) menjelaskan gejala ringan
hipertensi yaitu: 1) Pusing atau sakit kepala 2) Sering gelisah 3) Sukar tidur 4) Mudah
marah 5) Wajah merah 6) Tengkuk terasa pegal dan terasa berat 7) Sesak napas 8)
Telinga berdengung 9) Mudah lelah, mimisan dan mata berkunang-kunang.

3.5 Patofisiologi Hipertensi

10

Pertanyaan yang mengarahkan review bukti Guideline hipertensi berbasis


bukti ini fokus pada 3 pertanyaan dengan peringkat tertinggi dalam panel yang
berhubungan dengan manajemen tekanan darah tinggi, diidentifikasi melalui teknik
Delphi modifikasi. Sembilan rekomendasi dibuat dengan merefleksikan pertanyaan
ini. Pertanyaan ini mengarah pada ambang batas (thresholds) dan target dari terapi
farmakologi hipertensi dan apakah obat anti-hipertensi atau golongan obat particular
memberikan kemajuan yang penting dalam hasil kesehatan dibandingkan dengan
golongan obat yang lainnya.
1. Pada orang dewasa dengan hipertensi, apakah inisiasi terapi farmakologis antihipertensi pada ambang batas tekanan darah spesifik meningkatkan taraf kesehatan?
2. Pada orang dewasa dengan hipertensi, apakah terapi farmakologis dengan antihipertensi menuju target tekanan darah spesifik mengarah pada peningkatan taraf
kesehatan?
3. Pada orang dewasa dengan hipertensi, apakah berbagai variasi obat anti- hipertensi
atau golongan obat dibandingkan keuntungan dan kerugiannya pada taraf kesehatan
spesifik?
Review bukti fokus pada orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih dengan
hipertensi dan termasuk penelitian dengan subgrup prespesifik: diabetes, penyakit
arteri koroner, penyakit arteri perifer, gagal jantung, riwayat stroke sebelumnya,
penyakit ginjal kronik, proteinuria, usia lanjut, laki-laki dan perempuan, ras dan grup
etnik, serta perokok. Studi dimasukkan ke dalam review bukti hanya jika mereka
melaporkan efek intervensi studi tersebut pada salah satu dari hasil
kesehatan yang penting:
Mortalitas secara menyeluruh, penyakit kardiovaskular (CVD)-mortalitas yang
berhubungan dengan CVD, penyakit ginjal kronik (CKD)-mortalitas yang
berhubungan dengan CKD.
Infark miokard, gagal jantung, hospitalisasi untuk gagal jantung, stroke.
Coronary revascularization (termasuk coronary artery bypass surgery, coronary
angioplasty dan coronary stent placement), revaskularisasi lain (termasuk carotid,
renal, dan lower extremity revascularization).

11

Derajat akhir penyakit ginjal (misalnya gagal ginjal yang menyebabkan dialisis atau
transplantasi), doubling of creatinine level, halving of glomerular filtration rate
(GFR) Dari review bukti ini panel mengadakan pernyataan bukti dan divoting dengan
setuju atau tidak setuju pada setiap pernyataan. Setelah semua pernyataan bukti untuk
setiap pertanyaan kritis diidentifikasi, panel akan mereview pernyataan bukti untuk
membuat rekomendasi klinis, voting dari setiap rekomendasi dan kekuatan dari
rekomendasi tersebut. Untuk setiap pernyataan bukti dan rekomendasi, catatan jumlah
voting (for, against, refusal) dibuat tanpa atribut. Panel ingin mencapai 100%
konsensus jika memungkinkan, tapi mayoritas kedua- ketiga dapat dipertimbangkan
untuk diterima dengan pengecualian rekomendasi berdasarkan pendapat ahli, yang
membutuhkan mayoritas yang setuju sebanyak 75% agar dapat diterima.

Masing-masing dari 4 kelas obat yang direkomendasikan oleh panel dalam


rekomendasi yang dihasilkan sebanding berpengaruh pada kematian secara
keseluruhan dan kardiovaskular, serebrovaskular, dan ginjal hasil, dengan satu
pengecualian: gagal jantung. Pengobatan awal dengan diuretic jenis thiazid lebih
efektif daripada CCB atau ACEI (pertanyaan 3, bukti Laporan 14 dan 15), dan ACEI
lebih efektif daripada CCB sebuah (Pertanyaan 3, pernyataan bukti 1) dalam
meningkatkan hasil gagal jantung. Sementara panel mengakui bahwa gagal jantung
adalah temuan penting yang harus dipertimbangkan ketika memilih obat untuk terapi
awal untuk hipertensi, panel tidak menyimpulkan bahwa itu cukup menarik dalam
konteks tubuh secara keseluruhan bukti untuk menghalangi golongan obat yang

12

digunakan untuk terapi awal. Panel juga mengakui bahwa bukti didukung kendali
TD, bukan agen khusus yang digunakan untuk mencapai kontrol sebagai
pertimbangan

yang

relevan

sangat

untuk

rekomendasi

ini.

Panel

tidak

merekomendasikan -blocker untuk pengobatan awal hipertensi karena dalam satu


penggunaan studi -blocker mengakibatkan di tingkat yang lebih tinggi dari hasil
komposit utama kematian kardiovaskular, infark miokard, atau stroke dibandingkan
dengan penggunaan ARB, sebuah temuan yang didorong oleh peningkatan pada
stroke (pertanyan3, pernyataan bukti 22). Dalam penelitian lain diseimbangkan a blocker untuk 4 kelas yang direkomendasikan, -blocker dilakukan sama dengan obat
lain (pertanyaan 3, pernyataan bukti 8) atau bukti yang cukup untuk membuat tekad
(Pertanyaan 3, pernyataan bukti 7, 12, 21, 23, dan 24). -blocker tidak dianjurkan
sebagai terapi lini pertama karena dalam pengobatan awal satu studi dengan blocker mengakibatkan serebrovaskular buruk, gagal jantung, dan kardiovaskular
gabungan hasil dari pengobatan awal dengan diuretik (pertanyaan 3, bukti Pernyataan
13)
Poin penting berikut harus diperhatikan. Pertama, banyak orang akan
memerlukan pengobatan dengan lebih dari satu antihipertensi obat untuk mencapai
kontrol BP. Sementara rekomendasi ini berlaku hanya untuk pilihan obat
antihipertensi awal, panel menunjukkan bahwa anyof ini 4 kelas akan menjadi pilihan
yang baik sebagai add-on agen (rekomendasi 9). Kedua, rekomendasi ini adalah
spesifik untuk thiazide-jenis diuretik, yang meliputi diuretik thiazide, chlorthalidone,
dan indapamide; tidak termasuk lingkaran atau potasium diuretik hemat. Ketiga,
adalah penting bahwa obat menjadi dosis memadai untuk mencapai hasil yang sama
dengan yang terlihat di theRCTs (Tabel 4). Keempat, RCT yang terbatas non
hipertensi tertentu populasi, seperti yang dengan penyakit arteri koroner atau jantung
kegagalan, tidak ditinjau untuk rekomendasi ini. Oleh karena itu, rekomendasi 6
harus diterapkan dengan hati-hati untuk populasi ini. Rekomendasi untuk orang-orang
dengan CKD dibahas dalam rekomendasi 8.

13

14

Upaya harus dilakukan untuk meminimalkan faktor risiko hipertensi: obesitas,


aktivitas fisik, sedang sampai tinggi asupan alkohol, asupan natrium tinggi, dan
asupan lemak jenuh yang tinggi.

Secara umum, JNC 8 ini memberikan 9 rekomendasi terbaru terkait dengan


target tekanan darah dan golongan obat hipertensi yang direkomendasikan. Kekuatan
rekomendasi sesuai dengan tabel berikut :

15

Grade A/Rekomendasi A Strong recommendation. Terdapat tingkat keyakinan yang


tinggi berbasis bukti bahwa hal yang direkomendasikan tersebut memberikan manfaat
atau keuntungan yang substansial.
Grade B/Rekomendasi B Moderate recommendation. Terdapat keyakinan tingkat
mengenah berbasis bukti bahwa rekomendasi yang diberikan dapat memberikan
manfaat secara moderate.
Grade C/Rekomendasi C Weak recommendation. Terdapat setidaknya keyakinan
tingkat moderate berbasis bukti bahwa hal yang direkomendasikan memberikan
manfaat meskipun hanya sedikit.
Grade D/Rekomendasi D Recommendation against. Terdapat setidaknya keyakinan
tingkat moderate bahwa tidak ada manfaat atau bahkan terdapat risiko atau bahaya
yang lebih tinggi
dibandingkan manfaat yang bisa didapat.
Grade E/Rekomendasi E Expert opinion. Bukti-bukti belum dianggap cukup atau
masih belum jelas atau terdapat konflik (misal karena berbagai perbedaan hasil),
tetapi direkomendasikan oleh komite karena dirasakan penting untuk dimasukan
dalam guideline.
Grade N/Rekomendasi N no recommendation for or against. Tidak ada manfaat
yang jelas terbukti. Keseimbangan antara manfaat dan bahaya tidak dapat ditentukan
karena tidak ada bukti-bukti yang jelas tersebut.2
a.

Rekomendasi 1
Rekomendasi pertama yang dipublikasikan melalui JNC 8 ini terkait dengan

target tekanan darah pada populasi umum usia 60 tahun atau lebih. Berbeda dengan
sebelumnya, target tekanan darah pada populasi tersebut lebih tinggi yaitu tekanan
darah sistolik kurang dari 150 mmHg serta tekanan darah diastolik kurang dari 90
mmHg.

Rekomendasi A menjadi label dari rekomendasi nomor 1 ini. Apabila

ternyata pasien sudah mencapai tekanan darah yang lebih rendah, seperti misalnya
tekanan darah sistolik <140 mmHg (mengikuti JNC 7), selama tidak ada efek
samping pada kesehatan pasien atau kualitas hidup , terapi tidak perlu diubah.

16

Rekomendasi ini didasarkan bahwa pada beberapa RCT didapatkan American


Diabetes Association pada Januari 2015 telah mengeluarkan pedoman pelayanan
diabetes mellitus yang terbaru. bahwa dengan melakukan terapi dengan tekanan darah
sistolik <150/90 mmHg sudah terjadi penurunan kejadian stroke, gagal jantung, dan
penyakit jantung koroner. Ditambah dengan penemuan bahwa dengan menerapkan
target tekanan darah <140 mmHg pada usia tersebut tidak didapatkan manfaat
tambahan dibandingkan dengan kelompok dengan target tekanan darah sistolik yang
lebih tinggi. Namun, terdapat beberapa anggota komite JNC yang tepat menyarankan
untuk menggunakan target JNC 7 (<140 mmHg) berdasarkan expert opinion terutama
pada pasien dengan faktor risiko multipel, pasien dengan penyakit kardiovaskular
termasuk stroke serta orang kulit hitam.2
b. Rekomendasi 2
Rekomendasi kedua dari JNC 8 adalah pada populasi umum yang lebih muda
dari 60 tahun, terapi farmakologi dimulai untuk menurunkan tekanan darah diastolik
<90 mmHg. Secara umum, target tekanan darah diastolic pada populasi ini tidak
berbeda dengan populasi yang lebih tua. Untuk golongan usia 30-59 tahun, terdapat
rekomendasi A, sementara untuk usia 18-29 tahun, terdapat expert opinion. Terdapat
bukti-bukti yang dianggap berkualitas dan kuat dari 5
percobaan tentang tekanan darah diastolic yang dilakukan oleh HDFP, HypertensionStroke Cooperative, MRC, ANBP, dan VA Cooperative. Dengan tekanan darah <90
mmHg, didapatkan penurunan kejadian serebrovaskular, gagal jantung, serta angka
kematian secara umum. Juga, didapatkan bukti bahwa menatalaksana dengan target
80 mmHg atau lebih rendah tidak memberikan manfaat yang lebih dibandingkan
target 90 mmHg. Pada populasi lebih muda dari 30 tahun, belum ada RCT yang
memadai. Namun, disimpulkan bahwa target untuk populasi tersebut mestinya sama
dengan usia 30-59 tahun.2
c.

Rekomendasi 3.
Rekomendasi ketiga dari JNC adalah pada populasi umum yang lebih muda

dari 60 tahun, terapi farmakologi dimulai untuk menurunkan tekanan darah sistolik
<140 mmHg. Rekomendasi ini berdasarkan pada expert opinion. RCT terbaru
mengenai populasi ini serta target tekanan darahnya dianggap masih kurang
17

memadai. Oleh karena itu, panelist tetap merekomendasikan standar yang sudah
dipakai sebelumnya pada JNC 7. Selain itu, tidak ada alasan yang dirasakan membuat
standar tersebut perlu diganti. Alasan berikutnya terkait dengan penelitian tentang
tekanan darah diastolic yang digunakan pada rekomendasi 2 yang mana didapatkan
bahwa pasien yang mendapatkan tekanan darah kurang dari 90 mmHg juga
mengalami penurunan tekanan darah sistolik kurang dari 140 mmHg. Sulit untuk
menentukan bahwa benefit yang terjadi pada penelitian tersebut disebabkan oleh
penurunan tekanan darah sistolik, diastolic atau keduanya. Tentunya dengan
mengkombinasikan rekomendasi 2 dan 3, manfaat yang didapatkan seperti pada
penelitian tersebut juga diharapkan mampu dicapai.2
d.
Rekomendasi 4.
Rekomendasi 4 dikhususkan untuk populasi penderita tekanan darah tinggi
dengan chronic kidney disease (CKD). Populasi usia 18 tahun atau lebih dengan CKD
perlu diinisiasi terapi hipertensi untuk mendapatkan target tekanan darah sistolik
kurang dari 140 mmHg serta diastolik kurang dari 90 mmHg. Rekomendasi ini
merupakan expert opinion. RCT yang digunakan untuk mendukung rekomendasi ini
melibatkan populasi usia kurang dari 70 tahun dengan eGFR atau measured GFR
kurang dari 60 mL/min/1.73 m2 dan pada orang dengan albuminuria (lebih dari 30
mg albumin/g kreatinin) pada berbagai level GFR maupun usia. Perlu diperhatikan
bahwa setelah kita mengetahui data usia pasien, pada pasien lebih dari 60 tahun kita
perlu menentukan status fungsi ginjal. Jika tidak ada CKD, target tekanan darah
sistolik yang digunakan adalah 150/90 mmHg sementara jika ada CKD, targetnya
lebih rendah, yaitu 140/90 mmHg.2
e.
Rekomendasi 5
Pada pasien usia 18 tahun atau lebih dengan diabetes, inisiasi terapi dimulai
untuk menurunkan tekanan darah sistolik kurang dari 140 mmHg dan diastolic
kurang dari 90 mmHg. Rekomendasi ini merupakan expert opinion. Target tekanan
darah ini lebih tinggi dari guideline sebelumnya, yaitu tekanan darah sistolik <130
mmHg serta diastolic <85 mmHg.2Pada populasi usia 18 tahun atau lebih dengan
diabetes, inisiasi terapi farmakologi untuk menurunkan tekanan darah pada tekanan
darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih,

18

dan target terapi tekanan darah sistolik <140 mmHg dan tekanan darah diastolik <90
mmHg (Pendapat ahli-Grade E).
Rekomendasi 5 berdasarkan pada pernyataan bukti 18-21 dari pertanyaan 2,
yang memperlihatkan target tekanan darah pada orang dewasa dengan diabetes dan
hipertensi. Terdapat kualitas bukti sedang dari 3 trial (SHEP, Syst-Eur, UKPDS)
bahwa terapi pada target tekanan darah sistolik lebih rendah dari150 mmHg
meningkatkan hasil kesehatan kardiovaskular dan cerebrovaskular serta menurunkan
mortalitas (pertanyaan 2, pernyataan bukti 18) pada orang dewasa dengan diabetes
dan hipertensi).
f.

Rekomendasi 6
Pada populasi umum non kulit hitam (negro), termasuk pasien dengan

diabetes, terapi antihipertensi inisial sebaiknya menyertakan diuretic thiazid, Calcium


channel blocker (CCB), Angiotensin-converting Enzyme Inhibitor (ACEI) atau
Angiotensin Receptor Blocker (ARB). Rekomendasi ini merupakan rekomendasi B.
Masing-masing kelas obat tersebut direkomendasikan karena memberikan efek yang
dapat dibandingkan terkait angka kematian secara umum, fungsi kardiovaskular,
serebrovaskular dan outcome ginjal, kecuali gagal jantung.
Terapi inisiasi dengan diuretic thiazid lebih efektif dibandingkan CCB atau
ACEI, dan ACEI lebih efektif dibandingkan CCB dalam meningkatkan outcome pada
gagal jantung. Jadi pada kasus selain gagal jantung kita dapat memilih salah satu dari
golongan obat tersebut, tetapi pada gagal jantung sebaiknya thiazid yang dipilih. Beta
blocker tidak direkomendasikan untuk terapi inisial hipertensi karena penggunaan
beta blocker memberikan kejadian yang lebih tinggi pada kematian akibat penyakit
kardiovaskular, infark miokard, atau stroke dibandingkan dengan ARB. Sementara
itu, alpha blocker tidak direkomendasikan karena justru golongan obat tersebut
memberikan kejadian cerebrovaskular, gagal jantung dan outcome kardiovaskular
yang lebih jelek dibandingkan dengan penggunaan diuretic sebagai terapi inisiasi.2
g.

Rekomendasi 7

19

Pada populasi kulit hitam, termasuk mereka dengan diabetes, terapi inisial
hipertensi sebaiknya menggunakan diuretic tipe thiazide atau CCB. Pada populasi ini,
ARB dan ACEI tidak direkomendasikan. Rekomendasi untuk populasi kulit hitam
adalah rekomendasi B sedangkan populasi kulit hitam dengan diabetes adalah
rekomendasi C. Pada studi yang digunakan, didapatkan bahwa penggunaan diuretic
thiazide memberikan perbaikan yang lebih tinggi pada kejadian cerebrovaskular,
gagal jantung dan outcome kardiovaskular yang dikombinasi dibandingkan ACEI.
Sementara itu, meski CCB lebih kurang dibandingkan diuretic dalam mencegah gagal
jantung, tetapi outcome lain tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan diuretik
thiazide. CCB juga lebih direkomendasikan dibandingkan ACEI karena ternyata
didapatkan hasil bahwa pada pasien kulit hitam memiliki 51% kejadian lebih tinggi
mengalami stroke pada penggunaan ACEI sebagai terapi inisial dibandingkan dengan
penggunaan CCB. Selain itu, pada populasi kulit hitam, ACEI juga memberikan efek
penurunan tekanan darah yang kurang efektif dibandingkan CCB. 2
h.
Rekomendasi 8
Pada populasi berusia 18 tahun atau lebih dengan CKD dan hipertensi, ACEI
atau ARB sebaiknya digunakan dalam terapi inisial atau terapi tambahan untuk
meningkatkan outcome pada ginjal. Hal ini berlaku pada semua pasien CKD dalam
semua ras maupun status diabetes. Pasien CKD, dengan atau tanpa proteinuria
mendapatkan outcome ginjal yang lebih baik dengan penggunaan ACEI atau ARB.
Sementara itu, pada pasien kulit hitam dengan CKD, terutama yang mengalami
proteinuria, ACEI atau ARB tetap direkomendasikan karena adanya kemungkinan
untuk progresif menjadi ESRD (end stage renal disease). Sementara jika tidak ada
proteinuria, pilihan terapi inisial masih belum jelas antara thiazide, ARB, ACEI atau
CCB. Jadi, bisa dipilih salah satunya. Jika ACEI atau ARB tidak digunakan dalam
terapi inisial, obat tersebut juga bias digunakan sebagai terapi tambahan atau terapi
kombinasi. Penggunaan ACEI dan ARB secara umum dapat meningkatkan kadar
kreatinin serum dan mungkin menghasilkan efek metabolic seperti hiperkalemia,
terutama pada mereka dengan fungsi ginjal yang sudah menurun. Peningkatan kadar
kreatinin dan potassium tidak selalu membutuhkan penyesuaian terapi. Namun, kita

20

perlu memantau kadar elektrolit dan kreatinin yang mana pada beberapa kasus perlu
mendapatkan penurunan dosis atau penghentian obat.2
i.
Rekomendasi 9.
Rekomendasi 9 ini termasuk dalam rekomendasi E atau expert opinion.
Rekomendasi 9 dari JNC 8 mengarahkan kita untuk melakukan penyesuaian apabila
terapi inisial yang diberikan belum memberikan target tekanan darah yang
diharapkan. Jangka waktu yang menjadi patokan awal adalah satu bulan, Jika dalam
satu bulan target tekanan darah belum tercapai, kita dapat memilih antara
meningkatkan dosis obat pertama atau menambahkan obat lain sebagai terapi
kombinasi. Obat yang digunakan sesuai dengan rekomendasi yaitu thiazide, ACEI,
ARB atau CCB. Namun, ARB dan ACEI sebaiknya tidak dikombinasikan. Jika
dengan dua obat belum berhasil, kita dapat memberikan obat ketiga secara titrasi.
Pada masing-masing tahap kita perlu terus memantai perkembangan tekanan
darahnya serta bagaimana terapi dijalankan, termasuk kepatuhan pasien. Jika perlu
lebih dari tiga obat atau obat yang direkomendasikan tersebut tidak dapat diberikan,
kita bisa menggunakan antihipertensi golongan

21

3.6 Komplikasi Hipertensi Esensial


Komplikasi Hipertensi Komplikasi yang dapat ditimbulkan pada Hipertensi
menurut Susiyanto (2013) adalah 1) Bagian otak, akan menyebabkan stroke 2)
Bagian mata, menyebabkan retinopati hipertensi dan kebutaan 3) Bagian Jantung,
menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark kantung), dan gagal jantung
4) Bagian ginjal, menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal.

22

3.7 Tatalaksana Atrial Fibrilasi

BAB IV
KESIMPULAN

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama (Cappuccio


et al, 2004). Berdasarkan data dari Framingham Heart Study menunjukkan bahwa
seseorang yang normotensif pada usia 55 tahun akan memiliki 90 % resiko untuk
mengalami perkembangan menjadi hipertensi (JNC, 2003). Tekanan darah akan naik
umumnya seiring dengan pertambahan umur terutama setelah diatas umur 40 tahun
dengan prevalensi hipertensi pada usia diatas 40 tahun sebesar 20 % 30 %
dibandingkan dengan prevalensi hipertensi pada usia dibawah 40 tahun sebesar 10 %.
Menurur Nurarif & Kusuma (2013) tanda dan gejala pada hipertensi
dibedakan menjadi: 1) Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat
dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah. 2) Gejala yang lazim. Gejala
terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis. Sementara Susiyanto (2013) menjelaskan gejala ringan
hipertensi yaitu: 1) Pusing atau sakit kepala 2) Sering gelisah 3) Sukar tidur 4) Mudah
marah 5) Wajah merah 6) Tengkuk terasa pegal dan terasa berat 7) Sesak napas 8)
Telinga berdengung 9) Mudah lelah, mimisan dan mata berkunang-kunang.
Komplikasi Hipertensi Komplikasi yang dapat ditimbulkan pada Hipertensi
menurut Susiyanto (2013) adalah 1) Bagian otak, akan menyebabkan stroke 2)
Bagian mata, menyebabkan retinopati hipertensi dan kebutaan 3) Bagian Jantung,

23

menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark kantung), dan gagal jantung
4) Bagian ginjal, menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal.

DAFTAR PUSTAKA
1. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Dennison C, Handler J, dkk. 2014
Evidence-Based Guideline for The Management of High Blood Pressure in Adults:
Report from the Panel member Appointed to the Eight Joint National Committee
(JNC 8). JAMA; 18 Dec 2013;
2. National Institutes of Health. (2006). DASH eating plan. Maret 2, 2010.
http://www.nhlbi.nih.gov.
3. Page MR. The JNC 8 Hypertension Guidelines: An In-Depth Guide [published
online January 21, 2014]. The American Journal of Managed Care. 2014 [cited
2016 Juni 10]. Available from www.ajmc.com
4. Siregar TGM.2003. Hipertensi esensial. Dalam : Rilantono LI, Barass F, Karo S.
Buku Ajar Kardiologi. Jakarta. Balai Penerbit. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
5. JNC VII Classification and managenemnt of blood pressure for adult. www.
Medicalcriteria.com (diakses 11 Juni 2016)
6. The Seventh Report of The Joint National Committee On Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment high Blood Presure.

24

Vous aimerez peut-être aussi