Vous êtes sur la page 1sur 25

1.5.

Tegangan dan Regangan Utama (Principal Stress and Strain)


serta Tegangan dan Regangan Geser Maksimum

Tegangan Utama (Principal Stress) dan Tegangan Geser Maksimum


Tegangan Utama (principal stress) adalah tegangan normal yang
terjadi pada set sumbu koordinat baru setelah transformasi yang
menghasilkan tegangan geser nol.
Tegangan-tegangan tersebut
ditunjukkan sebagai s1 dan s2 pada Gambar 1.10. Perlu dicatat
bahwa s1 selalu diambil lebih besar dari s2. Sudut transformasi yang
menghasilkan tegangan utama tersebut dengan sudut utama (principal
angle). Secara analitik, besar tegangan utama dan sudut utama dapat
diturunkan dari persamaan-persamaan (1.5a, b, c).
Menurut pengertian tentang tegangan utama, dari persamaan
(1.5c) akan didapat

xx yy
0
.sin 2 xy .cos 2
2

atau

2 xy
sin 2 p
(1.8)
tan 2 p
cos 2 p
xx yy

Dari persamaan di atas dapat dilukiskan segitiganya sebagai berikut

Dengan substitusi harga-harga sin 2q dan cos 2q pada gambar di


atas ke persamaan (1.5a) akan didapat

2 xy
xx yy xx yy
xx yy

x' x'
2
2
2
2
2
2
( xx yy ) 4 xy
( xx yy ) 4 xy

1
xx yy
2
2
( xx yy ) 4 xy

x' x'
2
2
2
2. ( xx yy ) 4 xy
Sehingga
xx yy 1

x'x'

2.

( xx yy ) 4 xy

Substitusi dan penerapan prosedur yang sama terhadap persamaan


(1.5b), akan didapat
xx yy 1

y'y'
2
2.

( xx yy ) 4 xy

Dengan mengingat bahwa secara matematik haruslah 1 2 , maka


kedua persamaan tersebut di atas dapat dituliskan menjadi satu dengan

xx yy 1
2
2

(1.9)
(

1, 2
xy
xx
yy
2
2
.

Selanjutnya, perhatikan persamaan (1.5c). Untuk suatu titik dan jenis


pembebanan tertentu dari suatu bagian konstruksi, harga-harga xx ,
yy dan xy adalah tetap atau konstan, sehingga xy merupakan suatu
fungsi , atau xy = f(). Harga ekstrim fungsi tersebut akan
diperoleh bila turunan pertama fungsi tersebut terhadap sama
dengan nol. Jadi

xx yy
d x ' y '

.sin 2 xy .cos 2 0
d
2
atau

sin 2 max
xx yy
tan 2 max
(1.10)
cos 2 max
2 xy

Dari persamaan di atas dapat dilukiskan segitiganya sebagai berikut:

Dengan substitusi harga-harga sin 2 dan cos 2 pada gambar di atas


ke persamaan (1.5c) akan didapat
2

( xx yy )
2 xy
xx yy

x' y'
2
2
2
2
2
( xx yy ) 4 xy
( xx yy ) 4 xy

1
2

2. ( xx yy ) 4 xy

( xx yy ) 4 xy

Sehingga

1
2
2
( xx yy ) 4 xy

x'y'

2.
Persamaan (1.10) juga dipenuhi bila panjang sisi di depan sudut 2
adalah (xx yy) dan panjang sisi di sampingnya adalah -2xy. Kondisi
ini akan memberikan
1
( xx yy ) 2 4 xy 2

x' y'
2.

Dengan demikian kedua persamaan tersebut dapat dituliskan menjadi


satu sebagai

max

1
2.

( xx yy ) 4 xy

Regangan Utama dan Regangan Geser Maksimum

(1.11)

Sebagaimana pengertian tentang tegangan utama, maka regangan


utama (principal strain) adalah regangan normal yang terjadi pada set
sumbu koordinat baru setelah transformasi yang menghasilkan
setengah regangan geser nol. Regangan-regangan tersebut ditunjukkan
sebagai 1 dan 2 pada Gambar 1.11. Demikian juga, 1 selalu
diambil lebih besar dari 2 , serta sudut transformasinya juga disebut
sudut utama (principal angle). Secara analitik, dengan penerapan
prosedur yang sama dengan yang diterapkan untuk persamaanpersamaan (1.7a, b, c), maka akan didapat hasil-hasil berikut.
xy
sin 2 p
(1.12a)
tan 2 p
cos 2 p
xx yy

2
xx yy 1
2

)
(1.12b) xx yy xy
1,2
2
2.

qp = sudut utama
e1,2 = regangan-regangan utama
gxy = 2exy = regangan geser

sin 2 max
xx yy
tan 2 max (1.13a)
cos 2 max
xy

max
1

2
2.

( xx yy ) (1.13b)
xy
2

max = sudut regangan geser maksimum


xy = 2xy = regangan geser

1.6. Lingkaran Mohr untuk Tegangan Bidang dan Regangan Bidang

Lingkaran Mohr diperkenalkan oleh seorang insinyur Jerman, Otto


Mohr (1835-1913). Lingkaran ini digunakan untuk melukis transformasi
tegangan maupun regangan, baik untuk persoalan-persoalan tiga dimensi
maupun dua dimensi. Yang perlu dicatat adalah bahwa perputaran
sumbu elemen sebesar q ditunjukkan oleh perputaran sumbu pada
lingkaran Mohr sebesar 2q, .dan sumbu tegangan geser positif adalah
menunjuk ke arah bawah. Pengukuran dimulai dari titik A, positif bila
berlawanan arah jarum jam, dan negatif bila sebaliknya. Pada bagian
ini kita hanya akan membahas lingkaran Mohr untuk tegangan dan
regangan dua dimensi.

Lingkaran Mohr untuk Tegangan Bidang


x y
Pada persamaan (1.5a), bila suku
dipindahkan ke ruas
2
kiri dan kemudian kedua ruasnya dikuadratkan, maka akan didapat

x y

x'

x y
2
2
2

co s 2 xy si n 2 x y xy sin 2 cos 2

2
(1.14a)
Sedangkan pada persamaan (1.5c), bila dikuadratkan akan didapat
2

x ' y ' xy

x y
2
co s 2
si n 2 x y xy sin 2 cos 2

2
2

(1.14b)
Penjumlahan persamaan-persamaan (1.14a) dan (1.14b) menghasilkan

x y
x '

x y
2
(1.15)

xy

x'y'

Persamaan (1.15) merupakan persamaan lingkaran pada bidang st yang


pusatnya di dengan jari-jari . Lingkaran tersebut ditunjukkan pada
Gambar 1.8 di bawah ini, yang dilukis dengan prosedur sebagai berikut:

1. Buatlah sumbu ij , horisontal.


2. Periksa harga tegangan normal, xx atau yy , yang secara
matematis lebih kecil. Bila bernilai negatif jadikanlah
tegangan
tersebut sebagai titik yang mendekati tepi kiri batas
melukis,
sedangkan bila positif maka titik yang mendekati
batas
kiri adalah titik ij = 0.
3. Periksa harga tegangan normal, xx atau yy , yang secara
matematis lebih besar. Bila bernilai positif jadikanlah tegangan
tersebut sebagai titik yang mendekati tepi kanan batas melukis,
sedangkan bila negatif maka titik yang mendekati batas kanan adalah
titik ij = 0.
4. Tentukan skala yang akan digunakan sehingga tempat melukis bisa
memuat kedua titik tersebut dan masih tersisa ruangan di sebelah kiri
dan kanannya. Tentukan titik-titik batas tersebut sesuai
dengan
skala yang telah ditentukan.

5. Tentukan letak titik-titik ij = 0 dan sumbu , serta ij terkecil


dan ij terbesar bila belum terlukis pada sumbu ij .
6. Bagi dua jarak antara tegangan terkecil dan tegangan terbesar
sehingga diperoleh pusat lingkaran, P.
7. Tentukan letak titik A pada koordinat (ij terbesar , xy ).
8. Lukis lingkaran Mohr dengan pusat P dan jari-jari PA.
9. Tarik garis dari A melalui P sehingga memotong lingkaran Mohr di
B. Maka titik B akan terletak pada koordinat (ij terkecil , xy ).
Garis AB menunjukkan sumbu asli, = 0, elemen tersebut.
Contoh 1.1: Sebuah elemen dari bagian konstruksi yang dibebani,
menerima tegangan tarik pada arah sumbu x sebesar 280 MPa,
tegangan tekan pada arah sumbu y sebesar 40 MPa serta tegangan
geser pada bidang tersebut sebesar 120 MPa.

Diminta:

Mohr.
yang

a. Lukisan lingkaran Mohr.


b. Besar rotasi mengelilingi sumbu z untuk mendapatkan
tegangan geser maksimum, menurut lingkaran Mohr.
Periksa hasil tersebut dari persamaan (1.10).
c. Besar tegangan geser maksimum menurut lingkaran
Periksa hasil tersebut dengan rumus (1.11) dan hasil
didapat pada b. di atas.
d. Besar perputaran mengelilingi sumbu z untuk
mendapatkan tegangan geser bernilai nol, menurut
lingkaran Mohr. Periksa hasil ini dengan persamaan

(1.8).
Mohr.
(1.9)

e. Besar tegangan-tegangan utama menurut lingkaran


Periksa hasil tersebut dengan persamaan-persamaan
dan dari hasil pada pada d. di atas.

Penyelesaian:
a. Lingkaran Mohr:
1) Buat sumbu sij , horisontal.

= yang

2) Tegangan normal terkecil, syy = -40 MPa, negatif, sehingga


digunakan sebagai titik di dekat batas kiri.
3) Tegangan normal terbesar sxx = 280 MPa, positif, sehingga
digunakan sebagai titik di dekat batas kanan.
4) Diambil skala 1cm = 40 MPa. Kemudian ditentukan titik s yy
40 MPa di sebelah kiri, dan sxx = 280 MPa di sebelah kanan
berjarak (sxx + syy) dari titik syy di sebelah kiri.
5) Lukis sumbu t yang berjarak 40 MPa di sebelah kanan titik

syy .
6) Dengan membagi dua sama panjang jarak syy ke sxx akan
didapat titik P.
7) Menentukan letak titik A pada koordinat (sxx , txy ) =
(280,120).
8) Dengan mengambil titik pusat di P dan jari-jari sepanjang
PA,
lingkaran Mohr dapat dilukis.

Gambar 1.8. Lingkaran Mohr untuk Tegangan Bidang

b. Besar rotasi mengellilingi sumbu z menurut lingkaran Mohr, dengan


mengukur, didapat
max = 0,5 x 2max = 0,5 x (-53o) = 26o 30.
Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
tan 2max = (280 + 40) / (2 x 120) =
2max = 53o 08

atau

max = 26o 34

c. Besar tegangan geser maksimum menurut lingkaran Mohr


max = 5 x 40 MPa = 200 MPa.
Sedangkan menurut persamaan (1.11) akan didapat
d. Besar rotasi mengellilingi sumbu z menurut lingkaran Mohr, dengan
mengukur, didapat
p = 0,5 x 2p = 0,5 x 37o = 18o 30.
Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
tan 2p = (2 x 120) / (280 + 40) =
2p = 36o 52

atau

max = 18o 26

e. Besar tegangan-tegangan utama menurut lingkaran Mohr


1 = 8 x 40 MPa = 320 MPa.
2 = -2 x 40 MPa = -80 MPa.
Sedangkan menurut persamaan (1.11) akan didapat
280 40 1

2
2
280 40 1

2
2
2
1

280 40 2 1202 320MPa


280 40 2 1202 80 MPa

Lingkaran Mohr untuk Regangan Bidang


Pada persamaan (1.7a), bila suku

xx yy
dipindahkan ke ruas kiri
2

dan kemudian kedua ruasnya dikuadratkan, maka akan didapat

xx yy

x' x'

xx yy

cos 2
2

xy

xy

sin 2 xx yy
2

sin 2 cos 2

(1.16a)
Sedangkan pada persamaan (1.7c), bila dikuadratkan akan didapat

2
2
2
x' y'
xy


cos2 2 xx yy sin 2 2 xx yy x ' y ' sin 2 cos 2
2
2
2
2

(1.16b)

Penjumlahan persamaan-persamaan (1.16a) dan (1.16b) menghasilkan

xx yy

x' x'

x' y'

xx (1.17)
x' y'
yy

Persamaan (1.17) merupakan persamaan lingkaran pada bidang


yang pusatnya di

xx dengan
yy jari-jari
,0

xx yy

xy

Lingkaran tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.9 di bawah ini, yang


dilukis dengan prosedur sebagaimana melukis lingkaran Mohr untuk
tegangan dengan menggantixx , yy dan xy berturut-turut menjadi
xx , yy dan xy / 2. Penerapannya, lihat Contoh 1.2 pada halaman 21.
1.7. Hubungan Antara Tegangan Dengan Regangan

Untuk deformasi normal, geser maupun gabungan keduanya, hubungan


antara tegangan dan regangan untuk bahan-bahan isotropis pada
pembebanan dalam batas proporsional diberikan oleh hukum Hooke.
Jadi hukum Hooke tidak berlaku untuk pembebanan di luar batas
proporsional. Hukum Hooke diturunkan dengan berdasarkan pada
analisis tentang energi regangan spesifik.

Apabila besar tegangan-tegangannya yang diketahui, maka hukum


Hooke untuk persoalan-persoalan tiga dimensi, hubungan antara
tegangan normal dengan regangan normal dapat dituliskan secara
matematis sebagai berikut:
1
xx yy zz
E
1
yy yy xx zz
E
1

zz
zz xx yy
E
xx

(1.18)

Dengan E dan v berturut-turut adalah modulus alastis atau modulus


Young dan angka perbandingan Poisson. Sedangkan pada deformasi
geser untuk G adalah modulus geser , hubungannya adalah:
xy 1 xy

2
2G
E
xz xz 1 xz

xz
2
2G
E
yz yz 1 yz

yz
2
2G
E
xy

xy

(1.19)

Sedangkan untuk mencari tegangan normal yang terjadi bila regangan


normal dan sifat-sifat mekanis bahannya diketahui, digunakan
persamaan-persamaan:

xx

E
1 xx yy zz
1 1 2

yy

E
1 yy xx (1.20)

zz
1

zz

E
1 zz xx yy
1 1 2

Selanjutnya untuk deformasi geser, bentuk hukum Hooke adalah:


xy

E
E
xy G xy
xy
1
2 1

xz

E
E
xz G xz
xz
1
2 1

yz

E
E
yz G yz
yz
1
2 1

(1.21)

Persamaan-persamaan (1.18) sampai dengan (1.21) dapat juga


diberlakukan untuk persoalan-persoalan dua dan satu dimensi, yakni
dengan memasukkan harga nol untuk besaran-besaran di luar dimensi
yang dimaksud.
Contoh 2: Pembebanan seperti pada Contoh 1, untuk bahan dengan
sifat-sifat mekanis: modulus Young, E = 200 GPa dan angka
perbanding-an Poisson, n = 0,29. Modulus geser ditentukan dengan,
G = E / 2(1 + n).
Diminta:
a. Hitunglah regangan-regangan yang terjadi.
b. Lukisan lingkaran Mohr untuk regangan yang terjadi.
c.
Besar rotasi mengelilingi sumbu z untuk
mendapatkan
regangan geser maksimum, menurut
lingkaran Mohr.
Periksa hasil tersebut dari
persamaan (1.10).
d. Besar regangan geser maksimum menurut lingkaran
Mohr. Periksa hasil tersebut dengan rumus
(1.11) dan
hasil yang didapat pada b. di atas.

e. Besar perputaran mengelilingi sumbu z untuk


mendapatkan regangan geser bernilai nol,
lingkaran Mohr. Periksa hasil ini dengan
(1.8).
f. Besar regangan-regangan utama menurut lingkaran
Mohr. Periksa hasil tersebut dengan persamaanpersamaan (1.9) dan dari hasil pada pada d. di atas.

menurut
persamaan

Penyelesaian:
a) Dari persamaan (1.18) dan (1.19) akan didapat:
xx

yy

xy

1
280 0,29.40 0,29.0 0,001458 1458
200000
1
40 0,29.280 0,29.0 0,000606 606
200000
xy
2

1 0,29 .120
200000

0,000774 774

atau

xy 1548

b. Lingkaran Mohr:
1) Buat sumbu eij horisontal.
2)

Regangan normal terkecil, eyy = -606me, sehingga


merupakan titik di dekat batas kiri.

3) Regangan normal terbesar exx = 1458me, sehingga


merupakan titik di dekat batas kanan.
4) Diambil skala 1cm = 250me. Kemudian ditentukan
titik
eyy = -606me di sebelah kiri, exx = 1458me di
sebelah
kanan dan berjarak (exx + eyy) dari
titik eyy di sebelah
kiri.
5)
kanan

titik (eyy ,

Lukis sumbu t yang berjarak 606me di sebelah


titik eyy .

6) Dengan membagi dua sama panjang jarak eyy ke exx


akan didapat titik P.
7) Menentukan letak titik A pada koordinat (exx , exy ) =
(1458,774).
8) Dengan mengambil titik pusat di P dan jari-jari
sepanjang PA, lingkaran Mohr dapat di-lukis.
9) Dengan menarik garis dari A lewat P yang memotong
lingkaran Mohr di B, akan di dapat kedudukan
exy ) = (-606,-774).

c. Besar rotasi mengelilingi sumbu z menurut lingkaran Mohr,


dengan mengukur, didapat
max = 0,5 x 2max = 0,5 x (-53o) = 26o 30.
Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
tan 2max = (1458 + 606) / (2 x 774) =
2max = 53o 08

atau

max = 26o 34

d. Besar regangan geser maksimum menurut lingkaran Mohr


xy-max = 5,2 x 250 = 1300.
Sedangkan menurut persamaan (1.11) akan didapat
max
2

xy max

1
(1458 606)2 1548 2 1290
2

e. Besar rotasi mengellilingi sumbu z menurut lingkaran Mohr,


dengan mengukur, didapat
p = 0,5 x 2p = 0,5 x 37o = 18o 30.
Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
tan 2p = (2 x 120) / (280 + 40) =
2p = 36o 52

atau

max = 18o 26

f.

Besar regangan-regangan dasar menurut lingkaran Mohr


1 = 6,9 x 250 = 1725.
2 = -3,5 x 250 = -875
Sedangkan menurut persamaan (1.11) akan didapat
1458 606 1

2
2
1458 606 1

2
2
2
1

1458 606 2 15482

1716

1458 606 2 15482

864

Vous aimerez peut-être aussi