Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
satu perkembangan pervasif berawal sebelum usia 2,5 tahun (Devision, 2006).
Etiologi
Autisme dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di bawah ini adalah faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya autis menurut Kurniasih (2002)
diantaranya yaitu:
1.2.1.1 Faktor Genetik
Faktor pada anak autis, dimungkinkan penyebabnya adanya kelainan kromosom
yang disebutkan syndrome fragile-x (ditemukan pada 5-20% penyandang autis).
1.2.1.2 Faktor Cacat (Kelainan Pada Bayi)
Penyebab autis dapat dikarenakan adanya kelainan pada otak anak yang
berhubungan dengan jumlah sel syaraf, baik itu selama kehamilan ataupun
setelah persalinan, kemudian juga disebabkan adanya Kongenital Rubella,
Herpes Simplex Enchepalitis, dan Cytomegalovirus Infection.
1.2.1.2 Faktor Kelahiran dan Persalinan
Proses kehamilan ibu juga salah satu faktor yang cukup berperan dalam
timbulnya gangguan autis, seperti komplikasi saat kehamilan dan persalinan.
Seperti adanya pendarahan yang disertai terhisapnya cairan ketuban yang
rumit (Dysphasia).
7) Sulit menggerakkan kaki dan tangan (Dyskinesia) karena kekakuan otot kaki
dan tangan (Spastic) atau kelemasan otot kaki dan tangan (Hypotonic)
sehingga tak mampu untuk mengembangkan kemampuan duduk, berdiri, dan
berjalan secara mandiri, pada pertumbuhan anak normal didapati
kemampuan untuk berdiri sendiri dan berjalan pada usia 6-18 bulan .
8) Terdapat kegagalan untuk memberikan respon terhadap rangsang nyeri
sehingga anak sering terlihat menyakiti diri sendiri.
9) Mungkin didapatkan adanya kelainan bentuk jari tangan dan kaki yang
nantinya juga dapat mempengaruhi perkembangan mental, kejiwaan, dan
intelektual.
10) Autis dapat menunjukkan pertumbuhan fisik normal hingga sekitar usia 2
tahun dan setelah itu didapati penurunan kesehatan yang drastis.
1.3.2
gangguan dalam hal psikologis dan intelektual. Selain itu, kemampuan untuk
berkomunikasi dan berperilaku juga mengalami penyimpangan. Dalam usia 5
tahun, komunikasi anak dan ibu terganggu dengan adanya sikap anak yang tidak
mau menatap ibunya ketika ditimang, hal ini menunjukkan kesan tidak
mengenal.Tidak dapat bercakap-cakap dengan orang lain di sekitar secara
mandiri, adanya gangguan pra-verbal yang ditunjukkan dengan berteriak dan
ekolia (bicara yang mengulang kata atau ungkapan), padahal anak normal pada
usia 6 - 18 bulan sudah dapat melakukannya (dalam kemampuan berbahasa sesuai
batas usia). Dalam berperilaku, anak biasanya duduk dalam jangka waktu yang
lama, sibuk dengan tangannya (dengan mengepakkannya, memainkan jarinya
atau bertepuk tangan), tercengang dan
(mengkilap dan bersifat mekanis) seolah tak dapat dipisahkan dan sangat terikat
daripadanya.
Gambaran lain adalah adanya sikap rirualistik dan konvulsif dimana anak
menekankan suatu rutinitas kehidupan harian tertentu dan menolak suatu
perubahan, dan adanya gerakan yang tidak biasa ditemukan pada anak normal
yaitu sering mengedipkan mata secara berulang, wajah sering menyeringai,
sikap melompat dan berjingkat. Pada segi psikologis didapati adanya perubahan
suasana hati yang tiba-tiba, tertawa dengan sebab yang tidak jelas dan sering
diselingi dengan kemarahan yang bersifat destruktif. Anak sering ketakutan
dengan suara tertentu dan tercengang dengan suara yang lain. Hal ini juga akan
mengarahkan anak untuk mengalami gangguan mental psikotik paranoid (takut
dan curiga sehingga memperlihatkan sikap tidak mempercayai orang lain),
impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel
saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson di
bungkus oleh selaput putih bernama myelin, terletak dibagian otak berwarna
putih. Sel saraf terbentuk saat usia kandungan 3-7 bulan. Pada trimester ketiga,
pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai dengan pembentukan akson, dendrit
dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar 2 tahun. Setelah anak lahir,
terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnya
struktur akson, dendrite dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetic melalui
sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain growth factors. Makin banyak
sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson, dendrite, dan sinaps.
Sedangkan bagian otak yang tidak digunakan menunjukan kematian sel,
berkurang akson, dendrite dan sinaps. Kelainan genetis, keracunanvlogam berat,
dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada
proses-proses tersebut. Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan
sel saraf. Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui
pertumbuhan abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neutropin
dan neuropeptida otak (brain-derived neuritrophic factor) yang merupakan zat
kimia otak yang bertanggungjawab untuk mengatur penambahan sel saraf,
migrasi, diferensiasi, pertumbuhan dan perkembangan jalinan sel saraf. Brain
growth factors ini penting bagi pertumbuhan otak.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan
abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autistic terjadi kondisi growth
without guidance, dimana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tak
beraturan. Pertumbuhan abnormal pada bagian otak tertentu menekan
pertumbuhan sel saraf lain. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel
Purkinye (sel saraf tempat keluarnya hasil pemrosesan indera dan impuls saraf)
diotak kecil pada autism. Berkurangnya sel Purkinye diduga merangsang
pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang pada SSP), dan myelin sehingga
terjadi pertumbuhan otak secara abnormal ataui sebaliknya, pertumbuhan akson
secara abnormal mematikan sel Purkinye. Gangguan pada sel Purkinye dapat
terjadi secara primer dan sekunder. Bila autism disebabkan oleh faktor genetic,
gangguan sel Purkinye merupakan gangguan primer yang terjadi sejak awal
kehamilan.Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang,
kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye.
Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu meminum alkoho dan
mengkonsumsi oabt seperti thalidomide. Pemeriksaan MRI menunjukkan, otak
kecil anak normal mengalami aktivasi selama melakukan gerakan motorik,
belajar sensori-motor, atensi, proses mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan
pada otak kecil menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan memproses
persepsi
atau
membedakan
target,
overselektivitas,
dan
kegagalan
mengeksplorasi lingkungan.
1.5
KLASIFIKASI
Berdasarkan waktu munculnya gangguan, Kurniasih (2002) membagi
autisme menjadi dua yaitu:
1) Autisme sejak bayi (Autisme Infantil) anak sudah menunjukkan perbedaanperbedaan dibandingkan dengan anak non autistik, dan biasanya baru bisa
terdeteksi sekitar usia bayi 6 bulan.
2) Autisme regresif ditandai dengan regresif (kemudian kembali) perkembangan
kemampuan yang sebelumnya jadi hilang. Yang awalnya sudah sempat
menunjukkan perkembangan ini berhenti. Kontak mata yang tadinya sudah
bagus, lenyap. Dan jika awalnya sudah bisa mulai mengucapkan beberapa
patah kata, hilang kemampuan bicaranya. (Kurniasih, 2002).
Sedangkan
Faisal
Yatim
(dalam
buku
karangan
purwati
2007)
disertai kejang-kejang.
FAKTOR RESIKO
Penyebab autis adalah multifaktorial sehingga banyak faktor yang
mempengaruhi.Sehingga banyak teori penyebab yang telah diajukan oleh banyak
ahli. Hal ini yang menyulitkan untuk memastikan secara tajam faktor resiko
gangguan autis. Faktor resiko disusun oleh para ahli berdasarkan banyak teori
penyebab autris yang telah berkembang. Terdapat beberapa hal dan keadaan yang
membuat resiko anak menjadi autis lebih besar. Dengan diketahui resiko tersebut
tentunya dapat dilakukan tindakan untuk mencegah dan melakukan intervensi
sejak dini pada anak yang beresiko.
Adapun beberapa resiko tersebut dapat diikelompokkan dalam beberapa
1.6.1
periode, seperti periode kehamilan, persalinan dan periode usia bayi, yaitu :
Periode Kehamilan
Perkembangan janin dalam kehamilan sangat banyak yang
mempengaruhinya. Pertumbuhan dan perkembangan otak atau sistem susunan
saraf otak sangat pesat terjadi pada periode ini, sehingga segala sesuatu
gangguan atau gangguan pada ibu tentunya sangat berpengaruh. Gangguan pada
otak inilah nantinya akan mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak
1.6.2
lamanya persalinan, letak presentasi bayi saat lahir dan erat lahir rendah (<
1.6.3
2.500 gram).
Periode Usia Bayi
Kehidupan awal di usia bayi, beberapa kondisi awal atau gangguan yang
terjadi dapat mengakibatkan gangguan pada otak yang akhirnya dapat beresiko
untuk terjadinya gangguan autism. Kondisi atau gangguan yang beresiko untuk
terjadinya autisme adalah prematuritas, alergi makanan, kegagalan kenaikan
berat badan, kelainan bawaan : kelainan jantung bawaan, kelainan genetik,
kelainan metabolik, gangguan pencernaan : sering muntah, kolik, sulit buang air
besar, sering buang air besar dan gangguan neurologi/syaraf : trauma kepala,
pelatihan
khusus
pada
anak
dengan
memberikan
positive
reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini
terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.
1.7.2 Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan
berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu
autistik yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadangkadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk
memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam
hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
1.7.3 Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan
motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk
memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok
dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi
okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot halusnya dengan
benar.
1.7.4 Terapi Fisik
dan
tingkat
perkembangannya,
kemudian
ditingkatkan
Rasional
Kalimat yang sederhana dan diulangulang mungkin merupakan satu-satunya
cara berkomunikasi karena anak yang
autistik mungkin tidak mampu
mengembangkan
tahap
pikiran
operasional yang konkret. Kontak mata
langsung
mendorong
anak
berkonsentrasi pada pembicaraan serta
menghubungkan pembicaraan dengan
bahasa dan komunikasi. Karena
artikulasi anak yang tidak jelas, bahasa
tubuh dapat menjadi satu-satunya cara
baginya untuk mengomunikasikan
pengenalan
atau
pemahamannya
terhadap isi pembicaraan
2. Gunakan irama, musik, dan 2. Gerakan fisik dan suara membantu
gerakan tubuh untuk membantu
anak mengenali integritas tubuh serta
perkembangan komunikasi sampai
batasan-batasannya
sehingga
anak dapat memahami bahasa
mendoronnya terpisah dari objek dan
orang lain
3. Bantu anak mengenali hubungan 3. Memahami konsep penyebab dan efek
antara sebab dan akibat dengan
membantu
anak
membangun
cara
menyebutkan perasaannya
kemampuan untuk terpisah dari objek
yang khusus dan mengidentifikasi
serta orang lain dan mendorongnya
penyebab stimulus bagi mereka
mengekpresikan
kebutuhan
serta
perasaannya melalui kata-kata
4. Ketika berkomunikasi dengan 4. Biasanya anak austik tidak mampu
anak, bedakan kenyataan dengan
membedakan antara realitas dan
fantasi, dalam pernyataan yang
fantasi, dan gagal untuk mengenali
singkat dan jelas
nyeri atau sensasi lain serta peristiwa
hidup dengan cara yang bermakna.
Menekankan perbedaan antara realitas
dan
fantasi
membantu
anak
mengekpresikan
kebutuhan
serta
perasaannya.
1.2.3.2 Diagnosa II : Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang
berhubungan dengan rawat inap di RS.
Kriteria Hasil : Anak memperlihatkan penurunan kecenderungan
melakukan kekerasan atau perilaku merusak diri sendiri, yang ditandai
oleh frekuensi tantrum dan sikap agresi atau destruktif bekurang, serta
peningkatan kemampuan mengatasi frustasi
Intervensi
Rasional
1. Sediakan lingkungan kondusif dan 1. Anak yang austik dapat berkembang
sebanyak
mungkin
rutinitas
melalui lingkungan yang kondusif dan
sepanjang periode perawatan di RS
rutinitas, dan biasanya tidak dapat
beradaptasi terhadap perubahan dalam
2.
3.
4.
5.
Rasional
1.Jalin hubungan satu-satu dengan anak 1.Interaksi staf dengan pasien yang
untuk meningkatkan kepercayaan
konsisten
meningkatkan
pembentukan kepercayaan.
2.Berikan benda-benda yang dikenal 2. Benda-benda ini memberikan rasa
(misalnya:
mainan
kesukaan,
aman dalam waktu-waktu aman
selimut) untuk memberikan rasa
bila anak merasa distres
aman dalam waktu-waktu tertentu
agar anak tidak mengalami distress.
3.Sampaikan sikap yang hangat, 3. Karakteristik-karakteritik
ini
dukungan dan kebersediaan ketika
meningkatkan pembentukan dan
anak berusaha untuk memenuhi
mempertahankan hubungan saling
kebutuhan-kebutuhan
dasarnya
percaya
untuk meningkatkan pembentukan
dan mempertahankan hubungan
saling percaya
4.Lakukan
dengan
perlahan-lahan, 4.Pasien autisme dapat merasa terncam
jangan
memaksakan
interaksioleh suatu rangsangan yang gencar
interaksi, mulai dengan penguatan
pada pasien yang tidak terbiasa.
yang positif pada kontak mata,
perkenalkan dengan berangsurangsur dengan sentuhan, senyuman ,
dan pelukan.
5.Dengan kehadiran anda beri dukungan 5.Kehadiran seorang yang telah
pada pasien yang berusaha keras
terbentuk hubungan saling percaya
untuk membentuk hubungan dengan
dapat memberikan rasa aman
orang lain dilingkungannya.
1.2.3.5 Diagnosa 5 : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
terganggunya kemampuan berbicara, retardasi mental.
Tujuan : Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang pemberi
perawatan ditandai dengan sikap responsive dan kontak mata dalam waktu
yang telah ditentukan.
Kiteria hasil :
Rasional
2.Antisipasi dan penuhi kebutuhankebutuhan anak sampai kepuasan 2.Pemenuhan kebutuhan pasien akan
dapat mengurangi kecemasan anak
pola komunikasi terbentuk
sehingga anak akan dapat mulai
menjalin komunikasi dengan orang
lain dengan asertif
1.3
Implementasi Keperawatan
Setelah rencana disusun, selanjutnya diterapkan dalam tindakan yang
nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan harus bersifat khusus agar
semua perawat dapat menjalankan dengan baik, dalam waktu yang telah
ditentukan. Dalam implementasi keperawatan perawat langsung melaksanakan
1.4
sejauh mana masalah klien teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan
umpan balik atau pengkajian ulang jika yang ditetapkan belum tercapai dalam
proses keperawatan.
Kongenital
Persalinan/Kelahiran
AUTISME
AUTISME
Kerusakan
komunikasi
verbal
Resiko cidera
Kerusakan interaksi
sosial
- Keterbelakangan
dan
gangguan
dalam
hal
psikologis dan intelektual.
- Rirualistik dan konvulsif
- Psikotik paranoid
- Schizotypal
- Histionik
Resiko membahayakan
diri sendiri atau orang
lain
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Anamnesa
Pengkajian Tanggal : 1 Januari 2015, Pukul : 08.00 WIB
2.1.1 Identitas pasien
Klien bernama Nn. Y, berusia 34 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Nn. Y
beragama Katolik. Nn. Y berasal dari suku Jawa, klien tidak pernah sekolah. Alamat Nn. Y
sebelum masuk panti adalah di Surabaya. Diagnosa medis
2.1.2
Keluhan utama
Suster pengasuh mengatakan bahwa Nn. Y tidak dapat bicara sejak kecil,
namun hanya bisa mengeluarkan suara-suara yang tidak bisa dimengerti.
2.1.3
Riwayat kesehatan
2.1.4.5 Dada
Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dada, bunyi nafas vesikuler, tipe
pernafasan dada, bunyi jantung regular, tidak ada iktus kordis, tidak ada bunyi
tambahan, tidak ada nyeri dada.
2.1.4.6 Punggung
Bentuk punggung kifosis, tidak ada peradangan, tidak ada benjolan.
2.1.4.7 Abdomen
Bentuk abdomen simetris, bising usus 10x/menit, tidak ada asites, tidak ada
hepatomegali, tidak ada splenomegali, tidak ada nyeri tekan.
2.1.4.8 Ektremitas
Pergerakan/ tonus otot tidak terkontrol, tidak ada edema, tidak ada sianosis, turgor
kulit tidak elastik/buruk, terdapat bercak-bercak hitam pada kulit akibat digaruk
karena alergi.
2.1.4.9 Genetalia
Kebersihan alat kelamin baik, keadaan labia lengkap, tidak ada peradangan/ benjolan,
Menorhage pada usia 19 tahun dengan siklus 31 hari.
2.1.5
2.1.5.1 Gizi
Status nutrisi Nn. Y kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari berat badan dan tinggi
badan Nn. Y yang tidak seimbang. Yaitu BB 27 kg dan TB 145 cm. Klien alergi
terhadap protein hewani sehingga untuk kebutuhan energi protein didaptkan dari
protein nabati (Tahu dan Tempe).
2.1.5.2 Kemandirian dalam bergaul
Nn. Y tidak mampu bergaul secara mandiri dengan teman sebayanya karena
mengalami gangguan dalam komunikasi verbal.
2.1.5.3 Motorik halus
Motorik halus Nn. Y tidak baik. Klien tidak mampu melakukan gerakan-gerakan
yang seharusnya mampu dilakukan oleh orang seusianya seperti menggunting kertas
mengikuti pola, tidak mampu menulis sesuatu.
2.1.5.4 Motorik kasar
Motorik kasar Nn. Y cukup baik. Klien dapat melompat dengan jarak lompatan 3760 cm,naik tangga tanpa dibantu.
Nn. Y tidak mampu bergaul dengan teman sebayanya karena mengalami gangguan
dalam komunikasi verbal. Klien tidak dapat membantu aktivitas/pekerjaan yang ada
dipanti karena klien sulit untuk mengikuti perintah.
2.1.6
Pola kebiasaan
Sebelum sakit
Saat sakit
3x sehari
3x sehari
o
1
Nutrisi
a. Frekuensi
b. Nafsu makan/selera
c. Jenis makanan
Eliminasi
a. BAB
Frekuensi
Konsistensi
b. BAK
Frekuensi
Warna
3
Istirahat/tidur
a. Siang/ jam
b. Malam/ jam
4
Personal hygiene
a. Mandi
b. Oral hygiene
1x/hari
Lunak
1x/hari
Lunak
4x/hari
Kuning jernih
4x/hari
Kuning jernih
2.1.7
2 jam
8 jam
2 jam
8 jam
2x/hari
1x/hari
2x/hari
1x/hari
Data penunjang
Tidak ada data penunjang lainnya.
Palangka Raya,
Mahasiswa,
Data Fokus
DS :
- Suster
pengasuh
Kemungkinan Penyebab
Masalah
mengatakan,
Nn.
Y
terkadang
tidak
mau
makan
DO:
- BB: 27 kg
- TB : 145 cm
- Klien tampak kurus
- Klien
tampak
hanya
menghabiskan porsi
makanannya
- Klien memiliki riwayat
alergi makan daging
- Rambut
klien
mudah
tercabut
DS :
- Suster
pengasuh
mengatakan,
Nn.
Y
memiliki riwayat alergi
makanan daging
- Suster
pengasuh
mengatakan, Jika alergi
muncul maka kulit Nn. Y
akan gatal
DO :
- Turgor
kulit
tidak
elastik/buruk
- Terdapat
bercak-bercak
hitam pada kulit akibat
digaruk karena alergi.
DS :
- Suster pengasuh
mengatakan, Nn. Y mandi
2x sehari dan sikat gigi
sekali sehari
- Suster pengasuh
mengatakan, terkadang
kerepotan untuk membantu
memandikan semua anakanak.
DS :
- Suster
pengasuh
mengatakan, Nn. Y tidak
dapat bicara sejak kecil
- Suster
pengasuh
mengatakan, Nn. Y hanya
mengeluarkan suara yang
tidak dimengerti.
Urtikaria, alergi
Kebingungan terhadap
stimulus
Hambatan komunikasi
Verbal
Suster
pengasuh
mengatakan, Nn. Y sulit
mengikuti perintah.
DO :
Klien
terdengar
mengeluarkan suara yang
tidak dapat dimengerti
Klien
menarik
tangan
perawat jika menginginkan
sesuatu
PRIORITAS MASALAH
1. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nutrisi tidak adekuat
2. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan urtikaria, alergi
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif, kelemahan
4. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulus
RENCANA KEPERAWATAN
DX
Intervensi
Rasional
II
IV
Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan komunikasi dengan 1. Kalimat yang sederhana dan diulang-ulang
keperawatan selama 1 x 8
kalimat singkat, lambat dan tegas.
mungkin merupakan satu-satunya cara
hari diharapkan anak dapat
Minta anak untuk melihat kepada
berkomunikasi karena anak yang autistik
mengomunikasikan
anda ketika anda berbicara dan
mungkin tidak mampu mengembangkan
kebutuhannya
dengan
pantau bahasa tubuhnya dengan
tahap pikiran operasional yang konkret.
menggunakan
kata-kata
cermat.
Kontak mata langsung mendorong anak
DX
I
Hari/Tanggal
Kamis, 1 Januari 2015
Jumat, 2 Januari 2015
Sabtu, 3 Januari 2015
1.
2.
3.
4.
5.
Implementasi
Pengkajian
Pengkajian Lanjutan
Memonitor adanya penurunan BB
Memonitor lingkungan selama
makan
Memberikan makanan yang
disukai klien
Memberikan makanan selingan
pada klien
Menganjurkan pengasuh klien
untuk berikan makanan sedikit tapi
sering
Evaluasi (SOAP)
S:O:
- TD : 90/70 mmHg
- Nadi 80x/menit
- RR : 20x/menit
- BB : 27 kg
- Klien tampak makan dengan
tenang.
- Klien dapat menghabiskan
porsi makanannya.
- Klien makan makanan selingan
yaitu
buah
pisang
yang
merupakan favorit Nn. Y.
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan Intervensi
- Memberikan makanan yang
disukai klien
- Memberikan makanan selingan
pada klien
- Menganjurkan pengasuh klien
untuk berikan makanan sedikit
tapi sering
TTD
S:O:
- TD : 100/70 mmHg
- Nadi 84x/menit
- RR : 20x/menit
- BB : 27 kg
- Klien tampak makan dengan
tenang.
- Klien makan makanan selingan
yaitu
buah
pisang
yang
merupakan favorit Nn. Y.
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan Intervensi
II
S:O:
- TD : 100/70 mmHg
- Nadi 84x/menit
- RR : 20x/menit
- Tidak ada luka/lesi baru
- Menunjukkan adanya proses
penyembuhan luka.
A:
II
Menghindari
kerutan
pada
tempat tidur
- Menjaga kebersihan kulit agar
tetap bersih dan kering
- Mengoleskan lotion pada daerah
yang tertekan
S:O:
- TD : 90/70 mmHg
- Nadi 80x/menit
- RR : 20x/menit
- Tidak ada luka/lesi baru
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan Intervensi
III
S:O:
- TD : 90/70 mmHg
- Nadi 80x/menit
- RR : 20x/menit
- Klien wangi
- Klien dapat memenuhi ADL
IV
S:O:
- TD : 100/70 mmHg
- Nadi 94x/menit
- RR : 20x/menit
- Klien tampak merespon saat
perawat berbicara.
- Klien mampu menunjuk benda
yang ia inginkan.
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan Intervensi